BAB IV PENUTUP. masyarakat Eropa pada umumnya. Semangat revolusi Perancis sangat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV KESIMPULAN. publik. Secara lebih khusus, Mansfield Park menceritakan posisi perempuan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. penting yang menunjang terbentuknya suatu peradaban. Perkembangan budaya

BAB IV KESIMPULAN. Novel A Room With a View muncul sebagai suatu karya E.M. Forster yang

BAB I PENDAHULUAN. hal itulah yang juga tercipta dalam Antologi Cerpen Ironi-ironi Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi

BAB IV KESIMPULAN. Sejarah panjang bangsa Eropa mengenai perburuan penyihir (witch hunt) yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. yang terkandung dalam novel tersebut sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB IV PENUTUP. diciptakan oleh kebudayaan sebagai sebuah imaji yang membentuk. bagaimana sosok laki-laki ideal seharusnya. Hasil konstruksi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sarana yang digunankan manusia untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi yang tinggi, yang terbukti dari karya-karyanya yang menarik dan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. intrinsik merupakan unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsurunsur

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

PENGANTAR PERKOPERASIAN

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak terlepas dari konflik-konflik yang dialami masyarakat. Sastrawan

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Wanita adalah makhluk perasa, sosok yang sensitif dari segi perasaan, mudah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB IV KESIMPULAN. atau isu-isu yang sering terjadi dalam kehidupan perempuan. Melalui

BAB IV KESIMPULAN. dalam menentukan dan membentuk konstruksi sosial, yaitu aturan-aturan dan batasan

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB I PENDAHULUAN. Pengkajian terhadap karya sastra berarti penelaahan, penyelidikan, atau

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

42, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 arah dan tujuan lembaga tersebut. Konsep bersistem ini biasa disebut dengan ideologi. Salah satu ideologi yang ser

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. penggunaan gaya bahasa kiasan metafora yang disampaikan melalui ungkapanungkapan

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain (Chaer dan Agustina, 1995: 14). Melalui bahasa dapat terungkap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak

I. PENDAHULUAN. penelitian dari penelitian mengenai citra perempuan dalam novel Bidadari-

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi

BAB I PENDAHULUAN. yang bebas mengungkapkan semua ide dan ktreatifitasnya agar pembaca dapat menangkap

BAB IV PENUTUP. Hasil analisis yang penulis lakukan tehadap novel Namaku Hiroko karya N.H.

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sanskerta śāstra, yang berarti teks yang

TEORI TEORI BELAJAR. Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Sutjipto Ridwan: Galeri dengan lukisan yang memikat hati

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB 5. Ringkasan. memaparkan ringkasan isi skripsi yang mengenai latar belakang penyebab hiperseksual

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari perubahan sosial yang melatarbelakanginya (Ratna, 2007: 81). Hal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1977:109) dalam bukunya Teori Kesusastraan berpendapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

3. METODE PENELITIAN

d. bersifat otonom e. luapan emosi yang bersifat tidak spontan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULIAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

119 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Didasarkan pada apa yang sudah ditanyakan pada penelitian ini sebagai rumusan masalah dan dibahas pada bab II dan III dapat ditarik kesimpulan bahwa revolusi perancis yang dimulai abad 18 dan berkembang sampai abad 19 sangatlah membawa dampak yang sangat signifikant pada pola pikir dan pemahaman masyarakat Eropa pada umumnya. Semangat revolusi Perancis sangat menginspirasi masyarakat Eropa khususnya masyarakat Britania dan Inggris. Ideidenya yang berkaitan dengan keyakinan akan martabat suatu individu serta hakhaknya dalam sebuah rasa persaudaraan antar umat manusia, yang mana pada titik pokok semangat revolusi perancis ini memberikan ruang dan kebebasan kepada umat manusia untuk bisa membangun dunia serta dituntut untuk mampu menggunakan naluri dan perasaanya serta mampu mengembabgkan diri kearah yang lebih baik sesuai dengan sifatnya. Karya sastra yang dihasilkan pada masa itu juga sangat dipengaruhi ideide dari revolusi Perancis ini. Nilai nilai kebebasan, kesamaan dan persaudaraan menjadi isu yang diangkat dalam kerangka spirit romantisme yang mana sangat menekankan pada aspek perasaan dan spontanitas. Kebanyakan karya satra yang dihasilkan adalah merupakan implementasi dan sebuah aksi yang bersifat reaktif yang bersifat spontan baik itu terhadap alam ataupun manusia. Karya sastra yang

120 dihasilkan dibuat secara spontan dan bebas sesuai dengan apa yang diinginkan serta dilakukan oleh para pengarannya dengan caranya sendiri. Dalam masa romantis ini juga pengarang menjadi sangat dominan dan menjadi pusat dari proses penciptaan sebuah karya sastra. Kebanyakan karya sastra yang dihasilkan pada masa itu adalah sebuah karya yang lahir dari sebuah proses individu seorang pengarang yang mana karya tersebut adalah sebuah aksi reaktif yang keratif dari pengarang itu sendiri. Gambaran dari karya sastra yang dihasilkanya adalah juga merupakan ungkapan dari apa yang dialami dan apa yang dirasakannya yang mana hal itu diutrakan secara spontan dan bebas. Jane Austen adalah seorang penulis novel yang hadir pada masa romantisme. Ia hadir sebagai seorang pengarang perempuan yang sangat fenomenal.novel novel yang dihasilkannya dari tahun 1811 sampai dengan tahun 1815 adalah novel novel yang sangat dijiwai oleh semangat persamaan dan kebebasan akan martabat manusia serta hak-haknya. Pada keempat novel yang dihasilkanya dari awal abad 18 ini semuanya memfokuskan pada tokoh perempuan sebagai tokoh sentral yang sangat dominan dalam masyarakat patriarki pada masa itu.individu perempuan yang ditampilan Jane sangatlah beragam dalam novel novel itu. Dimulai dari subyek perempuan Eleanor dan Mariane dalam novel sense and sensibility kemudian subyek perempuan Elizabeth Bannet dalam novel pride and prejudice serta dilanjutkan dengan subyek perempuan Fanny dalam novel Mansfield Park dan kemudian novel Emma dengan subyek Emma yang menjadi gambaran subyek perempuan muda Inggris pada masa itu.

121 Melalui teks sastra yang dihasilkanya kita akan dengan sendirinya tahu tentang latar belakang atau biografi bahkan sejarah dari pengarang serta bagaimana fokus dan cara beliau mengimplementasikan ide ide pemikirannya. Dalam penelitian ini penulis menemukan poin poin penting yang manjadi simpulan pada bab ini Pada penelitian ini ditemukan bahwa pengarang dalam hal ini Jane Austen sangat peduli serta fokus pada peran perempuan yang bukan hanya sebagai alat atau piranti atau obyek yang kaku dan diposisikan statis dalam konstruksi masyarakat patriarki pada novel novel tersebut tetapi Jane menggambarkan konstruksi pribadi perempuan yang berbeda dimana Jane menggambarkan perempuan adlah juga sebgai subyek yang mencintai yang mempunyai kebebasan untuk membangun sebuag relasi dalam serta mempunyai hak untuk mencintai. Perempuan digambarkan Jane melalui subyek Emma sebagai pribadi yang otonom dan tidak terikat serta menjadi pihak yang aktif untuk mencari dan memilih agar bisa mengalami relasi relasi dalam sebuah kerangka romatis dan keintiman dengan obyek yang dicintainya. Jane melukiskan Emma sebagai subyek perempuan yang mencintai yang kompleks yang sedang beusaha mendapatkan legitimasi dalam kerangka pengaktualisasian diri agar bisa mendapakan tempat dan pengakuan dari pihak lain. Jane melalui subyek Emma menjelaskan bahwa sebagai subyek yang mencintai perempuan digambarkan sebagai individu yang dinamis dan terkesan otonom. Hal ini tergambar dari dinamika subyek Emma dalam novel tersebut yang terlihat sangat independen dalam hal menerima atau menolak ataupun meneruskan relasi yang terjadi pada dirinya. Sebagai subyek

122 yang mencintai Emma juga dijelaskan Jane mampu menjadi pihak yang aktif dalam memberi ruang dengan leluasa mengatur dan mengendalikan relasi hubungannya. Dalam kaitannya dengan pejuangan perempuan sebagai suyek yang mencintai penulis menemukan bahwa diawal era karyanya Jane Austen sudah membicarakan tentang perempuan. Jane Austen sangat konsen pada subyek perempuan sebagai subyek sentral pada novelnya. Dalam review keempat novel yang ditulis dari tahun 1811 sampai tahun 1815 terlihat fokus dan konsistensi dari seorang Jane Austen dalam menampilkan sosok perempuan dalam novel novelnya. Jane ingin memperlihatkan bahwa perempuan itu ada dan hadir sebagai sebuah entitas yang utuh dimana kehadirannya sudah menjadi sangat penting dan tidak mudah diabaikan begitu saja. Subyek perempuan dalam keempat novelnya yakni sense and sensibility, pride and prejudice, Mansfield park dan Emma menjadi tolak tolak ukur bahwa kehadiran perempuan dengan segala dinamika yang dimilikinya yakni perasaan cintanya serta hak hidupnya adalah sebuah fakta yang diangkat dan dibuka oleh Jane Austen sebagai pengarang. Novel Emma yang menjadi titik puncak karyanya secara otomatis mengacu pada gagasan gagasan Jane Austen sebelumnya tentang posisi perempuan dalam teks. Posisi ini memberikan implikasi bahwa dalam teks sastra secara halus telah memberikan gambaran bahwa konstruksi sosial masyarakat patriarki dalam novel itu memposisikan perempuan sebagai obyek bukan subyek. Perempuan tidak dianggap sebgai entitas otonom yang mempunyai dimensi humanis dan psikologis. Dari penjelasan ini Jane Austen tidak hanya sekedar

123 memperjuangkan perempuan sebagai subyek mencintai tetapi juga memperlihatkan dan memberi persepsi bahwa sebagai perempuan dirinya adalah manusia yang sadar dan peka bahwa perempuan itu diciptakan beroposisi dengan laki laki, berpasangan dengan laki-laki dan mempunyai hak yang sama dalam konstruksi patriarki. Penulis juga menemukan bahwa dengan mengangkat isu perempuan terindikasi bahwa Jane bukan semata mata memperjuangkan perempuan tetapi juga ada semangat lain yakni untuk mempresentasikan sosok perempuan dalam konstruksi pariarki. Karena ini masih permulaan Jane terlihat sangat halus dan tidak frontal. Cara bertutur kata yang lembut dan tidak ekstrem serta tidak mendekonstruksi apapun sangat menggambarkan sebuah pribadi yang humanis. Perspektif tentang perempuan yang terbebas dari hegemoni konstruksi patriarki sangat terlihat jelas dari gambaran subyek perempuan yang ditampilkanya terlebih pada subyek Emma. 4.2 Saran Penelitian ini diharapkan dapat membantu para pembaca agar dapat memahami tentang posisi perempuan dalam relasinya dengan kaum pria dalam sebuah konstruksi masyarakat patriarki dimana perempuan bukan saja hadir hanya sebagai obyek yang dicintai tetapi perempuan juga hadir sebagai entitas yang otonom yang tidak terikat. Perempuan menjadi subyek yang mencintai. Gambaran subyek yang mencintai tersebut terlihat dari gambaran prilakunya yang diutarakan Jane Austen sebagai pengarang melalui subyek perempuan dalam novel Emma. Cara bertutur Jane Austen sebagai seorang pengarang yang halus dan tidak frontal telah membangun pandangan lain tentang peran seorang perempuan dimana Jane

124 sangat mengedepankan perempuan sebagai subyek yang mencintai. Jane mempresentasikan sosok perempuan yang melankolis, halus dan lebih peka serta mempunyai naluri dan insting yang baik dan tetap menggunakan logika dan rasionalitasnya dalam berpikir dan bertindak. Pemahaman yang paling penting dari ini semua adalah bahwa gambaran subyek yang mencintai dalam sebuah relasi yang normal sangat jelas nampak dalam sebuah hubungan yang disebut cinta haruslah dibangun dalam sebuah keintiman ideal dan berbasis pada sebuah relasi yang murni sehinggah perempuan menjadi pihak yang dinamis dalam menentukan, mengatur relasinya kearah yang lebih baik dengan demikian posisinya sebagai subyek yang mencintai akan tercapai. Namun demikian, masih terbuka bagi peneliti lainnya untuk mengkaji obyek material dengan teori yang sama namun dengan sudut pandang yang berbeda. Masih banyak isu-isu lainnya yang relevant yang dapat diangkat dan dikaji oleh peneliti lainnya dimasa yang akan datang.