Pointers Pertemuan Penelaahan RUU Pendidikan Kedokteran Jakarta, 5 6 Mei 2011 Illah Sailah (Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan)
Latar Belakang Pertemuan (5 6 Mei 2011) Pelaksanaan lokakarya RUU Pendidikan Kedokteran pada tanggal 23 Maret 2011 Pertemuan Komisi X DPR-RI dengan Tim Kedokteran Gigi pada tanggal 7 April 2011 Pertemuan Sinkronisasi Tim Pokja Naskah Akademik KKI-AIPKI pada tanggal 14 April 2011 Surat Presiden tertanggal 13 April 2011 terkait tindak lanjut proses penyusunan RUU pendidikan kedokteran, maka telah ditetapkan koordinator penyusunan Daftar Inventaris Masalah (DIM) untuk asupan RUU Pendidikan Kedokteran adalah Kemkes Untuk itu, perlu disampaikan hasil-hasil pertemuan tersebut diatas kepada Kementerian Kesehatan sekaligus menelaah bersama RUU Pendidikan Kedokteran yang resmi dari DPR (yang diterima dari Setneg)
Review Lokakarya RUU Pendidikan Kedokteran (23 Maret 2011) Peserta Lokakarya : DPR : Komisi IX, Komisi X dan Panja RUU Dikdok Stakeholder lintas kementerian : Kemdiknas, Kemkes dan Kemkeu Stakeholder pendidikan kedokteran : KKI, IDI, AIPKI, ARSPI, perwakilan mahasiswa
Review Lokakarya RUU Pendidikan Kedokteran (23 Maret 2011) Agenda Lokakarya : Pleno : Pembukaan dan pemaparan DPR, AIPKI dan DPT, diskusi Sidang Kelompok : Pembahasan Isu A, B, C Pleno : Pemaparan hasil sidang kelompok, kesimpulan
Review Lokakarya RUU Pendidikan Kedokteran (23 Maret 2011) : Pembahasan Isu Kelompok A Kebijakan dalam rekrutmen mahasiswa dan alokasi/kuota calon mahasiswa pendidikan kedokteran dari daerah sulit Kebijakan dalam penetapan kurikulum dokter dan dokter spesialis serta konsekuensi pendanaan pelaksanaan kurikulum Kelompok B Kebijakan pemerintah untuk tatakelola fakultas kedokteran, puskesmas pendidikan dan rumahsakit pendidikan pemerintah dan swasta. Hal ini termasuk pendanaan untuk proses pendidikan di fakultas dan di rumahsakit pendidikan
Review Lokakarya RUU Pendidikan Kedokteran (23 Maret 2011) : Pembahasan Isu Kelompok C : Kebijakan mengenai rekrutmen dan karir dokter pendidik Kebijakan pengelolaan pendidikan spesialis termasuk penyelenggaraan oleh FK swasta, hubungannya dengan insentif residen (misal dari Jamkesmas), aspek hukum, dan posisi residen di RS pendidikan dan lain-lain.
Hasil Lokakarya RUU Pendidikan Kedokteran (23 Maret 2011) : Beberapa Hasil Penting KELOMPOK A 1. Pemerataan kesempatan: Kuota dan jalur khusus melalui pemberian beasiswa ikatan dinas Koordinasi kebutuhan dokter dari daerah ke pemerintah pusat yang dilanjutkan ke dikti (universitas) Active recruitment dari pemerintah mencari calon mahasiswa berpotensi 2.Link sistem pendidikan dan pemenuhan kebutuhan harus sejalan dengan sistem kesehatan nasional 3.Kebijakan rekrutmen untuk mahasiswa asing (primary dan spesialis) Standar seleksi sama Pembiayaan penuh tanpa subsidi
Hasil Lokakarya RUU Pendidikan Kedokteran (23 Maret 2011) : Beberapa Hasil Penting KELOMPOK A 4. Kebijakan rekrutmen untuk dokter spesialis dan subspesialis Dokter spesialis Sudah menyelesaikan kewajiban mengabdi kepada negara (semacam PTT atau WKS) Kuota dan jalur khusus melalui pemberian beasiswa ikatan dinas Dokter subspesialis Memperhatikan kebutuhan pelayanan masyarakat 5. Penetapan kurikulum dokter, dokter spesialis dan spesialis lanjut, disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan masyarakat
Hasil Lokakarya RUU Pendidikan Kedokteran (23 Maret 2011) : Beberapa Hasil Penting KELOMPOK B 1. Semakin terintegrasinya pola hubungan FK dan RSP, maka semakin baik pola penyelenggaraan pendidikan kedokterannya (Indonesia masih bermasalah karena kepemilikan RSP dan FK pada kementerian yang berbeda) Perlu tindak lanjut 2. Alternatif pendanaan RSP : swasta, pemerintah, charity. Peran pemerintah dalam pendanaan pendidikan : Dalam PP 93 tahun 2010 disebutkan mengenai sumbangan pendidikan (tax incentive) sehingga mekanisme ini dapat digunakan bagi alat-alat kesehatan sehingga dapat menurunkan biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh mahasiswa Tax incentive dapat berupa dana pendidikan atau bantuan alat-alat kesehatan, biaya pendidikan klinik maupun buku-buku.
Hasil Lokakarya RUU Pendidikan Kedokteran (23 Maret 2011) : Beberapa Hasil Penting KELOMPOK B 3. Pengelolaan pendanaan harus sinkron terhadap peraturan perundangan yang terkait dengan Kementerian Keuangan (PP No. 23 tahun 2005) maupun Kementerian Pendidikan Nasional (RUU PT) 4. Pendanaan pendidikan dokter spesialis Pendidikan dokter mendapatkan dukungan dana dari pemerintah namun pendidikan spesialis tidak mendapatkan dukungan pendanaan dari pemerintah. Apakah dalam RUU Pendidikan Kedokteran ini dapat difasilitasi? 5. Internship merupakan bagian dari proses yang terintegrasi di dalam pendidikan kedokteran sehingga ketika lulus seorang dokter sudah dapat menjalankan kewenangan sebagai dokter
Hasil Lokakarya RUU Pendidikan Kedokteran (23 Maret 2011) : Beberapa Hasil Penting KELOMPOK C 1. Rekrutmen Dokter Pendidik Syarat untuk menjadi Pendidik: mempunyai kemampuan profesi yang excellent, etika profesi yang baik, dan bersedia mengikuti pendidikan dalam bidang medical education. Sekurang-kurangnya memiliki basic medical education Mengusulkan untuk Pasal 12 ayat (1) huruf b: Dokter Pendidik (menghilangkan kata klinis ) Mengusulkan dokter pendidik dapat berasal dari selain Kementerian yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pendidikan (Pasal 12 ayat 3) Perlu adanya supervisi dokter pendidik di dalam memberikan pendidikan kepada peserta didik
Hasil Lokakarya RUU Pendidikan Kedokteran (23 Maret 2011) : Beberapa Hasil Penting KELOMPOK C 2. Perlu ditambahkan ruang lingkup pendidikan kedokteran: * Pendidikan Akademik, Pendidikan Profesi (Dokter, Dokter spesilalis, Dokter Subspesialis), Pendidikan dokter berkelanjutan, Pendidikan kedokteran komplementer/alternatif. * Karier Dokter Pendidik : Dokter spesialis dapat disetarakan dengan Doktor setelah menempuh pendidikan tambahan 1 (satu) atau 2 (dua) semester dengan ujian disertasi 3. Pengelolaan Pendidikan Kedokteran Spesialis: Program pendidikan dokter spesialis dan subspesialis diselenggarakan oleh institusi pendidikan yang telah memenuhi standar pendidikan dokter spesialis / subspesialis.
Hasil Lokakarya RUU Pendidikan Kedokteran (23 Maret 2011) : Beberapa Hasil Penting KELOMPOK C 4. Hubungan Peserta Didik Spesialis dan Sub spesialis dengan RSP : Peserta Didik Spesialis dan Sub Spesialis mendapat insentif sesuai dengan kompetensi dan tanggung jawab. Peserta Didik Spesialis dan Sub Spesialis memberikan pelayanan optimal Besaran insentif diatur dengan PP Aspek legal peserta didik spesialis dan sub spesialis dalam pelayanan telah dijamin dalam peraturan Kemkes.
Hasil Pertemuan Komisi X DPR dengan Tim Kedokteran Gigi (7 April 2011) : Beberapa Hasil Penting Kedokteran gigi masuk di dalam RUU Pendidikan Kedokteran RSGMP sebaiknya menjadi bagian dari RSP, untuk mengantisipasi kebijakan UU (1 RSP untuk 1 institusi) optimalisasi anggaran pendidikan untuk membangun wahana pendidikan Perlu ketegasan cakupan pendidikan kedokteran gigi : apakah seharusnya pendidikan gigi dan mulut? - Perlu dijelaskan ketentuan umum terkait terminologi kedokteran gigi - Definisi RSP apakah termasuk RSGMP?
Hasil Pertemuan Sinkronisasi Naskah Akademik KKI AIPKI (14 April 2011) : Beberapa Hasil Penting AKADEMIK IN TERN SHIP Bersifat pemandirian, dilakukan oleh Komite Internship Dokter Indonesia, dibawah koordinasi PPSDM PROFESI / KLINIK 120 SKS + 36 SKS = 156 SKS 6 tahun Mendapat : ijazah akademik + sertifikat kompetensi = dokter 1 tahun
Hasil Pertemuan Sinkronisasi Naskah Akademik KKI AIPKI (14 April 2011) : Beberapa Hasil Penting 1. Pendidikan dokter terdiri atas satu kesatuan komponen akademik dan profesi yang lamanya 11 semester dengan gelar akademik M.Med, dengan sebutan profesi dokter 2. Pendidikan dokter gigi terdiri atas satu kesatuan komponen akademik dan profesi yang lamanya 11 semester dengan gelar akademik M.Med.Dent, dengan sebutan profesi dokter gigi
Tujuan Pertemuan (5-6 Mei 2011) 1. Melakukan penelaahan pasal demi pasal dalam RUU pendidikan kedokteran 2. Menyusun tanggapan kepada koordinator penyusunan Daftar Inventaris Masalah (DIM)
TERIMA KASIH