2. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4431);

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4431);"

Transkripsi

1 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YAMG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang Bahwa untuk melaksanakan Pasal 23 ayat 3 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Rumah Sakit Pendidikan Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301); 2. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4431); 3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Tahun 4437), sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844); 4. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438); 5. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Dosen dan Guru (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Nomor 45);

2 6. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 1441, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5063); 7. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 1531, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5072); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Tambahan Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2009 tentang Tenaga Kesehatan (Tambahan Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5007); 11. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 sebagaimana telah empat kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Negara; 12. Dst Menetapkan PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan : 1. Rumah Sakit Pendidikan adalah Rumah Sakit Umum dan/atau Rumah Sakit Khusus yang berfungsi sebagai wahana pembelajaran dalam penyelenggaraan

3 pendidikan dan penelitian secara terpadu, meliputi bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, atau? (apakah di RS Pendidikan harus ada pendidikan dokter?)dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya 2. Rumah Sakit Jejaring Pendidikan adalah beberapa Rumah Sakit Pendidikan yang berfungsi sebagai wahana pembelajaran klinik peserta didik Pendidikan Kedokteran dan/atau Pendidikan Kesehatan Tertentu serta berada dalam pengampuan Institusi Pendidikan Kedokteran dan/atau Pendidikan Kesehatan Tertentu 3. Rumah Sakit Jejaring Pelayanan - Pendidikan adalah Rumah Sakit yang memiliki keterbatasan sumber daya manusia, sarana/prasarana, dan manajemen pelayanan, menjalin perjanjian kerja sama dengan Institusi Pendidikan Kedokteran dan/atau Institusi Pendidikan Kesehatan tertentu serta berada dalam pengampuan Rumah Sakit Pendidikan Utama tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan sesuai peraturan perundangan yang berlaku 4. Rumah Sakit Pendidikan Utama adalah Rumah Sakit Umum yang digunakan Institusi Pendidikan Kedokteran (hanya institusi pendidikan dokter saja?) dan berfungsi sebagai wahana pembelajaran klinik peserta didik untuk memenuhi seluruh atau sebagian besar modul/kurikulum pendidikan klinik dalam rangka mencapai kompetensi berdasarkan Standar Pendidikan Profesi Kedokteran dan/atau Standar Profesi Kesehatan lainnya 5. Rumah Sakit Pendidikan Afiliasi adalah Rumah Sakit Khusus atau Rumah Sakit Umum dengan unggulan Pelayanan Kedokteran/Kesehatan tertentu yang digunakan Institusi Pendidikan Kedokteran/Kesehatan tertentu dan berfungsi sebagai wahana pembelajaran klinik peserta didik untuk memenuhi modul/kurikulum pendidikan klinik tertentu secara utuh, dalam rangka mencapai kompetensi berdasarkan Standar Pendidikan Profesi Kedokteran dan/atau Standar Profesi Kesehatan tertentu ; 6. Rumah Sakit Pendidikan Satelit adalah Rumah Sakit yang merupakan jejaring Rumah Sakit Pendidikan Utama dan/atau jejaring Rumah Sakit Pendidikan Afiliasi Institusi Pendidikan Kedokteran dan/atau Institusi Pendidikan Kesehatan tertentu serta digunakan sebagai wahana pembelajaran klinik peserta didik untuk memenuhi sebagian modul/kurikulum pendidikan klinik dalam rangka mencapai kompetensi berdasarkan Standar Pendidikan Profesi Kedokteran dan/atau Standar Profesi Kesehatan tertentu; Siapa pengampunya? RS Utama, afiliasi atau IPD/IPK 6. Bagaimana mengakreditasi RS Pendidikan satelit dalam konteks sebagian modul? 7. Dokter Pendidik Klinik adalah Dokter Spesialis berstatus Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas tanggung jawab wewenang dan hak secara penuh untuk (diberi tugas oleh siapa?) melakukan kegiatan pelayanan kesehatan/medik, pengabdian masyarakat, pendidikan dokter dan dokter spesialis di Rumah Sakit Pendidikan, serta melakukan penelitian guna pengembangan ilmu kedokteran Formatted: Underline Formatted: Underline Formatted: Underline, Font color: Red Formatted: English (U.S.) Formatted: Font: Not Bold Formatted: Indent: Left: 0.3", No bullets or numbering Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.49", No bullets or numbering Formatted: Font color: Auto Formatted: Font color: Custom Color(RGB(84,141,212)) Formatted: Font color: Custom Color(RGB(84,141,212)) Formatted: Font color: Auto

4 8. Dosen Pendidik Klinik adalah Dokter dan/atau Dokter Spesialis dan/atau Tenaga Kesehatan Profesional tertentu di Rumah Sakit Pendidikan, atau Institusi Pendidikan Kedokteran, dan/atau Institusi Pendidikan Kesehatan tertentu yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh (oleh siapa?) melaksanakan pendidikan/pelatihan klinik peserta didik Pendidikan Profesi Kesehatan tertentu, penelitian di bidang Profesi Kesehatan tertentu, dan berperan sebagai penyelia peserta didik Pendidikan Profesi Kesehatan tertentu di Rumah Sakit Pendidikan 8. Dokter pendidik klinik dan dosen pendidik klinik hanya berbeda pada status PNS) 9. Institusi Pendidikan Kedokteran adalah Institusi penyelenggara Pendidikan Dokter/Dokter Gigi dan/atau penyelenggara Pendidikan Dokter Spesialis/Dokter Gigi Spesialis (program studi) 10. Institusi Pendidikan Kesehatan adalah Institusi penyelenggara Pendidikan Profesi Ilmu Kesehatan lainnya selain Ilmu Kedokteran tersebut di atas 11. Perjanjian Kerja Sama adalah dokumen tertulis yang berisi perikatan antara pimpinan Rumah Sakit (apa?) dengan pimpinan Institusi Pendidikan Kedokteran dan/atau pimpinan Institusi Pendidikan Kesehatan lainnya dalam hal penggunaan Rumah Sakit sebagai wahana pembelajaran klinik peserta didik dalam rangka pencapaian kompetensi. 12. Pendidikan Profesi Kedokteran adalah proses Pendidikan Dokter/Dokter Gigi dan/atau Pendidikan Dokter Spesialis/Dokter Gigi Spesialis yang dilaksanakan dengan sistem modul/kurikulum berdasarkan Standar Pendidikan Profesi Dokter/Dokter gigi dan/atau Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigi/Dokter Gigi Spesialis yang disyahkan oleh KKI dan mendapatkan ijin dari Dikti 13. Pendidikan Kedokteran berkelanjutan adalah proses Pendidikan dan latihan bagi Dokter/Dokter Gigi dalam rangka pendalaman dan penyegaran Ilmu Kedokteran setelah menyelesaikan pendidikan formal di Institusi Pendidikan Kedokteran (payung hukum?) 14. Pendidikan Tenaga Profesi Kesehatan adalah proses Pendidikan Profesi Kesehatan tertentu selain Ilmu Kedokteran yang dilaksanakan dengan sistem modul/kurikulum berdasarkan Standar Profesi Kesehatan tertentu dan mendapatkan ijin Dikti 15. Pembelajaran Klinik adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik klinik dan sumber belajar di lingkungan Rumah Sakit 16. Penelitian Kedokteran/Kesehatan di Rumah Sakit adalah suatu kegiatan pengamatan dan/atau kajian ilmu kedokteran/kesehatan tentang suatu penyakit dengan menggunakan metodologi ilmiah dalam rangka mengembangkan serta menapis teknologi di bidang kedokteran/kesehatan dengan menggunakan Rumah Sakit sebagai wahana pengamatan dan/atau kajian ilmiah 17. Peserta didik adalah adalah orang yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran klinik yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan kedokteran dan/atau pendidikan kesehatan tertentu berdasarkan Formatted: Font color: Auto Formatted: Font color: Auto Formatted: Font color: Auto Formatted: English (U.S.) Formatted: Indent: Left: 0.3", No bullets or numbering Formatted: Underline, Font color: Custom Color(RGB(84,141,212)) Formatted: Underline, Font color: Custom Color(RGB(84,141,212)) Formatted: Font color: Custom Color(RGB(84,141,212))

5 Standar Pendidikan Profesi Kedokteran dan/atau Standar Pendidikan Profesi Kesehatan tertentu sesuai peraturan peraturan perundangan 18. Akreditasi Rumah Sakit Pendidikan adalah kegiatan (oleh?) penilaian kelayakan suatu Rumah Sakit sebagai wahana pembelajaran klinik berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan setelah berkoordinasi dengan Menteri yang membidangi urusan pendidikan (Pasal 22 UU RS) 19. Sertifikasi Rumah Sakit Pendidikan adalah proses pemberian Sertifikat kepada Rumah Sakit Pendidikan yang telah terakreditasi sebagai Rumah Sakit Pendidikan untuk jangka waktu tertentu 20. Sertifikat Rumah Sakit Pendidikan adalah bukti pengakuan formal untuk jangka waktu tertentu yang diberikan kepada Rumah Sakit Pendidikan yang telah lulus Akreditasi Rumah Sakit Pendidikan 21. Sertifikasi Dokter Pendidik Klinik adalah proses pemberian Setifikat kepada Dokter Spesialis yang telah mengikuti pelatihan Dosen (Dokter?) Pendidik Klinik 22. Sertifikat Dokter Pendidik Klinik adalah bukti pengakuan formal yang diberikan kepada Dokter Pendidik Klinik yang telah mengikuti pelatihan Dosen Pendidik Klinik 23. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh tenaga kesehatan pendidik klinik dan/atau peserta didik berdasarkan Standar Pendidikan Profesi. 24. Sertifikat Kompetensi adalah bukti pengakuan formal atas kompetensi profesi kedokteran/kesehatan yang telah dimiliki tenaga kesehatan pendidik klinik dan/atau peserta didik sesuai dengan keahliannya 25. Sertifikat Kompetensi Tertentu (dalam UUPK oleh Kolegium) adalah bukti pengakuan formal yang dikeluarkan oleh Ketua Program Studi tertentu atas kompetensi yang telah dimiliki peserta didik Program Pendidikan Dokter Spesialis sesuai dengan keahliannya pada jenjang tertentu dan hanya berlaku selama 6 (enam) bulan (referensi?) 26. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat 27. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi dan/atau Pemerintah Kabupaten/Kota Formatted: Font color: Custom Color(RGB(84,141,212)) BAB II KEDUDUKAN, FUNGSI DAN TUJUAN Pasal 2 Rumah Sakit Pendidikan berkedudukan sebagai institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, serta berfungsi sebagai penyelenggara pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan

6 (atau?) pendidikan tenaga kesehatan lainnya sesuai yang ditentukan peraturan perundangan Pasal 3 Kedudukan sebagai Rumah Sakit Pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 berfungsi untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, meningkatkan mutu pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia kesehatan, serta meningkatkan penelitian, pengembangan dan penapisan teknologi bidang kesehatan dengan memperhatikan etika pelayanan & ilmu ilmu pengetahuan bidang kesehatan Pasal 4 Penyelenggaraan Rumah Sakit Pendidikan ditujukan untuk : 1. Meningkatnya mutu dan akses pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna; 2. Meningkatnya mutu penyelenggaraan pendidikan kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan dan pendidikan kesehatan lainnya di Rumah Sakit; 3. Meningkatnya penelitian, pengembangan ilmu dan teknologi serta penapisan teknologi di bidang kedokteran dan kesehatan lainnya 4. Terjaminnya perlindungan dan kepastian hukum bagi pasien selaku penerima pelayanan, pemberi pelayanan, peserta didik, penyelenggara rumah sakit pendidikan, serta institusi penyelenggara pendidikan kedokteran dan atau kesehatan Formatted: Font color: Auto Formatted: Font color: Auto Formatted: Font color: Auto BAB III RUANG LINGKUP Pasal 5 Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang penyelengaraan Rumah Sakit di Indonesia yang melaksanakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, serta berfungsi sebagai wahana pembelajaran klinik bagi pendidikan kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan dan pendidikan kesehatan lainnya sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang (idemkan pasal 2 dengan bab 2 di atas) BAB IV PERSYARATAN DAN STANDAR Bagian Kesatu Persyaratan Pasal 6

7 (1) Untuk dapat ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan suatu Rumah Sakit sekurang-kurangnya harus terlebih dahulu memenuhi persyaratan sebagai berikut : (lengkap bersyarat atau salah satu saja?) a. Telah memiliki izin operasional sesuai dengan klasifikasi (yang mana?) Rumah Sakit Pendidikan sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang b. Telah terakreditasi oleh suatu lembaga independen baik dari dalam maupun luar negeri berdasarkan standar akreditasi yang berlaku c. Telah menjalin Perjanjian Kerja Sama dengan Institusi Pendidikan Kedokteran dan/atau Institusi Pendidikan Kesehatan lainnya d. Mendapat izin tertulis dari pemilik Rumah Sakit (izin apa?) e. Mendapat rekomendasi dari Asosiasi Perumahsakitan (asosiasi yang mana?) (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan ditetapkan dengan Keputusan Menteri yang mengurus pemerintahan di bidang Kesehatan (harus berkoordinasi dengan Menteri yang berwenang pendidikan sesuai dengan UU RS pasal 22) Bagian Kedua Standar Pasal 7 (1) Standar Rumah Sakit Pendidikan sekurang-kurangnya meliputi : a. Visi, Misi, Komitmen dan persyaratan ; b. Manajemen dan Administrasi ; c. Sumber Daya Manusia untuk program pendidikan klinik ; d. Penunjang pendidikan ; wahana pembelajaran klinik e. Perancangan dan pelaksanaan program pendidikan klinik yang berkualitas. (2) Standar Rumah Sakit Pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun oleh Asosiasi Rumah Sakit Pendidikan Indonesia bersama AIPKI + Diknas) dan ditetapkan oleh Menteri yang mengurus pemerintahan di bidang Kesehatan (3) Dalam penyusunan Standar Rumah Sakit Pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) Asosiasi Rumah Sakit Pendidikan wajib berkoordinasi dengan Kementerian yang membidangi Kesehatan, Kementerian yang membidangi Pendidikan, Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran, Asosiasi Pendidikan Kesehatan lainnya serta Lembaga/Institusi/Organisasi Profesi Kesehatan yang terkait (Apakah benar ARSPI yang koordinasi dengan lintas Kementerian)

8 (4) Standar (apakah beda syarat dan standar?) Rumah Sakit Pendidikan ditetapkan oleh Menteri yang mengurus pemerintahan di bidang Kesehatan setelah mendapat rekomendasi dari Menteri yang mengurus pemerintahan di bidang Pendidikan BAB V PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT PENDIDIKAN Bagian Kesatu Prinsip Penyelenggaraan Rumah Sakit Pendidikan Pasal 8 (1) Rumah Sakit Pendidikan diselenggarakan secara transparan, akuntabel dan partisipatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, etika profesi kedokteran dan kesehatan, nilai kultural, serta berkeadilan (2) Rumah Sakit Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu instusi pelayanan kesehatan yang mengutamakan pelayanan prima kesehatan perorangan secara paripurna (3) Rumah Sakit Pendidikan diselenggarakan sebagai wahana pembelajaran klinik peserta didik Institusi Pendidikan Kedokteran dan/atau Institusi Pendidikan Kesehatan lainnya dalam rangka menghasilkan Tenaga Kesehatan yamng mampu menjunjung tinggi etika profesi dan memiliki kompetensi untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu Perjanjian Kerja Sama Pasal 9 Setiap Rumah Sakit Pendidikan wajib memiliki perjanjian kerja sama tertulis dengan Institusi Pendidikan Kedokteran dan/atau Institusi Pendidikan Kesehatan yang akan menggunakan Rumah Sakit sebagai wahana pembelajaran klinik Pasal 10 Perjanjian kerja sama sebagaimana maksud dalam Pasal 9 sekurang-kurangnya meliputi : a. Ketentuan Umum b. Tujuan c. Ruang lingkup d. Tanggung Jawab bersama e. Hak dan Kewajiban f. Pembiayaan??? g. Honor / jasa medik

9 h. Penelitian i. Pengangkatan Tenaga Rumah Sakit sebagai Dosen Klinik??? j. Kerja Sama dengan pihak ketiga??? k. Badan Koordinasi Pendidikan l. Pelayanan Profesi di luar Rumah Sakit m. Jaminan sumber keuangan dan peruntukannya n. Gugatan pidana dan/atau perdata pihak ketiga o. Keadaan memaksa p. Ketentuan pelaksanaan kerja sama q. Jangka waktu kerja sama standar atau tidak? r. Penyelesaian perselesihan Pasal 11 Ketentuan lebih lanjut mengenai perjanjian kerja sama Rumah Sakit dengan Institusi Pendidikan Kedokteran/Kesehatan ditetapkan dalam Peraturan Menteri yang membidangi dan bertanggung jawab di bidang Kesehatan Mendiknas setelah berkoordinasi dengan Menteri yang membidangi urusan pendidikan (UU RS pasal 22) Bagian Kedua Badan Koordinasi Pendidikan Pasal 12 Setiap Rumah Sakit yang melaksanakan pelayanan kesehatan serta berfungsi sebagai wahana pembelajaran klinik bagi pendidikan kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan dan atau pendidikan kesehatan lainnya wajib membentuk Badan Koordinasi Pendidikan Pasal 13 Badan Koordinasi Pendidikan adalah satuan organisasi yang dibentuk berdasarkan Keputusan bersama Direktur Rumah Sakit dan Institusi Pendidikan Pendidikan Kedokteran dan/atau Institusi Pendidikan Kesehatan lainnya Pasal 14 Badan Koordinasi Pendidikan mempunyai fungsi melakukan koordinasi seluruh proses pembelajaran klinik di Rumah Sakit Pendidikan dalam rangka pencapaian kompetensi peserta didik sebagaimana modul/kurikulum ditentukan oleh Institusi

10 Pendidikan Kedokteran dan/atau Kolegium Kedokteran dan/atau Pendidikan Kesehatan lainnya Pasal 15 Badan Koordinasi Pendidikan mempunyai tugas : a. Memberikan dukungan administrasi proses pembelajaran klinik di Rumah Sakit Pendidikan; b. Melakukan perencanaan dan pemenuhan (bagaimana caranya?) anggaran belanja tahunan pembelajaran klinik sesuai kebutuhan; c. Menyediakan??? sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh peserta didik sesuai kebutuhan pencapaian kompetensi peserta didik; d. Melakukan fasilitasi kepada seluruh peserta didik yang melaksanakan pembelajaran klinik di Rumah Sakit; e. Melakukan fasilitasi kepada seluruh Dokter Pendidik Klinik dan/atau Dosen Pendidik Klinik yang melakukan bimbingan dan supervisi proses pembelajaran klinik peserta didik di Rumah Sakit; f. Melakukan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan proses pembelajaran klinik peserta didik di Rumah Sakit Pasal 16 Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Badan Koordinasi Pendidikan memliki wewenang : a. Menetapkan Dokter Pendidik Klinik yang diusulkan oleh Panitia/Tim Kredensial Rumah Sakit dan Dekan Fakultas Kedokteran dan atau pendidikan kesehatan lainnya b. Menetapkan Dosen Pembimbing Klinik yang diusulkan oleh Panitia/Tim Kredensial RS dan Pimpinan Institusi Pendidikan Kesehatan lainnya c. Menyusun rancangan Peraturan Internal Rumah Sakit dan Peraturan Internal Staf Medik yang terkait dengan proses pendidikan klinik bersama Komite Medik Rumah Sakit d. Menetapkan tata tertib Dokter Pendidik Klinik dan/atau Dosen Pendidik Klinik? e. Menetapkan tata tertib peserta didik; f. Melakukan tindakan administratif kepada Dokter Pendidik Klinik dan/atau Dosen Pendidik Klinik yang melakukan pelanggaran tata tertib g. Memberikan rekomendasi kepada Direktur Rumah Sakit tentang penelitian dan pengembangan teknologi serta penapisan teknologi Kedokteran/Kesehatan yang akan dilaksanakan di Rumah Sakit dengan memperhatikan etika profesi kedokteran dan etika profesi kesehatan lainnya h. Melakukan tindakan admistratif sampai dengan penghentian pelaksanaan pendidikan klinik peserta didik yang melakukan pelanggaran tata tertib

11 Pasal 17 Susunan Organisasi Badan Koordinasi Pendidikan sekurang-kurangnya terdiri dari : a. Ketua merangkap sebagai anggota ; b. Wakil Ketua merangkap sebagai anggota ; c. Sekretaris merangkap sebagai anggota dan ; d. 2 (dua) orang anggota d. Kedudukan (RS atau IPD/K?) Pasal 18 Formatted: English (U.S.) Formatted: Indent: Left: 0.59", No bullets or numbering Dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya Badan Koordinasi Pendidikan di bantu oleh Sekretariat Badan Koordinasi Pendidikan Pasal 19 Personalia Badan Koordinasi Pendidikan terdiri dari unsur-unsur Rumah Sakit Pendidikan dan Institusi Pendidikan Kedokteran dan/atau Institusi Pendidikan Kesehatan lainnya yang bekerjasama dengan Rumah Sakit Pendidikan Pasal 20 Dalam hal suatu Rumah Sakit bekerja sama dengan lebih dari 1(satu) Institusi Pendidkan Kedokteran dan/atau Institusi Pedidikan Kesehatan lain, maka Badan Koordinasi Pendidikan yang dibentuk adalah tetap 1 (satu)??? dengan memperhatikan sebagai berikut : (1) Keberadaan Badan Koordinasi Pendidikan yang dibentuk terlebih dahulu merupakan Badan Koordinasi yang melaksanakan tugas, fungsi serta memiki kewenangan di Rumah Sakit; (2) Unsur-unsur pengelola dari Institusi Pendidikan Kedokteran dan/atau Institusi Pendidikan Kesehatan lainnya yang bekerja sama berikutnya wajib diikut sertakan dalam kepengurusan Badan Koordinasi Pendidikan Bagian Ketiga Sumber Daya Manusia Pendidikan Klinik Bagian Keempat

12 Pasal 21 Sumber daya manusia dokter pendidik klinik di Rumah Sakit Pendidikan dapat berasal dari Rumah Sakit dan/atau Institusi Pendidikan Kedokteran dan atau Institusi Pendidikan Kesehatan lainnya dan atau Institusi lainnya Pasal 22 Dokter Pendidik Klinik yang berasal dari Rumah Sakit ditetapkan oleh pejabat yang berwenang persyaratan dan kriteriacriteria? (Bakordik pasal 16, wewenang Bakordik) Pasal 23 Dokter Pendidik Klinik yang dapat diusulkan oleh Rumah Sakit kepada pejabat yang berwenang dengan persyaratan sebagai berikut : a. Memiliki Ijazah Dokter Spesialis b. Memiliki Surat Ijin Praktik yang masih berlaku di Rumah Sakit tempat bekerja c. Mendapat rekomendasi dari Pimpinan Rumah Sakit tempat bekerja d. Mendapat rekomendasi dari Pimpinan Institusi Pendidikan Kedokteran d.e. Mendapat SK penetapan dari Bakordik (psl 16, wewenang Bakordik) Formatted: English (U.S.) Pasal 24 Kriteria dokter pendidik klinik meliputi kualifikasi akademik, kompetensi, sertfikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memenuhi kriteria lain yang tetapkan oleh pimpinan Instititusi Pendidikan Kedokteran dan atau Institusi Pendidikan Kesehatan lainnya) Pasal 25 Sumber daya manusia Dosen (dokter?) Pendidik Klinik berkualifikasi Dokter Spesialis yang berasal dari Institusi Pendidikan Kedokteran dapat diusulkan oleh pimpinan Institusi Pendidikan Kedokteran untuk ditempatkan di Rumah Sakit Pendidikan sebagai penyelia dengan persyaratan sebagai berikut : a. Memiliki Ijazah Dokter b. Memiliki Ijazah Dokter Spesialis c. Memiliki Surat Izin Praktik yang masih berlaku d. Mendapat rekomendasi dari pimpinan Institusi Pendidikan Kedokteran (sama dengan pasal 23) Formatted: Font color: Custom Color(RGB(84,141,212))

13 Pasal 26 Dokter Pendidikan Klinik yang bekerja di Rumah Sakit Pendidikan dapat disetarakan kedudukannya dengan Dosen Pendidik Klinik sesuai peraturan perundangan yang berlaku Pasal 27 Sumber daya manusia Tenaga Kesehatan Pendidik Klinik tertentu selain Dokter Pendidik Klinik yang berasal dari Rumah Sakit dapat ditetapkan oleh Institusi Pendidikan Kedokteran dan/atau Institusi Pendidikan Kesehatan tertentu sebagai Tenaga Kesehatan Pendidik Klinik tertentu dan penyelia peserta didik Institusi Pendidikan Kesehatan tertentu setelah memenuhi persyaratan dan kriteria Pasal 28 Dosen (apakah sebutan dosen hanya karena bukan dokter?) Pendidik Klinik berkualifikasi Tenaga Kesehatan tertentu selain Dokter Spesialis dapat diusulkan oleh Institusi Pendidikan Kesehatan tertentu untuk ditempatkan Rumah Sakit Pendidikan sebagai penyelia peserta didik program studi pendidikan kesehetan tertentu Pasal 29 Persyaratan dan kriteria Tenaga Kesehatan Pendidik Klinik tertentu sebagai penyelia peserta didik di Rumah Sakit ditetapkan oleh Institusi Pendidikan Kesehatan tertentu Pasal 30 Ketentuan lebih lanjut mengenai Tenaga Kesehatan tertentu sebagai Tenaga Kesehatan Pendidik Klinik tertentu di Rumah Sakit Pendidikan diatur dengan Peraturan Menteri yang mengurus pemerintahan di bidang Kesehatan berkoordinasi dengan Menteri yang membidangio pendidikan Bagian Keempat Penunjang Pendidikan Klinik Pasal 31

14 Setiap Rumah Sakit Pendidikan yang digunakan sebagai wahana pembelajaran klinik Institusi Pendidikan Kedokteran dan/atau Institusi Pendidikan Kesehatan tertentu wajib menyediakan sarana dan prasarana penunjang pendidikan klinik Pasal 32 Sarana dan prasarana penunjang pendidikan klinik sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 sekurang-kurangnya berupa : a. Perpustakaan b. Sarana Teknologi Informatika c. Alat Multi Media d. Alat Bantu Belajar Mengajar Pembelajaran Klinik (beda point c dan d apa?) e. Peralatan Simulator pembelajaran klinik f. Asrama peserta didik???? g. Peralatan pendukung lainnya sebagaimana ditentukan dalam modul/kurikulum Pasal 33 Dalam hal Rumah Sakit belum dapat memenuhi kebutuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32, Institusi Pendidikan Kedokteran dan/atau Institusi Pendidikan Kesehatan lainnya yang menggunakan Rumah Sakit sebagai wahana pembelajaran klinik wajib menyediakan sarana dan prasarana klinik yang dibutuhkan Bagian Kelima Perancangan dan Pelaksanaan Program Pendidikan Klinik Pasal 34 Setiap Rumah Sakit yang digunakan sebagai wahana pembelajaran (konsisten anatara pendidikan dan pembelajaran?) klinik Institusi pendidikan wajib membuat dan memiliki perencanaan program pendidikan klinik yang terstruktur dan berimbang serta memiliki sistem evaluasi yang jelas dan obyektif Pasal 35 Pelaksanaan kegiatan pendidikan klinik peserta didik harus sesuai perencanaan dengan memperhatikan proses pembelajaran klinik yang yang seimbang antara alasan klinis, akademis dan pelatihan psikomotor yang berbasis bukti?

15 Bagian Keenam Pencantuman nama Rumah Sakit Pendidikan Pasal 36 Setiap Rumah Sakit Pendidikan Utama dan/atau Rumah Sakit Pendidikan Afiliasi wajib mencantumkan nama Institusi Pendidikan Kedokteran dan/atau Institusi Pendidikan Kesehatan lainnya di dibelakang nama Rumah Sakit (yang satelit bagaimana?) Pasal 37 Dalam hal suatu Rumah Sakit Pendidikan Utama dan/atau Rumah Sakit Pendidikan Afiliasi bekerja sama dengan lebih dari 1(satu) Institusi Pendidikan Kedokteran dan/atau Institusi Pendidikan Kesehatan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 maka nama yang dicantumkan adalah nama Institusi Pendidikan Kedokteran dan/atau Institusi Pendidikan Kesehatan tertentu yang menggunakan Rumah Sakit sebagai wahana pembelajaran klinik untuk sebagian besar modul/kurikulum dalam rangka pencapaian kompetensi peserta didik (sulit direalisasikan), Indonesian BAB VI PENELITIAN KEDOKTERAN DAN KESEHATAN Pasal 38 Dalam rangka pengembangan pelayanan kesehatan, di Rumah Sakit Pendidikan dapat (wajib) diselenggarakan penelitian dan penapisan teknologi bidang kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan dan etika profesi dokter/etika pelayanan) Pasal 39 Penelitian dan penapisan teknologi bidang kedokteran/kesehatan yang dilaksanakan di Rumah Sakit Pendidikan dengan menggunakan pasien sebagai obyek penelitian dilaksanakan harus secara seksama berpedoman pada metoda ilmiah, kode etik, norma dan mengutamakan keselamatan pasien

16 BAB VII PENGGUNAAN PASIEN UNTUK PEMBELAJARAN KLINIK/PENELITIAN Pasal 40 Setiap pasien di Rumah Sakit Pendidikan yang digunakan untuk pembelajaran klinik peserta didik dan/atau penelitian wajib diminta persetujuannya setelah terlebih dahulu dan setelah mendapat penjelasan dari penyelia peserta didik tentang maksud, tujuan, dan prosedur pembelajaran klinik dan atau pendidikan Pasal 41 Setiap pasien di Rumah Sakit Pendidikan digunakan untuk pembelajaran klinik peserta didik dan/atau penelitian yang mengalami kecacatan fisik dan/atau mental, dan/atau mengalami kerugian materiel sebagai akibat dari pembelajaran klinik, menjadi tanggung jawab bersama Rumah Sakit Pendidikan dan Institusi Pendidikan Kedokteran dan/atau Institusi Pendidikan Kesehatan tertentu yang bekerja sama BAB VIII KLASIFIKASI RUMAH SAKIT PENDIDIKAN Pasal 42 (1) Rumah Sakit Pendidikan sebagai wahana pembelajaran klinik Pendidikan Dokter/Program Pendidikan Dokter Spesialis diklasifikasikan berdasarkan pemanfaatannya oleh Institusi Pendidikan Kedokteran dan atau institusi pendidikan kesehatan lainnya dalam rangka memenuhi pencapaian kompetensi peserta didik sesuai dengan modul/kurikulum pendidikan berdasarkan Standar Pendidikan Profesi Dokter dan/atau Standar Pendidikan Dokter Spesialis Formatted: Underline, Font color: Red Formatted: Underline, Font color: Red (2) Klasifikasi Rumah Sakit Pendidkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :

17 a. Rumah Sakit Pendidikan Utama b. Rumah Sakit Pendidikan Afiliasi c. Rumah Sakit Pendidikan Satelit (3) Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan tertentu dalam rangka memenuhi pencapaian kompetensi peserta didik dengan modul/kurikulum pendidikan berdasarkan Standar Pendidikan Profesi Tenaga Kesehatan tertentu dapat melakukan klasifikasi secara khusus sesuai kebutuhannya (terkesan diskriminatif sekali antara dokter dan tenaga kesehatan lainnya) (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Keputusan Menteri yang mengurus pemerintahan di bidang Kesehatan berdasarkan usulan dari Asosiasi Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan tertentu (bertentangan dengan Ketentuan Umum pada Bab I, Pasal 1 tentang RS Pendidikan Utama, Afiliasi dan Satelit) BAB IX RUMAH SAKIT JEJARING PELAYANAN PENDIDIKAN Perbedaan/persamaan dengan pasal 23 ayat 2 UU RS apa? Karena ini untuk memenuhi kebutuhan ppelayanan Definisi terminologi pelayanan pendidikan Apa cara membedakan persyaratan dengan RS Pendidikan satelit? Formatted: Justified Pasal 43 Rumah Sakit (bukan pendidikan?) tertentu dengan keterbatasan sumber daya manusia pemberi pelayanan kesehatan profesional dapat menjalin kerja sama dengan Institusi Pendidikan Kedokteran dan/atau Institusi Pendidikan Kesehatan tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan sesuai peraturan perundangan yang berlaku Formatted: Underline, Font color: Red Formatted: Underline, Font color: Red Pasal 44 Rumah Sakit jejaring Pelayanan Pendidikan ditetapkan oleh Menteri yang mengurus pemerintahan di bidang Kesehatan berdasarkan rekomendasi dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan/atau Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota apakah termasuk RS swasta? Pasal 45

18 Dalam rangka pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 Menteri yang mengurus pemerintahan di bidang Kesehatan cq Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat dapat menugaskan peserta didik dengan Kompetensi Tertentu untuk bekerja melaksanakan pelayanan di Rumah Sakit Jejaring Khusus Pendidikan di bawah penyeliaan Institusi Pendidikan Kedokteran dan/atau Institusi Pendidikan Kesehatan yang mengampunya Formatted: Underline, Font color: Red Formatted: Underline, Font color: Red Pasal 46 Peserta didik Pendidikan Dokter Spesialis dengan Kompetensi Tertentu berhak mendapat Surat Tanda Register Tertentu (STR) dari Konsil Kedokteran untuk jangka waktu 6 (enam) bulan Pasal 47 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menerbitkan Surat Izin Praktik (SIP) bagi peserta didik Pendidikan Dokter Spesialis dengan Kompetensi Tertentu berdasarkan Surat Tanda Register Tertentu yang diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia Pasal 48 Peserta didik Pendidikan Dokter Spesialis yang melaksanakan penugasan khusus di Rumah Sakit jejaring Pelayanan Pendidikan berhak mendapatkan imbalan/jasa dari siapa? sesuai peraturan yang berlaku Pasal 49 Penugasan khusus peserta didik Pendidikan Dokter Spesialis dengan Kompetensi Tertentu di Rumah Sakit jejaring Pelayanan Pendidikan berlangsung paling lama 6 (enam) bulan dan peserta didik Pendidikan Dokter Spesialis wajib melanjutkan pendidikannya sesuai ketentuan modul/kurikulum yang berlaku setelah selesai melaksanakan penugasan khusus Pasal 50 Ketentuan lebih lanjut tentang Penugasan peserta didik selain peserta didik Pendidikan Dokter Spesialis diatur lebih lanjut oleh Menteri yang mengurus pemerintahan di bidang Kesehatan dan pendidikan BAB X

19 PENETAPAN RUMAH SAKIT PENDIDIKAN Pasal 51 Penetapan sebagai Rumah Sakit Pendidikan dilakukan oleh Menteri yang mengurus pemerintahan di bidang Kesehatan dan Diknas (UU RS pasal 22) setelah memenuhi persyaratan dan standar sebagaimana diatur dalam Pasal 6 dan Pasal 7 Pasal 52 Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur penetapan Rumah Sakit Pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Menteri yang mengurus pemerintahan di bidang Kesehatan dan pendidikan BAB XI AKREDITASI DAN SERTIFIKASI RUMAH SAKIT PENDIDIKAN Bagian Kesatu Akreditasi Rumah Sakit Pendidikan Pasal 53 Setiap Rumah Sakit yang melaksanakan pelayanan kesehatan serta berfungsi sebagai wahana pembelajaran klinik bagi pendidikan kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan dan pendidikan kesehatan lainnya sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang (UU yang mana yang mewajibkan RS Pendidikan harus diakreditasi? UU RS bagian ketiga tentang akreditasi, pasal 40 ayat 1-4 hanya menyebut RS saja bukan RS Pendidikan) wajib dilakukan Akreditasi Rumah Sakit Pendidikan. Lembaga akreditasi harus mandiri, apakah KARS mandiri? Pasal 54 Akreditasi terhadap Rumah Sakit Pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 dilaksanakan penilaian oleh Tim Akreditasi Rumah Sakit Pendidikan yang dibentuk oleh Menteri yang membidangi dan bertanggung jawab di bidang Kesehatan dan pendidikan Pasal 55 Akreditasi dilaksanakan dengan menilai tingkat kepatuhan Rumah Sakit memenuhi Standar Rumah Sakit Pendidikan

20 Pasal 56 Katagori Status Akreditasi Rumah Sakit Pendidikan meliputi : (1) Akreditasi A untuk masa berlaku selama 5 (lima) tahun ; (2) Akreditasi B untuk masa berlaku selama 3 (tiga) tahun ; (3) Akreditasi C untuk masa berlaku selama 1 (satu) tahun ; Bagian Kedua Sertifikasi Rumah Sakit Pendidikan Pasal 57 Pemberian Sertikat Rumah Sakit Pendidikan diberikan kepada Rumah Sakit yang telah lulus Akreditasi/reakreditasi Rumah Sakit Pendidikan katagori Akreditasi A dan Akreditasi B Pasal 58 Sertifikat tidak diberikan kepada Rumah Sakit Pendidikan dengan katagori Akreditasi C Pasal 59 Ketentuan lebih lanjut mengenai Sertifikasi dan/atau Akreditasi ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang Kesehatan dan pendidikan BAB XII PEMBIAYAAN Pasal 60

21 (1) Pembiayaan Rumah Sakit Pendidikan bertujuan untuk penyediaan pembiayaan pelayanan dan pembelajaran klinik yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna untuk menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan dan pembelajaran klinik yang bermutu serta terjaminya keselamatan pasien (2) Unsur-unsur pembiayaan Rumah Sakit Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas sumber pembiayaan, alokasi, dan pemanfaatan. (3) Alokasi pembiayaan Rumah Sakit Pendidikan meliputi biaya investasi dan biaya operasional pendidikan (4) Sumber pembiayaan Rumah Sakit Pendidikan berasal dari Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, swasta dan sumber lain (5) Usulan kebutuhan pembiayaan Rumah Sakit Pendidikan disusun dan diajukan oleh Badan Koordinasi Pendidikan (pada pasal 16 tidak ada kewenangan ini) kepada pemilik Rumah Sakit Pendidikan dan/atau pemilik Institusi Pendidikan Kedokteran/Kesehatan melalui Pimpinan Rumah Sakit Pendidikan dan/atau Pimpinan Institusi Pendidikan Kedokteran/Kesehatan Pasal 61 (1) Anggaran Rumah Sakit Pendidikan dapat dialokasikan oleh Kementerian yang membidangi Kesehatan dan Pendidikan. (2) Besar anggaran Rumah Sakit Pendidikan milik pemerintah, pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota dialokasikan minimal 1% (satu persen) dari anggaran pendapatan dan belanja daerah di luar gaji. (3) Besaran anggaran kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diprioritaskan untuk kepentingan pelayanan, pendidikan kliniik dan penelitian di bidang kedokteran dan/atau kesehatan lainnya BAB XIII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Bagian Kesatu Umum

22 Pasal 62 (1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Rumah Sakit Pendidikan dengan melibatkan organisasi profesi, asosiasi perumahsakitan, dan organisasi kemasyarakatan lainnyasesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing (2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) diarahkan untuk : a. pemenuhan mutu dan akses pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna di Rumah Sakit Pendidikan dan jejaringnya ; b. peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan dan pendidikan kesehatan lainnya di Rumah Sakit; c. peningkatan penelitian, pengembangan ilmu dan teknologi serta pserta penapisan teknologi di bidang kedokteran dan kesehatan lainnya d. perlindungan dan kepastian hukum bagi pasien selaku penerima pelayanan, pemberi pelayanan, peserta didik, penyelenggara rumah sakit (3) Dalam rangka melaksanakan pembinaan dan pengawasan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) Pemerintah dan Pemerintah daerah dapat mengambil tindakan berupa : a. teguran b. teguran tertulis;dan/atau c. denda dan pencabutan penetapan status Rumah Sakit Pendidikan Bagian Kedua Komite Pembinaan Dan Pengawasan Rumah Sakit Pendidikan Pasal 63 (1) Dalam rangka menjaga mutu pelayanan kesehatan dan mutu penyelenggaraan pendidikan kedokteran di Rumah Sakit Pendidikan Pemerintah Komite Pembinaan dan Pengawasan Rumah Sakit Pendidikan. (2) Komite Pembinaan dan Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas membantu Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam hal : a. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Rumah sakit Pendidikan; b. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan pengelolaan Rumah Sakit Pendidikan; c. Melaksanakan pendidikan dan latihan bagi Dokter Pendidik Klinik; d. Melaksanakan pendidikan dan latihan Dosen Pendidik Klinik; e. Memberikan pertimbangan dan/atau rekomendasi pada Menteri yang mengurus pemerintahan di bidang Kesehatan dan Menteri yang pemerintahan di bidang Pendidikan mengenai penyelenggaraan rumah sakit pendidikan.

23 (3) Keanggotaan Komite Pembinaan dan Pengawasan Rumah Sakit Pendidikan terdiri dari unsur Kementerian yang mengurus bidang Kesehatan, Kementerian yang mengurus bidang Pendidikan Nasional, Kementerian yang mengurus bidang Pemerintahan Dalam Negeri, Asoisiasi Institusi Pendidikan Kedokteran, Konsil Kedokteran Indonesia, Majelis Kolegium Kedokteran Ikatan Dokter Indonesia, Majelis Kolegium Kedokteran Persatuan Dokter Gigi Indonesia, Asosiasi Rumah Sakit Pendidikan, dan Pemerintah Daerah. (4) Komite Pembinaan dan Pengawasan Rumah Sakit Pendidikan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dibantu oleh Sekretariat Jenderal (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Komite Pembinaan dan Pengawasan Rumah Sakit Pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Presiden BAB XIV KETENTUAN SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 64 Rumah Sakit Pendidikan yang telah ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan dapat dikenakan Sanksi Administratif berupa : a. Teguran Tertulis, apabila masa berlaku SERTIFIKASI telah habis masa berlakunya dan belum melaksanakan reakreditasi b. Pencabutan Penetapan Status sebagai Rumah Sakit Pendidikan, apabila setelah dilakukan Teguran Tertulis 3 (tiga) kali berturut-turut serta tetap tidak melakukan reakreditasi Rumah Sakit Pendidikan dan/atau resertifikasi c. Pencabutan Penetapan Status sebagai Rumah Sakit Pendidikan, apabila Rumah Pendidikan tidak mengikuti akreditasi Rumah Sakit Pendidikan dan/atau tidak lulus akreditasi Rumah Sakit Pendidikan setelah 1 (satu) tahun ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan BAB XV KETENTUAN PIDANA Pasal 65

24 Setiap orang atau penyelenggara Rumah Sakit yang dengan sengaja menyelenggarakan fungsi pendidikan kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan dan pendidikan kesehatan lainnya serta penelitan di Rumah Sakit tanpa memenuhi persyaratan dan standar sebagaimana diatur dalam Pasal 6 dan Pasal 7 dipidana dengan penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda setinggitingginya Rp ,- (tiga milyar rupiah) Pasal 66 Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 berakibat timbulnya kerugian berupa kecacatan fisik dan/atau mental dan/atau kerugian materiel pada pasien yang digunakan sebagai obyek pembelajaran di Rumah Sakit, dikenakan pidana dengan penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda 10 (sepuluh milyar rupiah) Pasal 67 (1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 dilakukan oleh suatu korporasi, selain pidana penjara dan denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali pidana denda sebagaimana Pasal 64 (2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan berupa : a. Pencabutan sementara ijin operasional Rumah Sakit b. Pencabutan secara tetap ijin operasional c. Pencabutan status badan hukum BAB XVI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 68 (1) Pada saat Peraturan Pemerintah ini berlaku, semua Rumah Sakit yang telah menyelenggarakan fungsi pendidikan kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan dan pendidikan kesehatan lainnya serta penelitan di bidang kedokteran dan/atau kesehatan di Rumah Sakit harus segera menyesuaikan dengan ketentuan yang berlaku dalam Peraturan Pemerintah ini, paling lambat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun setelah Peraturan Pemerintah ini diundangkan

25 (2) Pada saat Peraturan Pemerintah ini berlaku, Penetapan Rumah Sakit Pendidikan yang telah ada masih tetap berlaku sampai dengan 2 (dua) tahun setelah Peraturan Pemerintah ini diundangkan BAB XVII KETENTUAN PENUTUP Pasal 69 Pada saat diberlakukannya Peraturan Pemerintah ini semua ketentuan yang mengatur Rumah Sakit Pendidikan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti berdasarkan Peraturan Pemerintah ini Pasal 70 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan

26 Disahkan di Jakarta pada tanggal : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta pada tanggal...oktober 2009 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. PATRIALIS AKBAR LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN... NOMOR 4 Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT NEGARA RI Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan Bidang Politik dan Kesejahteraan Rakyat, Wisnu Setiawan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.295, 2015 KESEHATAN. Rumah Sakit Pendidikan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5777). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.295, 2015 KESEHATAN. Rumah Sakit Pendidikan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5777). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang No.307, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Keperawatan. Pelayanan. Praktik. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U No.132, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENDIDIKAN. Kedokteran. Akademik. Profesi. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5434) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1304, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA. Pendidikan. Dokter Spesialis. Program. PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM PENDIDlKAN DOKTER

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka peningkatan

Lebih terperinci

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA TENTANG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA TENTANG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN REKOMENDASI PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN

Lebih terperinci

2017, No Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lem

2017, No Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lem No.13, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Dokter Spesialis. Wajib Kerja. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2017, No Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tingg

2017, No Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tingg No.226, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Wajib Kerja Dokter Spesialis. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin hak setiap warga negara

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM INTERNSIP DOKTER DAN DOKTER GIGI INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM INTERNSIP DOKTER DAN DOKTER GIGI INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM INTERNSIP DOKTER DAN DOKTER GIGI INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa negara menjamin hak setiap

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.61, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA IPTEK. Keinsinyuran. Profesi. Penyelenggaraan. Kelembagaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5520) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin hak setiap warga negara

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 2004 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

Link and match Pengembangan RS Pendidikan di daerah sulit dengan FK dan RS Pendidikannya. Agung Pranoto Fakultas Kedokteran UNAIR

Link and match Pengembangan RS Pendidikan di daerah sulit dengan FK dan RS Pendidikannya. Agung Pranoto Fakultas Kedokteran UNAIR Link and match Pengembangan RS Pendidikan di daerah sulit dengan FK dan RS Pendidikannya Agung Pranoto Fakultas Kedokteran UNAIR Topik 1. Latar Belakang 2. Rumah Sakit Pendidikan & Fak Kedokteran 3. Permasalahan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG TUNJANGAN PROFESI GURU DAN DOSEN, TUNJANGAN KHUSUS GURU DAN DOSEN, SERTA TUNJANGAN KEHORMATAN PROFESOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG REGISTRASI DOKTER DAN DOKTER GIGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PENERBITAN REKOMENDASI PEMBUKAAN, PEMBINAAN, DAN PENUTUPAN PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG REGISTRASI DOKTER DAN DOKTER GIGI PESERTA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS DAN DOKTER GIGI SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional yang berkesinambungan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional yang berkesinambungan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN KOMISI X DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 2012 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG 1 PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN MILIK PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR : 1 /KKI/PER/ I /2010 TENTANG REGISTRASI DOKTER PROGRAM INTERNSIP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR : 1 /KKI/PER/ I /2010 TENTANG REGISTRASI DOKTER PROGRAM INTERNSIP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR : 1 /KKI/PER/ I /2010 TENTANG REGISTRASI DOKTER PROGRAM INTERNSIP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA, Menimbang : a. bahwa terhadap

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan kesejahteraan umum sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA, SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM ADAPTASI DOKTER DAN DOKTER GIGI WARGA NEGARA INDONESIA LULUSAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG SERTIFIKASI PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG SERTIFIKASI PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG SERTIFIKASI PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.451, 2012 KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA. Kewenangan Tambahan. Dokter. Dokter Gigi. PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 48/KKI/PER/XII/2010 TENTANG KEWENANGAN TAMBAHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 100 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional yang berkesinambungan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN ` RUU Tentang Pendidikan Kedokteran RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN KOMISI X DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 2012 1 RUU Tentang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 108 / HUK / 2009 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 108 / HUK / 2009 TENTANG SALINAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 108 / HUK / 2009 TENTANG SERTIFIKASI BAGI PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL DAN TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGANGKATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGANGKATAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGANGKATAN SEKRETARIS DESA MENJADI PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.298, 2014 KKI. Registrasi. Sementara. Bersyarat. Dokter. Dokter Gigi. WNA. PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG REGISTRASI SEMENTARA DAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.954, 2013 KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA. Surat Keterangan. Sehat Fisik. Mental. Penanganan. Laporan. Gangguan Kesehatan Serius. Pencabutan. PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 2004 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan No.179, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ORGANISASI. Arsitek. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6108) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2018 TENTANG BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN PROGRAM DOKTER LAYANAN PRIMER

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2018 TENTANG BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN PROGRAM DOKTER LAYANAN PRIMER PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2018 TENTANG BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN PROGRAM DOKTER LAYANAN PRIMER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2052/MENKES/PER/X/2011 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2052/MENKES/PER/X/2011 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2052/MENKES/PER/X/2011 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan kesejahteraan umum sebagai salah

Lebih terperinci

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lem

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lem No.671, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Izin. Pelaksanaan. Praktik Kedokteran. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2052/MENKES/PER/X/2011 TENTANG IZIN PRAKTIK

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan fungsi dan tujuan

Lebih terperinci

DRAFT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DRAFT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DRAFT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN MENTERI SOSIAL PERATURAN MENTERI SOSIAL NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG SERTIFIKASI PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL DAN TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : MENTERI

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG PERSETUJUAN ALIH ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN/KEDOKTERAN GIGI

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG PERSETUJUAN ALIH ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN/KEDOKTERAN GIGI SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG PERSETUJUAN ALIH ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN/KEDOKTERAN GIGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN

Lebih terperinci

- 2 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

- 2 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, - 2 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN TUGAS BELAJAR DAN IZIN BELAJAR BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN REKOMENDASI PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN PROGRAM STUDI DOKTER

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN REKOMENDASI PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN PROGRAM STUDI DOKTER PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN REKOMENDASI PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN PROGRAM STUDI DOKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG REGISTRASI DOKTER DAN DOKTER GIGI KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG REGISTRASI DOKTER DAN DOKTER GIGI KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA, PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG REGISTRASI DOKTER DAN DOKTER GIGI KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 34 Undang- Undang

Lebih terperinci

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan No.179, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ORGANISASI. Arsitek. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6108) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa arsitek dalam mengembangkan diri memerlukan

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Menteri Ketenagakerjaan tentang Akreditasi Lembaga Pelatihan Kerja; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentan

2016, No Peraturan Menteri Ketenagakerjaan tentang Akreditasi Lembaga Pelatihan Kerja; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentan No.1799, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. LPK. Akreditasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI LEMBAGA PELATIHAN KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 317/MENKES/PER/III/2010 TENTANG PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN WARGA NEGARA ASING DI INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 317/MENKES/PER/III/2010 TENTANG PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN WARGA NEGARA ASING DI INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 317/MENKES/PER/III/2010 TENTANG PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN WARGA NEGARA ASING DI INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.19, 2010. PENDIDIKAN. Kedinasan. Pedoman. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5101) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14

Lebih terperinci

b. bahwa upaya pemerataan dokter spesialis dilakukan melalui wajib kerja dokter spesialis

b. bahwa upaya pemerataan dokter spesialis dilakukan melalui wajib kerja dokter spesialis PERATURAN PRESIDEN REPIJBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2OI7 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang Mengingat a. bahwa dalam rangka peningkatan akses dan

Lebih terperinci

2012, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar

2012, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar No.104, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TRANSPORTASI. Sumber Daya Manusia. Bidang Transportasi. Perlindungan Kerja. Pembinaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 29

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tenaga kesehatan memiliki peranan penting

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.298, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Tenaga Kesehatan. Penyelenggaraan. Pengadaan. Pendayagunaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG AKREDITASI PUSKESMAS, KLINIK PRATAMA, TEMPAT PRAKTIK MANDIRI DOKTER, DAN TEMPAT PRAKTIK MANDIRI DOKTER GIGI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya manusia dalam mengembangkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa keinsinyuran merupakan kegiatan penggunaan ilmu

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.352, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA. Tata Cara. Penanganan. Kasus. Pelanggaran Disiplin. PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011

Lebih terperinci

2 Menetapkan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Pre

2 Menetapkan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Pre BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1290, 2014 KEMENDIKBUD. Program Studi. Perguruan Tinggi. Akreditasi. Pencabutan. MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG REGISTRASI TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG REGISTRASI TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG REGISTRASI TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1919, 2015 KEMENAG. Diklat. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEGAWAI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.617, 2015 KKI. Pelanggaran Disiplin. Dokter dan Dokter Gigi. Dugaan. Penanganan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

2014, No.16 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi adalah pengaturan

2014, No.16 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi adalah pengaturan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.16, 2014 PENDIDIKAN. Pendidikan Tinggi. Perguruan Tinggi. Pengelolaan. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 51, Pasal 56, dan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENANGANAN KASUS DUGAAN PELANGGARAN DISIPLIN DOKTER DAN DOKTER GIGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG AKREDITASI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG AKREDITASI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL SALINAN MENTERI SOSIAL PERATURAN MENTERI SOSIAL NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG AKREDITASI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : MENTERI SOSIAL, a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA w w w.bp kp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.856, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KKI. Dokter. Dokter Gigi. Kompetensi Yang Sama. Pengesahan. PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN KOMPETENSI YANG SAMA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional yang berkesinambungan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1053, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Rumah Sakit. Komite Keperawatan. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG KOMITE KEPERAWATAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 51, Pasal 56, dan

Lebih terperinci