BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN TENTANG STRATEGI DAERAH SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 27 A TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 852/MENKES/SK/IX/2008 TENTANG STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

bahwa dalam rangka memperkuat upaya perilaku hidup bersih dan sehat, mencegah penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya (Sistem Kesehatan Nasional, 2009). Salah satu upaya. program nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BUKU SAKU VERIFIKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

PANDUAN PELAKSANAAN VERIFIKASI

BAB 1 : PENDAHULUAN. badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah kesehatan tersebut. diakses pada tanggal 15 September 2015 pukul 17.05).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 133 TAHUN 2017 TENTANG

Evaluasi Capaian Pelaksanaan Pamsimas Komponen B

BAB I PENDAHULUAN` Menurut World Health Organization (WHO,2006); sanitasi merupakan upaya

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 4 PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 132 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN DEWAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN CILACAP

PENJABAT BUPATI OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

DITINGKATKAN Permenkes RI No. 3 tahun 2014 tentang STBM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STRATEGI NASIONAL SAN ITAS I TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

BUPATI BARITO KUALA PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjamin kesejahteraan masyarakat. Dalam Undang-Undang Nomor

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 62 SERI E

KEPALA DESA NITA KABUPATEN SIKKA PERATURAN KEPALA DESA NITA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN STBM DI DESA NITA

PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR JL/ TAHUN 2015 TENTANG

Tabel Deskripsi Program / Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta dapat. menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

LAMPIRAN 5Deskripsi Program dan Kegiatan

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI ENDE PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

2015, No Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, maka perlu dilakukan penyempurnaan petunjuk teknis Dana Al

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 106 TAHUN 2016 /X/2016 TENTANG

BAB STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Terms of Reference Proyek Peningkatan Akses Air Minum dan Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PROMOSI KESEHATAN TINGKAT MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran,

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

RANCANGAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR TAHUN 2008

BUPATI TANGERANG PROPINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 102 TAHUN 2015 TENTANG

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 76 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Buku Putih Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BUPATI BULUKUMBA PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KABUPATEN SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Gerakan STBM di Kabupaten Ende

BAB I PENDAHULUAN. secara adil serta merata (Depkes RI, 2009). Masalah penyehatan lingkungan

B A B I P E N D A H U L U A N

BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PRT/M/2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 11 SERI E

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNANN SANITASI. 3.1 Tujuan,Sasaran dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

Transkripsi:

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. bahwa pembudayaan pola hidup bersih dan sehat, pencegahan penyebaran penyakit berbasis lingkungan, peningkatan kemampuan masyarakat dan peningkatan akses air minum dan sanitasi dasar merupakan bagian dari upaya peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan, maka berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang sanitasi Total Berbasis Masyarakat, perlu melaksanakan sanitasi total berbasis masyarakat di daerah; b. bahwa sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) merupakan salah satu desain dan implementasi program berbasis masyarakat sehingga dalam pelaksanaannya perlu diintegrasikan dengan program lainnya; c. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a dan huruf b perlu ditetapkan Peraturan Bupati tentang Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat c Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Sulawesi Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara republik Indonesia Nomor 5063); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679 ); 1

5. Undang-Undang Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4539); 6. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor 36 Tahun 2005 dan Nomor 1138/ Menkes/PB/VIII/2005 Tentang Pedoman Penyelenggaran Kabupaten/Kota Sehat; 7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 650-185 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Pembinaan Program Kabupaten/Kota Sehat; 8. Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 7 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Keluarga Sehat ( Lembaran Daerah Kabupaten Bulukumba Tahun 2014 No.7 Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bulukumba Tahun 2014 Nomor 7); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bulukumba 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom; 3. Bupati adalah Bupati Bulukumba 4. Desa adalah Desa di Kabupaten Bulukumba 5. Kelurahan adalah Kelurahan di Kabupaten Bulukumba 6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang. 7. Air Minum dan Penyehatan Lingkungan yang selanjutnya disingkat AMPL adalah program pembangunan yang diselenggarakan secara menyeluruh dan berkesinambungan dalam rangka meningkatkan akses masyarakat terhadap konsumsi air minum, bebas buang air besar sembarangan, pembuangan air limbah dan drainase di daerah. 8. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disingkat STBM adalah pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan. 9. Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut Pilar STBM adalah perilaku higienis dan saniter yang digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. 10. Pemicuan adalah cara untuk mendorong perubahan perilaku higiene dan sanitasi individu atau masyarakat atas kesadaran sendiri dengan menyentuh perasaan, pola pikir, perilaku dan kebiasaan individu atau masyarakat. 11. Stop Buang Air Besar Sembarangan yang selanjutnya disebut Stop BABS adalah kondisi ketika setiap individu dalam suatu komunitas tidak berperilaku buang air besar sembarangan yang berpotensi menyebarkan penyakit. 2

12. Cuci Tangan Pakai Sabun yang selanjutnya disingkat CPTS adalah perilaku cuci tangan pakai sabun dengan menggunakan air bersih yang mengalir. 13. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga yang selanjutnya disingkat PAMMRT adalah melakukan kegiatan mengelola air minum dan makanan di rumah tangga untuk memperbaiki dan menjaga kualitas air dari sumber air yang akan digunakan untuk air minum, serta untuk menerapkan prinsip higiene sanitasi pangan dalam proses pengelolaan makanan di rumah tangga. 14. Pengamanan Sampah Rumah Tangga yang selanjutnya disingkat PSRT adalah melakukan kegiatan pengolahan sampah di rumah tangga dengan mengedepankan prinsip mengurangi, memakai ulang dan mendaur ulang. 15. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga yang selanjutnya disingkat PLCRT adalah melakukan kegiatan pengolahan limbah cair di rumah tangga yang berasal dari sisa kegiatan mencuci, kamar mandi dan dapur yang memenuhi standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan yang mampu memutus mata rantai penularan penyakit. 16. Higienis adalah usaha kesehatan yang preventif yang menitikberatkan kegiatannya pada usaha kesehatan hidup manusia. 17. Saniter adalah usaha pencegahan/pengendalian semua faktor lingkungan fisik yang dapat memberikan pengaruh terhadap manusia terutama yang sifatnya merugikan/berbahaya terhadap perkembangan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup manusia. 18. Kelompok Kerja dan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan yang selanjutnya disingkat Pokja AMPL adalah kelompok kerja yang dibentuk untuk membantu pemerintah daerah dalam pengelolaan air minum dan sanitasi perdesaan berbasis masyarakat melalui Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) BAB II PENYELENGGARAAN Pasal 2 STBM diselenggarakan dengan tujuan mewujudkan perilaku masyarakat yang higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pasal 3 (1) Masyarakat menyelenggarakan STBM secara mandiri dengan berpedoman pada pilar STBM. (2) Pilar STBM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas perilaku: a. Stop BABS; b. CTPS; c. PAMMRT; d. PSRT; dan e. PLCRT. (3) Pilar STBM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk memutus mata rantai penularan penyakit dan keracunan. Pasal 4 Perilaku Stop BABS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a diwujudkan melalui kegiatan yang meliputi: a. membudayakan perilaku buang air besar sehat yang dapat memutus alur kontaminasi kotoran manusia sebagai sumber penyakit secara berkelanjutan; dan b. menyediakan dan memelihara sarana buang air besar yang memenuhi standar dan persyaratan kesehatan. 3

Pasal 5 Perilaku CTPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b diwujudkan melalui kegiatan yang meliputi: a. membudayakan perilaku cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun secara berkelanjutan; dan b. menyediakan dan memelihara sarana cuci tangan yang dilengkapi dengan air mengalir, sabun dan saluran pembuangan air limbah. Pasal 6 Perilaku PAMMRT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf c diwujudkan melalui kegiatan yang meliputi: a. membudayakan perilaku pengolahan air layak minum dan makanan yang aman dan bersih secara berkelanjutan; dan b. menyediakan dan memelihara tempat pengolahan air minum dan makanan rumah tangga yang sehat. Pasal 7 Perilaku PSRT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf d diwujudkan melalui kegiatan yang meliputi: a. membudayakan perilaku memilah sampah rumah tangga sesuai jenisnya dan membuah sampah rmah tangga di luar rumah secara rutin; b. melakukan pengurangan (reduce), penggunaan kembali (reuse), dan pengolahan kembali (recycle); dan c. menyediakan dan memelihara sarana pembuangan sampah rumah tangga di luar rumah. Pasal 8 Perilaku PLCRT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf e diwujudkan melalui kegiatan yang meliputi: a. melakukan pemisahan saluran limbah cair rumah tangga melalui sumur resapan dan saluran pembuangan air limbah; b. menyediakan dan menggunakan penampungan limbah cair rumah tangga; dan c. memelihara saluran pembuangan dan penampungan limbah cair rumah tangga. Pasal 9 (1) Dalam penyelenggaraan STBM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dilakukan pemicuan kepada masyarakat. (2) Pemicuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, kader, relawan dan/atau masyarakat yang telah berhasil mengembangkan STBM. (3) Pemicuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk memberikan kemampuan dalam: a. merencanakan perubahan perilaku; b. memantau terjadinya perubahan perilaku; dan c. mengevaluasi hasil perubahan perilaku. 4

Pasal 10 (1) Keberhasilan pelaksanaan STBM ditetapkan berdasarkan hasil verifikasi. (2) Masyarakat yang telah berhasil mencapai kondisi sanitasi total atau salah satu pilar dalam penyelenggaraan STBM berdasarkan penilaian Tim Verifikasi, dapat melakukan deklarasi keberhasilan pelaksanaan STBM. (3) Masyarakat yang telah melakukan deklarasi keberhasilan pelaksanaan STBM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan penghargaan (Reward) sesuai dengan kemampuan Keuangan Daerah. (4) Tim Verifikasi sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri dari unsur Pemerintah Daerah dan Masyarakat. Pasal 11 (1) Verifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dilakukan untuk memastikan terjadinya perubahan perilaku masyarakat pada Desa/Kelurahan dan Kecamatan yang mencapai kondisi sanitasi total atau salah satu pilar STBM. (2) Hasil verifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2), ditetapkan sebagai Desa/Kelurahan dan Kecamatan STBM. (3) Hasil verifikasi mencakup 5 (lima) pilar STBM, yakni: a. tersedianya sarana buang air besar bagi setiap individu dalam masyarakat; b. pengelolaan air minum yang layak dalam setiap rumah tangga; c. tersedianya sarana cuci tangan pakai sabun pada setiap rumah tangga dan tempat pelayanan umum; d. adanya pengelolaan limbah cair yang benar pada setiap rumah tangga; dan e. adanya pengelolaan sampah yang benar pada setiap rumah tangga. BAB III PELAKSANA SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT Pasal 12 (1) STBM dilaksanakan oleh Pokja AMPL tingkat kabupaten Bulukumba, Pokja AMPL tingkat kecamatan. (2) Setiap pelaku pembangunan STBM dalam melaksanakan kegiatan dikoordinir oleh Pokja AMPL Kabupaten. (3) Pokja AMPL sebagaimana di maksud pada ayat (1), untuk tingkat kabupaten ditetapkan dengan keputusan Bupati, untuk tingkat kecamatan ditetapkan dengan keputusan Camat. Pasal 13 (1) Untuk melaksanakan STBM ditingkat Desa/ Kelurahan dapat dibentuk Tim STBM Desa/Kelurahan. (2) Tim STBM Desa/Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berkedudukan di Desa/Kelurahan dan bertanggungjawab kepada Pokja AMPL Kecamatan. (3) Keanggotan tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari organisasi kemasyarakatan, unsur pemerintah desa/kelurahan, tenaga kesehatan, kader, relawan dan terintegrasi dengan Pokja desa/kelurahan sehat. (4) Tim STBM sebagaiman dimaksud ayat (1) ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa/ Lurah. 5

BAB IV PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PEMANGKU JABATAN Pasal 14 Kelompok kerja AMPL Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1), berperan: a. menyusun rencana kerja STBM; b. mengembangkan dan mengimplemantasikan kampanye dan advokasi strategi program STBM; c. mengkoordinasikan pendanaan pelaksanaan program STBM; d. memfasilitasi pengembangan rantai suplai air bersih, sanitasi dan lingkungan hidup; e. memantau, mengevaluasi dan mengendalikan kelompok kerja AMPL Kecamatan; dan f. memverifikasi pelaksanaan STBM. Pasal 15 Kelompok kerja AMPL Kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1), berperan : a. mengkoordinasikan pelaksanaan pemicuan STBM; b. mengembangkan rantai suplai sanitasi; c. memantau, memverifikasi dan mengevaluasi hasil pemicuan dan perkembangan perubahan perilaku masyarakat; d. melakukan pemutakhiran database kondisi air minum dan penyehatan lingkungan; dan e. menyampaikan laporan kepada kelompok kerja AMPL Kabupaten setiap tahun. Pasal 16 Tim STBM Desa/Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1), berperan : a. menyusun rencana kerja; b. mengembangkan dan mengimplemantasikan kampanye dan advokasi strategi program STBM; c. mengkoordinasikan pendanaan pelaksanaan program STBM; d. memfasilitasi pengembangan rantai suplai air bersih, sanitasi dan lingkungan hidup; f. mengkoordinasikan pelaksanaan pemicuan STBM; g. membentuk produk hukum Desa/Kelurahan tentang STBM. h. memantau, memverifikasi dan mengevaluasi hasil pemicuan dan perkembangan perubahan perilaku masyarakat; dan i. melakukan pemutkhiran database kondisi air minum dan penyehatan lingkungan dan menyampaikan laporan kepada kelompok kerja AMPL Kabupaten melalui kelompok kerja AMPL Kecamatan setiap tahun. BAB V PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 17 Dalam pelaksanaan STBM masyarakat berhak: a. memperoleh informasi tentang rencana program dan kegiatan STBM; 6

b. ikut serta dalam perumusan kebijakan, pengelolaan dan pelaksanaan program/kegiatan STBM; dan c. memperoleh penyuluhan dan pelatihan dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Pasal 18 Dalam pelaksanaan STBM, masyarakat wajib: a. memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam perumusan kebijakan dan pengelolaan program/kegiatan STBM; b. mentaati peraturan perundang-undangan tentang pelaksanaan STBM; dan c. menjaga keberlanjutan program/kegiatan STBM. Pasal 19 Dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program STBM, perlu memperhatikan keikutsertaan perempuan dan anak. BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI Pasal 20 (1) Kelompok kerja AMPL melakukan pemantauan pelaksanaan STBM. (2) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan secara langsung dan/atau tidak langsung dalam rangka mendapatkan data dan informasi pelaksanaan STBM. Pasal 21 (1) Bupati melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan STBM. (2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat didelegasikan kepada kelompok kerja AMPL. (3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan secara berkala terhadap standar kualitas dan indikator kinerja pelaksanaan STBM. (4) Indikator kinerja pelaksanaan STBM sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi: a. aksesibilitas penyelenggaraan STBM; b. keberhasilan penyelenggaraan STBM; c. permasalahan yang dihadapi; d. dan dampak penyelenggaraan STBM. BAB VII PEMBIAYAAN Pasal 22 Pembiayaan untuk mendukung penyelenggaran STBM sebagai berikut: a. tingkat kabupaten, kecamatan dan kelurahan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah b. tingkat desa bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa c. sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 7

BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 23 (1) Pada saat berlakunya peraturan ini, maka Peraturan Bupati Bulukumba Nomor 55 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. (2) Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Bulukumba. Ditetapkan di Bulukumba pada tanggal 25 November 2016 BUPATI BULUKUMBA, Diundangkan di Bulukumba pada tanggal 25 November 2016 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA, A. M. SUKRI A. SAPPEWALI A. B. AMAL BERITA DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2016 NOMOR 70 8

PENJELASAN ATAS PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT I. UMUM Bahwa Kebijakan Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan kebijakan yang lahir dari upaya nyata Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk mencapai target Universal acces yaitu menurunkan separuh proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum yang aman dan berkelanjutan serta sanitasi dasar layak pada 2015. Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait masalah air minum, hygiene dan sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP), tahun 2006 menunjukan 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka lainnya. Implikasi diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan masih merupakan pembunuh nomor satu untuk kematian bayi di Indonesia dan menyumbang 42% dari penyebab kematian bayi usia 0-11 bulan, 162.000 orang balita setiap tahunnya (Riset Kesehatan Dasar, tahun 2010). Pada tahun 2014 tercatat persentase rumah tangga menurut akses terhadap sanitasi layak di Indonesia sebesar 61,06%, lebih rendah dari target Renstra sebesar 75%. Berdasarkan profil kesehatan Provinsi Sul Sel, keluarga yang memiliki jamban sehat (72,97%). Berdasarkan data pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bulukumba, jumlah penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak (jamban sehat) sebesar 348.454 jiwa (85,5%), jenis sarana jamban yang digunakan adalah jamban komunal, leher angsa, pelengsengan dan cemplung (Profil Kesehatan Kabupaten Bulukumba, tahun 2015). Hal ini menunjukkan masih rendahnya akses masyarakat Kabupaten Bulukumba terhadap sanitasi yang layak. Bahwa masih kurangnya pemahaman masyarakat mengenai pola pemanfaatan dan pengelolaan sarana dan prasarana penyehatan lingkungan/sanitasi serta lemahnya dukungan dan kebijakan pemerintah yang mengakibatkan belum efektifnya pembangunan dan pelaksanaan STBM. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka Program STBM diharapkan untuk mewujudkan perilaku masyarakat yang higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Bahwa Peraturan Bupati ini akan menjadi Dasar Hukum dan Pedoman dalam pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, di Kabupaten Bulukumba. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 9

Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Huruf c Yang dimaksud tempat pelayanan umum adalah di sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal dan tempat-tempat umum lainnya Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Huruf c Yang dimaksud dengan mengkoordinasikan pelaksanaan pemicuan STBM adalah koordinasi dengan berbagai institusi pemerintah di Kecamatan dan memberi dukungan bagi Puskesmas dan lembaga pendidikan dalam pemicuan STBM. Huruf d Yang dimaksud dengan pengembangan rantai suplai air bersih adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Yang dimaksud dengan sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan melalui peningkatan kualitas pengelolaan persampahan rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga, air limbah domestik, dan drainase lingkungan. Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Ayat (2) 10

Yang dimaksud dengan pemantauan secara langsung adalah mengadakan kunjungan lapangan ke tempat penyelenggara guna memperoleh gambaran secara langsung tentang penyelenggaraan program STBM yang dilaksanakan oleh penyelenggara. Yang dimaksud dengan pemantauan secara tidak langsung adalah mempelajari data dan laporan penyelenggaraan program STBM yang dikirimkan oleh penyelenggara dan/atau diperoleh dari instansi terkait lainnya. Pasal 21 Cukup jelas Pasal 22 Pasal 23 TAMBAHAN BERITA DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2016 NOMOR 70 11