Analisis Pembangunan Manusia Di Sumatera Barat

dokumen-dokumen yang mirip
IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara. kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup.

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

BAB IV GAMBARAN UMUM

GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU

PENDAHULUAN Latar Belakang

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM. Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14

BAB IV GAMBARAN UMUM

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. pembangunan manusiadengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi. untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat.

Sumatera Barat. Jam Gadang

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

ALOKASI ANGGARAN DAERAH DALAM PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA Beryl Artesian Girsang

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

BAB I PENDAHULUAN. sementara pada waktu yang sama mengalami pertumbuhan penduduk yang cepat.

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Malaka terletak antara Lintang Selatan Lintang Utara atau antara 100

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

PERBANDINGAN ANTAR DAERAH

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Menurut Soembodo (2011),

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB I PENDAHULUAN. nilai inti untuk memahami pembangunan yang paling hakiki antara lain

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat. provinsi NTB mencapai ,15 km 2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

SKRIPSI ANALISIS KINERJA EKONOMI DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA PROVINSI SUMATERA BARAT SEBELUM DAN SESUDAH PEMEKARAN OLEH VARADILA OKAYANDA

A. Keadaan Geografis Dan Topografi

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM. 15 Lintang Selatan dan antara Bujur Timur dan dilalui oleh

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM. Bujur Timur sampai 105º50 (BT) Bujur Timur dan 3º45 (LS) Lintang Selatan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Wonogiri di bagian tenggara, Kabupaten Klaten di bagian timur laut,

BAB I PENDAHULUAN. yang dilaksanakan oleh sejumlah negara miskin dan negara berkembang.

BAB IV GAMBARAN UMUM

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN BAPPEDA PROVINSI SUMATERA BARAT Edisi 07 Agustus 2015

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang diharapkan itu adalah kemajuan yang merata antarsatu

BAB IV GAMBARAN UMUM

KOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama

BAB I PENDAHULUAN 1.1.LatarBelakangMasalah

BAB V PENUTUP. Sebagai daerah yang miskin dengan sumber daya alam, desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala bidang yang dilakukan pemerintah bersama

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kepulauan Mentawai telah menetapkan visi. Terwujudnya Masyarakat Kepulauan Mentawai yang maju, sejahtera dan

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

ANALISIS POTENSI SEKTOR BASIS DI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

BAB III KONDISI UMUM Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan semakin menjadi primadona sejak krisis ekonomi melanda Indonesia

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

Transkripsi:

Jurnal Ilmu Administrasi Publik 2 (1) (2014): 46-53 Jurnal Administrasi Publik http://ojs.uma.ac.id/index.php/publikauma Analisis Pembangunan Manusia Di Sumatera Barat Asnidar* Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, Indonesia Diterima Februari 2014; Disetujui April 2014; Dipublikasikan Juni 2014 Abstrak Hasil analisis dan pembahasan menunjukkan bahwa Sumatera Barat mempunyai IPM sebesar 73,78%, dengan angka harapan hidup (69,5 tahun), rata-rata lama sekolah 8,48 tahun, angka melek huruf (97,09%), dan pengeluaran perkapita Rp 635,29. Jika dilihat dari masing-masing indicator, dapat diketahui bahwa indeks pembangunan manusia di Sumatera Barat masih rendah dalam bidang kesehatan dan pendidikan. Bidang kesehatan yang masih memiliki harapan hidup di bawah standar nasional dan rata-rata lama sekolah yang belum mencapai sekolah dasar 9 tahun. Ada tiga kabupaten yang memiliki IPM tertinggi yaitu Kota Bukitinggi, Kota Padang, dan Kota Padang Panjang untuk merencanakan pembangunan di Sumatera Barat harus mengkaitkan indikator dalam penyusun pembangunan manusia dengan kondisi geografis dan kondisi penduduk Kata kunci : Pembangunan; Manusia Abstract The results of the analysis and discussion show that West Sumatra has HDI of 73.78%, with life expectancy (69.5 years), average school length 8.48 years, literacy rate (97.09%), and per capita expenditure Rp 635.29. When viewed from each indicator, it can be seen that the human development index in West Sumatra is still low in the field of health and education. Health fields that still have a life expectancy below the national standard and the average length of school that has not reached primary school 9 years. There are three districts that have the highest HDI, namely Kota Bukitinggi, Kota Padang, and Kota Padang Panjang to plan development in West Sumatra should link the indicators in the compiler of human development with geographical conditions and population conditions Keywords: Development; Human How to Cite : Asnidar(2014). Analisis Pembangunan Manusia Di Sumatera Barat 2 (1): *Corresponding author: E-mail: syarifuddinritonga@yahoo.com P-ISSN-2549-9165 e-issn-2580-2011 46

Asnidar(2014). Analisis Pembangunan Manusia Di Sumatera Barat PENDAHULUAN Pembangunan yang dilaksanakan tidak akan berarti bila pembangunan tersebut tidak mampu meningkatkan kualitas manusia. Kemajuan pembangunan manusia secara umum dapat ditunjukkan dengan melihat perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mencerminkan capaian kemajuan di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Indeks (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. Suatu negara yang dikatakan maju dapat tercermin jika yang dijadikan acuan salah satunya adalah masalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yang tentu saja menjelaskan seberapa besar perkembangan manusia di suatu negara. Indonesia memiliki sumber daya manusia yang bisa di eksplorasi dan digali sehingga menunjukkan Indeks Pembangunan Manusia yang signifikan. Davies and Quinlivan (2006), mengemukakan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks komposit yang dipengaruhi oleh indikator kesehatan yang diwakili oleh umur (harapan hidup), indikator Universitas Sumatera Utara pendidikan yang diwakili oleh angka melek huruf, dan indikator ekonomi yang diwakili oleh pengeluaran riil perkapita. Indikator dari indeks pembangunan manusia yaitu: angka harapan hidup pada waktu lahir (life expectancy at birth), angka melek huruf (literacy rate), rata-rata lama sekolah (mean years of schooling), dan kemampuan daya beli (purchasing power parity). Indikator angka harapan hidup mengukur kesehatan, indikator angka melek huruf dan indikator rata-rata lama sekolah mengukur pendidikan dan 47 indikator daya beli mengukur standar hidup. Keempat indikator tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. IPM akan meningkat apabila keempat unsur tersebut dapat ditingkatkan dan nilai IPM yang tinggi menandakan keberhasilan pembangunan ekonomi suatu Negara. Secara umum, Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Barat dari tahun 2007 sampai tahun 2013 mengalami peningkatan. Namun tidak tertutup 2 kemungkinan nilainya akan menurun tergantung dari pergerakan masing masing variabel yang mempengaruhi METODE PENELITIAN Secara lebih formal, pengambilan sampel terdiri atas pilihan elemen dari populasi. Populasi dapat berupa kumpulan dari setiap objek penelitian. Pada dasarnya, populasi adalah himpunan semua hal (keseluruhan realita sosial ) yang ingin diketahui. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai di bagian Administrasi Perekonomian Pemerintahan Kota Medan. Sedangkan sampel dikatakan oleh sudjana (2006:167) adapun yang diambil dari bagian populasi disebut sampel. Sampel sampel itu harus representative dalam arti segala karakteristik populasi hendaknya tercermin dalam sampel yang dimiliki. Kekeliruan penarikan dapat terjadi karena kurang cermat memahami populasi. Dalam penelitian ini, peneliti harus mengetahui/memahami realita yang diteliti serta jumlah dari populasi yang diteliti. Maka sampel yang diajukan yaitu 30 orang pegawai Bagian Administrasi Perekonomian Pemerintah Kota Medan. Di dalam melaksanakan pengumpulan data maupun keterangan yang diperlukan dalam penelitian ini penulis memakai cara penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Dalam penelitian ini nantinya penulis aakaan mengemukakan dua variabel yang sangat menentukan dan saling berhubungan. Kedua variabel dimaksud adalah variabel bebas dan variabel terikat. Untuk

Jurnal Ilmu Administrasi Publik 2 (1) (2014 mengetahui/menganalisis hubungan antara variabel sebagaimana disebutkan sebelumnya dipergunakan teknis analisis kualitatif dan analisa kuantitatif atau dengan kata lain hipotesa diukur kebenarannya dengan koefisien korelasi Poduct Moment. HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut hasil Sensus penduduk 2010 Provinsi Sumatera Barat memiliki jumlah penduduk total 4.846.909 jiwa, dengan jumlah laki-laki sebesar 2.404.377 jiwa dan perempuan sebesar 2.442.532 jiwa. Sedangkan menurut daerah asal, penduduk Sumatera Barat sebagian besar tinggal di pedesaan sebesar 2.969.087 jiwa sedangkan di perkotaan sebesar 1.887.822 jiwa. Provinsi Sumatera Barat terletak antara 00 54 Lintang Utara (LU), sampai dengan 3 30 Lintang Selatan (LS), dan 98 36 sampai 101 53 Bujur Timur (BT), mempunyai luas daerah daratan ± 42.297,30 km² dan luas perairan (laut) ± 52.882,42 km² dengan panjang pantai wilayah daratan ± 375 km ditambah panjang garis pantai kepulauan mentawai ± 1.003 km, sehingga total garis pantai keseluruhan ± 1.378 km. Perairan laut ini memiliki 375 pulaupulau kecil dengan jumlah pulau terbanyak yaitu 323 pulau berada di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Secara administratif, wilayah Sumatera Barat berbatasan sebelah utara dengan Provinsi Sumatera Utara, sebelah selatan dengan Provinsi Bengkulu, sebelah Barat dengan Samudera Hindia dan sebelah Timur dengan Provinsi Riau dan Jambi. Ketinggian permukaan wilayah di Provinsi Sumatera Barat sangat bervariasi mulai dari dataran rendah di pantai dengan ketinggian 0 m hingga dataran tinggi (pegunungan) dengan ketinggian > 3000 m di atas permukaan laut (d.p.l). Dataran rendah (< 500 m d.p.l.) tercatat 45,62%, dataran menengah (500 1.000 m) 32,07% dan 20,70% daerah Sumatera Barat berada pada dataran tinggi (>1000 m d.p.l). Dengan kondisi topografi tersebut, potensi sumberdaya alam yang terdapat di Sumatera Barat sangat bervariasi intensitas dan penggunaannya. Pada dataran rendah intensitas penggunaan dapat lebih maksimal, sementara itu pada dataran tinggi intensitas penggunaan akan dihadapkan pada faktor pembatas lahan. Untuk itu diharapkan pemanfaatan lahan agar dapat dikelola secara seksama dengan memperhatikan dampak lingkungan, sehingga tidak terjadi kerusakan berdampak negatif untuk masa kini dan yang akan datang. Provinsi Sumatera Barat memiliki sumberdaya air yang cukup besar. Jumlah sungai yang terdapat di provinsi Sumatera Barat mencapai 606 buah sungai yang sebahagian bermuara ke Samudera Hindia di Pantai Barat dan sebahagian lagi ke arah Pantai Timur Pulau Sumatera. Wilayah Sumatera Barat yang dialiri sungai ini dapat dibagi atas 9 Satuan Wilayah Sungai (SWS) yaitu SWS Akuaman, Pulau Siberut, Natal- Batahan, Kampar, Batang Hari, Silaut, Rokan, Indragiri dan Masang. Sumber air sungai di provinsi berasal dari pegunungan dan danau (Danau Diatas, Danau Dibawah, Danau Maninjau dan Danau Singkarak). Danau Singkarak yang terletak di Kabupaten Solok dan Tanah Datar mempunyai luas 13.011 km2, Danau Maninjau terdapat di Kabupaten Agam mempunyai luas 9.950 km2, sedangkan Danau Diatas (3.150 km2), dan Danau Dibawah (1.400 km2) dan Danau Talang (1,02 km2) terdapat di Kabupaten Solok. Kondisi perekonomian Sumatera Barat secara makro dapat dilihat dari perkembangan produksi dosmestik regional bruto (PDRB)nya selama tahun 2006-2009. Struktur perekonomian Sumatera Barat sejak tahun 2005 sampai tahun 2009 masih didominasi oleh sektor pertanian. Pada tahun 2005, sektor pertanian menyumbang terhadap pembentukan nilai PDRB Sumatera Barat adalah sebesar 25,01%, dan sejak tahun 2006 kontribusi sektor pertanian ini terus menurun hingga sampai tahun 2008 mencapai sebesar 24.10% dengan laju penurunan sebesar 0,91%. Penurunan kontribusi sektor pertanian ini diiringi dengan kenaikan sektor perdagangan hotel dan restoran serta industri pengolahan. Pada tahun 2005, sektor perdagangan hotel dan restoran menyumbang sebesar 18,20% dan industri pengolahan sebesar 13,06%, kontribusi sektor perdagangan terus meningkat menjadi 18,46%,dan kontribusi sektor industri pengolahan menjadi 12,75%. 48

Asnidar(2014). Analisis Pembangunan Manusia Di Sumatera Barat Pembangunan sumber daya manusia sebagai insan manusia dan sumberdaya pembangunan merupakan satu kesatuan dan berkelanjutan sepanjang hayat dalam rentang kehidupanya. Ini berarti bahwa sumber daya manusia berkualitas akan tercapai apabila pendidikan yang baik dan benar dilaksanakan sejak dini dan berlangsung sepanjang hayat Pendidikan dalam konteks ini, harus membuat seimbang antara pembentukan dan pembinaan karakter dan pendidikan yang menekankan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Selama periode 2005-2010, berbagai upaya pembangunan pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Sumatera Barat telah dilakukan. Kecendrungan (trend) keberhasilan pembangunan Sumber Daya Manusia sampai dengan tahun 2008, menunjukkan kemajuan yang berarti. Sampai dengan tahun 2008, antara besaran target dan realisasi program berjalan seimbang, namun terjadinya gempa pada tanggal 30 September 2009, di Sumatera Barat telah membawa kemunduran ( setback) terhadap perkembangan pendidikan. Berikut dijelaskan tentang gambaran pembangunan manusia di Sumatera Barat, yang meliputi indicator indeks pembangunan manusia (IPM), Indeks Kemiskinan Manusia (IKM), Indeks Pembangunan Jender (IPG), Indeks Pemberdayaan Jender (IDG). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Pada tabel berikut menunjukkan gambaran Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Pada tahun 2010, Sumatera Barat menduduki peringkat 9 tingkat nasional. Hal ini tentunya memberikan gambaran yang baik untuk Sumatera Barat, dimana dengan IPM dapat melihat kondisi social dan ekonomi penduduk Sumatera Barat. Diagram 1. HDI/IPM Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010 Sumatera Barat mempunyai IPM sebesar 73,78%, dengan angka harapan hidup (69,5 tahun), rata-rata lama sekolah 8,48 tahun, angka melek huruf (97,09%), dan pengeluaran perkapita Rp 635,29. Jika dilihat dari masing-masing indicator, dapat diketahui bahwa indeks pembangunan manusia di Sumatera Barat masih rendah dalam bidang kesehatan dan pendidikan. Bidang kesehatan yang masih memiliki harapan hidup di bawah 49 standar nasional dan rata-rata lama sekolah yang belum mencapai sekolah dasar 9 tahun. Persebaran IPM di Sumatera Barat menyebar membentuk seperti piramida terbalik, dengan perkembangan yang bertahap dari kabupaten yang memiliki IPM terbesar menuju kabupaten dengan IPM terkecil. Ada tiga kabupaten yang memiliki IPM tertinggi yaitu Kota Bukitinggi, Kota Padang, dan Kota Padang Panjang. Sedangkan ada tiga

Jurnal Ilmu Administrasi Publik 2 (1) (2014 kabupaten pula yang memiliki IPM terendah, yaitu Kabupaten Dhamas Raya, Kabupaten Solok Selatan, dan Kepulauan Mentawai. Tiga kota dengan IPM tertinggi merupakan daerah yang sudah maju dengan pencapaian IPM di atas pencapaian Provinsi Sumatera Barat itu sendiri. Dengan angka harapan hidup di atas 70 tahun dan pencapain lama sekolah di atas 10 tahun. Hal ini menandakan bahwa tingkat kesehatan dan pendidikan sudah lebih baik dibanding rata-rata IPM provinsi. Sedangkan untuk ketiga kabupaten dengan IPM terendah, merupakan yang berkebalikan dengan kabupaten tertinggi. Ketiga kabupaten tersebut menggambarkan kondisi terburuk dilihat dari pembangunan manusia di Sumatera Barat. Sehingga dapat menjadi tolak ukur perencanaan pembangunan yang ada di Sumatera Barat. Adapun titik focus dalam IPM pada ketiga kabupaten tersebut terletak pada bidang kesehatan dan pendidikan yang ditandai dengan angka harapan hidup dan pendidikan yang rendah. Diagram 2. IKM Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2002 Berdasarkan diagram IKM di kabupaten Sumatera Barat ketimpangannya masih cukup tinggi, dimana IKM tertinggi di Kabupaten Sawah Lunto/Sijunjung sebesar 29,8% sedangkan IKM terkecil di Kota Solok sebesar 10.7%. sebagian besar yang mempunyai IKM kecil terletak di Kabupaten Kota, sedangkan dengan IKM tinggi terletak di kabupaten. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar penduduk miskin identik dengan pedesaan. IKM ini menggambarkan angka kemungkinan tidak bertahan hidup sampai 40 tahun, angka buta huruf dewasa, persentase penduduk tanpa akses air bersih, kesehatan, dan persentase balita berstatus kurang gizi. Indicator-indikator tersebut memang sering dijumpai di pedesaan karena keterbatasan fasilitas umum seperti fasilitas kesehatan, pendidikan, dan air bersih. 50

Asnidar(2014). Analisis Pembangunan Manusia Di Sumatera Barat Grafik 3. Peringkat GDI/IPG Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat, 2010 Pada diagram di atas menggambarkan Indeks Pembangunan Jender di Sumatera Barat. IPG ini menggambarkan IPM penduduk namun hanya mengacu pada perempuan. Gambaran secara umum IPG mempunyai ilustrasi yang hampir sama dengan IPM, dimana daerah kota sebagian besar memiliki IPG yang cukup besar bahkan di atas pencapaian provinsi. Sedangkan IPG terkecil dicapai oleh kabupaten yang memiliki IPM rendah pula seperti Kabupaten Dharmas Raya. Grafik 4. Peringkat GEM/IDG Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat, 2010 51

Jurnal Ilmu Administrasi Publik 2 (1) (2014 Pada diagram di atas menunjukkan indeks pemberdayaan jender yang ada di Sumatera Barat. Pemberdayaan ini meliputi partisipasi perempuan dalam parlemen, persentase perempuan yang memiliki status pekerjaan tinggi, dan persentasi kontribusi perempuan dalam pendapatan kerja. Pada diagram di atas menunjukkan bahwa pemberdayaan perempuan lebih banyak terjadi di perkotaan yaitu di Kota Padangpanjang dan Kota Bukittinggi. Perkotaan memiliki banyak akses untuk mencapai indicator-indikator tersebut, sehingga perempuan kota akan lebih mudah untuk mencapainya. Sebagai contoh status pekerjaan yang tinggi dan partisipasi dalam parlemen. Pekerjaan dengan status yang tinggi hanya dapat diraih di perkotaan seperti manager, sehingga perempuan desa harus berjuang dengan keras untuk meraih pendidikan yang tinggi dan mengharap pekerjaan dengan status yang tinggi pula. Kedua hal tersebut disediakan di perkotaan, maka perempuan desa harus mencarinya di perkotaan dengan berbagai risiko dan persaingan yang cukup berat. Berbeda dengan perempuan kota yang sudah terbiasa tinggal di kota dan berdampak pada akses yang lebih mudah untuk mencapainya. Berdasarkan uraian di atas untuk merencanakan pembangunan di Sumatera Barat harus mengkaitkan indikator dalam penyusun pembangunan manusia dengan kondisi geografis dan kondisi penduduk. Menurut data yang telah disajikan terlihat bahwa persebaran penduduk lebih banyak terdapat di desa daripada di kota. Hal ini juga diikuti dengan Indeks Pembangunan yang rendah pula. Selain itu, besarnya penduduk miskin juga tinggal di desa. Selain itu kabupaten tersebut terletak jauh dari pusat kota provinsi, seperti Kepulauan Mentawai dan Kabupaten Solok Selatan yang memerlukan banyak waktu untuk mencapai ke kota provinsi. Selain itu, kabupaten yang memiliki indeks pembangunan rendah terdapat di daerah perbatasan. Hal ini menandakan bahwa persebaran fasilitas untuk mencapai akses pendidikan dan kesehatan belum merata sampai daerah perbatasan. Selain pedesaan dan daerah perbatasan menjadi sasaran utama, maka harus memperhatikan pula indicator yang lemah 52 atau belum mencapai. Dalam IPM kondisi pendidikan yang belum mencapai pendidikan dasar harus dituntaskan dan peningkatan terhadap akses kesehatan masyarakat yang ditunjukkaan dalam angka harapan hidup. Selain itu dalam IKM harus memperhatikan akses terhadap air bersih, pemberantasan buta huruf, dan perlu diperhatikan balita kurang gizi. Sedangkan dalam pembangunan dan pemberdayaan jender yang perlu diperhatikan yaitu peningkatan pendidikan perempuan. Adanya pendidikan yang tinggi maka akan berdampak pada partisipasi perempuan dalam dunia kerja maupun partisipasi perempuan dalam parlemen. SIMPULAN Sumatera Barat mempunyai IPM sebesar 73,78%, dengan angka harapan hidup (69,5 tahun), rata-rata lama sekolah 8,48 tahun, angka melek huruf (97,09%), dan pengeluaran perkapita Rp 635,29. Jika dilihat dari masing-masing indicator, dapat diketahui bahwa indeks pembangunan manusia di Sumatera Barat masih rendah dalam bidang kesehatan dan pendidikan. Bidang kesehatan yang masih memiliki harapan hidup di bawah standar nasional dan rata-rata lama sekolah yang belum mencapai sekolah dasar 9 tahun. Persebaran IPM di Sumatera Barat menyebar membentuk seperti piramida terbalik, dengan perkembangan yang bertahap dari kabupaten yang memiliki IPM terbesar menuju kabupaten dengan IPM terkecil. Ada tiga kabupaten yang memiliki IPM tertinggi yaitu Kota Bukitinggi, Kota Padang, dan Kota Padang Panjang untuk merencanakan pembangunan di Sumatera Barat harus mengkaitkan indikator dalam penyusun pembangunan manusia dengan kondisi geografis dan kondisi penduduk. Menurut data yang telah disajikan terlihat bahwa persebaran penduduk lebih banyak terdapat di desa daripada di kota. Hal ini juga diikuti dengan Indeks Pembangunan yang rendah pula. Selain itu, besarnya penduduk miskin juga tinggal di desa. IKM di kabupaten Sumatera Barat ketimpangannya masih cukup tinggi, dimana IKM tertinggi di Kabupaten

Asnidar(2014). Analisis Pembangunan Manusia Di Sumatera Barat Sawah Lunto/Sijunjung sebesar 29,8% sedangkan IKM terkecil di Kota Solok sebesar 10.7%. DAFTAR PUSTAKA Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Sumatera Barat 2011-2015 BPS, 2010, Data dan Informasi Kemiskinan, Jakarta: BPS. BAPPENAS, 2010, Laporan Akhir Evaluasi Pelayanan Keluarga Berencana Bagi Masyarakat Miskin (Keluarga Prasejahtera/KPS dan Keluarga Sejahtera I / KS - I, Jakarta: BAPPENAS. BKKBN, 2010, Rencana Strategis (Rentra) Pembangunan Kependudukan Keluarga Berencana: BKKBN Singarimbun,M., dan Effendi, M.,1981, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES Sitanggang, T., 2010, Faktor Penyebab Kemiskinan <http://www.scribd.com (diakses 20 april 2014). 53