BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyuluh pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan kepada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berkelanjutan merupakan keniscayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya

PENDAHULUAN. Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan di luar sekolah (non

Dalam lingkungan Pemerintahan, setiap organisasi/skpd berkewajiban. misi tersebut. Simamora (1995) mengatakan bahwa sumber daya yang dimiliki

UU Nomor 16 Tahun 2006 Tentang SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN (SP3K)

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 21 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA. dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berpikir, cara kerja dan

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 10 TAHUN 2010 T E N T A N G

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, hampir 80% warga negaranya. bermasyarakat di pedesaan serta sekitar 62% dari jumlah tersebut bermata

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

G U B E R N U R J A M B I

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BUPATI PAKPAK BHARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Mamuju Utara di Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Negara

PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALI

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS KANTOR KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

5. Badan adalah Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bulungan. 6. Kepala Badan adalah Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan dan

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA

PENYULUHAN DAN KEBERADAAN PENYULUH

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016

BUPATI TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG,

TINJAUAN PROGRAM PENYULUHAN PERTANIAN PETANI PADI SAWAH DI WKPP SEI BERAS SEKATA, KECAMATAN SUNGGAL, KABUPATEN DELI SERDANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Peranan sektor pertanian memiliki kontribusi bagi pembentukan

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN

PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR TAHUN 2008

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan berdasarkan tugas dan Fungsi

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGANTAR. Latar Belakang. merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

BAB I PENDAHULUAN. kelembagaan penyuluhan dan peningkatan kegiatan penyuluh pertanian,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mengingat: Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28C, dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN

PEDOMAN PENILAIAN BALAI PENYULUHAN KECAMATAN BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 55/Permentan/KP.120/7/2007 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PENYULUH PERTANIAN BERPRESTASI

Hubungan antara Karakteristik Petani dan Dinamika Kelompok Tani dengan Keberhasilan Program PUAP

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 14 TAHUN 2012

PERAT URAN DAERAH K ABUP AT EN BAT ANG NOMOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 5 TAHUN 2010

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI JAWA BARAT. dan GUBERNUR JAWA BARAT

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 42/Permentan/OT.140/3/2013 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 39 TAHUN 2007

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT, Menimbang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB IV TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2018, No Menteri Pertanian sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditinjau kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DUKUNGAN PENYULUH DI KELEMBAGAAN PETANI PADA PENGUATAN PERKEBUNAN KOPI RAKYAT

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Dalam mencapai keinginan tersebut

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PENYULUH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PELAKSANAAN TUGAS POKOK PENYULUHAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. modern pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan pelayanan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANAN PENYULUHAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN KAMPAR. Kata Kunci : Peranan, penyuluhan, dan kelapa sawit

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN PUSTAKA. keluarga-keluarga tani di pedesaan, dimana mereka belajar sambil berbuat untuk

Transkripsi:

22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penyuluh Pertanian Penyuluh pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan kepada petani beserta keluarganya yang hidup di pedesaan dengan membawa dua tujuan utama yang diharapkannnya. Tujuan jangka pendek adalah menciptakan perubahan perilaku termasuk di dalamnya sikap, tindakan dan pengetahuan, serta untuk tujuan jangka panjang adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat dengan jalan meningkatkan taraf hidup mereka (Sastraatmadja, 1993). Menurut UUD No. 16 Tahun 2006 Tentang Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan menimbagi : 1. Bahwa penyuluhan sebagai bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum merupakan hak asasi warga negara Republik Indonesia. 2. Bahwa pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan yang berkelanjutan merupakan suatu keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan baku industri; memperluas lapangan kerja; dan lapangan berusaha; meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya petani, perkebun, peternak, nelayan, pembudi daya ikan, pengolah ikan, dan masyarakat didalam dan sekitar kawasan hutan; mengentaskan masyarakat dan kemiskinan khususnya di perdesaan meningkatkan pendapatan nasional; serta menjaga kelestarian lingkungan.

23 3. Bahwa untuk lebih meningkatkan peran sector pertanian, perikanan dan kehutanan diperlukan sumberdaya manusia yang berkualitas, serta berkemampuan manajerial, kewirausahaan dan organisasi berbassis sehingga pelaku pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan mampu membangun usaha dari hulu ke hilir yang berdaya saing tinggi dan mampu berperan serta dalam melestarikan hutan dan lingkungan hidup sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. 4. Bahwa untuk mewujudkan sebagaimana dimaksud dalam no 1,2,3 pemerintah berkewajiban menyelenggarakan penyuluhan dibidang pertanian, perikanan dan kehutanan. 5. Bahwa pengaturan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan dewasa ini masih tersebar dalam berbagai peraturan perundang- undangan sehingga belum dapat memberikan dasar hukum yang kuat dan lengkap bagi penyelenggaraan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan. 2.1.2 Tugas Pokok Penyuluh Pertanian Tugas pokok penyuluh pertanian adalah melakukan kegiatan penyuluhan pertanian untuk mengembangkan kemampuan petani dalam menguasai, cmemanfaatkan dan menerapkcan teknologi baru sehingga mampu bertani lebih baik, berusaha lebih menguntungkan serta membina kehidupan berkeluarga yang lebih sejahtera. Tugas pokok penyuluhan pertanian adalah: 1.Mengidentifikasi potensi wilayah dan agrosistem serta kebutuhan teknologi dibidang pertanian. 2.Menyusun programa penyuluhan pertanian.

24 3.Menyusun Rencana Kerja Penyuluhan Pertanian (RKPP) 4.Menerapkan metode penyuluhan pertanian 5.Menyusun materi penyuluhan pertanian. 6.Mengembangkan swadaya dan swakarsa petani nelayan 7.Mengevaluasi dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian dan dampaknya(mubyarto, 1984). Penyuluhan pertanian merupakan sarana kebijaksanaan yang dapat digunakan pemerintah untuk mendorong pembangunan pertanian. Di lain pihak, petani mempunyai kebebasan untuk menerima atau menolak saran yang diberikan agen penyuluhan pertanian. Dengan demikian penyuluhan hanya dapat mencapai sasarannya jika perubahan yang diinginkan sesuai dengan kepentingan petani. Tujuan utama kebijakan pembangunan pertanian adalah meningkatkan produksi pangan dalam jumlah yang sama dengan permintaan akan bahan pangan yang semakin meningkat dengan harga bersaing di pasar dunia. Pembangunan seperti ini harus berkelanjutan dan seringkali harus dilakukan dengan cara yang berbeda dari cara yang terdahulu. Oleh karena itu, organisasi penyuluhan pertanian yang efektif sangat penting di dalam situasi tersebut terutama di negara yang sedang berkembang (Ilham, 2010). Menurut Meneth Ginting dan kawan-kawan, 2010 dari hasil penelitian atas hubungan antara mahasiswa senagai penyuluh dengan petani, telah menyimpulkan delapan dasar penelitian. Penyuluh yang dianggap berhasil kalau: 1. Pengetahuan petani mengenai sesuatu yang berguna bertambah. 2. Ada penerimaan (adopsi) petani terhadap hal-ha yang dianjurkan penyuluh. 3. Petani bersedia bekerja sama dengan penyuluh.

25 4. Petani bersedia member suatu balas jasa kepada penyuluh. 5. Penyuluh dapat merubah sikap petani yang merugikan. 6. Pengetahuan praktis yang ada pada penyuluh berubah. 7. Penyuluh dapat memberitahukan sesuatu yang berguna diluar tujuan proyek tertentu. 8. Ada perkembangan keinginan pada kedua pihak yang mempertahankan hubungan. 2.1.3 Penyuluh Swadaya Penyuluh swadaya adalah penyuluh yang membantu petani secara sosial. Namun dalam prakteknya ia juga memperoleh keuntungan sosial dan finansial dari kegiatan ini yang sosoknya lebih lengkap, sebagai pembaharu, motivator, organisator komunitas, dan pemimpin langsung dilapangan dimana jumlahnya masih terbatas dan kemampuan lebih spesifik(anonimous, 2000: 32). 2.1.4 Tugas Pokok Penyuluh Swadaya Tugas pokok penyuluh swadaya adalah: 1. Menyusun rencana kegiatan penyuluhan pertanian yang dikoordinasikan dengan kelembagaan penyuluhan pertanian setempat. 2. Melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian sesuai dengan rencana kerja yang telah disusun 3. Melaksanakan pertemuan koordinasi dengan penyuluh pertanian PNS. Pelaku utama dan pelaku usaha dalam rangka mewujudkan sinergi kerja. 4. Mengikuti kegiatan rembug, pertemuan teknis, dan temu lapang pelaku utama dan pelaku usaha. 5. Berperan aktif menumbuhkembangkan kelembagaan pelaku utama.

26 6. Menjalin kemitraan usaha dengan pihak yang terkait dengan bidang tugasnya. 7. Menumbuhkembangkan jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan pelaku utama. 8. Menyampaikan informasi dan teknologi baru dan tepat guna kepada pelaku utama. 9. Melaksanakan proses pembelajaran secara partisipatif melalui berbagai media penyuluhan seperti antara lain percontohan dan pengembangan model usaha agribisnis bagi pelaku utama. 10. Menyusun laporan kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan. Penyuluh PNS dan swadaya dapat disebut kontradiktif dalam segala sisinya. Ini karena sifat birokrasi pemerintah yang sentralistis, dengan pegawai banyak, dan ukuran penilaian pegawainya adalah loyalitas. Sedangkan organisasi swasta desentralistis, pegawainya ramping dan efisien, dan indikator kinerja pegawainya adalah pencapaian hasil. Penyuluh swadaya dapat disebut sebagai sosok yang lengkap. Jenis penyuluh ini melakukan kegiatan penyuluhan dengan motivasi sosial, pelayanan, namun sekaligus bisnis. Banyak penyuluh swadaya yang memiliki bisnis berupa penyedia sarana produksi, serta menampung dan memasarkan hasil pertanian. Sehingga, penyuluh swadaya sesungguhnya menyuluhkan teknologi baru kepada mitra bisnisnya sendiri. Jadi, dalam prakteknya, sosok penyuluh PNS dan swadaya saling konvergen dalam diri penyuluh swadaya (Mubyarto, 1984).

27 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Teori Penyuluhan Perlu diingat bahwa tugas penyuluhan di masa depan akan sangat berbeda dengan yang selama ini dilakukan. Cakupan tugasnya akan jauh lebih luas, bukan terbatas pada penyuluhan peningkatan produksi, tetapi juga penyuluhan usahatani, pengolahan hasil, dan pemasaran, serta pengorganisasian masyarakat petani dalam berbagai bentuk wadah dan untuk berbagai tujuan. Kemampuan kemampuan professional di bidang bidang itu perlu dikuasai para penyuluh pertanian. Dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian, penyuluh mempunyai beberapa faktor sosial dan faktor ekonomi yang mempengaruhinya. Beberapa faktor sosial dan faktor ekonomi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Faktor sosial a. Umur Umur pada umumnya sangat berpengaruh terhadap aktivitas sehari-hari. Tenaga kerja dalam usia sangat produktif (22-65 tahun) memiliki potensi kerja yang masih produktif (Anonimous, 1991). Umur seseorang akan menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut. Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja, akan semakin turun prestasinya. Namun dalam hal tanggungjawab semakin tua umur tenaga kerja, tidak akan berpengaruh karena justru akan semakin berpengalaman (Suratyah, 2008). Umur adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan penyuluh, umur dapat dijadikan tolak ukur dalam melihat aktifitas seseorang dalam bekerja bilamana dalam kondisi umur yang

28 masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006). b. Tingkat pendidikan Pendidikan sangat berpengaruh dengan perilaku seorang PPL. Tetapi apabila ini terlalu ditekankan, maka hal ini akan dapat menyebabkan kesulitan dikemudian harinya. Karena seorang penyuluh yang memiliki pendidikan yang tinggi belum tentu memiliki kemampuan menyuluh yang baik(suhardiyono, 1992). Penempatan seorang penyuluh sangat di tentukan oleh pendidikan yang dimilikinya, pendidikan juga sangat berpengaruh pada perilaku seorang PPL. Tetapi jika didalam memilih penyuluh ini terlalu ditekankan pada kualitas akademis, maka hal ini akan dapat menyebabkan kesulitan dikemudian hari karena seorang penyuluh yang memiliki pendidikan yang tinggi belum tentu memiliki kemampuan menyuluh yang baik (Suhardiyono, 1992). c. Lama menjadi penyuluh Orang-orang yang lama/berpengalaman pada suatu pekerjaan akan memiliki kemampuan yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang tingkat senioritasnya lebih rendah (Suhardiyono, 1992). Penyuluh yang sudah lama menjadi penyuluh akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada penyuluh pemula atau penyuluh baru. Penyuluh yang sudah lama menjadi penyuluh lebih mudah menerapkan anjuran penyuluhan demikian juga dengan penerapan teknologi (Soekartawi, 1999).

29 Jika penyuluh mempunyai pengalaman yang relatif berhasil dalam melakukan penyuluhan, biasanya mempunyai pengetahuan, sikap dan keterampilan yang lebih baik dibandingkan dengan penyuluh yang kurang berpengalaman (Lubis, 2000). d. Tingkat Kosmopolitan Tingkat kosmopolitan dapat diketahui dengan melihat frekuensi seseorang keluar dari desanya ke desa lain atau ke kota, koran yang dibaca, siaran TV yang ditonton, dan siaran radio yang didengar. Semakin tinggi tingkat kosmopolitan yang dimiliki penyuluh maka semakin baik pula kinerja kerja penyuluh dalam melaksanakan tugasnya (Mosher, 1997). 2. Faktor ekonomi a. Jumlah tanggungan keluarga Semakin besar jumlah tanggungan keluarga maka akan semakin besar pula tuntutan kebutuhan keuangan rumah tangga. Kegagalan penyuluh dalam penyuluhan pertanian akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga (Soekartawi, 1988). Jumlah tanggungan keluarga sering menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menerima inovasi. Konsekuensi penerimaan inovasi akan berpengaruh terhadap sistem keluarga, dimulai dari anak-anak, istri dan anggota keluarga lainnya. Semakin besar jumlah anggota keluarga akan semakin besar pula tuntutan kebutuhan keuangan rumah tangga. Kegagalan penyuluh dalam penyuluhan pertanian akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga (Soekartawi, 1988).

30 Jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong penyuluh untuk melakukan banyak aktifitas terutama dalam mencari dan menambah pendapatan keluarganya (Hasyim, 2006). b. Total pendapatan Meningkatnya pendapatan maka pengeluaran untuk keperluan rumah tangga pun akan ikut meningkat. Menurunnya pendapatan akan menurunkan pula pengeluaran untuk konsumsi dan modal (Tohir, 1991). Semakin besarnya pendapatan yang diterima penyuluh maka semakin baik pula kinerja kerja penyuluh dalam melaksanakan tugasnya (Soekartawi, 1988). c. Gaji penyuluh Gaji penyuluh merupakan pendapatan penyuluh pertanian dari pekerjaan sebagai penyuluh, penyuluh yang telah diangkat menjadi pegawai negeri ataupun tenaga harian lepassemakin besarnya gaji yang diterima penyuluh maka semakin baik pula kinerja kerja penyuluh dalam melaksanakan tugasnya (Soekartawi, 1988). d. Jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas Tempat tinggal penyuluh yang terlalu jauh dengan WKPP tempat penyuluh bertugas bisa menjadi penyebab penyuluh tidak mengetahui masalah-masalah yang dihadapi petani, karena petani tidak bisa menceritakan masalahnya kepada penyuluh. Selain itu, penyuluh juga akan mengeluarkan biaya yang lebih besar jika jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat penyuluh bertugas

31 terlalu jauh, dan dapat menyebabkan keterlambatan hadir penyuluh(soekartawi, 1988). 2.3. Penelitian Terdahulu Untuk mengetahui penelitian yang dilakukan terlepas dari plagiat (originalnya) maka dilakukan pemetaan (mapping) terhadap penelitian yang sudah dilakukan. Penelitian terdahulu yang diperoleh dari berbagai sumber disajikan pada satu Tabel yang menggambarkan nomor, nama peneliti, judul penelitian, perumusan masalah, variabel pengamatan, metode analisis dan kesimpulan. Hasil riset terdahulu yang relevan dengan riset, dilakukan menjadi bahan pertimbangan untuk membuat rancangan penelitian, baik pada aspek metode, rancangan model analisis yang dapat memperkaya metode yang ada maupun model analisis yang ada. Berdasarkan pemetaan penelitian terdahulu akan memberikan gambaran keunikan riset yang dilakukan dan menyebabkan keaslian riset yang dilakukan. Gambaran pemetaan penelitian terdahulu yang sudah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 1.

32 Tabel 1. Penelitian Terdahulu No Judul Penelitian Judul Penelitian Perumusan Masalah Variabel Pengamatan 1 Abdul Qalik, 2011. Hubungan 1. Bagaimana pelaksanaan Seluruh penyuluh Karakteristik Sosial tugas pokok penyuluh pertanian Ekonomi Penyuluh pertanian di daerah lapangan yang Dengan Tingkat penelitian ditugaskan di Keberhasilan 2. Bagaimana karakteristik Kecamatan Pelaksanaan Tugas sosial ekonomi penyuluh di Pantai Cermin. Pokok Penyuluh lokasi penelitian Pertanian (Studi 3. Bagaimana tingkat Kasus di keberhasilan pelaksanaan Kecamatan tugas pokok penyuluh Perbaungan pertanian di daerah Kabupaten Serdang penelitian Bedagai Provinsi 4. Apakah terdapat Sumatera Utara) hubungan antara karakteristik sosial ekonomi penyuluh (umur, tingkat pendidikan, lama menjadi penyuluh, jumlah tanggungan keluarga, total pendapatan, jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas) terhadap keberhasilan tugas pokok penyuluh. Metode Analisis 1. Masalah kedua dianalisis secara deskriptif 2. Analisis data untuk masalah ketiga atau hipotesis pertama digunakan metode pemberian skor 3. Hipotesis kedua diuji dengan Metode Korelasi (Rank Korelation Methode) dari Spearman, kemudian diuji dengan uji t. Kesimpulan 1.Karakteristik sosial ekonomi penyuluhdi Kecamatan Perbaungan tergolong baik 2.Pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di Kecamatan Perbauangan berjalan dengan baik, sesuai dengan tugas pokok yang ada 3.Tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok pertanian di Kecamatan Perbauangan 89%, atau dalam

33 kriteria tinggi 2 Lisa Khalida, 2009. Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh Dengan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian (Studi Kasus di BPP Medan Krio Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara) 1. Bagaimana gambaran umum penyuluhan pertanian di daerah penelitian 2. Bagaimana tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian 3. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik sosial ekonomi penyuluh (umur, tingkat pendidikan, lama Seluruh penyuluh pertanian lapangan yang ditugaskan di BPP Medan Krio Kecamatan Sunggal. 1.Masalah pertama dianalisis secara deskriptif 2. Masalah kedua dianalisis secara deskriptif 3. Analisis data untuk masalah ketiga atau hipotesis pertama digunakan metode pemberian skor 4. Hipotesis 4.Terdapat hubungan antara lama menjadi penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian. 1. Tugas pokok penyuluh pertanian di BPP Medan Krio sudah terlaksana dengan baik karena lebih dari 75% tugas pokok telah terlaksana 2. Tidak terdapat pengaruh antara umur, lama pendidikan, jumlah tanggungan, total

34 menjadi penyuluh, jumlah tanggungan keluarga, total pendapatan, jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas) terhadap keberhasilan tugas pokok penyuluh. kedua diuji dengan Metode Korelasi (Rank Korelation Methode) dari Spearman, kemudian diuji dengan uji t. pendapatan, jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas dengan keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh, tetapi terdapat pengaruh antara lama menjadi penyuluh dengan keberhasilan pelaksanaan tu

35 2.4 Kerangka Pemikiran Penyuluhan bermula dari adanya kebutuhan untuk meningkatkan hasil pertanian agar dapat mencakupi kebutuhan pribumi. Penyuluh dilandasi pula oleh kenyataan adanya kesenjangan yang cukup jauh antara praktek-praktek yang dilakukan para petani di satu pihak dan adanya teknologi-teknologi yang lebih maju di lain pihak. Kebutuhan peningkatan produksi pertanian diperhitungkan akan dapat dipenuhi seandainya teknologi-teknologi maju yang ditemukan oleh para ahli dapat dipraktekkan oleh para petani sebagai produsen primer. Penyuluh pertanian dibagi menjadi 2 yaitu penyuluh pertanian PNS dan penyuluh pertanian swadaya. Penyuluh pertanian PNS memiliki beberapa tugas pokok yang harus dilaksanakan dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian. Tugas pokok penyuluhan pertanian tersebut dilaksanakan untuk mengembangkan kemampuan petani dalam menguasai, memanfaatkan dan menerapkan teknologi baru sehingga mampu bertani lebih baik, berusaha lebih menguntungkan serta membina kehidupan berkeluarga yang lebih sejahtera. Tingkat keberhasilan tugas pokok penyuluh pertanian mempunyai beberapa factor sosial dan factor ekonomi yang dapat mempengaruhi dalam pelaksanaan tugas pokok penyuluhan pertanian. Faktor sosial adalah umur, tingkat pendidikan, lama menjadi penyuluh. Sedangkan factor ekonomi adalah jumlah tanggungan keluarga, total pendapatan dan jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas. Penyuluh swadaya adalah penyuluh yang membantu petani secara sosial dalam prakteknya yang memperoleh keuntungan sosial dan finansial.penyuluh swadaya

36 memiliki beberapa tugas pokok yang harus dilakukan dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian. Tugas pokok penyuluhan pertanian tersebut dilaksanakan untuk mengembangkan kemampuan petani dalam menguasai, memanfaatkan dan menerapkan teknologi baru sehingga mampu bertani lebih baik, berusaha lebih menguntungkan serta membina kehidupan berkeluarga yang lebih sejahtera. Tingkat keberhasilan tugas pokok penyuluh pertanian mempunyai beberapa factor sosial dan factor ekonomi yang dapat mempengaruhi dalam pelaksanaan tugas pokok penyuluhan pertanian. Faktor sosial adalah umur, tingkat pendidikan, lama menjadi penyuluh. Sedangkan factor ekonomi adalah jumlah tanggungan keluarga, total pendapatan dan jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas.

37 Skema Kerangka Pemikiran PENYULUH PERTANIAN Penyuluh Pertanian PNS Tugas Pokok Penyuluh Pertanian (PNS) Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh PNS dan Penyuluh Swadaya: - Umur - Tingkat Pendidikan - Tingkat Kosmopolitan - Lama Menjadi Penyuluh - Jumlah Tanggungan Keluarga - Gaji Penyuluh - Total pendapatan keluarga - Jarak tempat penyuluh dengan WKPP yang bertugas Penyuluh Swadaya Tugas Pokok Penyuluh Swadaya Keberhasilan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian (PNS) Keberhasilan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian Swadaya Keterangan: = Menyatakan Hubungan

38 2.5 Hipotesis Penelitian 1. Ada perbedaan karakteristik sosial ekonomi penyuluh pertanian PNS dengan penyuluh swadaya di daerah penelitian. 2. Ada perbedaan tingkat keberhasilan tugas pokok penyuluh pertanian PNS denganpenyuluh pertanian swadaya di daerah penelitian. 3. Ada hubungan yang nyata antara karakteristik sosial ekonomi penyuluh swadaya (umur, tingkat pendidikan, lama menjadi penyuluh, jumlah tanggungan keluarga, jumlah gaji penyuluh, total pendapatan, tingkat kosmopolitan, jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas) dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian swadaya di daerah penelitian.