IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman Nilam 1 sampai 11 MST Hasil pengamatan tentang tinggi tanaman nilam pada umur 1 sampai dengan 11 MST dan sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 2. Sidik ragam menunjukan bahwa pemberian air kelapa tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman nilam pada umur 1 sampai dengan 11 MST. Tabel 1. Rata-rata Tinggi Tanaman Tinggi Tanaman P1 P2 P3 1 MST 19,80tn 22,51 20,62 20,65 2 MST 20,41tn 22,92 21,08 21,31 3 MST 21,11tn 22,68 21,46 21,72 4 MST 21,10tn 23,30 21,54 21,72 5 MST 21,10tn 23,30 22,19 21,72 6 MST 21,10tn 23,30 22,19 21,72 7 MST 21,10tn 23,30 22,19 21,72 8 MST 21,10tn 23,30 22,19 21,72 9 MST 21,10tn 23,30 22,19 21,72 10 MST 21,10tn 23,30 22,19 21,72 11 MST 21,10tn 23,30 22,19 21,72 Rata-rata tinggi tanaman nilam (cm) vase vegetatif pada umur 1 sampai dengan 11 MST pada berbagai perlakuan pemberian air kelapa yang tersaji pada Tabel 1 menunjukkan bahwa P1 memiliki rata-rata yang tertinggi dari semua perlakuan yang diberikan.
19 Tinggi Tanaman (cm) 24 23 22 21 20 19 18 P1 P2 P3 Pengamatan Gambar 1. Rata-rata Tinggi Tanaman Penyiraman dengan air kelapa tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman dari nilam. Meskipun demikian, jika dilihat dari rata-rata yang diperoleh perlakuan dengan peyiraman air kelapa memberikan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan tanpa yang diberikan air kelapa. Air kelapa mengandung auksin dan sitokinin. Menurut Sobardini et al (2006) auksin mendorong perpanjangan sel dengan cara mempengaruhi dinding sel melalui dua fase, yaitu fase pembelahan dan fase pelebaran sehingga sel akan mengalami kerenggangan dan penebalan. Semakin tinggi konsentrasi auksin, maka pertumbuhan akan terhambat karena konsentrasi auksin yang tinggi mengakibatkan terbentuknya etilen, yang dapat menghambat pertumbuhan. 4.2. Jumlah Cabang 1 sampai dengan 11 MST Hasil pengamatan tentang jumlah cabang tanaman nilam pada umur 1 sampai 11 MST dan sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 3. Sidik ragam menunjukan bahwa pemberian air kelapa memberikan pengaruh yang nyata pada 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 MST.
20 Rata-rata jumlah cabang pada umur 1 sampai 11 MST pada berbagai perlakuan pemberian air kelapa hasil uji lanjut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata Jumlah Cabang Jumlah Cabang P1 P2 P3 1 MST 2,38 tn 2,38 2,50 2,00 2 MST 3,25 tn 3,50 3,75 2,75 3 MST 3,62 tn 4,38 4,25 2,88 4 MST 3,88ab 4,88a 4,62a 3,00b 1,50 5 MST 4,00ab 5,12a 4,75a 3,12b 1,41 6 MST 4,00ab 5,12a 4,75ab 3,38b 1,49 7 MST 4,25ab 5,38a 4,75ab 3,62b 1,43 8 MST 4,62ab 5,38a 4,88ab 3,62b 1,52 9 MST 4,62ab 5,50a 4,88ab 4,25b 1,53 10 MST 5,00 tn 5,62 5,38 4,25 11 MST 5,38 tn 6,75 5,75 5,12 Pemberian air kelapa yang terbaik pada jumlah cabang umur 1 sampai 11 MST adalah P1, di mana P1 memberikan rata-rata yang tertinggi dari semua perlakuan yang diberikan seperti yang tersaji pada Tabel 1.
21 Jumlah Cabang 8 7 6 5 4 3 2 1 0 P1 P2 P3 Pengamatan Gambar 2. Rata-rata Jumlah Cabang Pemberian air kelapa terhadap pertumbuhan jumlah cabang nilam berpengaruh nyata pada 5, 6, 7, 8, dan 9 MST seperti yang tersaji pada Gambar 2. Hal ini diduga karena air kelapa yang diberikan pada 2 dan 4 MST memberikan pengaruhnya pada jumlah cabang pada 5, 6, 7, 8, dan 9 MST setelah penyiraman dilakukan. P1 berpengaruh nyata dengan P3 tetapi tidak berbeda nyata dengan dan P2. Hal ini dikarenakan dosis air kelapa yang diberikan pada perlakuan P3 lebih besar, sehingga tidak dapat meningkatkan pertumbuhan utamanya jumlah cabang. Menurut Hasanto (1997) hormon air kelapa yang diserap bersama-sama dengan hormon endogen akan menentukan status (jumlah dan komposisi ) tersebut. Sujarwati et al (2011) melaporkan, konsentrasi air kelapa 100% akan memperkecil gradien konsentrasi antara bagian di dalam dan di luar sel. Hal ini menyebabkan laju penyerapan larutan air kelapa menjadi lebih lambat. Laporan Salisbury dan Ross (1995) dalam Sujarwati et al (2011) menjelaskan bahwa sitokinin dapat memacu pembelahan sel yang akhirnya akan memacu pertumbuhan.
22 4.3. Jumlah Daun 1 sampai 11 MST Hasil pengamatan tentang jumlah daun tanaman nilam pada umur 1 sampai 11 MST dan sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 4. Sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun. Rata-rata jumlah daun uji dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel ini menunjukkan bahwa 1 sampai 11 MST air kelapa memberikan pengaruh yang nyata. Pada 1 MST, P 2 memiliki rata-rata yang lebih tinggi kemudian P 0, P 3 dan P 1, dan pada 2 MST P 2 berpengaruh nyata dengan P 1 dan P 3 tetapi tidak berpengaruh nyata dengan P 0. Selanjutnya, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 dan 11 MST, P 2 berpengaruh nyata dengan P 3 tetapi tidak berpengaruh nyata dengan P 0 dan P 1. Hal ini dikarenakan kandungan yang terdapat dalam air kelapa yang dapat merangsang pertumbuhan dari nilam itu sendiri termasuk jumlah daun. Tabel 3. Rata-rata Jumlah Daun Jumlah Daun P1 P2 P3 1 MST 7,75ab 4,62b 10,25a 6,62ab 5,36 2 MST 15,75ab 12,88b 20,50a 13,00b 7,03 3 MST 21,75ab 18,25ab 25,88a 16,12b 8,11 4 MST 24,50a 22,75ab 29,25a 18,12b 8,54 5 MST 29,25a 26,12ab 32,00a 20,12b 8,82 6 MST 31,12ab 29,38ab 36,75a 22,00b 10,37 7 MST 33,12ab 30,88ab 39,62a 24,00b 10,62 8 MST 36,38ab 34,62ab 43,75a 28,00b 12,28 9 MST 39,12ab 37,00ab 47,88a 31,62b 13,26 10 MST 41,25ab 40,88ab 52,50a 36,25b 14,70 11 MST 45,00ab 44,50ab 55,62a 38,12b 16,41
23 Rata-rata jumlah daun yang tertinggi pada berbagai perlakuan pemberian air kelapa 1 sampai 11 MST adalah P2, di mana dosis yang diberikan adalah 200 ml/polybag. Jumlah Daun (Helai) 60 50 40 30 20 10 0 P1 P2 P3 Pengamatan Gambar 3. Rata-rata Jumlah Daun Surachman (2011) melaporkan bahwa lebih tingginya persentase tunas hidup, jumlah tunas, tinggi tunas, dan jumah daun diduga karena adanya auksin dan sitokinin dalam air kelapa. Auksin berperan memicu pembentukan kalus, menghambat kerja sitokinin, membentuk klorofil dalam kalus, mendorong proses morfogenesis kalus, serta memacu pembentukan akar dan proses embriogenesis. Sitokinin memacu pembelahan sel dan proliferasi meristem ujung, menghambat pembentukan akar, dan memacu pembentukan klorofil pada kalus. Kapugu (1999) menambahkan perbedann-perbedaan konsentrasi air kelapa menyebabkan terjadinya perbedaan kandungan unsur-unsur anorganik dan senyawa organik yang mendukung pertambahan jumlah daun. 4.4. Jumlah Akar Hasil pengamatan jumlah akar tanaman nilam pada umur 11 MST dan sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 5. Sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian air kelapa tidak memberikan pengaruh pada jumlah akar. Rata-rata dari jumlah akar disajikan pada Tabel 4.
24 Tabel 4. Rata-rata Jumlah akar Jumlah Akar 13,00tn P1 16,12 P2 15,88 P3 9,88 8,59 Tabel 4 menunjukkan bahwa pemberian air kelapa tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah akar, tetapi nilai rata-rata tertinggi yang diperoleh adalah pada perlakuan pemberian air kelapa yaitu perlakuan P1. Jumlah Akar 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 P1 P2 P3 P1 P2 P3 Gambar 4. Rata-rata Jumlah Akar Gambar 4 yang menyajikan rata-rata dari jumlah akar menunjukkan bahwa pemberian air kelapa yang tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah akar. Meskipun demikian pemberian air kelapa pada perlakuan P1 memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan tanpa perlakuan. Menurut Evans et al (1986) dalam
25 Sobardini et al (2006) auksin tidak meningkatkan jumlah akar secara nyata, bahkan semakin tinggi konsnetrasi malah menurunkan jumlah akar. Air kelapa mengandung auksin yang tinggi, sehingga pemberian air kelapa pada perlakuan P1 dengan dosis 100 ml lebih menghasilkan jumlah akar yang lebih banyak. 4.5. Panjang Akar Hasil pengamatan panjang akar tanaman nilam pada umur 11 MST dan sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 6. Sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian air kelapa memberikan pengaruh nyata pada panjang akar. Rata-rata panjang akar tanaman nilam (cm) pada umur 11 MST pada berbagai perlakuan pemberian air kelapa. Hasil uji lanjut dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5 Rata-rata Panjang Akar P1 Panjang Akar 13,15ab 8,84bc P2 16,10a P3 7,12c 6,02 Rata-rata panjang akar tanaman nilam (cm) pada umur 11 MST pada berbagai perlakuan pemberian air kelapa yang terbaik adalah pada perlakuan P2 yaitu rata-rata yang diperoleh sebesar 16,10 cm.
26 Panjang Akar (cm) 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 P1 P2 P3 P1 P2 P3 Gambar 5. Rata-rata Panjang Akar P2 memberikan pengaruh yang nyata dengan P1 dan P3 tetapi tidak berbeda nyata dengan dengan. Hal ini diduga karena dosis yang diberikan melebihi dari jumlah yang dibutuhkan oleh tanaman. Hal ini didukung oleh penelitian Janic (1972) dalam Monique (2007) bahwa proses pembentukan akar diawali dari sekelompok sel-sel meristem yang terus membelah dan membentuk sekelompok sel-sel kecil yang merupakan promordia akar. Sel-sel tersebut berkembang terus dan akan membentuk ujung akar dan akhirnya akar akan bertambah panjang. Monique (2007) menambahkan kandungan yang terdapat dalam air kelapa terdapat IBA dalam jumlah yang besar. Dengan adanya IBA maka plastisitas dan pembentangan dinding sel dapat ditingkatkan. Plastisitas dan pembentangan dinding sel ini karena Ca yang terikat asam pektin (Ca pektat) dilepaskan oleh adanya ion H pada IBA sehingga dinding sel menjadi lentur. Semakin awal akar tebentuk maka kemungkinan menjadi lebih panjang akan semakin besar. Karena proses pertumbuhan akibat pengaruh sitokinin dan IBA juga akan mempengaruhinya.
27 4.6. Berat Basah Hasil pengamatan berat basah tanaman nilam pada umur 11 MST dan sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 7. Sidik ragam menunjukkan bahwa air kelapa tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat basah dari tanaman nilam. Rata-rata berat basah disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Rata-rata Berat Basah Berat Basah 15,04tn P1 14,92 P2 19,16 P3 13,14 6,96 pemberian air kelapa yang terbaik untuk berat basah tanaman nilam (g) setelah umur 11 MST adalah P2, di mana rata-rata berat basah yang dihasilkan adalah sebesar 19,16 g. 25 Berat Basah (g) 20 15 10 5 P1 P2 P3 0 P1 P2 P3 Gambar 6. Rata-rata Berat Basah
28 Gambar 6 menunjukkan bahwa air kelapa tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat basah. Meskipun demikian, hasil rata-rata tertinggi yang diperoleh yaitu P2. Tanaman yang diberikan air kelapa berat basahnya lebih besar daripada yang tidak diberikan perlakuan (kontrol). Hal ini diduga karena kandungan yang terdapat dalam air kelapa belum mampu menyediakan kebutuhan dari nutrisi tanaman yang dibutuhkan ole nilam. Wudianto (2003) dalam Ningsih et al (2010) menjelaskan bahwa pemberian air kelapa tidak berpengaruh nyata terhadp berat basah daun. pengaruh tidak nyata perlakuan pemberian limbah air kelapa disebabkan oleh peran zat pengatur tumbuh yang terdapat di air kelapa aitu sitokinin dan auksin yang seharusnya menjadi substansi pertumbuhan untuk pembentukan dan perkembangan akar belum mampu menjalankan perannya dengan optimal selanjutnya berpengaruh terhadap pembentukan berat basah daun. Priyono dan Panggabean (1996) menambahkan auksin pada konsentrasi tertentu berfungsi dalam mendorong pembelahan sel pada jaringan tumbuh muda yang akhirnya mempengaruhi pertumbuhan temu glenyeh untuk membentuk rimpang yang dpaat meningkatkan berat basah dan berat kering rimpangnya.