PENGARUH PELAKSANAAN FUNGSI PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA TERHADAP TERAPI DIET DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI BANDA ACEH THE EFFECT OF FAMILY HEALTH CARE FUNCTION ON THE DIET THERAPY OF DIABETES MELLITUS TYPE 2 AT BANDA ACEH Rosa Sofiana 1 ; Cut Husna 2 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2 Bagian Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah, Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh e-mail: rosa.sofiana09@gmail.com; husna_psik_usk@yahoo.com ABSTRAK Diabetes mellitus (DM) menimbulkan berbagai komplikasi klinis berupa kelainan pada pembuluh darah besar dan kecil. Salah satu penatalaksanaan DM tipe 2 adalah terapi diet dan penting untuk melibatkan anggota keluarga yaitu dengan melaksanakan fungsi perawatan kesehatan keluarga. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan keluarga terhadap terapi diet pada penderita DM tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Metode yang digunakan ialah quasy experiment dengan design non equivalent with control group design. Pengambilan responden menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah 30 responden kelompok intervensi dan 30 responden kelompok kontrol. Analisa data yang digunakan adalah paired t-test dan independent t-test. Hasil penelitian terdapat perbedaan nilai rerata terapi diet penderita DM tipe 2 kelompok intervensi sebelum perlakuan 19,17 dan sesudah perlakuan 23,70 dengan hasil uji paired t-test didapatkan p value 0,000 (α=0,05). Terdapat pula perbedaaan nilai rerata terapi diet penderita DM tipe 2 kelompok kontrol 19,37 dan kelompok intervensi 23,70 sesudah perlakuan dengan hasil uji independent t-test didapatkan p value 0,000 (α=0,05). Kesimpulan penelitian terdapat pengaruh pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan keluarga terhadap terapi diet pada penderita DM tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Keluarga diharapkan dapat menjalankan fungsi perawatan kesehatan keluarga dengan mendukung dan terlibat dalam terapi diet yang dijalankan anggota keluarganya sesuai dengan anjuran petugas kesehatan. Kata Kunci: Fungsi keluarga, Terapi diet, Diabetes Mellitus tipe 2 ABSTRACT Diabetes mellitus (DM) causes various clinical complications such as abnormalities in microvascular and macrovascular. The diet therapy is one of the managements of DM type 2 and important to involve family members as a part of the managements by implementing the function of family health care. The purpose of study was to identify the effect of family health care function on the diet therapy of patients with DM type 2 at RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. The design of study was quasy experiment with non-equivalent with control group design. The sample was the family of patients with DM type 2. They consisted of 30 people of interventioned group and 30 people of controlled group which were chosen with purposive sampling technique. Statistic tests applied that was univariate and bivariate with paired t-test and independent t-test. The result of study showed there was an effect of family health care function on the diet therapy of the patients with DM type 2 of intervention group before and after receiving medical education (p-value 0.000). There was also a difference on the diet therapy with DM type 2 in intervention and control group after receiving medical education (p-value 0.000). The concluded of study that there was the effect of the implementation of family health care function on the diet therapy of patient with DM type 2 at RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. The suggestion to the family is expected to perform the function of the family health care by supporting and engaging on the diet therapy patients with DM type 2 based on the recommendation of the health workers. Keywords: Family Function, Diet Therapy, Diabetes Mellitus type 2 1
PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Hiperglikemia jangka panjang dapat berperan menyebabkan komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular (Smeltzer, 2013, p.211). Berdasarkan hasil riset data International Diabetes Federation (IDF), sepuluh negara diperkirakan memiliki angka tertinggi penderita DM pada tahun 2013 salah satunya Indonesia muncul dalam daftar ketujuh dengan prevalensi 8,5% (IDF, 2013, p.13). Sementara itu, di Aceh memiliki peringkat tertinggi kesembilan dengan prevalensi berdasarkan diagnosis atau gejala sebesar 2,6%, sedangkan prevalensi DM yang pernah didiagnosis sebesar 1,8% (Depkes, 2013, p.89). Smeltzer (2013, p.212) mengatakan bahwa penurunan berat badan atau diet merupakan kunci utama untuk menangani DM tipe 2. Selain pengarahan diberikan oleh petugas kesehatan, keterlibatan penderita dan keluarganya dipandang sebagai komponen yang juga penting dalam penatalaksanaan DM (Smeltzer & Bare, 2001, p.1226). Hal tersebut dapat dilakukan dalam bentuk melaksanakan fungsi keluarga (Bhandary, Rao & Sanal, 2013, p.2931) Keluarga memiliki lima fungsi yang saling berhubungan erat, diantaranya fungsi afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi dan perawatan kesehatan (Friedman, 2010, p.86). Kesanggupan keluarga melaksanakan fungsi perawatan kesehatan terhadap anggota keluarganya dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat, memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit, mempertahankan suasana rumah yang sehat, dan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat (Suprajitno, 2004 p.17). Penelitian terkait dengan faktor yang berhubungan dengan hambatan diet DM yang telah dilakukan oleh Rondhianto (2013, p.16), bahwa dukungan keluarga dan fungsi keluarga mempunyai hubungan negatif dengan hambatan diet DM pada penderita DM tipe 2 dalam mengikuti penatalaksanaan diet DM, yang artinya semakin tinggi dukungan dan fungsi keluarga maka akan dapat menurunkan hambatan penderita dalam melaksanakan program diet DM. Data yang diperoleh di Poliklinik Endokrin RSUD dr. Zainoel Abidin pada tahun 2014 bahwa jumlah penderita DM tipe 2 tanpa kunjungan berulang 453 orang pertahun dan pada tahun 2015 jumlahnya bertambah menjadi 543 orang. Hasil wawancara penulis dengan 6 orang penderita DM tipe 2 yang sedang berobat di Poliklinik Endokrin RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, 4 dari 6 orang mengatakan tidak mengikuti anjuran makan/diet bagi penderita DM tipe 2 karena beberapa alasan yaitu penderita terkadang memiliki keinginan untuk makan makanan yang tidak dianjurkan, anjuran makan terkesan menyulitkan dan selera makan yang tidak jelas sehingga jadwal makan tidak teratur. METODE Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, dengan metode quasy eksperimen dan menggunakan rancangan non-equivalent control group design. Pengambilan data penelitian ini dilakukan di Poliklinik Endokrin RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah keluarga penderita DM tipe 2 yang menjalani pengobatan rawat 2
jalan di poliklinik endokrin RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 60 responden dibagi menjadi 30 kelompok eksperimen dan 30 kontrol. Analisa bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji statistik paired t-test yaitu untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap terapi diet penderita DM tipe 2 sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok intervensi. Sedangkan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap terapi diet penderita DM tipe 2 sesudah perlakuan pada kelompok intervensi dan kontrol digunakan independent t-test dengan nilai (p value < α=0,05). HASIL Analisa Univariat Adapun hasil penelitian diperoleh distribusi frekuesi berdasarkan mengenal masalah DM Tipe 2 pada kelompok intervensi sebagai berikut: Tabel 1: Mengenal Masalah pada Kelompok Intervensi No Mengenal Pretest Posttest masalah f % F % 1 Kurang 23 76.7 10 33.3 2 Baik 7 23.3 20 66.7 Berdasarkan tabel diatas, pada kelompok intervensi sebelum diberikan perlakuan didapatkan dengan hasil kurang sebanyak 23 orang (76.7%) sedangkan setelah diberikan perlakuan dengan hasil baik sebanyak 20 orang (66.7%). Adapun dari hasil penelitian diperoleh distribusi frekuesi berdasarkan mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat pada kelompok intervensi sebagai berikut: Tabel 2: Mengambil Keputusan pada Kelompok Intervensi No Mengambil Pretest Posttest Keputusan f % F % 1 Kurang 15 50.0 10 33.3 2 Baik 15 50.0 20 66.7 Berdasarkan tabel diatas, pada kelompok intervensi sebelum diberikan perlakuan hasilnya sama antara kurang dan baik yaitu sebanyak 15 orang (50%) sedangkan setelah diberikan perlakuan didapatkan dengan hasil baik sebanyak 20 orang (66.7%). Adapun hasil penelitian diperoleh distribusi frekuesi berdasarkan terapi diet DM tipe 2 pada kelompok intervensi sebagai berikut: Tabel 3: Terapi Diet pada Responden Kelompok Intervensi No Terapi Pretest Posttest diet f % f % 1 Kurang 20 66.7 12 40.0 2 Baik 10 33.3 18 60.0 Berdasarkan tabel diatas, pada kelompok intervensi sebelum diberikan perlakuan didapatkan dengan hasil kurang sebanyak 20 orang (66.7%) sedangkan sesudah diberikan perlakuan dengan hasil baik sebanyak 18 orang (60,0%). Analisa Bivariat Uji statistik yang digunakan dalam analisa bivariat ini adalah independent t-test dan paired t-test dengan taraf kepercayaan 95% (α=0,05). Perhitungan dilakukan dengan menggunakan program SPSS dengan keputusan statistik diambil berdasarkan nilai p-value 0,05, maka Ho ditolak dan bila nilai p-value 0,05 maka Ho diterima. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh perbedaan terapi diet pada pasien DM tipe 2 pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan adalah sebagai berikut: 3
Tabel 4: Terapi Diet DM Tipe 2 pada Kelompok Intervensi Sebelum dan Sesudah Perlakuan Terapi Pre-test Postest T p-value diet M (SD) M SD) Kelompok 19.17 23.70 12,345.000 Intervensi (1.416) (1.822) Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata terapi diet penderita DM tipe 2 pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Nilai ratarata terapi diet penderita DM tipe 2 pada pretest sebelum diberikan perlakuan adalah 19,17 dengan standar deviasi 1,416. Sesudah diberikan perlakuan didapatkan nilai rata-rata posttest terapi diet penderita DM tipe 2 adalah 23,70 dengan standar deviasi 1,822. Adapun hasil penelitian diperoleh perbedaan terapi diet pada pasien DM tipe 2 pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol sesudah diberikan pendidikan kesehatan adalah sebagai berikut: Tabel 5: Terapi Diet pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Terapi diet Intervensi M (SD) 23.70 Kontrol M (SD) 19.37 Posttest 10.582.000 (1.822) (1.426) Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata terapi diet DM tipe 2 pada kelompok intervensi dan kontrol sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Nilai rata-rata terapi diet pada kelompok intervensi sesudah diberikan perlakuan adalah 23,70 dengan standar deviasi 1,822. Nilai rata-rata terapi diet pada kelompok kontrol sesudah diberikan perlakuan adalah 19,37 dengan standar deviasi 1,426. Hasil uji independent t-test didapatkan nilai p-value 0,000 yang berarti nilai tersebut lebih kecil dari nilai α=0,05 maka dapat t p- value disimpulkan bahwa Ho ditolak sehingga ada perbedaan terapi diet DM tipe 2 pada kelompok intervensi dan kontrol sesudah diberikan pendidikan kesehatan. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data, dapat dikatakan bahwa hipotesis null (Ho) ditolak. Pembahasan hasil penelitian ini dapat dilihat pada uraian berikut ini: Perbedaan terapi diet kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikanpendidikan kesehatan tentang pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan keluarga Berdasarkan analisa data diatas penulis berpendapat bahwa terdapat perbedaan pengetahuan, sikap dan terapi diet pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Pengetahuan keluarga tentang penyakit DM tipe 2, tanda-tanda klinis, faktor risiko, komplikasi dan penatalaksanaan terapi diet yang tepat bagi penderita DM tipe 2 meningkat secara signifikan. Begitu juga dengan sikap keluarga dalam mengatasi ketidakmampuan mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat bagi anggota keluarga yang sakit DM tipe 2. Hal ini dibuktikan dari distribusi frekuensi pada tabel 1, mengenal masalah kesehatan pada kelompok intervensi sebelum diberikan perlakuan yang termasuk baik sebanyak 7 orang dan kurang baik sebanyak 23 orang. Sedangkan sesudah diberikan perlakuan yang termasuk baik sebanyak 20 orang dan kurang baik sebanyak 10 orang. Berdasarkan distribusi frekuensi pada tabel 2 mengenai pengambilan keputusan tindakan kesehatan yang tepat yang termasuk baik sebanyak 15 orang dan kurang baik sebanyak 15 orang untuk sebelum diberikan pendidikan kesehatan. Sedangkan sesudah diberikan pendidikan kesehatan adalah baik 4
sebanyak 20 orang sedangkan kurang baik sebanyak 10 orang. Pendidikan kesehatan merupakan aktifitas pembelajaran yang dirancang oleh perawat sesuai kebutuhan klien. Pencapaian tujuannya akan lebih mudah dengan menggunakan media yang sesuai sehingga dapat meningkatkan kemudahan penerimaan informasi. Media/alat bantu pada dasarnya dapat membantu individu untuk menerima informasi dengan mengunakan pancaindera. Semakin banyak indera yang digunakan dalam menerima informasi semakin baik pula penerimaannya (Suliha, Herawati, Sumiati & Resnayati, 2002, p.71). Notoatmodjo(2003,p.121) menjelaskan bahwa kurang lebih 75% dari pengetahuan manusia diperoleh melalui mata sedangkan sisanya melalui indera yang lain. Penggunaan booklet sebagai media/alat bantu, informasi yang disampaikan melalui mata lebih banyak sehingga informasi akan lebih mudah diterima oleh keluarga. Media pembelajaran visual berupa booklet, leaflet telah terbukti dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga. Penelitian ini menggunakan alat/media berupa booklet dan leaflet sehingga responden dapat memperoleh informasi di tempat penyuluhan secara visual dan juga dapat dibaca kembali dirumah. Selain itu, pendidikan juga merupakan metode efektif dalam penatalaksanaan terapi diet dikarenakan responden dapat bertanya pada penyuluh mengenai hal-hal yang tidak dimengerti. Perbedaan terapi diet kelompok intervensi dan kontrol sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan keluarga Berdasarkan analisa data diatas penulis berpendapat bahwa terdapat perbedaan pengetahuan, sikap dan terapi diet pada kelompok intervensi dan kontrol setelah diberikan perlakuan. Hal ini dibuktikan pada saat pengumpulan data pretest, kebanyakan responden menjawab pertanyaan kuesioner berdasarkan hal-hal yang hanya dialami langsung oleh anggota keluarganya sehingga responden kesulitan dalam menjawab beberapa pertanyaan kuesioner. Namun setelah diberikan pendidikan kesehatan, kelompok intervensi tidak kesulitan lagi dalam menjawab kuesioner postest. Pada pertanyaan mengenai terapi diet, hanya beberapa anggota keluarga dari kelompok intervensi yang mengalami peningkatan setelah diberikan perlakuan yaitu sebanyak 18 orang dengan hasil baik sedangkan sebelumnya hanya sebanyak 10 orang. Hal tersebut terjadi karena beberapa anggota keluarganya termotivasi untuk menjalani terapi diet dengan baik akibat dari komplikasi yang dialaminya, sedangkan untuk pengetahuan dan sikap kelompok intervensi juga mengalami peningkatan setelah diberikan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan diberikan pada keluarga penderita penyakit karena anggota keluarga yang sakit mengalami banyak perubahan dari segi fisik, psikis dan sosial yang memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan termasuk masalah kesehatan dan mengalami banyak keterbatasan dan ketergantungan pada orang lain sehingga diharapkan keluarga dapat meningkatkan pengetahuan keluarga dalam mengenal masalah, mengambil keputusan dan merawat anggota keluarga yang sakit (Mubarak, dkk, 2011, p.78), maka dengan demikian keluarga telah memberikan dukungan yang baik terhadap pelaksanaan terapi diet pada penderita DM tipe 2. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rondhianto (2013) bahwa dukungan keluarga dan fungsi keluarga mempunyai hubungan negatif dengan hambatan diet DM pada pasien DM 5
tipe 2 dalam mengikuti penatalaksanaan diet DM, yang artinya semakin tinggi dukungan dan fungsi keluarga maka akan dapat menurunkan hambatan pasien dalam melaksanakan program diet DM. Penatalaksanaan DM terdapat lima pilar diantaranya diet, latihan, pemantauan, terapi dan pendidikan kesehatan. Pendidikan merupakan hal terpenting untuk menambah informasi bagi seseorang untuk bertindak terutama jika alat/media yang digunakan tepat dan mendukung seseorang untuk lebih mudah dalam menerima informasi yang diberikan. KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini bahwa terdapat perbedaan terapi diet DM tipe 2 pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan keluarga. Selain itu, juga terdapat perbedaan terapi diet DM tipe 2 pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol sesudah diberikan pendidikan kesehatan mengenai pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan keluarga. Adapun beberapa saran berdasarkan hasil penelitian dari penulis bagi institusi rumah sakit, sebaiknya pendidikan kesehatan tidak hanya diberikan pada penderita DM tipe 2 tetapi juga diberikan pada keluarganya. Bagi keluarga, diharapkan dapat menjalankan fungsi keperawatan kesehatan dengan mendukung dan terlibat dalam terapi diet yang dijalankan oleh anggota keluarganya agar sesuai dengan anjuran petugas kesehatan. Serta bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk melakukan penelitian dengan menggunakan kelima subvariabel dari fungsi perawatan kesehatan keluarga dengan memberikan pendidikan kesehatan secara berkala pada responden untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku responden.dilakukan pendidikan kesehatan secara berkelompok. REFERENSI Achjar, K.A. (2012). Teori dan pratikum: Asuhan keperawatan komunitas. Jakarta: EGC. Bhandary, B., Rao, S., & Sanal. (2013). The effect of perceived stress and family functioning on people with type 2 diabetes mellitus. Journal of Clical Diagnosis Research Vol. 7 (12): 2929-2931. Depkes. (2013). Riset kesehatan dasar: RISKESDAS 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan: Kemenkes RI. Friedman, M, M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga: Riset, teori & praktik, Ed. 5. Jakarta: EGC. Greene, N. (2009). The influence of family function on dietary intake and glucose control in african american women with type 2 diabetes. Chapel hill: School Nursing. International Diabetes Federation. (2013). IDF diabetes atlas. Sixth edition. Diakses melalui www.idf.org/diabetesatlas pada tanggal 20 November 2015. Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta. PT. Rineka Cipta Rondhianto. (2013). Faktor yang berhubungan dengan hambatan diet diabetes mellitus pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja puskesmas Wonosari kabupaten Bondowoso. Jurnal IKESMA Vol.9.No. 1. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2005). Buku ajar keperawatan medical bedah brunner suddarth, Vol. 2. Jakarta: EGC. Smeltzer, S.C. (2013). Keperawatan medical bedah Brunner & Suddarth, Ed. 12. Jakarta: EGC 6
Suliha, U., Herawani, Sumiati & Resnayati, Y. (2002). Pendidikan kesehatan dalam keperawatan. Jakarta: EGC. Suprajitno. (2004). Asuhan keperawatan keluarga: Aplikasi dalam praktik. Jakarta: EGC. 7