Kata kunci: diabetes melitus tipe 2, kepatuhan, home care service

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata kunci: diabetes melitus tipe 2, kepatuhan, home care service"

Transkripsi

1 ABSTRAK Ariwisana, I Kadek Pengaruh Home Care Service Terhadap Kepatuhan Dalam Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan. Skripsi., Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Denpasar. Pembimbing (1) Ns. Made rini Damayanti Saputra, S.Kep.,MNS, (2) Dr. Made Ayu Witriasih, M.Kes Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Salah satu upaya mengontrol penyakit diabetes melitus dapat dilakukan dengan meningkatkan kepatuhan klien dalam penatalaksanaan diabetes melitus. Untuk meningkatkan kepatuhan tersebut diperlukannya metode home care service. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh home care service terhadap kepatuhan dalam penatalaksanaan diabetes melitus tipe 2 pada lansia di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasi experiment dengan menggunakan rancangan penelitian pre-test and posttest control design. Dalam design ini terdapat dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Sampel terdiri dari 30 responden yang dipilih dengan cara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner MMAS-8 untuk mengetahui kepatuhan responden dalam penatalaksanaan diabetes melitus. Hasil penelitian ini menunjukan pada kelompok perlakuan mengalami perubahan nilai rata-rata dari 2,13 menjadi 1,13 menunjukan bahwa tingkat kepatuhan pada kelompok perlakuan lebih tinggi setelah diberikan intervensi. Pada kelompok kontrol mengalami perubahan nilai rata-rata kepatuhan sebesar 2,80 menjadi 2,60 yang menunjukan terdapat perubahan kepatuhan setelah dilakukan post-test. Berdasarkan uji Mann-Whitney U-Test untuk mengetahui selisih kepatuhan pada kedua kelompok didapatkan hasil p value sebesar 0,002, sehingga terdapat perbedaan signifikan tingkat kepatuhan pada kedua kelompok dengan p value < 0,05 yang artinya terdapat pengaruh home care service terhadap kepatuhan dalam penatalaksanaan penyakit diabetes melitus tipe 2. Berdasarkan hasil penelitian di atas disarankan kepada petugas kesehatan dapat mempertimbangkan penerapan metode home care service kepada masayarakat terutama lansia untuk meningkatkan kepatuhan penatalaksanaan diabetes melitus. Kata kunci: diabetes melitus tipe 2, kepatuhan, home care service Refrensi (68 : )

2 ABSTRACT Ariwisana, I Kadek Pengaruh Home Care Service Terhadap Kepatuhan Dalam Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan. Skripsi., Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Denpasar. Pembimbing (1) Ns. Made rini Damayanti Saputra, S.Kep.,MNS, (2) Dr. Made Ayu Witriasih, M.Kes Diabetes mellitus type 2 is a metabolic disorder characterized by a rise in blood sugar due to a decrease in insulin secretion by pancreatic beta cells. One of the efforts to control diabetes mellitus can be done by improving the clients compliance in the management of diabetes mellitus. To improve such compliance, the methods of home care service are needed. This study aims to determine the effect of home care service on the clients compliance in the management of type 2 diabetes mellitus in the elderly found in the Public Health Center II of Southern Denpasar. This research used quasi-experimental research by using research design of pre-test and post-test control design. In this design, there were two groups: the treatment group and the control group. The sample consisted of 30 respondents selected by purposive sampling. The data collection was conducted by using questionnaires of MMAS-8 to determine the compliance of the respondents in the management of diabetes mellitus. The results of this study showed the treatment group experienced a change in average value from 2.13 to 1.13 meaning that the level of compliance in the treatment group were higher after the given intervention. Meanwhile, the control group experienced a change of the average compliance value from 2.80 to 2.60 that show there are changes in compliance after the post-test. Based on the Mann-Whitney U-Test to determine the difference in compliance in both groups, it was obtained the p value of 0.002, so there was a significant difference in the level of compliance in both groups with p value <0.05, which means there was a significant influence of home care service on the compliance in the disease management of diabetes mellitus type 2. Based on the above results, it is suggested that the health professionals should consider implementing methods of home care services to the community, especially the elderly to improve the compliance of the management of diabetes mellitus. Keywords: Compliance, Diabetes Mellitus Type 2, Home Care Service Reference (68 : )

3 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... ii PERNYATAAN LEMBAR PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv DAFTAR SINGKATAN... xv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lansia Definisi Lansia Batasan Usia Lansia Tipe Lansia Proses Menua Diabetes Melitus Tipe Definisi DM Tipe Epidiomologi DM Tipe Manifestasi Klinis DM Tipe Faktor Resiko DM Tipe

4 2.2.5 Diagnosis DM Tipe Komplikasi DM Tipe Penatalaksanaan DM Tipe Kepatuhan Definisi Kepatuhan Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Home Care Service Definisi Home Care Tujuan Home Care Manfaat Home Care Landasan Hukum Home Care Lingkup Pelayanan Home Care Lingkup Praktik Keperawatan Home Care Bentuk Pelayanan Home Care Mekanisme Pelayanan Home Care Puskesmas Definisi Puskesmas Fungsi Puskesmas Wewenang Puskesmas Kaitan Home Care Service Terhadap Kepatuhan Dalam Penatalaksanaan DM tipe BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Hipotesis Penelitian BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Kerangka Kerja Tempat dan Waktu Penelitian Populasi, Teknik Sampling Penelitian dan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data... 45

5 4.6 Instrumen Pengumpulan Data Pengelolaan dan Analisis Data Etika Penelitian BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Kondisi Lokasi Penelitian Uji Univariat Uji Bivariat Pembahsan Karakteristik Responden Kepatuhan Pretest Pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol Kepatuhan Postest Pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol Kepatuhan Pretest dan Postest Pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol Pengaruh Home Care Service Terhadap Kepatuhan Dalam Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe Keterbatasan Penelitian BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Saran... 68

6 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia (lansia) merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap stresor yang dialami. Lansia adalah suatu fenomena yang alamiah sebagai akibat dari perubahan yang terjadi secara fisik dan biologis (Simanullang et al, 2011). Undang-undang No. 13 tahun 1998, tentang kesejahteraan lanjut usia yang tercantum dalam bab I pasal 1 ayat 2, menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai umur di atas 60 tahun (Efendi & Makhfudli, 2009). Centers for Disease Control and Prevention and The Merck Company Foundation (2007), mengatakan bahwa pada tahun 2000 jumlah lansia di dunia dengan usia 65 tahun sebanyak 35 juta orang dan akan menigkat menjadi 71 juta orang pada tahun Survei Hasil Ekonomi Nasional (Susenas) pada tahun 2013 menemukan bahwa jumlah lansia di Indonesia mencapai 20,4 juta orang, dengan prevalensi lansia perempuan sebanyak 10,67 juta orang dan prevalensi lansia lakilaki sebanyak 9,37 juta orang. Badan Pusat Statistik pada tahun 2013 menyatakan bahwa jumlah lansia di Bali berada pada urutan ke empat di Indonesia dengan jumlah lansia 10,07%. Pada tahun 2013, jumlah lansia dengan umur tahun sebesar 140,4 juta orang (69,2 juta orang berjenis kelamin laki-laki dan 71,2 juta orang berjenis kelamin perempuan). Data Badan Pusat Statistika tahun 2013 menyatakan bahwa jumlah lansia di Kota Denpasar setiap tahunnya mengalami peningkatan, yaitu sebanyak 16,1 juta lansia pada tahun 2013, kemudian menjadi 17,1 juta lansia pada tahun 2014, dan meningkat menjadi 17,8 juta orang pada tahun Hasil studi dokumentasi yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan diperoleh bahwa terdapat lansia yang terdaftar pada tahun 2015, diantaranya 557 lansia berjenis kelamin perempuan dan 535 lansia berjenis kelamin laki-laki.

7 Indonesia merupakan negara dengan perkembangan teknologi dan industri yang sangat cepat, sehingga membawa dampak perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat termasuk lansia. Perubahan-perubahan yang terjadi akibat perkembangan tersebut antara lain mengalami perubahan pola konsumsi makanan dan berkurangnya aktivitas fisik. Dampak dari perubahan tersebut tanpa disadari menyebabkan peningkatan kejadian penyakit kronis yang menimbulkan masalah kesehatan (Baret et al, 2009). World Health Organization (2010), menyebutkan bahwa yang termasuk penyakit kronis adalah penyakit jantung, stroke, Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK), kanker, hipertensi, diabetes melitus dan penyakit ginjal. Penyakit kronis tersebut merupakan penyebab 38 juta kematian pada tahun 2009, lebih dari 62% dari semua kematian di seluruh dunia. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang memerlukan terapi medis secara berkelanjutan untuk mencegah dan mengontrol penyakit tersebut. American Diabetes Association pada tahun 2012, menyatakan diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas atau ganguan fungsi insulin. World Health Organization pada tahun 2010 menyebutkan bahwa sekitar 285 juta jiwa penduduk di dunia menderita diabetes melitus dan meningkat menjadi 430 juta jiwa pada tahun Diabetes melitus merupakan penyakit yang banyak ditemukan di negara-negara berkembang seperti negara Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2007 menyebutkan bahwa terdapat 12,5 juta jiwa penduduk Indonesia terjangkit penyakit diabetes melitus dan diperkirakan mengalami peningkatan menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 (Kemenkes RI, 2008). Departemen Kesehatan Republik Indonesia memaparkan hasil survei World Health Organization maupun International Diabetes Federation pada tahun 2008, angka kejadian diabetes melitus di Indonesia menepati urutan ke empat tertingi di dunia setelah negara India, Cina dan Amerika (Meydani, 2011). Data Survei Terpadu Penyakit oleh Dinas Kesehatan Provinsi Bali pada tahun 2010, prevalensi kejadian diabetes melitus di Bali sebesar orang, dengan diabetes melitus tipe 1 sebesar orang (34,73%)

8 dan diabetes melitus tipe 2 sebesar orang (65,27%). Data Dinas Kesehatan Kota Denpasar pada tahun 2014, menyatakan jumlah diabetes melitus sebesar orang. Jumlah penderita diabetes melitus di Kecamatan Denpasar Selatan sebesar orang pada tahun 2014, Kecamatan Denpasar Barat sebesar orang pada tahun 2012, Kecamatan Denpasar Utara sebesar 955 pada tahun 2012, dan Kecamatan Denpasar Timur sebesar 864 pada tahun Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas Denpasar Selatan pada tahun , menyebutkan bahwa Puskesmas Denpasar Selatan memiliki proporsi kasus diabetes melitus dengan rawat jalan yang tinggi dan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yaitu sebesar 0,3% tahun 2008 meningkat menjadi 2,1% tahun 2012 di wilayah Puskesmas 1 Denpasar Selatan, Puskesmas II Denpasar Selatan sebesar 0,6% meningkat menjadi 0,8%, Puskesmas III Denpasar Selatan sebesar 0,9% meningkat menjadi 2,3%, dan Puskesmas IV Denpasar Selatan sebesar 1,1% meningkat menjadi 2,4%. Tingginya prevalensi diabetes melitus disebabkan oleh faktor risiko yang tidak dapat diubah (misalnya jenis kelamin, umur, dan genetik) dan faktor risiko yang dapat diubah (misalnya kebiasaan merokok, tingkat pendidikan, makanan, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, dan obesitas). Sedangkan tingginya komplikasi diabetes melitus disebabkan oleh ketidakpatuhan klien dalam pengobatan (Teixeria, 2011). American Diabetes Association pada tahun 2012, menjelaskan bahwa penatalaksanaan diabetes melitus tipe 2 dapat berupa farmakologis dan non-farmakologis. Penatalaksanaan farmakologis berupa penggunaan obat-obatan seperti oral anti diabetic (OAD) yang dapat dikombinasikan dengan terapi insulin. Penatalaksanaan non-farmakologis dapat berupa penerapan self-care management, meliputi penggendalian pola makan, aktivitas fisik, penggukuran gula darah secara teratur, dan perawatan kaki. Penatalaksanaan diabetes melitus yang tidak tepat menyebabkan glukosa darah menjadi sulit terkontrol sehingga dapat meningkatkan biaya terapi klien dan munculnya berbagai komplikasi, seperti neuropati diabetic, katarak, nefropati diabetic, penyakit jantung koroner, gangguan pembuluh darah tepi dan pembuluh darah ke otak yang berpengaruh terhadap kualitas hidup klien dengan diabetes melitus (Kocurek, 2009).

9 Salah satu faktor yang berperan dalam kegagalan pengontrolan glukosa darah klien dengan diabetes melitus adalah ketidakpatuhan penderita diabetes melitus terhadap pengobatan untuk menjaga kesehatannya (Suppapitiporn, 2008). Ketidakpatuhan terhadap pengobatan diabetes melitus saat ini masih menjadi masalah yang cukup penting dalam pengelolaan diabetes melitus. Hasil penelitian di beberapa negara menunjukkan bahwa jumlah ketidakpatuhan pasien diabetes dalam berobat mencapai 40-50%. Menurut WHO pada tahun 2009, kepatuhan rata-rata pasien terhadap terapi jangka panjang pada penyakit kronis di negara maju sebesar 50% dan pada negara yang sedang berkembang sebesar 35% bahkan bisa lebih rendah (Pratiwi, 2007). Beberapa studi melaporkan bahwa tingkat kepatuhan penderita diabetes melitus tipe 1 berkisaran antara 70-83% sedangkan diabetes melitus tipe 2 sekitar 64-74%. Tingkat kepatuhan diabetes melitus tipe 2 lebih rendah dibandingan dengan diabetes melitus tipe 1 yang disebabkan oleh regimen terapi yang umumnya bersifat kompleks dan polifarmasi, serta efek samping obat yang timbul selama pengobatan (Delamater, 2006). Selain faktor yang berhubungan dengan medikasi, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah serta depresi yang dialami klien juga dikaitkan dengan kepatuhan yang rendah dan tingkat morbiditas yang tinggi pada penderita diabetes melitus (Kocurek, 2009). Kementrian Kesehatan pada tahun 2015 menyatakan kunci untuk meningkatkan status kesehatan dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2016 adalah dengan menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia. Menigkatkan kesejahteraaan klien dengan penyakit diabetes melitus diperlukan adanya kepatuhan dalam pengobatan penyakit untuk menciptakan kesehatan secara optimal dan berkualitas. Kepatuhan (ketaatan) merupakan suatu kemampuan klien dalam melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau orang lain (Slamet, 2007). Perkumpulan Endokrinologi Indonesia tahun 2011 menyatakan kunci dalam meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan, yaitu dengan melaksanakan pelayanan kesehatan holistik meliputi usaha promotif dan preventif. Upaya kesehatan promotif merupakan tindakan secara langsung dan tidak langsung untuk meningkatkan derajat kesehatan dengan mengubah gaya hidup lansia secara

10 optimal. Upaya pencegahan promotif dapat dilakukan dengan pemberian pendidikan kesehatan yang bertujuan untuk mengetahui dan memahami tentang penyakit. Upaya kesehatan preventif merupakan upaya untuk melakukan pencegahan terhadap penyakit. Upaya kesehatan preventif mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier (Maryam dkk, 2008). Upaya kesehatan promotif dan preventif dapat dilaksanakan dengan kegiatan pelayanan home care service sebagai tindak lanjut perawatan yang diberikan di rumah sakit. Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2008 mendefinisikan home care sebagai pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka dengan tujuan untuk meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan atau memaksimalkan kemandirian dan meminimalkan kecacatan akibat dari penyakitnya. Pelayanan home care menekankan pada konsep paripurna dan individualistik meliputi perawatan fisiologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual. Jenis pelayanan ini diharapkan dapat mempertahankan pola hidup klien, sehingga dapat mempertahankan kondisi kualitas hidup klien sesuai dengan harapannya. Tujuan program home care terhadap penyakit kronis terutama pada penderita diabetes melitus adalah untuk meningkatkan kepatuhan dalam pencapaian tujuan klien dan menurunkan kejadian dirawat kembali serta menurunkan angka kematian akibat penyakit tersebut (Depkes, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2012) tentang pemberian konseling obat dalam home care terhadap kepatuhan pasien diabetes melitus tipe 2, menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kepatuhan pasien dalam penggunaan obat sebelum dan setelah pelaksanaan konseling obat dalam home care dengan nilai signifikansi 0,000 (p <0,05). Pada penelitian ini, peneliti akan melakukan kegiatan home care pada lansia dengan cara pemberian pendidikan kesehatan yang nantinya tidak hanya memfokuskan pada peningkatan kepatuhan dan cara penatalaksanaan diabetes melitus, tetapi akan menekankan dalam pemberian motivasi, support system kepada klien dan peningkatan fisiologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual klien. Selain itu, kegiatan home care yang akan dilakukan yaitu kegiatan

11 kunjungan rumah dan pemantauan kondisi klien melalui alat komunikasi (telephone). Pemantauan melalui telepon efektif dilakukan sebanyak satu sampai dua minggu yang dilakukan selama satu bulan yang memiliki potensi untuk merevolusi penyediaan pelayanan kesehatan dengan meningkatkan akses bagi klien dengan penyakit kronis, mengurangi biaya perawatan kesehatan, dan meningkatkan efisiensi (Scotia, 2008). Penelitian yang dilakukan Tavsanli (2013), menyimpulkan bahwa penggunaan home care berbasis pemantauan melalui telepon sebagai pengontrol gula darah menemukan bahwa adanya perbedaan tingkat kepatuhan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan nilai signifikansi 0,000 (p <0,05). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 10 September 2015 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan. Hasil wawancara yang dilakukan kepada Kepala Puskesmas II Denpasar Selatan, menyatakan masih banyak lansia yang menderita diabetes melitus tidak melakukan kunjugan ke puskesmas untuk melakukan pengontrolan terhadap penyakitnya serta masih kurangnya kegiatan penyuluhan tentang penyakit ke rumah-rumah warga. Hasil wawancara salah satu lansia penderita diabetes melitus mengatakan bahwa dirinya merasa cemas terhadap penyakitnya yang dideritanya dan mengatakan terlalu sibuk dengan kegiatan di rumah sehingga tidak sempat untuk melakukan pengontrolan terhadap penyakitnya. Selanjutnya, hasil wawancara mengenai kepatuhan dalam pengobatan beberapa lansia mengatakan masih ada lansia yang tidak patuh dalam pengobatan, seperti lupa minum obat, tidak datang dalam kegiatan kunjungan ke Puskesmas dan malas untuk melakukan latihan jasmani yang sudah diberikan oleh pelayanan kesehatan. Ketidakpatuhan dalam pengendalian kadar gula darah pada penderita diabetes melitus pada lansia yang berada di rumah sangat penting diberikan home care service. Pelayanan home care service yang diberikan pada penyakit diabetes melitus bertujuan agar mampu meningkatkan pemahaman lansia tentang penyakit dan dapat meningkatkan kepatuhan dalam penatalaksanaan penyakit. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh home care service terhadap kepatuhan

12 dalam penatalaksanaan diabetes melitus tipe 2 pada lansia di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Apakah ada pengaruh home care service terhadap kepatuhan dalam penatalaksanaan diabetes melitus tipe 2 pada lansia di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan. 1.3 Tujuan Tujuan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pengaruh home care service terhadap kepatuhan dalam penatalaksanaan diabetes melitus tipe 2 pada lansia di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan: a. Mengidentifikasi karakteristik responden (jenis kelamin dan tingkat pendidikan responden) b. Mengetahui kepatuhan dalam penatalaksanaan diabetes melitus tipe 2 sebelum diberikan home care service pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. c. Mengetahui kepatuhan dalam penatalaksanaan diabetes melitus tipe 2 sesudah diberikan home care service pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. d. Menganalisis kepatuhan dalam penatalaksanaan diabetes melitus tipe 2 sebelum dan sesudah diberikan home care service pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. e. Menganalisis pengaruh home care service terhadap kepatuhan dalam penatalaksanaan diabetes melitus tipe 2 pada lansia di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan.

13 1.4 Manfaat Manfaat Praktis 1. Bagi Puskesmas Diharapkan kegiatan home care service dapat dilaksanakan oleh petugas Puskesmas untuk dapat meningkatkan kesehatan masyarakat terutama lansia di wilayah kerja Puskesmas. 2. Bagi Klien Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mendorong lansia agar lebih termotivasi dalam menumbuhkan kesadaran untuk melakukan kepatuhan dalam penatalaksanaan penyakit agar tidak menimbulkan komplikasi, menurunkan angka rawat jalan penderita diabetes melitus serta meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup lansia. 3. Bagi Mahasiswa Keperawatan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu metode pendidikan kesehatan dalam proses pembelajaran ataupun saat terjun ke lapangan nantinya Manfaat Teoritis 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan atau wawasan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan intervensi untuk meningkatkan kepatuhan dalam penatalaksanaan diabetes melitus kepada tenaga kesehatan terutama perawat komunitas. 2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar atau acuan bagi peneliti selanjutnya dalam mencari hubungan atau perbandingan terhadap kepatuhan dalam penatalaksanaan diabetes melitus tipe 2 untuk dapat mengembangkan evidence based nursing.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes adalah penyakit kronis, yang terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan insulin yang cukup, atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronik adalah suatu kondisi dimana terjadi keterbatasan pada kemampuan fisik, psikologis atau kognitif dalam melakukan fungsi harian atau kondisi yang memerlukan

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG A. Pendahuluan Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular. Saat ini penyakit kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus merupakan penyakit serius yang harus diatasi terutama di negara berkembang. Perubahan gaya hidup berdampak terhadap perubahan pola penyakit yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) saat ini sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013). Global Status Report

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan kesehatan yang merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah (glukosa) akibat kekurangan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut laporan WHO, Indonesia menempati urutan ke empat terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat DM dengan prevalensi 8,6% dari total

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus. Penyakit serebrovaskular ini merupakan salah satu penyebab utama kecacatan fisik dan kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO) tahun 2011 jumlah penyandang diabetes melitus di dunia 200 juta jiwa, Indonesia menempati urutan keempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai masyarakat dunia berkomitmen untuk ikut merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Indonesia sering terdengar kata Transisi Epidemiologi atau beban ganda penyakit. Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu diantara lima negara dengan penderita Diabetes Melitus (DM) terbanyak di dunia dan menempati urutan ke empat setelah India, Cina dan Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik yang ditandai adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI.... iv ABSTRAK v ABSTRACT. vi RINGKASAN.. vii SUMMARY. ix

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes adalah suatu penyakit kronis yang terjadi akibat kurangnya produksi insulin oleh pankreas atau keadaan dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang ditandai dengan adanya kenaikan kadar gula darah atau hiperglikemia. Penyakit DM dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, terapi, serta adanya perubahan paradigma kefarmasian, yaitu Pharmaceutical Care, dimana kegiatan pelayanan semula hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia diarahkan guna mencapai pemecahan masalah kesehatan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.

Lebih terperinci

PERUBAHAN KEPATUHAN KONSUMSI OBAT PASEIN DM TIPE 2 SETELAH PEMBERIAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DI PUSKESMAS MELATI KABUPATEN KAPUAS

PERUBAHAN KEPATUHAN KONSUMSI OBAT PASEIN DM TIPE 2 SETELAH PEMBERIAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DI PUSKESMAS MELATI KABUPATEN KAPUAS INTISARI PERUBAHAN KEPATUHAN KONSUMSI OBAT PASEIN DM TIPE 2 SETELAH PEMBERIAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DI PUSKESMAS MELATI KABUPATEN KAPUAS Rinidha Riana 1 ; Yugo Susanto 2 ; Ibna Rusmana 3 Diabetes

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan 3 No.

AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan 3 No. PENGARUH LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN PERIODE 10 APRIL 30 MEI 2015 Halisah 1, Riza Alfian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan dunia dimana morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis gangguan metabolisme yang ditandai dengan kadar glukosa darah melebihi nilai normal (hiperglikemia), sebagai akibat dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus dan

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH EDUKASI DUA LINTAS TERHADAP JUMLAH, JENIS, DAN JADWAL MAKAN PENDERITA DM TIPE 2

SKRIPSI PENGARUH EDUKASI DUA LINTAS TERHADAP JUMLAH, JENIS, DAN JADWAL MAKAN PENDERITA DM TIPE 2 SKRIPSI PENGARUH EDUKASI DUA LINTAS TERHADAP JUMLAH, JENIS, DAN JADWAL MAKAN PENDERITA DM TIPE 2 Studi Dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat OLEH : I PUTU ARYA SEDANA NIM. 1102105041 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus adalah kondisi kronis yang disebabkan oleh kurangnya atau tidak tersedianya insulin dalam tubuh. Karakteristik dari gejala klinis intoleransi glukosa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani pengobatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindroma gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia dan disebabkan oleh defisiensi absolut atau relatif dari sekresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang panjang. Efek

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang panjang. Efek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 merupakan suatu penyakit kronis yang memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang panjang. Efek umum dari diabetes yang tidak terkontrol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2013, didapatkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kronik didefinisikan sebagai kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan jangka

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 Diabetes melitus tipe 2 didefinisikan sebagai sekumpulan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia memiliki visi menciptakan masyarakat yang mempunyai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

Lebih terperinci

Kesehatan (Depkes, 2014) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai penyakit. cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, dan

Kesehatan (Depkes, 2014) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai penyakit. cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang disebabkan karena ketidakmampuan pankreas dalam memproduksi hormon insulin, atau tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin

Lebih terperinci

HUBUNGAN HEALTH LOCUS OF CONTROL DENGAN KEPATUHAN PENATALAKSANAAN DIET DM TIPE 2 DI PAGUYUBAN PUSKESMAS III DENPASAR UTARA

HUBUNGAN HEALTH LOCUS OF CONTROL DENGAN KEPATUHAN PENATALAKSANAAN DIET DM TIPE 2 DI PAGUYUBAN PUSKESMAS III DENPASAR UTARA SKRIPSI HUBUNGAN HEALTH LOCUS OF CONTROL DENGAN KEPATUHAN PENATALAKSANAAN DIET DM TIPE 2 DI PAGUYUBAN PUSKESMAS III DENPASAR UTARA OLEH : IDA AYU PUTU SURYA ADNYANI NIM: 1102105067 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup berdampak terhadap perubahan pola penyakit yang terjadi di masyarakat. Masalah kesehatan yang berhubungan dengan gaya hidup dan merupakan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia. 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan adalah masalah kompleks yang merupakan hasil dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia. Datangnya penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Asuhan kefarmasian atau disebut pharmaceutical care merupakan suatu kebutuhan yang penting dalam aspek pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Asuhan kefarmasian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang prevalensinya tiap tahun semakin meningkat. Di Asia Pasifik, Indonesia menempati peringkat kedua dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat

Lebih terperinci

Jl.Cerme No.24 Sidanegara Cilacap * Kata Kunci : Terapi Steam Sauna, Penurunan Kadar Gula Darah, DM tipe 2

Jl.Cerme No.24 Sidanegara Cilacap * Kata Kunci : Terapi Steam Sauna, Penurunan Kadar Gula Darah, DM tipe 2 PENGARUH TERAPI STEAM SAUNA TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BUKATEJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2013 Effect Of Steam Sauna Therapy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang perlu mendapatkan perhatian karena hipertensi merupakan penyakit kronik utama yang sangat mempengaruhi kesehatan masyarakat. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit tidak menular yang terus mengalami peningkatan prevalensi dan berkontribusi terhadap peningkatan angka kematian akibat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program terapi efektif untuk diabetes mellitus membutuhkan latihan komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis, dan regimen farmakologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penyakit kronik yang cukup banyak dijumpai dewasa ini adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya hiperglikemia kronik (kadar gula

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

PENGARUH INTERVENSI SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) TERHADAP KEPATUHAN PENGOBATAN DAN GAYA HIDUP PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUD DR. M.

PENGARUH INTERVENSI SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) TERHADAP KEPATUHAN PENGOBATAN DAN GAYA HIDUP PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUD DR. M. PENGARUH INTERVENSI SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) TERHADAP KEPATUHAN PENGOBATAN DAN GAYA HIDUP PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUD DR. M. ASHARI PEMALANG SKRIPSI Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta kanker dan Diabetes Melitus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM). Diabetic foot adalah infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat dalam yang berhubungan

Lebih terperinci

Efektifitas Edukasi Diabetes dalam Meningkatkan Kepatuhan Pengaturan Diet pada Diabetes Melitus Tipe 2

Efektifitas Edukasi Diabetes dalam Meningkatkan Kepatuhan Pengaturan Diet pada Diabetes Melitus Tipe 2 Efektifitas Edukasi Diabetes dalam Meningkatkan Kepatuhan Pengaturan Diet pada Diabetes Melitus Tipe 2 Diabetes Education in Improving the Effectiveness of Compliance with Setting Diet in Type 2 Diabetes

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus atau kencing manis salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindroma gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Penyakit ini lebih dikenal sebagai silent

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH SLOW-STROKE BACK MASSAGE

SKRIPSI PENGARUH SLOW-STROKE BACK MASSAGE SKRIPSI PENGARUH SLOW-STROKE BACK MASSAGE DENGAN MINYAK ESENSIAL YLANG-YLANG (Cananga odorata) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI Studi Ini Dilakukan di PSTW Jara Mara Pati

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi penyebab kematian yang lebih umum bila dibandingkan dengan penyakit akibat infeksi di negara sedang berkembang. Oleh karena

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DAN TEKANAN DARAH ANTARA PENGGUNAAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DAN APLIKASI DIGITAL PILLBOX REMINDER

PERBANDINGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DAN TEKANAN DARAH ANTARA PENGGUNAAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DAN APLIKASI DIGITAL PILLBOX REMINDER PERBANDINGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DAN TEKANAN DARAH ANTARA PENGGUNAAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DAN APLIKASI DIGITAL PILLBOX REMINDER PADA PASIEN HIPERTENSI DI RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004). Diabetes Mellitus merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator utama tingkat kesehatan masyarakat adalah meningkatnya usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin banyak penduduk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang diakibatkan oleh

Lebih terperinci

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 I Made Mertha I Made Widastra I Gusti Ayu Ketut Purnamawati Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar Email: mertha_69@yahoo.co.id Abstract

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOPING KELUARGA DENGAN TINGKAT KETAATAN DIET PASIEN DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS I DENPASAR BARAT

HUBUNGAN KOPING KELUARGA DENGAN TINGKAT KETAATAN DIET PASIEN DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS I DENPASAR BARAT HUBUNGAN KOPING KELUARGA DENGAN TINGKAT KETAATAN DIET PASIEN DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS I DENPASAR BARAT Pratiwi, Ni Made Desy., Drs. I Dewa Made Ruspawan, S.Kp M.Biomed (1), A.A N Tarumawijaya S.KM.(2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Diabetes Melitus (DM) adalah sindrom kelainan metabolik dengan tanda terjadinya hiperglikemi yang disebabkan karena kelainan dari kerja insulin, sekresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan karakteristik adanya tanda-tanda hiperglikemia akibat ketidakadekuatan fungsi dan sekresi insulin (James,

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004). BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu PTM yang menyita banyak perhatian

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN AUDIOVISUAL ANTENATAL CARE EDUCATION TERHADAP TINGKAT KECEMASAN IBU PRIMIGRAVIDA UNTUK MENGHADAPI PERSALINAN

PENGARUH PEMBERIAN AUDIOVISUAL ANTENATAL CARE EDUCATION TERHADAP TINGKAT KECEMASAN IBU PRIMIGRAVIDA UNTUK MENGHADAPI PERSALINAN PENGARUH PEMBERIAN AUDIOVISUAL ANTENATAL CARE EDUCATION TERHADAP TINGKAT KECEMASAN IBU PRIMIGRAVIDA UNTUK MENGHADAPI PERSALINAN Studi dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Denpasar Selatan II Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian... DAFTAR ISI Sampul Dalam... i Lembar Persetujuan... ii Penetapan Panitia Penguji... iii Kata Pengantar... iv Pernyataan Keaslian Penelitian... v Abstrak... vi Abstract...... vii Ringkasan.... viii Summary...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang paling banyak dialami oleh penduduk di dunia. DM ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang banyak diderita oleh penduduk dunia dan hingga saat ini belum ditemukan pengobatan yang efektif

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN DEMOGRAFI DAN PENGETAHUAN MENGENAI PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA TENAGA EDUKATIF TETAP DI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

ABSTRAK GAMBARAN DEMOGRAFI DAN PENGETAHUAN MENGENAI PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA TENAGA EDUKATIF TETAP DI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ABSTRAK GAMBARAN DEMOGRAFI DAN PENGETAHUAN MENGENAI PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA TENAGA EDUKATIF TETAP DI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Sienny Anggraini Setiawan, 2014. Pembimbing I : Dr. dr. Felix Kasim,

Lebih terperinci

PENGARUH KONSELING OBAT DALAM HOME CARE TERHADAP KEPATUHAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI HIPERTENSI

PENGARUH KONSELING OBAT DALAM HOME CARE TERHADAP KEPATUHAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI HIPERTENSI PENGARUH KONSELING OBAT DALAM HOME CARE TERHADAP KEPATUHAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI HIPERTENSI Suryani, N.M 1, Wirasuta, I.M.A.G 1, Susanti, N.M.P 1 1 Jurusan Farmasi - Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) dimasukkan sebagai salah satu target SDGs (Sustainable Development Goals) yaitu mengurangi sepertiga angka kematian dini dari Penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut ADA (American Diabetes Association) Tahun 2010, diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut ADA (American Diabetes Association) Tahun 2010, diabetes BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut ADA (American Diabetes Association) Tahun 2010, diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan kerusakan metabolisme dengan ciri hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme karbohidrat, lemak serta protein yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari gangguan produksi insulin atau gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) sering juga dikenal dengan nama kencing manis atau penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih merupakan kumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. al.(2008) merujuk pada ketidaksesuaian metabolisme yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. al.(2008) merujuk pada ketidaksesuaian metabolisme yang ditandai oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus menurut Fauci et al.(2008) dan Whitney et al.(2008) merujuk pada ketidaksesuaian metabolisme yang ditandai oleh kenaikan konsentrasi gula darah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. dibutuhkan atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan seharusnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. dibutuhkan atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan seharusnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan level gula darah dimana tubuh tidak dapat memproduksi insulin yang dibutuhkan

Lebih terperinci

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan Naskah Publikasi, November 008 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Hubungan Antara Sikap, Perilaku dan Partisipasi Keluarga Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe di RS PKU

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU 1 PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. WHO (2005) melaporkan penyakit kronis telah mengambil nyawa lebih dari 35 juta orang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN... viii SUMMARY...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak diketahui (hipertensi esensial, idiopatik, atau primer) maupun yang berhubungan dengan penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Lebih terperinci

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS 51 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS Arif Nurma Etika 1, Via Monalisa 2 Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Kadiri e-mail: arif_etika@yahoo.com ABSTRACT Diabetes Mellitus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keberhasilan pembangunan diberbagai bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu penyakit yang berbahaya yang kerap disebut sebagai silent killer selain penyakit jantung, yang merupakan salah satu masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya arus globalisasi di segala bidang dengan adanya perkembangan teknologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan gaya hidup pada masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit adalah suatu keadaan abnormal tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Ada beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) tipe 2 yang dahulu dikenal dengan nama non insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan penyakit gangguan metabolik

Lebih terperinci