2,3 Program Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu ABSTRAK
|
|
- Yuliana Hartono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGARUH TINDAKAN KEPERAWATAN GENERALIS DAN TERAPI KELOMPOK SUPORTIF TERHADAP PERUBAHAN HARGA DIRI KLIEN DIABETES MELITUS DI RS PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Wahyu Rochdiat M 1 Novy Helena CD 2 Tuti Nuraini 3 1 Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan FIKES UNRIYO, DIY 55282, Indonesia. dhionawesome@gmail.com 2,3 Program Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Jakarta 10430, Indonesia ABSTRAK Klien diabetes melitus (DM) mengalami masalah fisik dan masalah psikologis: harga diri rendah. Tindakan keperawatan untuk klien dengan harga diri rendah dapat berupa tindakan generalis maupun terapi spesialis. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh tindakan generalis dan terapi kelompok suportif sebagai terapi spesialis terhadap harga diri klien DM yang dirawat di RS Panembahan Senopati Bantul. Desain penelitian ini menggunakan quasi experiment pre-post test with control group. Responden kelompok kontrol dan intervensi masing-masing berjumlah orang. Hasil penelitian: pemberian tindakan generalis dan terapi kelompok suportif memiliki pengaruh yang lebih bermakna terhadap harga diri klien DM dibandingkan dengan pemberian tindakan generalis saja. Kata kunci: harga diri rendah, klien DM, terapi kelompok suportif, tindakan generalis ABSTRACT Diabetes mellitus patients have both physical problems and psychological problems: low self-esteem. Nursing therapy for those patients can be general and supportive group therapy. Purpose of this study was to examine how supportive group therapy as specialistic therapy could affected diabetes mellitus patients s self-esteem who were nursed in Panembahan Senopati Hospital, Bantul. Design of the study was quasi experiment pre-post test with control group. Each of group had patients as sample. Result of the sudy: general and supportive group therapy had statistically significant more affected to diabetes mellitus patients s self-esteem than general therapy. Keywords: diabetes mellitus patients, general therapy, low self-esteem, supportive group therapy 1. Pendahuluan International Diabetes Federation (IDF) (11) melaporkan adanya indikasi bahwa prevalensi diabetes melitus (DM) telah mencapai tingkat epidemik secara global. International Diabetes Federation melaporkan bahwa prevalensi klien DM pada kelompok usia 79 tahun di Indonesia adalah sebesar 4,6 % atau sebanyak 152 juta 23
2 jiwa pada tahun 10. Angka prevalensi ini diperkirakan akan mengalami kenaikan pada tahun 30 menjadi sebesar 6% atau sebanyak 199 juta jiwa (IDF, 11). Departemen Kesehatan (Depkes) Indonesia juga melakukan riset tentang jumlah klien DM secara nasional yang dilaporkan dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 07. Hasil riskesdas menunjukkan bahwa angka prevalensi DM secara nasional yaitu sebesar 1,1% (Depkes, 08). Tujuh belas provinsi memiliki angka prevalensi DM di atas angka prevalensi nasional dan salah satunya adalah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan angka prevalensi DM sebesar 1,6% sedangkan berdasarkan pengukuran gula darah pada penduduk dengan umur lebih dari 15 tahun yang bertempat tinggal di perkotaan didapatkan hasil bahwa angka prevalensi DM di DIY sebesar 5,4% (Depkes, 08). Rumah Sakit (RS) Panembahan Senopati Bantul adalah salah satu rumah sakit milik pemerintah di DIY. Data studi pendahuluan jumlah klien yang dirawat inap di bangsal penyakit dalam RS Panembahan Senopati memperlihatkan bahwa rata-rata klien DM yang dirawat tiap bulannya pada tahun 09 adalah 92 klien dan pada tahun 10 sebanyak 103 klien. Diabetes melitus adalah suatu gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak akibat dari ketidakseimbangan antara ketersediaan insulin dengan kebutuhan insulin (Porth, 08). Hal ini mempengaruhi kesehatan psikososial klien dan dihubungkan dengan adanya ketakutan, depresi, kecemasan, ketergantungan, dan perasaan menjadi seseorang yang berbeda (Kyngas & Barlow, 1995 dalam Cavusaglu, 01). Masalah psikososial yang terjadi pada klien DM akan mempengaruhi kondisi fisik klien sehingga dapat membuat penyakit DM klien bertambah parah, karena itu perlu perhatian khusus dari tenaga kesehatan terhadap kondisi psikososial klien DM. Salah satu masalah psikososial pada klien DM adalah harga diri rendah. Klien DM dengan harga diri rendah harus mendapatkan terapi untuk bisa menemukan aspek positif yang masih dimiliki sehingga harga dirinya mengalami peningkatan. Tindakan keperawatan jiwa untuk klien yang memiliki harga diri rendah dapat berupa tindakan keperawatan generalis maupun terapi spesialis. Tindakan keperawatan generalis dilakukan dengan cara menggali aspek-aspek positif pada klien dan mengajarkan keluarga untuk membantu klien melatih aspek positifnya (Keliat, dkk., 06). 24
3 Penelitian tentang terapi kelompok kepada klien DM sudah banyak dilakukan tetapi penelitian-penelitian tersebut biasanya berfokus pada pengaruh terapi kelompok terhadap pengontrolan kadar gula darah dan kemampuan klien untuk melakukan koping atau kepatuhan terhadap terapi. Salah satu terapi kelompok adalah terapi kelompok suportif. Kelompok suportif merupakan sekumpulan orang-orang yang berencana, mengatur dan berespon secara langsung terhadap isu-isu dan tekanan yang khusus maupun keadaan yang merugikan. Tujuan awal dari kelompok ini didirikan adalah memberikan dukungan dan menyelesaikan pengalaman isolasi dari masing-masing anggotanya (Grant- Iramu, 1997 dalam Hunt, 04). Terapi kelompok suportif sendiri bertujuan untuk memberikan dukungan antar anggota kelompok dan menurut Coppersmith (1967 dalam Maryam dkk., 07), faktor lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi harga diri seseorang, sehingga terapi kelompok suportif seharusnya memiliki dampak dalam meningkatkan harga diri klien DM. 2. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan quasi expermental menggunakan desain quasi experimental pre-post test control group dengan intervensi tindakan keperawata generalis dan terapi kelompok suportif. Penelitian dilakukan dari tanggal 19 Mei 9 Juni 11. Teknik pengambilan sampel secara consecutive sampling. Penelitian dilakukan untuk menganalisa pengaruh tindakan keperawatan generalis dan terapi kelompok suportif terhadap perubahan harga diri klien DM yang dirawat inap di RS Panembahan Senopati Bantul. Reponden kelompok kontrol diambil dari klien DM yang dirawat inap di Bangsal Flamboyan. Kelompok kontrol hanya mendapat perlakuan berupa tindakan keperawatan generalis saja. Responden kelompok intervensi diambil dari kloen DM yang dirawat inap di Bangsal Bakung dan Cempaka, sedangkan perlakuan yang didapat adalah tindakan keperawata generalis dan terapi kelompok suportif sebanyak empat sesi. Tiap kelompok berjumlah responden. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini menggunakan kuesioner adaptasi dari Rosenborg Scale s berjumlah 10 pertanyaan. Responden diseleksi dengan menggunakan kuesioner tersebut dan bila memiliki nilai total < maka individu memenuhi kriteria untuk menjadi responden. Kriteria yang lain 25
4 adalah klien didiagnosis menderita DM tipe 2, berusia -65 tahun, memiliki pekerjaan, dapat membaca dan menulis, kooperatif, memiliki kondisi yang stabil untuk mengikuti terapi kelompok dan bersedia menjadi responden. Analisis statistik yang dipergunakan yaitu univariat dan bivariat dengan analisis paired t-test dan independent-sample t- test serta Chi-square dengan tampilan dalam bentuk tabel dan distribusi frekuensi. 3. Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata usia responden adalah 48,08 tahun dan lama menderita DM adalah selama 51, 75 bulan seperti terlihat pada tabel 1. Tabel 2 menunjukkan 57,5% responden berjenis kelamin perempuan, 37,5% bekerja sebagai wiraswasta, 60% berpendidikan rendah (SD-SMP), dan 70% responden berstatus kawin. Uji kesetaraan karakteristik responden kedua kelompok menunjukkan bahwa pada α 5% tidak ada perbedaan yang signifikan karakteristik responden antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi (p-value > 0,025). Nilai pre test harga diri pada kedua kelompok menunjukkan bahwa kedua kelompok memiliki harga diri rendah, dimana ratarata nilai harga diri kelompok kontrol sebesar 17,30 sedangkan kelompok intervensi sebesar 16,75. Tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat harga diri antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi pada α 5% (p-value > 0,025). Tabel 3 menunjukkan tingkat harga diri setelah dilakukan perlakuan berupa tindakan keperawatan generalis pada kelompok kontrol meningkat menjadi 23,45, sedangkan tingkat harga diri pada kelompok intervensi setelah dilakukan tindakan keperawatan generalis dan terapi kelompok suportif meningkat menjadi 31,65. Paired t-test menunjukkan hasil bahwa pada α 5% ada perbedaan yang signifikan antara harga diri sebelum dengan sesudah dilakukan perlakuan baik pada kelompok kontrol maupun kelompok intervensi (p-value < 0,025). Selisih harga diri pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi diuji dengan menggunakan independent-sample t-test menunjukkan hasil pada α 5% bahwa ada perbedaan yang bermakna antara selisih harga diri kelompok kontrol dengan selisih harga diri kelompok intervensi (p-value < 0,025). Jadi pemberian tindakan keperawatan generalis dan terapi kelompok suportif berpengaruh lebih besar kepada harga diri klien DM daripada pemberian tindakan keperawatan generalis saja. 4. Pembahasan 26
5 Rata-rata nilai kuesioner harga diri klien DM yang dirawat inap di RS Panembahan Senopati Bantul selama proses penelitian menunjukkan bahwa tingkat harga diri klien DM adalah harga diri rendah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Cavusaglu (01) bahwa dampak dari diagnosis dan terapi DM dapat mengakibatkan perubahan gaya Variabel hidup pada penderita DM. Diabetes melitus mempengaruhi kesehatan psikososial dan dihubungkan dengan ketakutan, depresi, kecemasan, ketergantungan, dan menjadi berbeda sehingga harga diri rendah, ketergantungan sosial, dan perkembangan ego yang miskin dapat ditemukan pada penderita DM. Tabel 1. Analisis Usia dan Lama Menderita Klien DM pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di RS Panembahan Senopati Bantul, Mei - Juni 11 (N = 40) Jenis Kelompok n Mean Median SD Min-Maks 95% CI Usia Lama Menderita DM Intervensi 48,90 50,00 6, ,88-51,92 Kontrol 47,25 48,00 6, ,12-50,38 Total 40 48,08 49,00 6, Intervensi 48,00 42,00 35, ,30-64,70 Kontrol 55,50 54,00 32, ,07-70,93 Total 40 51,75 48,00 34, Tabel 2. Distribusi Klien DM Menurut Jenis Kelamin, Pekerjaan, Pendidikan, dan Status Perkawinan pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di RS Panembahan Senopati Bantul, Mei Juni 11 (N = 40) Karakteristik Kelompok Intervensi (n = ) Kelompok Kontrol (n = ) Jumlah (N = 40) n % n % n % 1. Jenis Kelamin Klien DM a. Laki-laki b. Perempuan 2. Pekerjaan Klien DM a. Pegawai Negeri b. Pegawai Swasta c. Wiraswasta 3. Pendidikan Klien DM a. Rendah b. Tinggi 4. Status Perkawinan Klien DM a. Kawin b. Tidak Kawin ,5 57,5 27, ,
6 Tabel 3. Analisis Perubahan Tingkat Harga Diri Klien DM Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Intervensi pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di RS Panembahan Senopati Bantul, Mei Juni 11 (N = 40) Kelompok Variabel n Mean SD SE t p value Intervensi Kontrol Tingkat Harga Diri a. Sebelum b. Sesudah Selisih Tingkat Harga Diri a. Sebelum b. Sesudah Selisih 17,30 31,65 14,35 16,75 23,45 6,7 2,62 2,50-0,12 1,99 1,79-0,2 0,59 0,56-0,03 0,45 0,40-0,05-19, , Faktor predisposisi biologis harga diri rendah pada klien DM dapat terjadi karena penyakit DM menyebabkan kadar glukosa dalam darah meningkat akibat kelainan dalam sekresi insulin, aktivitas insulin maupun dua-duanya (Smeltzer, dkk., 08). Responden penelitian pada kelompok kontrol maupun kelompok intervensi memiliki rata-rata lama sakit DM selama 51,75 bulan dimana rata-rata lama sakit kelompok kontrol adalah 55,5 bulan dan kelompok intervensi 48,00 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit DM telah diderita oleh responden dalam waktu yang sangat lama sehingga memungkinkan terjadinya komplikasi termasuk di dalamnya adalah perubahan fungsi sistem saraf yang akhirnya membuat individu memperlihatkan kondisi perilaku dan emosi yang menyimpang termasuk di dalamnya tanda dan gejala dari harga diri rendah. Faktor predisposisi psikologis terjadinya harga diri rendah pada klien DM dapat berupa kegagalan klien DM dalam menjalani peran dan fungsinya sebagai individu. Rata-rata usia responden penelitian ini adalah 48,08 tahun dimana rata-rata usia kelompok intervensi 48,90 tahun dan kelompok kontrol 47,25 tahun. Erikson (1973) dalam Suardiman (1995) menyatakan bahwa pada usia tahun, individu berada pada tahap perkembangan dewasa tengah dimana pada tahap ini tugas perkembangan yang harus dipenuhi adalah generativitas. Kondisi DM yang dialami akan mengakibatkan responden gagal memenuhi tugas perkembangan sehingga menjadikan klien DM harga diri rendah. Faktor predisposisi sosial budaya terjadinya harga diri klien DM dapat dilihat dari perubahan status ekonomi (Hawari, 01). Penyakit DM yang diderita responden mengakibatkan 28
7 berkurangnya pendapatan karena keharusan untuk memeriksakan diri secara teratur ke pelayanan kesehatan dan dapat juga dikarenakan harus membiayai perawatan bila dirinya dirawat di rumah sakit, selain itu saat klien DM menjalani rawat inap di rumah sakit tentunya menyebabkan klien tidak dapat bekerja sehingga mengurangi jumlah pendapatannya. Diabetes melitus yang diderita responden dalam waktu yang cukup lama menyebabkan berbagai komplikasi sehingga dapat menyebabkan terganggunya hubungan antara suami dan istri. Komplikasi yang mungkin terjadi pada klien diabates impotensi, stroke, dan penyakit jantung (Smeltzer, dkk., 08). Ketidakmampuan responden dalam melaksanakan peran dan fungsinya dalam keluarga baik sebagai suami maupun sebagai istri menyebabkan kualitas hubungan di dalam keluarga menurun. Hal ini akhirnya mengganggu ideal diri dan peran diri klien sehingga muncul harga diri rendah pada klien DM. Klien DM yang memiliki diagnosa keperawatan harga diri rendah perlu mendapatkan tindakan keperawatan sehingga terjadi peningkatan pada harga dirinya. Tindakan yang dilakukan dapat berupa tindakan keperawatan generalis harga diri rendah dan tindakan keperawatan spesialis. Hasil penelitian di kelompok kontrol menunjukkan adanya peningkatan harga diri sesudah dilakukannya tindakan keperawatan generalis individu dan keluarga pada responden walaupun tidak sebesar kelompok intervensi. Tindakan keperawatan generalis dilakukan dengan mengidentifikasi dan melatih kemampuan dan aspek positif yang dimiliki oleh klien. Terapis juga memberikan pujian atas kemampuan positif klien yang berfungsi untuk menaikkan harga dirinya. Tindakan keperawatan jiwa generalis untuk keluarga klien yang mengalami harga diri rendah adalah memberikan edukasi tentang definisi, penyebab, tanda gejala dan cara mengatasi harga diri rendah yang dialami klien. (Keliat, dkk., 06). Hal yang mendukung berhasilnya tindakan keperawatan generalis ini di ruang rawat inap menurut peneliti adalah dikarenakan klien dan keluarga dapat mempraktekkan bersama dengan bimbingan terapis. Tindakan ini ternyata memberikan efek menaikkan tingkat harga diri klien DM berdasarkan hasil penelitian walaupun tidak sebesar terapi kelompok suportif. Terapi kelompok dipandang sukses dalam beberapa dekade terakhir dalam perawatan berbagai jenis gangguan jiwa dan masalah psikologis. Terapi kelompok yang dilakukan pada klien dengan penyakit kronis telah menjadi populer 29
8 sebagai pendamping terapi medis. Hal ini dikarenakan terapi kelompok menyediakan dukungan emosional dari orang-orang yang memiliki pengalaman yang sama dan dapat menggunakan pengalaman orang lain di dalam kelompok sebagai contoh. (Van der Ven, 11). Proses pelaksanaan terapi kelompok suportif pada penelitian ini dilakukan dalam empat sesi. Sesi pertama mendiskusikan masalah psikologis yang dialami kelompok akibat penyakit DM yang diderita yaitu harga diri rendah. Hal ini mendukung pernyataan dari Cavusaglu (01) bahwa harga diri rendah dapat ditemukan pada klien DM. Sesi kedua mendapatkan hasil bahwa sumber dukungan yang dimiliki oleh kelompok di dalam keluarga adalah pasangan hidupnya (suami atau istri) dan anak yang masih tinggal satu rumah. Stuart (09) menyatakan bahwa dukungan sosial dari keluarga dan caregiver utama merupakan sumber koping dalam menghasilkan respon yang adaptif terhadap kondisi sakit klien. Sumber dukungan dari luar keluarga didiskusikan di sesi ketiga. Hasil diskusi menunjukkan bahwa sumber dukungan di luar keluarga yang biasa digunakan adalah rumah sakit, puskesmas dan mantri di daerah tempat tinggalnya. Hambatan yang dirasakan adalah pengurusan jaminan kesehatan. Stuart (09) menyebutkan bahwa hal tersebut merupakan sumber koping aset materi sehingga perlu kerja sama berbagai pihak untuk membantu klien dalam pengurusan jaminan kesehatan. Sesi keempat digunakan oleh kelompok untuk mengevaluasi pelaksanaan sesi-sesi sebelumnya dan tercapainya tujuan. Hasil yang dicapai pada sesi ini adalah pada umumnya anggota kelompok sudah mencoba apa yang telah didiskusikan di sesi sebelumnya, hambatan yang dialami saat menggunakan sumber pendukung baik di dalam keluarga maupun di luar keluarga telah dilakukan penyelesaiannya meskipun hasil yang diperoleh belum optimal sesuai dengan yang diharapkan karena anggota kelompok masih dirawat di rumah sakit. Hal yang menarik pada penelitian ini adalah jumlah anggota kelompok yang berjumlah 5 orang karena tidak adanya ruangan khusus untuk melakukan terapi. Walaupun Stuart (09) menyatakan bahwa jumlah minimal anggota kelompok adalah sebanyak 7 orang untuk memberikan kesempatan menyampaikan pengalaman, tetapi dengan hasil penelitian yang menunjukkan adanya peningkatan sebesar 14,35 dapat disimpulkan bahwa jumlah anggota 5 orang dapat memberikan kesempatan pada anggota kelompok suportif untuk 30
9 menyampaikan pendapatnya di tatanan layanan rumah sakit umum. Faktor lain yang mempengaruhi efektivitas terapi kelompok suportif adalah adanya dukungan sosial yang terjadi pada pelaksanaan terapi. Dukungan sosial yang diberikan anggota kelompok ternyata menaikkan harga diri kelompok intervensi. Hasil ini sesuai dengan penelitian Budd (09) yang meneliti tentang hubungan antara dukungan sosial yang diterima dengan harga diri mendapatkan hasil ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial yang diterima dengan tingginya harga diri. Pelaksanaan masing-masing sesi terapi kelompok suportif pada penelitian ini dilakukan dalam empat kali pertemuan tanpa jeda hari karena keterbatasan kondisi fisik klien dan rata-rata lama rawat inap klien kurang dari seminggu. Hal ini menurut Pareek (1996 dalam Sobur, 03) menyebabkan proses belajar pada terapi kelompok suportif di penelitian ini baru sebatas aspek kognitif saja. 5. Simpulan Penelitian tentang pengaruh tindakan keperawatan generalis dan terapi kelompok suportif terhadap tingkat harga diri klien diabetes melitus (DM) yang menjalani rawat inap di RS Panembahan Senopati Bantul memperoleh hasil bahwa karakteristik klien DM rata-rata usia 48,08 tahun dengan lama sakit rata-rata 51,75 bulan. Karakteristik yang lain adalah sebagian besar responden adalah perempuan, bekerja sebagai wiraswasta, berpendidikan SD, dan status perkawinannya adalah kawin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat harga diri pada kelompok kontrol sebelum dilakukan tindakan keperawatan generalis dan terapi kelompok suportif adalah sebesar 16,75 sedangkan pada kelompok intervensi sebesar 17,30. Hal ini berarti responden kedua kelompok memiliki harga diri rendah. Tingkat harga diri kelompok kontrol setelah mendapatkan tindakan keperawatan generalis memiliki rata-rata sebesar 23,45 atau meningkat sebesar 6,5 bila dibandingkan dengan sebelum mendapatkan perlakuan. Tingkat harga diri kelompok intervensi juga mengalami peningkatan yang lebih besar dari kelompok kontrol yaitu sebesar 14,35 menjadi 31,65 setelah mendapatkan terapi, sehingga tingkat harga diri kedua kelompok sama-sama meningkat setelah mendapatkan perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat harga diri pada kelompok intervensi meningkat secara bermakna bila dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan nilai p <0,05 (p value = 31
10 0,000). Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian tindakan keperawatan generalis dan terapi kelompok suportif memiliki pengaruh yang lebih besar bila dibandingkan dengan pemberian tindakan keperawatan generalis saja terhadap tingkat harga diri klien DM yang menjalani rawat inap di RS Panembahan Senopati Bantul. Daftar Pustaka Budd, A. (09). The correlation of selfesteem and perceived social support. URJHS, Vol 8. Cavusaglu, H. (01). Self esteem in adolescence: A comparison of adolescents with diabetes mellitus and leukimia. Pediatric Nursing, July-August 01 Vol 27 no 4. Depkes RI. (08). Riset kesehatan dasar 07. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia. International Diabetes Federation (IDF). (11). Diabetes atlas (fourth edition). 8 April Hawari, D. (01). Pendekatan holistik pada gangguan jiwa skizoprenia. Jakarta: FKUI. Hunt. (04). A resource kit for self help/ support groups for people affeccted by an eating disorder. 12 Februari VolunteerGuide.pdf. Keliat & tim. (06). Modul model praktek keperawatan profesional jiwa (MPKP) jiwa. Jakarta: WHO- FIK UI. Kristyaningsih, T. (09). Pengaruh terapi kognitif terhadap perubahan harga diri dan kondisi depresi pasien gagal ginjal kronik di ruang haemodialisa RSUP fatmawati jakarta tahun 09. Tesis. FIK UI (tidak dipublikasikan). Maryam, S & Tim. (07). Kebutuhan dasar manusia: berdasarkan hierarki maslow dan penerapannya dalam keperawatan. Jakarta: Semesta Media. Porth, C.M,. (08). Essentials of pathophysiology: Concepts of altered health states (2nd edition). USA: Lippincott Williams & Wilkins. Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, JL., Cheever, K.H. (08). Brunner & suddarth s: Textbook of medicalsurgical nursing (11 ed). th Philadelphia: Lippincott Williams &Wilkins. Sobur, A. (03). Psikologi umum dalam lintas sejarah. Bandung: Pustaka Setia. Stuart. (09). Principles and practice of psychiatric nursing (9th edition). St Louis: Mosby. Suardiman, P. (1995). Psikologi perkembangan. Yogyakarta : FIP IKIP. Van der Ven, N. (11). Psychososial group intervention in diabetes care. 23 Juni
Eni Hidayati Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan, Kampus Kedungmundu Rektorat, Semarang, Indonesia,
PENGARUH TERAPI KELOMPOK SUPORTIF TERHADAP KEMAMPUAN MENGATASI PERILAKU KEKERASAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA Dr. AMINO GONDOHUTOMO KOTA SEMARANG Eni Hidayati Fakultas Ilmu Keperawatan Dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh
Lebih terperinciPENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA
PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA Dedy Arif Abdillah 1), Happy Indri Hapsari 2), Sunardi 3) 1) Mahasiswa SI
Lebih terperinciPENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN Ni Made Dian Sulistiowati*, Budi Anna Keliat **, Ice Yulia Wardani** * Program Studi Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronik adalah suatu kondisi dimana terjadi keterbatasan pada kemampuan fisik, psikologis atau kognitif dalam melakukan fungsi harian atau kondisi yang memerlukan
Lebih terperinciPENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN Ni Made Dian Sulistiowati*, Budi Anna Keliat **, Ice Yulia Wardani** * Program Studi Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus merupakan penyakit serius yang harus diatasi terutama di negara berkembang. Perubahan gaya hidup berdampak terhadap perubahan pola penyakit yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes adalah suatu penyakit kronis yang terjadi akibat kurangnya produksi insulin oleh pankreas atau keadaan dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi
Lebih terperinciPEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH. Kata Kunci : harga diri rendah, pengelolaan asuhan keperawatan jiwa
PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH Sri Wahyuni Dosen PSIK Universitas Riau Jl Pattimura No.9 Pekanbaru Riau Hp +62837882/+6287893390999 uyun_wahyuni2@yahoo.com ABSTRAK Tujuan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik yang ditandai adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin
Lebih terperinciABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA
ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA PENGARUH TERAPI KOGNITIF TERHADAP PENURUNAN RESPON DEPRESI PADA PASIEN KUSTA Ns. Erti Ikhtiarini Dewi, M.Kep. Sp.Kep.J 0028108104 PROGRAM STUDI ILMU
Lebih terperinciPENGARUH COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN DAN HALUSINASI DI RSJD DR. RM SOEDJARWADI KLATEN
PENGARUH COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN DAN HALUSINASI DI RSJD DR. RM SOEDJARWADI KLATEN Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten ABSTRAK
Lebih terperinciPENGARUH PELAKSANAAN FUNGSI PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA TERHADAP TERAPI DIET DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI BANDA ACEH
PENGARUH PELAKSANAAN FUNGSI PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA TERHADAP TERAPI DIET DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI BANDA ACEH THE EFFECT OF FAMILY HEALTH CARE FUNCTION ON THE DIET THERAPY OF DIABETES MELLITUS TYPE
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Penyakit ini lebih dikenal sebagai silent
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kronik didefinisikan sebagai kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan jangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mellitus (Perkeni, 2011). Secara umum hampir 80% prevalensi. diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 2.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Epidemi penyakit tidak menular muncul menjadi penyebab kematian terbesar di Indonesia saat ini. Berdasarkan studi epidemiologi terbaru, Indonesia telah memasuki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data statistik organisasi WHO tahun 2011 menyebutkan Indonesia menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak setelah Amerika Serikat, China, India.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) saat ini sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013). Global Status Report
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang prevalensinya tiap tahun semakin meningkat. Di Asia Pasifik, Indonesia menempati peringkat kedua dengan jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada sekumpulan gangguan metabolik yang disebabkan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. DM adalah gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan keluarga. Data dari studi global menunjukkan bahwa jumlah pasien DM pada tahun 2015 telah mencapai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekrsi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya,
Lebih terperinciPENILAIAN TERHADAP STRESOR & SUMBER KOPING PENDERITA KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI. Semarang
PENILAIAN TERHADAP STRESOR & SUMBER KOPING PENDERITA KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI Desi Ariyana Rahayu 1), Tri Nurhidayati 2) 1) Departemen keperawatan jiwa, FIKKES, Unimus, Jln. Kedungmundu Raya no
Lebih terperinciBAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL Dalam bab ini akan diuraikan tentang kerangka teori, kerangka konsep, hipotesis, dan definisi operasional yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan kesehatan yang merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah (glukosa) akibat kekurangan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM sudah banyak dicapai dalam kemajuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015
ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 Diabetes melitus tipe 2 didefinisikan sebagai sekumpulan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik
Lebih terperinciPENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI
PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.
Lebih terperinciVol XI Nomor 1 Januari Jurnal Medika Respati ISSN :
EFEKTIFITAS TERAPI KOGNITIF DAN LOGOTERAPI DALAM ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN HDR SITUASIONAL DAN KETIDAKBERDAYAAN MELALUI PENDEKATAN KONSEP STRES ADAPTASI STUART DI RSUP PERSAHABATAN, JAKARTA Wahyu Rochdiat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu diantara lima negara dengan penderita Diabetes Melitus (DM) terbanyak di dunia dan menempati urutan ke empat setelah India, Cina dan Amerika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Diabetes Melitus (DM) adalah sindrom kelainan metabolik dengan tanda terjadinya hiperglikemi yang disebabkan karena kelainan dari kerja insulin, sekresi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan dapat menyebabkan kematian terbesar di seluruh dunia, salah satunya adalah diabetes melitus (DM). Diabetes
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak memproduksi insulin yang cukup atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit dengan gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Diabetes mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus merupakan salah satu jenis penyakit kronis yang akan menimbulkan perubahan yang permanen pada kehidupan setiap individu (Stuart & Sundeen, 2005). Diabetes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) tipe 2 yang dahulu dikenal dengan nama non insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan penyakit gangguan metabolik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus atau kencing manis salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindroma gangguan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki
5 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang melitus (DM) merupakan penyakit yang sangat berbahaya karena dapat menyebabkan komplikasi yang dapat mengakibatkan kerusakan organ-organ tubuh dan menyebabkan kebutaan,
Lebih terperinciEfektifitas Edukasi Diabetes dalam Meningkatkan Kepatuhan Pengaturan Diet pada Diabetes Melitus Tipe 2
Efektifitas Edukasi Diabetes dalam Meningkatkan Kepatuhan Pengaturan Diet pada Diabetes Melitus Tipe 2 Diabetes Education in Improving the Effectiveness of Compliance with Setting Diet in Type 2 Diabetes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical Manual of Mental Disorder, 4th edition) adalah perilaku atau sindrom psikologis klinis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan dunia dimana morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun negara berkembang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Menurut Golostein (2008), bahwa 5% dari populasi penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus saat ini telah menjadi ancaman yang sangat serius bagi manusia di dunia. Menurut Golostein (2008), bahwa 5% dari populasi penduduk dunia terkena diabetes
Lebih terperinciKesehatan (Depkes, 2014) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai penyakit. cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang disebabkan karena ketidakmampuan pankreas dalam memproduksi hormon insulin, atau tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut laporan WHO, Indonesia menempati urutan ke empat terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat DM dengan prevalensi 8,6% dari total
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup berdampak terhadap perubahan pola penyakit yang terjadi di masyarakat. Masalah kesehatan yang berhubungan dengan gaya hidup dan merupakan masalah
Lebih terperinciPENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE Abdul Gafar, Hendri Budi (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. al.(2008) merujuk pada ketidaksesuaian metabolisme yang ditandai oleh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus menurut Fauci et al.(2008) dan Whitney et al.(2008) merujuk pada ketidaksesuaian metabolisme yang ditandai oleh kenaikan konsentrasi gula darah dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang paling banyak dialami oleh penduduk di dunia. DM ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah
Lebih terperinciAKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan 3 No.
PENGARUH LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN PERIODE 10 APRIL 30 MEI 2015 Halisah 1, Riza Alfian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. DM adalah suatu kumpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2013, didapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. timbulnya berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang dapat terjadi yaitu diabetes
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola hidup yang tidak sehat dapat mempengaruhi kesehatan individu. Kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji dan kurangnya olahraga telah menjadi pola hidup masyarakat
Lebih terperinciTingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Yessy Mardianti Sulistria
Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya Yessy Mardianti Sulistria Farmasi /Universitas Surabaya yessy.mardianti@yahoo.co.id Abstrak Diabetes mellitus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis gangguan metabolisme yang ditandai dengan kadar glukosa darah melebihi nilai normal (hiperglikemia), sebagai akibat dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,
Lebih terperinciKEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2
KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 I Made Mertha I Made Widastra I Gusti Ayu Ketut Purnamawati Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar Email: mertha_69@yahoo.co.id Abstract
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus dan
Lebih terperincidicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,
A. Latar Belakang Gangguan jiwa yang terjadi di era globalisasi dan persaingan bebas cenderung meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan seperti kehilangan orang yang dicintai, putusnya hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab meningkatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang terjadi karena pankreas tidak dapat menghasilkan insulin atau penyakit kronis yang terjadi ketika tubuh tidak dapat secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindroma gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia dan disebabkan oleh defisiensi absolut atau relatif dari sekresi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. dibutuhkan atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan seharusnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan level gula darah dimana tubuh tidak dapat memproduksi insulin yang dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah satu diagnosis kardiovaskular yang paling cepat meningkat jumlahnya (Schilling, 2014). Di dunia,
Lebih terperinciNidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan
Naskah Publikasi, November 008 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Hubungan Antara Sikap, Perilaku dan Partisipasi Keluarga Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe di RS PKU
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang diakibatkan oleh
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Padukuhan Kasihan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Indonesia sering terdengar kata Transisi Epidemiologi atau beban ganda penyakit. Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu jenis penyakit menahun, yang angka kejadiannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data yang diperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah, yang diakibatkan oleh kelainan sekresi insulin, aktivitas
Lebih terperinciKARAKTERISTIK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INSIDENSI DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAYANG DAN LEDOKOMBO
KARAKTERISTIK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INSIDENSI DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAYANG DAN LEDOKOMBO Disampaikan Pada Pertemuan Ilmiah Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Jember
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal adalah suatu kondisi dimana ginjal tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta orang mengalami GGK,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer, 2013). Penyakit ini
Lebih terperinciPENERAPAN TINDAKAN KEPERAWATAN: TERAPI GENERALIS TERHADAP KETIDAKBERDAYAAN PADA LANSIA
PENERAPAN TINDAKAN KEPERAWATAN: TERAPI GENERALIS TERHADAP KETIDAKBERDAYAAN PADA LANSIA (The Application of Nursing Interventions: Generalist Therapy to Against Hopelessness on Elderly) Ike Mardiati Agustin*,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai
Lebih terperinciTHE CORRELATION BETWEEN SOCIAL SUPPORT AND EMOTIONAL DISTRESS ON DIABETES MELLITUS PATIENTS AT PANEMBAHAN SENOPATI GENERAL HOSPITAL BANTUL
THE CORRELATION BETWEEN SOCIAL SUPPORT AND EMOTIONAL DISTRESS ON DIABETES MELLITUS PATIENTS AT PANEMBAHAN SENOPATI GENERAL HOSPITAL BANTUL 1 Aan Devianto, 2 Abdul Majid, 3 Siitni 1,3 Program Studi S1 Ilmu
Lebih terperinciPENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2
1 PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2 Misdarina * Yesi Ariani ** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Keperawatan Dasar dan Medikal Bedah Fakultas Keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO) tahun 2011 jumlah penyandang diabetes melitus di dunia 200 juta jiwa, Indonesia menempati urutan keempat
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Nurlika Sholihatun Azizah
PERBEDAAN INTERVENSI SENAM DIABETES PADA DIET RENDAH GULA TERHADAP PENURUNAN GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS USIA 35-70 TAHUN DI PUSKESMAS BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Nurlika
Lebih terperinciTingkat depresi berdasarkan derajat ulkus diabetik pada pasien ulkus diabetes melitus yang berobat di rsud kota semarang
Tingkat depresi berdasarkan derajat ulkus diabetik pada pasien ulkus diabetes melitus yang berobat di rsud kota semarang Irma Astuti Setyoningrum 1, Yunie Armiyati 2, Rahayu Astuti 3 1 Mahasiswa Progam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan kemajuan di bidang sosial ekonomi dan perubahan gaya hidup khususnya di daerah perkotaan di Indonesia, jumlah penyakit degeneratif khususnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan sindrom metabolik yang ditandai dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan sindrom metabolik yang ditandai dengan kadar glukosa darah di atas normal (hiperglikemia) akibat kelainan pada sekresi insulin, kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik adanya peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi karena kelainan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) atau yang lebih dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemi)
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa
ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan dengan Penyakit Gula karena memang jumlah atau konsentrasi glukosa atau gula di dalam darah melebihi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan kerusakan metabolisme dengan ciri hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme karbohidrat, lemak serta protein yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Diabetes Mellitus yang tidak ditangani dengan baik dan tepat dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi pada organ tubuh seperti mata, jantung, ginjal, pembuluh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menua pada seseorang bukanlah suatu penyakit, akan tetapi merupakan proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menua pada seseorang bukanlah suatu penyakit, akan tetapi merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh yang berakhir dengan kematian yang mutlak dialami semua orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi saat ini, pembangunan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia semakin meningkat. Hal ini berdampak terhadap adanya pergeseran pola penyakit.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penyakit kronik yang cukup banyak dijumpai dewasa ini adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya hiperglikemia kronik (kadar gula
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal bagi tubuh, sehingga tubuh tidak mampu untuk mempertahankan keseimbangan
Lebih terperinci