BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Industri merupakan sebuah usaha yang mengubah bahan mentah menjadi barang yang siap dimanfaatkan oleh konsumen, yang dalam setiap kegiatannya membutuhkan sumber energi seperti energi kerja manusia, energi listrik dan energi bahan bakar. Energi yang digunakan bersumber dari berbagai jenis tergantung pada kebutuhan dan kemampuan industri yang bersangkutan seperti listrik, kayu bakar, gas LPG dan minyak tanah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Energi merupakan kemampuan untuk melakukan kerja atau kekuatan yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai proses kegiatan. Sumber energi utama adalah bahan bakar fosil, yang ketersediaanya semakin berkurang dan menyebabkan harga minyak dunia melonjak. Kenaikan harga energi akan memberikan pengaruh kepada biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh industri, sebab industri menggunakan energi dalam jumlah banyak. Penggunaan kayu sebagai sumber energi lain yang digunakan dalam industri akan mengakibatkan berkurangnya jumlah kayu di hutan karena adanya proses penebangan. Semakin banyak hutan yang ditebang maka akan mengakibatkan timbulnya kerusakan lingkungan. Dengan menyadari hal itu, penghematan energi yang digunakan oleh industri merupakan salah satu solusi untuk mengurangi biaya produksi dan dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan. 1
2 Energi yang digunakan sebaga input sebuah industri, akan menghasilkan emisi atau limbah yang tidak baik bagi kesehatan manusia dan lingkungan, seperti hasil pembakaran bahan bakar. Emisi atau limbah akan mengkontaminasi dan menurunkan kualitas lingkungan dari keadaan sebelumnya. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999, limbah didefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha dan/atau kegiatan manusia. Emisi menurut Badan Standarisasi Negara (2005),yaitu zat,energi atau komponen yang dihasilkan oleh kegiatan berlebih, sehingga menimbulkan terganggunya sebuah sistem. Industri merupakan pihak yang menghasilkan emisi atau limbah dalam jumlah dan jangka waktu panjang, sehingga memiliki tanggung jawab untuk menjaga keadaan disekitarnya. Penjagaan lingkungan dapat dilakukan dengan cara melakukan pengolahan terhadap emisi atau limbah yang dihasilkan. Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan mengurangi jumlah atau kuantitas emisi dan limbah yang dihasilkan. Pengurangan kuantitas emisi atau limbah yang dihasilkan akan membuat perubahan lingkungan menjadi sedikit lebih terhambat. Akan tetapi, produsen dalam hal ini industri di Indonesia belum banyak yang memikirkan mengenai kerusakan lingkungan yang terjadi terutama produsen dengan sekala mikro, kecil dan menengah. Walaupun belum diadakan sensus secara menyeluruh hal tersebut dapat terlihat dari belum banyaknya industri yang mengevaluasi emisi gas dan limbah yang dihasilkan, serta melakukan pengolahan terhadap emisi dan limbah. Peningkatan industri yang terjadi secara terus menerus dan diharuskan adanya pengevaluasian serta pengolahan emisi atau limbah yang dihasilkan agar
3 mengurangi kualitas dan kuantitasnya, membuat diperlukannya suatu metode yang bisa digunakan untuk membantu pemecahan masalah. Salah satu metode tersebut adalah Life Cycle Assesment (LCA). LCA adalah suatu metode yang digunakan untuk mengevaluasi dampak yang dihasilkan oleh suatu produk terhadap lingkungan. Siklus hidup suatu produk menitik beratkan pada faktor pengumpulan informasi dan menganalisis dampak lingkungan yang disebabkan oleh suatu produk ( Mattson,2003). Penggunaan LCA dipakai untuk mengetahui jumlah bahan dan energi yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk hingga menganalisis potensi dampak yang dihasilkan dari produk tersebut terhadap lingkungan. Dalam penerapannya LCA, akan memungkinkan adanya langkah kerja analitis untuk mengkaji keseluruhan dampak lingkungan seperti adanya emisi udara, limbah cair, limbah padat serta pemanfaatan dari limbah tersebut. Menurut Listanti (2011), penerapan LCA di Indonesia masih jarang dilakukan. Hal ini karena manfaat yang didapatkan belum begitu dirasakan oleh produsen atau konsumen. Sebenarnya apabila dicermati penerapan LCA ini dapat sebagai nilai ukur yang digunakan industri untuk mempertimbangkan dampak negatif yang akan ditimbulkan terhadap lingkungan. Salah satu produk yang akan diterapkan LCA adalah produk olahan Teh Mahkota Dewa yang dihasilkan oleh PT Salama Nusantara yang berada di Wates, Kulon Progo. PT Salaman Nusantara merupakan Badan Usaha yang bergerak disektor pengolahan Teh Mahkota Dewa, yang mempunyai visi yaitu menjadikan perusahaan yang menghasilkan produk yang berdaya jual tinggi dan berguna bagi
4 kesehatan masyarakat Indonesia tanpa adanya bahan kimia dan mempumyai tujuan menjadikan masyarakat Indonesia sehat secara herbal tanpa ada campuran bahan kimia. PT Salama Nusantara membutuhkan bahan baku dari berbagai pihak salah satu bahan utama yang dibutuhkan yaitu buah mahkota dewa yang berasal dari petani dan di suplai ke PT Salama melalui supplier/ pengepul. Buah mahkota dewa yang dihasilkan petani di daerah Samigaluh dan Girimulyo setelah dipanen petani akan memiliki dua opsi penjualan buah mahkota dewa dimana petani dapat menjual ke pasar dan juga ke pengepul kecil yang ada disekitar wilayah petani tersebut. Setelah pengepul kecil mendapatkan buah mahkota dewa selanjutnya buah akan dikirim ke pengepul yang lebih besar, dimana pengepul yang lebih besar ini berhubungan langsung dengan PT Salama Nusantara. Dalam pengepul besar ini terjadi proses produksi berupa perajangan dan juga penjemuran. Setelah proses tersebut kemudian buah mahkota dewa akan dilanjutkan pengolahannya di dalam PT Salama Nusantara. Proses pembuatan teh mahkota dewa tidak 100% menggunakan buah mahkota dewa namun menggunakan campuran daun teh yang sudah dikeringkan. Bahan Baku teh kering didapatkan dari supplier yang sudah bekerja sama dengan PT Salama Nusantara. Setelah proses produksi selesai kemudian produk siap dipasarkan. Pemasaran paling utama teh mahkota dewa yaitu di ekspor ke luar negeri. Sedangakan yang untuk di dalam negeri hanya bergantung pada permintaan distributor yang ada. Distributor yang ada di Indonesia terbagi dua yaitu distributor jawa dan juga distributor luar jawa. Distributor ini sudah memiliki masing-masih wilayah yang meminati teh mahkota
5 dewa. Distributor akan mengirimkan ke Apotik dan juga Toko yang ada di daerah yang meminta teh mahkota dewa. Dalam proses pendistribusiannya banyak menggunakan bantuan transportasi. Aliran transportasi berawal dari petani hingga produk sampai di tokok dan apotik. Pada Gambar 1.1. dapat terlihat aktivitas yang terjadi di PT Salama Nusantara. Gambar 1.1 Aktivitas PT Salama Nusantara Teh Mahkota Dewa dihasilkan dengan melalui beberapa tahapan produksi yang terdiri dari berbagai macam kegiatan yang cukup panjang karena dilakukan dalam beberapa hari, hal ini terjadi disebabkan adanya proses penjemuran yang menggunakan bantuan sinar matahari. Tahapan yang dilakukan dalam proses
6 pembuatan teh mahkota dewa yaitu pada tahap awal yaitu sortasi basah dimana proses ini melakukan pemilihan buah yang tidak busuk dan pembersihan dari kotoran, tahap ini dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia. Hasil dari sortasi kemudian dilakukan perajangan, Perajangan buah mahkota dewa menggunakan pisau hingga buah dirajang menjadi tipis setelah itu dilakukan penjemuran dibawah sinar matahari 2 3 hari. Proses perajangan dan penjemuran dilakukan oleh pihak pengepul yang bekerja sama dengan PT Salama Nusantara. Proses tersebut terjadi di kecamatan Samigaluh yang jaraknya lebih dari 30 km. Dalam prosesnya memerlukan transportasi yang menghubungkan antara pihak pengepul dan juga pihak PT Salama Nusantara. Proses tersebut dilakukan di Kec. Samigaluh karena petani buah mahkota dewa tersebar di wilayah tersebut sehingga pengepul harus mengumpulkan buah mahkota dewa dari berbagai petani yang memiliki lahan tersebar di Kecamatan Samigaluh. Setelah proses pengeringan bahan baku kemudian dikirim ke PT Salama Nusantara, proses selanjutnya yang dilakukan yaitu proses sangrai dimana pada proses ini menggunakan mesin sederhana yang bahan bakarnya menggunakan kayu bakar dan tenaga manusia. Pada proses ini terjadi proses pencemaran karena asap yang ditimbulkan dari proses hingga menyebabkan dinding tempat produksi menjadi hitam pekat akibat produksi yang terus berlanjut. Setelah selesai kemudian dilakukan sortasi kering dan juga penimbangan yang menggunakan tenaga manusia. Proses pembuatan teh mahkota dewa ini menggunakan campuran teh dan juga benalu teh. Proses pengeringan daun teh dan juga benalu teh dilakukan oleh pihak supplier sehingga PT Salama Nusantara menerima teh yang
7 sudah siap dijadikan bahan campuran dengan buah mahkota dewa yang sudah diproses sebelumnya. Setelah mahkota dewa dan bahan tambahan tersebut dicampur dan ditimbang kemudian dilakukan pengemasan dengan menggunakan mesin sealer yang membutuhkan energi listrik. Berdasarkan penjabaran tersebut penelitian terhadap PT Salama Nusantara dengan menggunakan metode LCA menjadi penting untuk dilakukan. penelitian ini dilakukan agar dapat diketahui jumlah material dan energi yang digunakan serta emisi dan limbah yang dihasilkan dari proses produksi Teh mahkota dewa. Setelah itu diharapkan bisa mengurangi dampak terhadap lingkungan di sekitarnya. Penelitian ini juga berfungsi untuk mengenalkan LCA terhadap khayalak ramai sehingga diharapkan pihak lain menerapkan pada industri yang lain. Dengan begitu diharapkan industri bukan hanya sekedar memproduksi produk untuk menghasilkan pendapatannya tetapi juga memelihara dan menjaga kelestarian lingkungan. 1.2 Rumusan Masalah PT Salama Nusantara memerlukan bahan baku dan bahan tambahan untuk menghasilkan produknya. Selain bahan- bahan tersebut industri tersebut juga memerlukan energi untuk menjalankan proses produksi dan juga proses pendistribusian bahan baku dan produk jadi. Proses produksi dan proses pendistribusian produk yang dilakukan nantinya akan menghasilkan emisi dan juga limbah yang akan memberikan dampak terhadap lingkungan. Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian dengan menggunakan metode LCA untuk mengetahui kebutuhan bahan baku,bahan tambahan dan energi, emisi dan limbah
8 yang dihasilkan, serta mengidentifikasi potensi dampak yang akan ditimbulkan terhadap lingkungan dalam memproduksi Teh Mahkota Dewa mulai dari pengadaaan bahan baku hingga pendistribusian produk ke konsumen. Analisis ini bisa dijadikan bahan pertimbangan keputusan perbaikan produk ataupun proses produksi. 1.3 Tujuan Penelitian 1. Menghitung jumlah konsumsi energi dari pengadaan bahan baku hingga produk dikirim ke distributor. 2. Menghitung jumlah limbah dan emisi yang dihasilkan dari produk teh mahkota dewa. 3. Mengevaluasi dampak lingkungan yang terjadi dari proses produksi teh mahkota dewa. 1.4 Batasan Masalah Batasan masalah perlu dibuat untuk memfokuskan jalannya penelitian ini sehingga didapatkan hasil penelitian yang tepat dan akurat. Batasan masalah tersebut antara lain : 1. Produk yang diamati hanyalah produk teh mahkota dewa. 2. Ruang lingkup penelitian adalah pengadaan bahan baku dan tambahan, kegiatan produksi, serta pendistribusian. 3. Proses produksi yang hanya dilakukan PT Salama Nusantara dan batas pendistribusian hanya dilakukan di Yogyakarta.
9 4. Analisi limbah dan emisi dibatasi hanya pada emisi udara (gas) yang dihasilkan dari penggunaan kayu bakar, LPG, Minyak Tanah, Bensin, Solar dan Listrik. 5. Penelitian tidak mencakup uji mikrobiologis, uji organoleptik, dan dampak social-ekonomi produk. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan harapan akan memberikan kontribusi manfaat sebagai berikut: 1. Mengetahui pengguaan energi dengan metode Life Cycle Assesment pada produk teh mahkota dewa 2. Memperkenalkan LCA sebagai salah satu metode yang bisa digunakan untuk menganalisis siklus hidup sebuah produk. 3. Sebagai saran untuk pemilik perusahaan dalam pengembangan industri.