BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya memperkuat Good Corporate Governance (GCG) pada emiten dan perusahaan terbuka menjadi hal yang penting dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir tahun 2015. Selain itu, perusahaanperusahaan yang melaksanakan Corporate Governance (CG) dengan baik akan lebih tahan menghadapi gejolak ekonomi. Beberapa penelitian telah menemukan bahwa CG memberi kontribusi positif bagi perusahaan. Coombes dan Watson (2000) menyimpulkan bahwa investasi di Asia dan Amerika latin dipertimbangkan lebih aman dan terlindungi jika perusahaan menerapkan GCG dan memperhatikan pemegang saham. Newel dan Wilson (2002) juga menunjukkan bahwa investor di dunia membutuhkan standar tinggi terhadap CG, dan bersedia membayar tinggi untuk saham-saham perusahaan yang dapat memenuhi kriteria yang diharapkan. Perkembangan industri perbankan Indonesia telah menunjukkan kemajuan yang sangat pesat, baik dari sudut pertumbuhan aset, jenis produk yang ditawarkan antara lain sebagai akibat berkembangnya bank sebagai konglomerasi, maupun teknologi informasi yang digunakan. Perkembangan tersebut telah mengakibatkan persaingan antar bank menjadi semakin ketat. Kondisi ini akan semakin meningkat dengan adanya masyarakat ekonomi ASEAN pada akhir tahun 2015. Sektor perbankan Indonesia termasuk Bank Pembangunan Daerah (BPD) harus 1
2 memperkuat GCG sehingga dapat bersaing dan unggul dalam MEA, meskipun masyarakat perbankan baru dimulai pada tahun 2020. Salah satu indikator sebuah bank yang dapat bersaing dapat dilihat dari ukuran tingkat kesehatan bank tersebut. Sebagai respon dari pentingnya pelaksanaan GCG oleh masing masing bank, dalam BASEL III dilakukan perubahan kriteria kesehatan bank sehingga didalamnya termasuk pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik. Hal ini juga telah direspon oleh pengatur dan pengawas bank di Indonesia dalam bentuk ketentuan tentang kesehatan bank. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, bank wajib untuk melakukan penilaian sendiri (self assessment) atas Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan risiko (Risk Based Bank Rating/RBBR), GCG termasuk dalam salah satu faktor penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan risiko (Risk Based Bank Rating/RBBR). Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/15/DPNP perihal Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi bank umum terdapat 11 (sebelas) faktor dalam penilaian sendiri (self assessment) pelaksanaan GCG ini, yaitu : (1) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris; (2) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi; (3) Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite; (4) Penanganan benturan kepentingan; (5) Penerapan fungsi kepatuhan; (6) Penerapan fungsi audit intern; (7) Penerapan fungsi audit ekstern; (8) Penerapan manajemen
3 risiko termasuk sistem pengendalian intern; (9) Penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) dan penyediaan dana besar (large exposures); (10) Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan Bank, laporan pelaksanaan GCG dan pelaporan internal; dan (11) Rencana strategis Bank. Selain itu, perlu diperhatikan pula informasi lainnya yang terkait penerapan GCG Bank di luar 11 (sebelas) faktor tersebut. Penilaian faktor GCG dalam penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dengan menggunakan pendekatan risiko (RBBR) merupakan pengganti dari penilaian terhadap faktor Manajemen dalam penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum berdasarkan CAMELS rating. Bank melakukan penilaian GCG dengan menyusun analisis kecukupan dan efektivitas pelaksanaan GCG yang dituangkan dalam Kertas Kerja Penilaian Sendiri (Self Assessment) pelaksanaan GCG. Pelaksanaan Self Assessment GCG paling kurang dilakukan setiap semester untuk posisi akhir Juni dan akhir Desember, sesuai dengan periode pelaksanaan self assessment penilaian tingkat kesehatan bank. Penilaian kecukupan dan efektivitas pelaksanaan 5 (lima) prinsip dasar GCG dikelompokkan dalam suatu governance system yang terdiri dari governance structure, governance process, dan governance outcome. Hasil penilaian terhadap ketiga aspek governance tersebut kemudian ditetapkan dalam Peringkat Faktor GCG. PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat atau Bank Nagari yang memperoleh penghargaan Info Bank Award 2014 dengan predikat kinerja Sangat
4 Bagus selama 15 (lima belas) tahun berturut-turut ini memiliki komitmen penuh untuk menerapkan tata kelola perusahaan dengan standar-standar tertinggi dalam menjaga kesinambungan perusahaan. Hal ini dapat terlihat dalam visi perusahaan yaitu PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat akan memelihara kepercayaan dengan menjalankan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik, memberikan layanan yang memuaskan dan kepatuhan terhadap peraturan dengan kejujuran. Bank Nagari yg memiliki modal inti Rp. 1.000.000.000 (satu triliun rupiah) dan termasuk dalam pengelompokan bank Buku 2 ini telah melaksanakan kewajiban self assessment dengan hasil self assessment pelaksanaan GCG sebagaimana tercantum dalam laporan GCG untuk Tahun 2013 Semester I hasil penilaian pada nilai komposit 2 (Baik) kemudian direvisi sesuai dengan hasil penilaian oleh Bank Indonesia menjadi komposit 3 (Cukup Baik) dan Semester II dengan peringkat komposit 3 (Cukup Baik). Penilaian GCG dengan self assessment ini bisa menimbulkan asumsi bahwa penilaian berdasarkan self assessment tersebut kurang objektif. Metode self assessment memiliki kelebihan sekaligus juga kelemahan. Kelebihan dari metode ini adalah mudah dan murah, sedangkan kelemahannya adalah bahwa penilaian tidak dilakukan secara independen sehingga dapat menimbulkan pertanyaan apakah penilaian dilakukan secara objektif dan apakah benar telah menunjukkan kondisi riil GCG perusahaan yang bersangkutan. Apalagi jika penilaian GCG dimaksudkan untuk meyakinkan pihak eksternal, maka metode self assessment
5 dianggap kurang memadai. Namun tidak berarti bahwa self assessment ini tidak bermanfaat. Manfaat dari self assessment ini secara internal perusahaan cukup besar apabila penilaian dilakukan secara objektif, sehingga perusahaan dapat mengidentifikasi bagian CG yang masih lemah untuk segera dapat memperbaikinya. Center for Good Corporate Governance Universitas Gadjah Mada (CGCG UGM) merupakan entitas penegak CG yang dibentuk pada tahun 2007. CGCG UGM menegakkan penerapan CG melalui riset dan pengembangan model peratingan CG yang berfokus pada pendekatan pemangku kepentingan dan diharapkan dapat berlaku universal sehingga dapat menjadi acuan untuk membantu konvergensi penerapan CG secara nasional dan internasional. Pertanyaan-pertanyaan dalam model peratingan ini terdiri dari pertanyaan diskrit sehingga memungkinkan penilaian dan peratingan dilakukan secara mandiri (self assessment) maupun penilaian oleh pihak ketiga (third party assessment). 1.2 Rumusan Masalah Bank Nagari telah menggunakan model peratingan CG dari Bank Indonesia untuk menilai kualitas penerapan CG yang telah dilaksanakan secara mandiri (self assessment). Pelaksanaan GCG Bank Nagari untuk Tahun 2013 Semester I hasil penilaian pada nilai komposit 2 (Baik) kemudian direvisi sesuai dengan hasil penilaian oleh Bank Indonesia menjadi komposit 3 (Cukup Baik) dan Semester II
6 dengan peringkat komposit 3 (Cukup Baik). Penilaian self assessment CG sesuai PBI lebih berfokus pada penilaian pihak internal perusahaan, belum melibatkan pihak eksternal atau stakeholders perusahaan secara keseluruhan. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka pertanyaan penelitian ini adalah: Apakah penerapan Corporate Governance Bank Nagari pada tahun 2014 telah optimal berdasarkan model peratingan CGCG UGM? 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur dan menilai kualitas penerapan Corporate Governance Bank Nagari pada tahun 2014 dengan menggunakan model peratingan CGCG UGM. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan/atau kontribusi bagi: 1. Bagi Bank Nagari, dapat dijadikan perbandingan dengan hasil self assessment Bank Nagari, sehingga dapat memotivasi perusahaan untuk melakukan penerapan CG yang semakin baik.
7 dapat meningkatkan kepercayaan stakeholders karena peratingan dan pengungkapan dengan model CGCG UGM ini dilakukan secara independen dan transparan. 2. Bagi Stakeholders Bank Nagari, dapat mengetahui kondisi riil GCG Bank Nagari karena peratingan dan pengungkapan dengan model CGCG UGM ini dilakukan secara independen dan transparan. 3. Bagi CGCG UGM, dapat dijadikan referensi dari penerapan model peratingan CGCG UGM, sehingga model peratingan CGCG UGM dapat terus dikembangkan dan diaplikasikan di semua sektor industri.