I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)

dokumen-dokumen yang mirip
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada materi pokok Jamur

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Saiful Rahman Yuniarto, S.Sos, MAB

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

Belajar merupakan suatu kegiatan yang tak terpisahkan dalam

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini, membahas teori-teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, tinjauan pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Barangkali tidak banyak yang menyadari bahwa pendidikan di Indonesia

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi tantangan era globalisasi, diperlukan sumber daya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. KERANGKA TEORETIS. Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MENGGUNAKAN MODEL JIGSAW DI KELAS VI SD NEGERI NO181/VII GURUH BARU II MANDIANGIN.

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi.

Fitri Mulyani SMP Negeri 1 Bunguran Tengah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. institusi pendidikan melalui tujuan institusional. Tujuan institusional ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. dahulu kita harus mengetahui definisi dari masalah itu sendiri. Prayitno (1985)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Metode Demonstrasi. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

MANFA NFA TUJUAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. interaksi aktif dilakukan pembelajaran dengan lingkungan, yang menghasilkan

II TINJAUAN PUSTAKA. menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar, dalam proses belajarmengajar,

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD. social studies, seperti di Amerika. Sardjiyo (repository. upi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beragam gaya mengajar yang dilakukan dengan khas oleh masing-masing guru

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah. (2010:22)hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. 2.1 Hakekat Hasil Belajar Perubahan Lingkungan Fisik

DISAIN INSTRUCTIONAL (Perencanaan Pembelajaran)

BAB II KAJIAN TEORI. berupa masalah ataupun soal-soal untuk diselesaikan. sintesis dan evaluasi (Gokhale,1995:23). Menurut Halpen (dalam Achmad,

TINJAUAN PUSTAKA. dan Ely (dalam Arsyad, 2000: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

I. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, 2009:1).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian istilah scaffolding berasal dari istilah ilmu teknik sipil yaitu berupa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu pendidikan tentu tidak terlepas dengan pembelajaran di

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

Skripsi. Oleh: Alanindra Saputra K

I. PENDAHULUAN. informasi, ide, keterampilan, nilai, dan cara berpikir. Proses pembelajaran. siswa yang pasif dalam mengikuti pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hermansyah, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Transkripsi:

I. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di Sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Dengan demikian setiap masing-masing siswa mempunyai kewajiban menempa dirinya menjadi lebih baik melalui pendidikan formal yang telah tersedia (Muhibbin Syah, 2004 ; 63). Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas (Suyatno, 2008 ; 1). Model pembelajaran berdasarkan masalah memiliki ciri-ciri seperti pembelajaran dimulai dengan pemelajar secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka, mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah dan melaporkan solusi dari masalah tersebut ( Amir dalam Tan, 2003 ; 12). Ada berbagai jenis masalah yang diberikan guru kepada siswa atau siswa sendiri yang menentukan jenis masalah tersebut dengan tidak terlepas dari materi yang harus dikuasainya. Jenis-jenis masalah tersebut :

1. Mengadakan kunjungan ke tempat-tempat yang relevan dengan materi yang dipelajari siswa kemudian siswa disuruh membuat laporan. 2. Mengumpulkan artikel, gambar, prangko, berbagai jenis bunga dan berbagai jenis serangga. 3. Mengumpulkan dan memelihara ikan di kolam atau di akurium. 4. Membuat taman hewan, taman botani, atau taman bunga di kawasan sekolah. 5. Mendeskripsikan berbagai jenis tumbuhan dan hewan yang ada disekitar tempat tinggal. 6. Membuat musium mini yang ada di sekolah yang berisi benda-benda yang patut mendapat perhatian umum yang berasal dari siswa. 7. Melakukan penelitian atau percobaan, (Tim penyusun buku pegangan guru Biologi, 2003 ; 20) Dalam penelitian ini masalah yang dipilih adalah bagian 7 yaitu melakukan penelitian atau percobaan, hal ini sejalan dengan pendapat Hintzman (1978) dalam (Muhibbin Syah, 2004 ; 65) bahwa pakar psikologi belajar itu menambahkan pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk apapun sangat dimungkinkan untuk diartikan sebagai belajar. PBL terdiri dari 5 tahapan utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan situasi masalah dan diakhiri dengan penyelesaian dan analisis hasil kerja siswa. Dalam PBL, siswa tidak hanya diajarkan informasi bidang ilmu dan keterampilan belajar, tetapi siswa dibantu untuk mampu belajar dalam bidang ilmunya. Tahap-tahap pembelajaran berdasarkan masalah antara lain : 1. Orientasi siswa pada masalah 2. Mengorganisasi siswa untuk belajar 3. Membimbing penyelidikan individual dan kelompok

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (Ibrahim dalam Trianto, 2010 ; 98) Menurut (Akhyar, 2008 ; 10-14) penerapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah memberikan kelebihan-kelebihan diantaranya adalah : 1. Siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan. 2. Mendidik siswa berpikir sistematis. 3. Mendidik siswa tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan. 4. Mampu mencari berbagai jalan dari suatu kesulitan yang dihadapi. 5. Siswa terampil menyelesaikan soal tentang materi yang diajarkan. Kelemahan-kelemahan dari model Pembelajaran Berdasarkan Masalah menurut (Akhyar, 2008 ; 10-14) adalah : 1. Model pembelajaran berdasarkan masalah membutuhkan waktu yang lama. 2. Perlu ditunjang oleh buku yang dapat dijadikan pemahaman dalam kegiatan belajar terutama dalam hal membuat soal. Penilaian dalam Pembelajaran Berdasarkan Masalah dilakukan dengan memadukan tiga aspek penegetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan mengajar yang dilakukan dengan kuis berupa pemberian LKK pada siswa. Dalam penelitian ini kecakapan tidak diukur. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan softkill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan dalam bekerjasama dalam tim, dan kehadiran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.

Menurut Oliver (2000) dalam Santyasa (2008 ; 8-9) penilaian kolaboratif dalam pendekatan PBL dilakukan dengan cara evaluasi diri ( self assesment ) dan peer assesment. Self assesment adalah penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai oleh pebelajar itu sendiri dalam belajar (Griffin dan Nix, 1991) dalam Santyasa (2008 ; 8-9). Peer-assesment adalah penilaian dimana pebelajar berdiskusi untuk memberikan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugastugas yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh teman kelompoknya (Griffin dan Nix, 1991) dalam Santyasa (2008 ; 8-9). B. Hasil Belajar Tercapainya suatu tujuan pembelajaran salah satunya dapat dilihat dari hasil belajar siswa dan dikatakan berhasil apabila hasil pembelajaran meningkat atau mengalami perubahan. Hasil belajar merupakan hal yang dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan belajar (Dimyati dan Mudjiono, 1999 ; 250-251). Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti (Oemar Hamalik, 2006 ; 30). 1. Pengukuran ranah kognitif.

Dalam hubungan dengan satuan pelajaran, ranah kognitif memegang peranan paling utama. Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang menurut taksonomi Bloom (1956) dalam (Daryanto, 2007 ; 101-116) yang meliputi : 1) Pengetahuan (C1) Pengetahuan adalah aspek yang paling dasar dalam taksonomi Bloom, Seringkali disebut juga aspek ingatan (recall). Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah-istilah, dan lain sebagainya tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. 2) Pemahaman (C2) Kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar mengajar. Siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain. 3) Penerapan (C3) Dalam jenjang kemampuan ini dituntut kesanggupan ide-ide umum, tata cara, ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, serta teori-teori dalam situasi baru dan konkret. Situasi dimana ide, metode dan lain-lain yang dipakai itu harus baru, karena apabila tidak demikian, maka kemampuan yang diukur bukan lagi penerapan tetapi ingatan semata-mata. 4) Analisis (C4) Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu kedalam unsur-unsur atau komponen-

komponen pembentuknya. Dengan jalan ini situasi atau keadaan tersebut menjadi lebih jelas. 5) Sintesis (C5) Pada jenjang ini seseorang dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan jalan menggabungkan berbagai faktor yang ada. Hasil yang diperoleh dari penggabungan ini dapat berupa tulisan dan rencana atau mekanisme. 6) Penilaian (C6) Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat mengevaluasi situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu kriteria tertentu. Yang penting dalam evaluasi adalah menciptakan kriteria tertentu, menciptakan kondisinya sedemikian rupa sehingga siswa mampu mengembangkan kriteria, standar, atau urutan untuk mengevaluasi sesuatu. 2. Pengukuran ranah afektif meliputi Aspek afektif dibedakan atas lima kategori menurut Krathwohl (1964) yaitu sebagai berikut : a) Menerima Jenjang ini berhubungan dengan kesediaan atau kemauan siswa untuk iku dalam fenomena atau stimuli khusus (kegiatan dalam kelas, musik, baca buku, dan sebagainya). Dipandang dari segi pengajaran, jenjang ini berhubungan dengan menimbulkan, mempertahankan, mengarahkan perhatian siswa. Hasil belajar dalam jenjang ini berjenjang mulai dari kesadaran bahwa sesuatu itu sampai kepada minat khusus dari pihak siswa. b) Menjawab atau pemberian respon

Kemampuan ini bertalian dengan partisipasi siswa. Pada tingkat ini siswa tidak hanya menghadiri suatu fenomena tertentu tetapi mereak terhadapnya dengan salah satu cara. Hasil belajar dalam jenjang ini dapat menekankan kemauan untuk menjawab (misalnya secara sukarela membaca tanpa ditugaskan) atau kepuasan dalam menjawab (misalnya membaca untuk kegembiraan) c) Menilai Kemampuan ini bertalian dengan nilai yang dikenakan siswa terhadap suatu objek, fenomena, atau tingkah laku tertentu. Jenjang ini berjenjang mulai dari hanya sekedar penerimaan nilai (ingin memperbaiki keterampilan kelompok). Sampai ketingkat komitmen yang lebih tinggi (menerima tanggungjawab untuk fungsi kelompok yang lebih efektif. d) Organisasi Tingkat ini berhubungan dengan menyatukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan atau memecahkan masalah diantara nilai-nilai itu, mulai dari membentuk sistematika nilai yang konsisten secara internal. Jadi memberikan penekanan pada pembanding menghubungkan dan mensintesiskan nilai-nilai. Hasil belajar bertalian dengan konseptualisasi suatu nilai (mengakui tanggung jawab terhadap individu untuk memperbaiki hubungan manusia) atau dengan organisasi suatu sistem nilai (merencanakan suatu pekerjaan yang memenuhi kebutuhannya baik dalam hal keamanan ekonomis maupun pelayanan sosial). e) Karakteristik dengan suatu nilai Pada jenjang ini individu memiliki sistem nilai yang mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang cukup lama sehingga membentuk

sangat banyak kegiatan, tetapi menekankan lebih besar diletakkan pada kenyataan bahwa tingkah laku itu menjadi ciri khas atau karakteristik siswa tersebut. 3. Pengukuran ranah psikomotor menurut Dave (1970) dalam Usman (1995 ; 36) meliputi Keterampilan motorik atau peniruan, manipulasi benda-benda atau menyusun, ketetapan, artikulasi, dan pengalamiahan a. Peniruan Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot syaraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna. b. Manipulasi Menekankan pada perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja. c. Ketetapan Memerlukan kecermatan, proporsi, dan kepastian lebih tinggi dalam penampilan. Respons-respons lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum. d. Artikulasi Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal diantara gerakangerakan yang berbeda. e. Pengalamiahan

Menuntut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin.