BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enceng gondok (Eichhornia Crassipes) merupakan salah satu jenis tanaman air yang memiliki kemampuan untuk menyerap dan mengakumulasi logam berat (Ingole, 2003). Tumbuhan ini berpotensi menyerap logam berat karena merupakan tanaman dengan toleransi tinggi yang dapat tumbuh baik dalam limbah, pertumbuhannya cepat serta menyerap dan mengakumulasi logam dengan baik dalam waktu yang singkat.enceng gondok juga dapat menurunkan nilai Biochemical Oxygen Demand (BOD), Total Suspended Solid (TSS) dan Chemical Oxygen Demand (COD) limbah cair (Zayed, 1998). Enceng gondok mempunyai kemampuan mengabsorpsi logam berat di perairan karena akarnya dapat menghasilkan zat alleopathy (semacam keringat) yang merupakan antibiotika dan dapat membunuh bakteri coli. Eceng gondok mempunyai akar yang bercabang-cabang halus yang berfungsiuntuk menyerap senyawa logam yang terlarut(kirby.,mengel, 1987). Fungsi akar bagi tumbuhan adalah sebagai alat pertautan dengan substrat dan juga berfungsi sebagai penyerap unsur-unsurhara serta dialirkan ke batang dan daun (Agustina, 2004). Ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat produksi suatu tanaman. Selain karbon, hidrogen, dan oksigen yang disuplai dari air dan udara merupakan unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman, ada 13 unsur lainnya yang dibutuhkan yang dikenal dengan unsur hara, yang dibagi atas 2 kelompok, yaitu unsur hara makro yang meliputi nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan belerang; serta 7 unsur sebagai unsur hara mikro yang meliputi boron, molibdat, tembaga, seng, klor, mangan, dan besi (Foth, 1984).
Tanpa pemberian humus atau kompos, efisiensi dan efektifitas penyerapan unsur hara oleh tanaman tidak akan optimal.oleh karena itu pemberian kompos sangat membantu upaya pemulihan kesuburan tanah ( Dipo Yuwono, 2006 ). Kompos dapat membantu upaya pemulihan kesuburan tanah karena kompos memiliki kelebihan antara lain: mengandung unsur hara makro dan unsur mikro lengkap, walaupun jumlahnya sedikit, dapat memperbaiki struktur tanah, beberapa tanaman yang menggunakan kompos lebih tahan terhadap serangan penyakit dan menurunkan aktivitas mikroorganisme tanah yang merugikan(kristina, 2005). Danau dan sungai sebagai salah satu sumber air, saat ini tidak dapat dipungkiri telah banyak yang tercemar akibat bahan buangan yang mengandung logam berat, serta banyak diantaranya mendapat gangguan gulma enceng gondok (Eichhornia Crassipes). Gulma merupakan tumbuhan pengganggu yang dapat berubah statusnya dalam berbagai habitatmenurut kepentingan manusia (Roekmijati, 1997). Beberapa tahun terakhir ini, fenomena alga bloom ataupun pertumbuhan enceng gondok dan lumut di perairan Danau Toba cukup besar, terutama wilayah perairan yang dimanfaatkan sebagai media budidaya ikan keramba.pertumbuhan enceng gondok dan lumut yang cukup besar ini dapat diartikan sebagai akibat pengkayaan unsur hara di dalam air baik oleh pakan maupun limbah domestik yang memasuki perairan Danau Toba Pemerintah Kabupaten Samosir sebagai Kabupaten Pengelola Danau Toba yang terluas wilayahnya (56%) selama tahun anggaran 2006 menghabiskan dana sebesar Rp 90 juta rupiah untuk membersihkan enceng gondok dan lumut hanya untuk wilayah pantai sekitar Pangururan. Sejak dahulu sampai sekarang Pantai Putri Lopian Pangururan dimanfaatkan sebagai tempat keramba jaring apung, melalui keramba jaring apung inilah masyarakat maupun korporasi asing menyelenggarakan kegiatan perekonomian komersil budi daya ikan tersebut. Namun, pakan ikan yang tak lagi
bersahabat pada air danau toba mengakibatkan air danau toba tidak lagi bersih untuk dikonsumsioleh warga sekitar danau toba. Ditambah lagi bermunculannya resort-resort dan hotel-hotel di sekeliling danau toba yang menambah pencemaran terhadap danau toba. Telah dilakukan penelitiantentang pembuatan kompos dari daun dan batang enceng gondok sedang akarnya tidak diikutsertakan dengan alasan akarnya diduga banyak mengandung logam berat (Devi Sigalingging, 2008). (Yuliati, 2010) juga telah melakukan penelitian tentang Akumulasi Logam Pb di Perairan Sungai Sail dengan menggunakan Bioakumulator Enceng Gondok (Eichhornia Crassipes) dan hasil analisis terhadap kadar logam Pb Enceng Gondok pada akar berkisar 0,02-0,04 mg/l; pada batang berkisar 0,01-0,02 mg/l; pada daun berkisar 0,02-0,03 mg/l. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap kandungan logam berat yang ada pada akar enceng gondok yang tua dan akar enceng gondok yang muda yang berasal dari Pantai Putri Lopian Pangururan khususnya logam Pb dan logam Fe, dengan harapan bahwa akar enceng gondok dapat dipergunakan sebagai bahan baku pupuk kompos. 1.2 Permasalahan 1. Apakah ada perbedaan kandungan logam Pb dan Fe di dalam akar enceng gondok tua dan akar enceng gondok muda? 2. Berapakah kandungan Pb dan Fe di dalam akar enceng gondok yang tua dan akar neceng gondok yang muda? 3. Apakah akar enceng gondok tua dan akar enceng gondok muda dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk kompos?
1.3. Pembatasan Masalah 1. Akar enceng gondok yang dijadikan sebagai sampel di dalam penelitian ini diambil secara acak dari Pantai Putri Lopian, yaitu dari sekitar keramba di dekat dermaga kapal pangururan. 2. Penentuan kandungan logam Pb dan Fe dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom. 1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kandungan logam Pb dan Fe di dalam akar enceng gondok yang tua dan akar enceng gondok yang muda yang berasal dari Pantai Putri Lopian Pangururan Kabupaten Samosir dan untuk mengetahui apakah akar enceng gondok tua dan muda dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk kompos. 1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi ilmiah yang bermanfaat bagi masyarakat tentang kandungan logam berat yang ada pada akar enceng gondok sebagai salah satu upaya memenuhi standar kualitas kompos khususnya logam berat Pb dan Fe. 1.6. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk preparasi sampel di Laboratorium Kimia Analitik FMIPA USU dan di Balai Riset dan Standarisasi Medan (BARISTAND).
1.7. Metodologi Penelitian 1. Penelitian ini merupakan eksperimen laboratorium. 2. Sampel enceng gondok (Eichhornia Crassipes) diambil secara acak dari Pantai Putri Lopian Pangururan. 3. Sampel diabukan pada suhu 550-600 0 C selama 3 jam. 4. Pereaksi yang digunakan untuk mendestruksi adalah asam nitrat pekat dan hidrogen peroksida 25% 5. Penentuan kadar logam timbal (Pb) dan besi (Fe) dilakukan dengan metode Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dengan panjang gelombang untuk logam Pb = 283,3 nm dan untuk logam Fe = 248,3 nm.