Air mataku berlinang-linang sewaktu dokter mengatakan

dokumen-dokumen yang mirip

Lucu memang.. Aku masih bisa tersenyum manis, melihatmu disana tertawa lepas bersamanya.

1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

SUNFLOWERS. Saya lebih suka menghadap ke matahari.

- Sebuah Permulaan - - Salam Perpisahan -

Angin senja terasa kencang berembus di antara

Xen.. aku tutup mata kamu sebentar ya oke? ujar Ican dengan hati-hati menutupi maksudnya. Kalau aku tidak mau bagaimana? jawab Xena santai.

Yang Mencinta dalam Diam

AKU AKAN MATI HARI INI

Alifia atau Alisa (2)

Aku memeluk Ayah dan Ibu bergantian. Aroma keringat menusuk hidungku. Keringat yang selama ini menghiasi perjuangan mereka membesarkanku. Tanpa sadar

Yarica Eryana. Destiny. Penerbit HKS

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.

Marwan. Ditulis oleh Peter Purwanegara Rabu, 01 Juni :25

Dibalik perjuangan seorang "PAPA"

Bimo, Ra, Kenapa lagi sama calon lakimu itu duhai Syaqilaku sayang? godaku. Ojo ngenyeklah. Hahaha. Iya, iya. Bimo kenapa? Tadi aku nggak sengaja

KISAH KISAH YANG HAMPIR TERLUPAKAN

Bagian 1 : Tak Kan Kubiarkan Kau Merebutnya Dariku!

Perempuan dan Seekor Penyu dalam Senja

RINDU. Puguh Prasetyo ~ 1

S a t u DI PAKUAN EXPRESS

PROLOG. Wow, lihat! Dia datang. Kata Ronald sambil bersiul.

Chapter 01: What will you do to protect me?

Cinta, bukan satu hal yang patut untuk diperjuangkan. Tapi perjuangan untuk mendapatkan cinta, itulah makna kehidupan. Ya, lalu mengapa...

cinta lingkungan pelajaran 3

Pemilik jiwa yang sepi

1. Aku Ingin ke Bandung

Tukang Grafir. Dari Kumpulan Cerpen "Keberanian Manusia"

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap.

Pertama Kali Aku Mengenalnya

PERGI UNTUK KEMBALI KUAKAN PERGI MENINGGALKAN DIRIMU MENYUSURI LIKU HIDUPKU JANGANLAH KAU BIMBANG DAN JANGAN KAU RAGU BERIKANLAH SENYUMAN PADAKU

2. Gadis yang Dijodohkan

KOPI DI CANGKIR PELANGI..

Tuhan dalam Cerita. Pada paru-paru yang terhujam dangkal ke sukma. Dikala nafas mulai menepi pada gulita tanpa suara

SINOPSIS MENGGAPAI CINTA PANDANGAN PERTAMA

Sepasang Sayap Malaikat

Pergi Tak Kembali. Oleh: Firmansyah

MUARA HATI. Sedikit rasa curiga yang sempat terlihat dari matanya, kini hilang tak bersisa. Terlebih saat

Kumpulan fenomena rasa tercurahkan oleh kata yang. berharap bermakna untuk pembaca sebagai inspirasi. dari sebuah persepsi.

Mata ini sulit terpejam dan pendar-pendar rasa sakit di hati tidak dapat hilang menusuk dan menancap keras.

Sarah mengemas barangnya dengan cemberut. Entah yang keberapa. kalinya Dia harus pindah. Dari Jakarta ke Jogja lalu ke Makassar dan kali ini dia

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN. Naskah Film Dan Sinopsis. Ber Ibu Seekor KUCING

Sayang berhenti menangis, masuk ke rumah. Tapi...tapi kenapa mama pergi, Pa? Masuk Sayang suatu saat nanti pasti kamu akan tahu kenapa mama harus

Tidak Ada Ajahn Chan. Kelahiran dan Kematian

Oleh: Windra Yuniarsih

Pada suatu hari saat aku duduk di bangku sudut sekolah, tiba-tiba seseorang menepuk pundakku dari belakang.

Belajar Memahami Drama

(Cintaku) Bait Pertama. Angin senja begitu halus berhembus. Sore itu, di

37. Hari Yang Kelabu

Mencintai, adalah satu kata bermakna kompleks yang dapat mengubah seluruh hidup manusia. Mencintai adalah aku dan kamu. Dia dan orang lain.

Tidak, sayang. Nanti kau sakit, tegas Maya sambil mengusap rambut Amanda yang panjang terurai.

Fiction. John! Waktunya untuk bangun!

Budi Mulyanto. Hati Bicara

"Apa begitu sulit untuk memulai hidup dengan seorang fotografer?" tanyanya saat aku

Tiga Belas Ribu Empat Ratus Lima Puluh Rupiah

Untuk ayah.. Kisah Sedih.

Ditulis oleh Ida Ar-Rayani Selasa, 30 Juni :03 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 18 Agustus :13

Lima Belas Tahun Tidak Lama

SYAIR KERINDUAN. Genre: Puisi-puisi cinta, sahabat, keluarga semuanya tentang CINTA dan CITA-CITA.

CHAPTER 1. There s nothing left to say but good bye Air Supply

HW Prakoso. Yang Terabaikan. ~ Kumpulan Naskah Gatot!! ~ Publishing

Penerbit Kin S Gallery

Rumah Sakit Jiwa. S uster Kometa memandang pilu ke arah luar

Kaki Langit. Bulan dan Matahari

Impossible Love. Between 2 Worlds. Prolog. Profita Dewi Nadita

Karya Kreatif Tanah Air Beta

Ibu: Sang Manusia Pembelajar

Ruang Rinduku. Part 1: 1

Dari jarak sepuluh meter bisa kukenali siapa lelaki yang duduk menundukkan kepalanya dan bertumpu pada lengannya yang ia letakkan di atas lutut.

Kesengsaraan adalah aku! Apakah ia kan mencampur kesedihannya atas jalinan persahabatan dengan sahabat lainnya yang serupa? Apakah ia tidak kesepian

[CERITA DARI FASCHEL-SECANGKIR RINDU] August 27, Secangkir Rindu

BATANG BERMANFAAT. Farhan Abdul Aziz M. Kau berjalan diatas kertas Kau menari-nari diatas kertas Kau berjasa bagi kita Kau adalah pahlawanku

Musim Semi Merah. Dyaz Afryanto

Aku benci saat angin berhembus.. Karena saat itulah mereka akan sadar bahwa aku berbeda...

Kumpulan Cerpen proyek menulis. Kasih tak sampai. Buku DUA

Pasang Surut Ombak Segare Sopianus Sauri XII IPA

Rangkuman Kata Mutiara Tentang Waktu

PERANCANGAN FILM KARTUN SINOPSIS DAN NASKAH FILM PENDEK (POLA C.VOLGER) Ujian MID Perancangan film kartun

Tentang Mencintaimu. Lelah kita terjerat pada noktah di malam buta. Di mana aku hanya menemukan siluet aromamu

Berlatih Membuat dan Mengetahui Sesuatu

~24 SELINGAN DALAM HIDUP~

semoga hujan turun tepat waktu

Janji Nenek/Grandmother s Promise. M. Arif Budiman

CERPEN : ANGIN DARI GUNUNG - A. A. NAVIS

Pengendalian Emosi. Rerata Empirik (RE) : 124,95. Rerata Hipotetik (RH) : 107,5. Tergolong Tinggi

Stupid Love. June 21 st, 2013

Sejatinya, semua manusia terlahir untuk dua hal, mendapatkan berita terbaik dan terburuk. Berita ini adalah sebuah misteri, ketika mereka terus

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN

TERPERANGKAP. merakitkata.blogspot.com

Senja, Sebuah Kisah Sebuah Cerita

László Hankó: Kebahagiaan Marina

Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24

Perkawinan Sedarah. ESAI PUISI ADHE ARTHANA

Kanuna Facebook on September 07, 2011 Prolog

MASYA ALLAH. Sempurna Tuhan menciptakan Dirimu yang tiada cela Kurasa engkaulah orangnya Yang tercantik di jagat raya

Getar Rasa... Ada getar rasa yang hadir entah datang dari mana

Aku Mencintai dan Dicintai Cinta

AKHIR PERJALANAN. ( Kisah Tentang Kehidupan ) Aghana V Idents. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

Transkripsi:

Bagian I 1

2

Air mataku berlinang-linang sewaktu dokter mengatakan keputusasaannya untuk mengobatiku. Aku ingat benar bagaimana harapanku dulu untuk sembuh di dalam rawatannya seperti pasien-pasien yang lain. Tapi harapanku hancur lebur saat itu. Aku tak tahan menghadapi kenyataan ini. Candra, sebelum saya, sudah berapa dokter yang mengobatimu? Aku berpikir sejenak lalu jawabku, Tiga orang Dok! Ia menarik napas panjang, lalu diambilnya catatan pasiennya dan mencari namaku di situ serta membacanya sejenak. Lalu katanya, Menurut pemeriksaan laboratorium, darah Nona baik. Demikian pula dengan kondisi badan Nona yang lain, katanya pula sambil menatapku. Tak lama kemudian, ia menarik napas panjang. Candra, ini adalah usaha saya yang terakhir, ia berkata pula. Berhasil tidaknya tergantung pada Nona sendiri. Setelah berhenti sejenak, ia melanjutkan, Nona tahu kan penyakit Nona ini menjalar? Sekarang baru sampai batas pergelangan 3

tangan yang terasa lumpuh, bagaimana kalau nanti ia terus naik ke akh, bagaimana kalau kemudian tak dapat bergerak sama sekali? Mendengar keterangannya, hatiku kecut, bibirku serasa terkunci. Seperti kata saya tadi, ini adalah usaha saya yang terakhir. Jawab pertanyaan saya, adakah Nona mempunyai kesulitan? Aku tak dapat menjawab, cuma hatiku jadi tak karuan. Kupandang dokter itu dan mata kami bertemu. Tanpa kami sadari, kami jadi berpandang-pandangan sesaat lamanya. Tapi aku tak tahan dan segera menundukkan mukaku. Tanpa terasa, air mataku menetes satu per satu membasahi pipiku. Kucoba menekan perasaanku dengan menggigit bibirku sedemikian rupa sehingga tangisku tertahan. Tapi, dokter itu berkata dengan lemah lembut. Menangislah sepuas hatimu! Dengan menangis, bebanmu akan bertambah ringan dan itu obat yang paling baik untuk seseorang, katanya lalu pergi meninggalkanku seorang diri di ruangan itu. Kutatap satu per satu benda-benda di sekelilingku. Meja kerja yang bersih dengan sebuah jambangan yang berisi mawar-mawar indah, sebuah dipan tempat ia memeriksa beralas seprei yang putih bersih sebersih hati dokter itu kurasa. Pandanganku baru sampai di sini karena dokter telah kembali dengan segelas air putih. Candra tidak merokok bukan? tanyanya. Aku menggelengkan kepalaku. Minumlah air ini Candra, dan mari kita bercakap-cakap dengan tenang. 4

Aku tidak membantah. Kureguk air jernih itu dan dadaku terasa segar kembali. Kemudian ia berkata lagi, Candra, dalam kehidupan manusia, ada dua hal yang saling berhubungan erat. Yang pertama jiwa dan yang kedua adalah raga. Apabila jiwa terganggu atau tertekan, ataupun dengan istilah lain pikiran kalut dan tidak pernah ada suatu penyelesaian, maka raga yang merupakan alatnya pun akan ikut terganggu pula. Anggaplah seorang dokter itu sebuah tempat sampah Candra, di mana engkau dapat membuang semua bibit penyakit padanya. Mungkin bibit penyakit itu ada di dalam tubuh, mungkin pula di dalam hati. Ketahuilah Candra, bahwa ada orang yang merasa dirinya sakit walaupun sebenarnya ia sehat. Dan Candra mungkin salah seorang di antaranya. Dokter yakin? aku bertanya. Ia ragu sebentar, tapi kemudian menjawab, Kemungkinannya besar sekali. Adakah kesulitanmu? tanyanya pula. Aku membungkam seribu bahasa. Cuma air mataku mulai menitik kini. Dokter itu sebenarnya masih muda, tapi perlakuannya terhadapku seperti terhadap anak kecil saja. Ditepuk-tepuknya pundakku dan berkata lemah lembut, Candra, tengoklah saya, apakah wajah saya wajah yang tidak dapat dipercaya? Aku terpaksa menuruti kemauannya, menengadahkan wajahku, dan menatapnya. Ketika aku menatapnya, aku lihat ia tersenyum, Kami telah disumpah. Kalau Candra tidak mengizinkan, maka saya tidak berhak menceritakan hal yang Candra mungkin akan ceritakan kepada saya, kepada siapa pun sekalipun untuk kebaikanmu sendiri. Kasihilah dirimu Candra. Kalau engkau sembuh, maka yang paling bahagia di dunia ini 5

adalah saya sendiri, di samping engkau sendiri tentunya. Dokter itu membujukku terus. Lama aku terdiam. Jiwaku sudah dikuasai olehnya. Aku memang hendak menceritakan hal itu kepadanya, tetapi hatiku selalu diliputi keraguan. Dokter, maukah Dokter berjanji untuk tidak menceritakan hal ini kepada siapa pun? 6 Ya! jawabnya tegas. Aku menarik napas panjang dan dalam, kuperhatikan sekelilingku. Sunyi, karena aku adalah pasien yang terakhir siang itu. Dan dokter ini adalah dokter baru yang belum begitu terkenal. Waktu mata kami beradu lagi, ia tersenyum dan berkata, Anehnya, orang yang mengalami hal-hal demikian justru gadisgadis berparas cantik seperti Candra. Dokter berolok-olok, kataku sambil tersenyum. Sama sekali tidak! jawabnya dan wajahnya berubah menjadi serius lagi. Kalau saya menjadi produser film, maka Candralah yang akan saya pilih sebagai pemeran utamanya. Mendengar itu aku jadi terpaksa tertawa. Aku memandangnya. Dalam hati aku bertanya, benarkah ia dapat kutitipi rahasiaku? Ah, aku ragu lagi. Terbayang dalam benakku pria-pria yang pernah melamarku tetapi tidak satu pun kuterima karena aku harus menceritakan hal ini pada mereka kalau aku menerima cinta mereka, dan resikonya, ya kalau mereka mau menerima aku sebagai aku. Kalau tidak? Alangkah malunya! Lebih baik tidak sama sekali daripada sudah terlanjur membuka rahasia, tahunya ditinggalkan. Tidak! Tidak juga dokter ini! Tetapi kalau aku sampai lum. Ah, perasaanku goyah lagi, bayangan penyakit itu

mengerikan sekali. Ya Allah, keluhku tanpa kusadari. Kalau engkau keberatan untuk menceritakannya dengan lisan, dengan tulisan pun boleh, bahkan boleh engkau bubuhi kata RAHASIA di amplopnya. Dan tak seorang pun akan tahu apa yang pernah engkau ceritakan pada doktermu ini kalau tidak ada izin darimu. Engkaulah ratu dari dirimu sendiri dalam hal ini. Kasihanilah tubuhmu, masa mudamu masih panjang Candra, masih penuh harapan. Ia berhenti sebentar dan lagi-lagi tersenyum. Senyum yang ramah inilah yang membuatku bimbang lagi. Aku belum punya keputusan akan kukabulkankah atau tidak permintaannya itu. Untuk kesekian kalinya, kupandangi dia. Wajahnya yang tampan dan jenaka, matanya yang bening seolah-olah menyimpan rasa tanggung jawab dan dapat dipercaya. Tapi hati ini...? Ah, aku duduk gelisah sendiri dan untuk kesekian kalinya air mataku berderai-derai. Kepalaku pusing sekali. Kutelungkupkan mukaku ke atas meja dan aku menangis tersedu-sedu tanpa diganggu. Aku tahu bahwa dokter itu masih di tempatnya dan memerhatikanku. Aku dapat merasakan kehadirannya dari tarikan napasnya. Terbayang untuk kesekian ratus bahkan ribu kalinya bayangan itu, bayangan yang sangat menakutkan sekali yang terus-menerus mengejar-ngejar sejak aku berusia tujuh tahun. Bayangan perpisahan dengan kampung halaman yang kucintai, bayangan ombak yang semakin lama terasa semakin dahsyat. Ya Tuhan,! Oh, aku tak dapat menguasai diriku lagi. Aku menjerit sekuat tenagaku. 7

Dokter itu meloncat dari tempat duduknya dan memelukku seperti memeluk anak kecil. Oh, aku gadis yang sudah berusia 23 tahun! Rasa malu menelusuri sanubariku, tangisku makin mereda. Dan akhirnya, di antara isakanku yang makin melemah, ia berkata lemah lembut, Candra, engkau anak manis, manis sekali! Bersikap baiklah pada dirimu sendiri! Anggaplah saya sebagai pelindungmu, walaupun saya gagal atau belum berhasil untuk menyembuhkanmu meski telah merawatmu sekian lama, nadanya begitu sedih sehingga menusuk hatiku. Aku berdosa kepadanya. Ia telah begitu baik padaku. Tetapi, untuk mengabulkan permintaannya yang satu itu, alangkah beratnya, terasa seperti ah masih terlalu berat imbalannya sekalipun aku sembuh. Ia akan tahu rahasiaku. Aku tak tahu sudah berapa lama aku di situ. Kudengar angin bertiup kencang disertai hujan lebat. Dari jendela kaca di depanku, aku melihat betapa kencangnya pohon-pohon bergoyang. Kulihat pula mawar-mawar yang indah di halaman rumah patah-patah, seperti patahnya harapanku untuk sembuh kembali atau untuk mempertahankan rahasiaku. Tanpa kusadari, aku menarik napas dalam-dalam dan berkata, Hujan! Hujan air, dan sebentar juga akan reda, jawab dokter itu pula. Aku terpaksa tersenyum. Dokter, kataku, tiadakah jalan lain yang dapat ditempuh untuk menyembuhkan tangan ini? sambungku sambil mencoba menggerakkan tanganku yang setengah lumpuh. Dokter itu cuma menggelengkan kepalanya. Sudah berulang kali itu saya lakukan. Saya sudah berusaha keras untuk itu. Namun hasilnya, satu tahun 8

tanpa perubahan. Mengapa engkau begitu berat untuk menceritakannya Candra? Karena, karena, aku berhenti lagi. Hemmm, baiklah, setelah lama hening, ia mulai bertanya pula, Senangkah Candra dengan kampusmu? Aku mengangguk. Pada lingkungan teman-temanmu? Aku mengangguk lagi. Bagaimana dengan lingkungan keluargamu? Aku ragu-ragu sebentar, kemudian kuanggukkan kepalaku lagi. Sudah punya pacar? Aku tersenyum mendengar pertanyaannya dan tak menjawab. Sedang tugas barangkali? Jauh dari Candra? Aku menggelengkan kepalaku. Kalau begitu sekota? Aku tidak menjawab, cuma tersenyum. Candra senang tinggal di rumah? Kepalaku mengangguk untuk kesekian kalinya. Suka atau...? ia berhenti sebentar, lebih suka tinggal di luar rumah? Misalnya mencari kesibukan di luar? Tanpa kusadari kepalaku mengangguk lagi. Sekali ini ia tertawa. Aku tercengang dibuatnya, apalagi ketika kemudian ia menunjuk keluar dan berkata, Hujan sudah reda Candra, engkau boleh pulang sekarang. Saya sudah tahu penyakitmu kini. Jangan lupa, engkau sudah berjanji untuk membuat riwayat dirimu untuk saya bukan? 9

Dengan perasaan yang tak karuan, aku berdiri dari tempat dudukku dan menuju ke pintu. Dokter membukakannya untukku. Tanpa kusadari, kupandangi mawar-mawar yang patah-patah dan menunjuknya sambil berkata pelan, Mawarnya bagus-bagus Dok, sayang. Candra suka mawar? tanyanya. Aku mengangguk. Sebentar saya ambil gunting, dan ia masuk ke kamar praktik lagi. Tak lama ia keluar dengan gunting di tangannya. Diguntingnya mawar-mawar itu setangkai demi setangkai dan diberikannya padaku. Aku sibuk menerima bunga demi bunga. Akhirnya dengan gembira, diakhirinya pekerjaannya. Kulihat pohon itu gundul sama sekali dari bunga-bunganya yang tadinya lebat. Selamat sore Dokter yang baik. Terima kasih atas mawar-mawar ini, kataku. Kalau tidak diberi mawar tidak akan mengatakan dokter yang baik ya? jawabnya sambil tertawa. Aku tersenyum pula dan meninggalkannya dengan mawar-mawar yang memenuhi tanganku dengan perasaan bahagia. 10