BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desain kemasan atau dapat disebut juga Packaging adalah salah satu dari sekian banyak hal yang harus menjadi pertimbangan strategis di ketiga elemen Positioning, Diferensisas, Brand pada suatu produk. Konsumen dapat dirangsang perhatiannya oleh daya tarik visual yang terlihat dalam produknya dengan memanfaatkan warna, bentuk, ilustrasi, dan tentunya mereknya, Sebuah kemasan berfungsi sebagai alat pembungkus, pembentuk citra, melindungi mengeluarkan, melindungi, menyimpan, mengindetifikasi dan membedakan sebuah produk di pasar. Karena sebuah kemasan akan lebih dahulu menggambarkan dan mencitrakan sebuah produk yang ada di dalamnya. Marianne Rosner (2007 : 33) menyimpulkan Desain kemasan adalah bisnis kreatif yang mengaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi, dan elemenelemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan. Desain kemasan berlaku untuk membungkus, melindungi, mengirim, mengeluarkan, menyimpan, mengidentifikasi, dan membedakan sebuah produk di pasar. Dari definisi tentang packaging diatas, tidak dapat dipungkiri bahwa kemasan sebagai objek yang sangat penting untuk kelangsungan suatu produk. Kemasan sebagai salah satu jenis sampah dengan jumlah yang banyak, khususnya di perkotaan. Salah satu kemasan yang paling menimbulkan banyak dampak buruk adalah kemasan yang berbahan baku plastik. Dalam dunia kemasan, plastik menjadi primadona karena beberapa sifatnya yang istimewa yakni, mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan, tahan terhadap cuaca dan perubahan suhu, bobotnya yang ringan serta yang lebih penting lagi adalah harganya murah. Fenomena booming sampah plastik telah menjadi issue penting di setiap belahan bumi. Di Indonesia, menurut data statistik persampahan domestik Indonesia, jenis sampah plastik menempati peringkat kedua sampah terbanyak setelah sampah dapur, dengan jumlah sebanyak 5.4 juta ton per tahun atau 14 persen dari total produksi sampah. Dengan demikian, plastik telah mampu menggeser sampah jenis kertas yang tadinya di
peringkat kedua menjadi peringkat ketiga dengan jumlah 3.6 juta ton per tahun atau 9 persen dari jumlah total produksi sampah. Berdasarkan data hasil penelitian bersama yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan PD. Kebersihan Kota Bandung, pada tahun 2004, di Bandung sendiri diketahui bahwa timbulan sampah di sumber adalah sebesar 3 liter/orang/hari dengan berat jenis sampah berkisar antara 225 kg-250 kg/m 3 sampah. Dengan jumlah penduduk Kota Bandung yang mencapai 2.335.406 jiwa (2009) maka diperkiran timbulan sampah kota Bandung setiap harinya mencapai 7000 m 3, dalam satuan berat sebanyak 1750 ton. Pada 2015 Kota Bandung dinobatkan sebagai kota yang perkembangan ekonomi industrinya meningkat sangat pesat. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat, pertumbuhan ekonomi Kota Bandung termasuk dua tetinggi di Indonesia. BI Jabar menyatakan, pertumbuhan ekonomi Kota Kembang mencapai 8,5 persen. Salah satu pendukung dari perkembangan ekonomi Kota Bandung ialah banyaknya wisatawan yang berkunjung. Dengan banyaknya wisatawan akhirnya banyak para pengusaha yang kreatif memanfaatkan peluang ini dengan berlomba-lomba mendirikan UKM. Menurut aktivis Perkasa (Persatuan Pengrajin Kaos Sablon Suci) yang juga pemerhati UKM, Ade Dewa, pelaku UKM di Kota Bandung saat ini sudah mencapai ratusan ribu usaha, karena ini pertumbuhan ekonomi di kota Bandung meningkat sangat pesat jika dibandingkan dengan kota-kota lainnya di Indonesia. Dalam menjalankan bisnisnya, para pengusaha di kota Bandung menggunakan berbagai macam cara yang kreatif dalam penggunaan kemasan untuk produknya. Menurut Packaging Graphic Designer dari rumah kemasan Bandung, Crisan Damayanti Pada harian Pikiran Rakyat edisi Minggu, 31 Januari 2016 diterangkan bahwa para pelaku bisnis sangat mengutamakan desain kemasan sebagai alat untuk memasarkan dagangannya, bahkan diperkirakan sebagian kecil para pengusahan sudah menerapkan sustainable packaging dalam kemasan produk. Dapat dibedakan dengan pelaku bisnis usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang desain kemasannya masih menginginkan gaya lama seperti memakai plastik.
Berdasarkan data sekunder yang diambil oleh penulis saat melakukan observasi ke Dinas Kesehatan. Tentang kemasan apa saja yang dipakai para pelaku UMKM terutama para pelaku bisnis keripik tradisional Bandung adalah kemasan plastik sebagai pembungkusnya. Makanan ringan yang notabenenya menghasilkan minyak maka para pelaku menggunakan plastik karena tahan minyak. Penulis mengambil contoh kasus adalah makanan ringan tradisional jawa barat seperti opak yang kini banyak dijumpai di kalangan UKM untuk dijual sebagai oleh-oleh. Opak adalah jenis makanan ringan yang berbentuk menyerupai kerupuk yang memiliki tekstur yang sangat renyah, hanya saja opak terbuat dari tepung beras ketan sedangkan kerupuk terbuat dari bahan dasar tepung tapioka. Opak ketan merupakan makanan khas dari Jawa Barat yang memiliki rasa yang enak dan gurih. Opak ketan terdiri dari dua macam rasa yaitu rasa asin dan rasa manis. Kemasan berkelanjutan atau sustainable packaging diharapkan dapat mengurangi dampak negatif dari banyaknya kemasan yang dibuang ke lingkungan. Sustainable Packaging merupakan sebuah strategi para ahli lingkungan dan desainer yang ada di Australian Packaging Covenant menerapkan pembuatan kemasan yang menekankan beberapa prinsip dan strategi potensial dalam menjaga kelestarian bumi ini. Prinsip prinsip tersebut adalah, Harus sesuai dengan kebutuhan Fit for purpose, kemasan harus berasal dari bahan yang efisien/ Resource efficiency untuk meminimalisir material dan memaksimalkan air dan energy alam.,menggunakan bahan yang dampak nya rendah di masyarakat,low impact materials, seperti meminimalisir bahan-bahan yang beresiko megandung racun, menggunakan bahan yang dapat diulang kembali,refuse material, kemasan haruslah di desain dengan memaksimalkan potensial dari daur ulang dan meminimalisir yang berhubungan dengan lingkungan. Karena potensi sumber daya alam yang banyak inilah sustainable packaging sangat cocok untuk Indonesia, agar bisa dimanfaatkan. Berdasarkan uraian di atas maka, suatu desain kemasan selain harus memperhatikan nilai ekstetika, yaitu penempatan dan fungsi setiap material yang terlekat pada desain kemasan tersebut. Harus memperhatikan juga dampak negatif dari kemasan tersebut. Untuk itu ide kemasan ramah lingkungan patut diapresiasi dan diterapkan pada setiap produk yang akan dipasarkan. Maka akan dilakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana pemahaman para pengusaha UKM makanan di Kota Bandung terkait
tentang sustainable packaging dan dilanjutkan dengan perancangan sustainable packaging yang tepat bagi produk produknya. Namun dengan keterbatasan waktu yang ada, penulis menilih salah satu UKM yang memiliki potensi yang kemasannya untuk dikemas secara Sustainable packaging. Karena pada dasarnya produk makanan mempunyai food grade yang berbeda, permasalahannya berbeda. 1.2 Identifikasi Masalah a. Banyaknya sampah yang terbuat dari bahan plastik, merupakan bahan kemasan yang paling sulit untuk terurai. b. Kurangnya pemanfaatan sumber daya alam sebagai bahan kemasan c. Para pelaku UKM masih banyak yang menggunakan plastik sebagai bahan baku packaging dagangan mereka. d. Belum banyak pelaku UKM yang mengetahui Sustainable Packaging 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagaimana membuat rancangan sustainable packging untuk produk UKM Makanan ringan tradisional di Kota Bandung? 1.4 Ruang Lingkup 1.4.1 What (Apa) Objek yang akan diteliti dan dirancang adalah Sustainable Packaging yang tepat untuk para pengusaha UKM makanan di Kota Bandung 1.4.2 Who (Siapa) Perancangan ini ditujukan kepada para pengusaha UKM di Kota Bandung. Untuk mempersingkat waktu, penulis hanya melakukan analisis pada satu UKM makanan yang berpotensi.
1.4.3 When (Kapan) Jangka waktu tugas akhir dilaksanakan selama 3,5 bulan (10 minggu) terhitung tanggal 1 Februari 2016 s/d 30 Juli 2016. 1.4.4 Where (Dimana) Tempat pelaksanaan Tugas Akhir a. Nama Lembaga : Dinas Koperasi UKM Perindustria PerdaganganAlamat : JL. Kawaluyaan No.2, Buahbatu, Kota Bandung Jawa Barat 40286 b. UKM Makanan ringan yang ada di Kota Bandung 1.4.5 Why (Kenapa) Perancangan ini dilakukan untuk mengurangi volume sampah plastik yang ada di TPA. 1.4. 6 How (Bagaimana) Perancangan ini dilakukan dengan cara penelitian terhadap para pelaku UKM menggunakan metode Wawancara dan Observasi. Setelah itu didapatkannya data dan dilakukan Analisis dan pengerjaan karya. 1.5 Tujuan berikut: Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai a.. Dihasilkannya rancangan sustainable packaging bagi para pelaku UKM makanan ringan tradisional di kota Bandung. Dengan memfokuskan beberapa jenis makanan. 1.6 Metode Pengumpulan Data dan Analisis 1.6.1 Metode Pengumpulan Data a. Observasi Observasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti atau kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana mereka menyaksikan selama
penelitian. Observasi sebagai teknik pengumpulan data yang tidak selalu berkomunikasi dengan orang, namun juga objek-objek lainnya di sekitar tempat penelitian. (Sugiyono 2014: 145) Pengumpulan data dengan dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian, dengan mencatat hal-hal penting yang berhubungan dengan judul tugas akhir ini sehingga dapat diperoleh data yang lengkap dan akurat. Penulis akan terjun pada pengamatan langsung pada kemasan dari produk-produk UKM di kota Bandung khususnya UKM yang memproduksi makanan/minuman. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui bahan baku kemasan, bentuk dan jenis kemasan dan cara pembuatan kemasan. b. Wawancara Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dengan responden, komunikasi berlangsung dalam bentuk Tanya jawab dalam hubungan tatap muka. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternative. (Sugiyono 2014: 139) Pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara dengan dibantu alat berupa kuesioner secara langsung dengan pihak yang terkait langsung pada proses pembuatan produk dan pembuatan kemasan pada UKM yang ada di kota Bandung. Wawancara ini dimaksudkan untuk mengetahu sejauh mana pemahaman pihak terkait pada sustainable packaging dan kendala kendala apa yang dirasakan jika menerapkan sustainable packaging pada produk-produknya 1.6.2 Analisis Data Analisis data merupakan cara atau langkah pemikiran penelitian untuk mengolah data yang berhasil dikumpulkan dan merupakan tindak lanjut dari usaha untuk menguji kebenaran. Susan Stainback dalam Sugiyono (2014) menyatakan bahwa, Untuk membuat suatu rancangan harus mengevaluasi faktor ekstern maupun faktor internal. Analisis faktor-faktor haruslah menghasilkan adanya kekuatan (strength) yang dimiliki oleh suatu perusahaan
atau produk, serta mengetahui kelemahan (weakness) yang terdapat pada perusahaan atau produk itu. Sedangkan analisis terhadap faktor eksternal harus dapat mengetahui kesempatan (opportunity) yang terbuka bagi organisasi serta dapat mengetahui pula ancaman (treath) yang dialami oleh perusahaan atau produk yang bersangkutan. a. Kekuatan (strength) Seperti yang dibeberkan di latar belakang, Sustainable Packaging merupakan inovasi kemasan dalam memanfaatkan apa yang ada dari alam dan untuk mempromosikan kelestarian alam, maka tentunya hasil rancangan dari tugas akhir ini berupa packaging yang terbuat dari bahan yang dari alam dan tentunya belum pernah dipakai sebelumnya. b. Kelemahan (weakness) Karena akan menggunakan bahan dari alam, dalam melakukan survey untuk mencari bahan nya itu sangat sulit, bukan sulit mencari bahan alam nya, namun mencari dari bahan alam apakah yang tepat untuk bahan packaging nya agar aman sesuai dengan kriteria-kriteria sustainable packaging. c. Kesempatan (opportunity) Karena sudah banyak packaging untuk para UKM yang sangat kreatif dalam merancang kemasannya, namun masih banyak yang belum peka dalam memilih bahannya maka ini menjadi kesempatan bagi penulis untuk merancang kemasan yang berbasis sustainable packaging dalam penerapannya dalam menjaga kelestarian lingkungan. d. Ancaman (treath) Karena sustainable packaging sedikit sulit dalam pengolahan untuk pembuatannya, rasa cinta kelestarian alam masyarakat nya masih rendah, maka bahan bahan yang tidak ramah lingkungan masih sebagai ancamannya. Dan juga produk luar negeri yang sudah menerapkan sustainable packaging dalam kemasannya juga sebagai pertimbangan ancamann.
1.7 Kerangka Perancangan Topik Sustainable Packaging Untuk Kemasan UKM Makanan ringan tradisional di Kota Bandung Fenomena Sampah plastik yang menumpuk di Banyak TPS Setempat Latar Belakang Sustainable Packaging Merupakan cara pengemasan yang ramah lingkungan untuk masyarakat, dan juga memanfaatkan bahan yang ada dari Alam Masalah Sampah - sampah yang sulit terurai terutama plastik yang menumpuk banyak di lokasi Tempat Pembuangan Akhir, Yang biasanya dari sampah UKM Observasi: UKM makanan di Kota Bandung Wawancara Mewawancarai para pelaku bisnis yang ada di UKM Analisis Data Konsep Solusi: Merancang Sustainable Packagaging sebagai cara untuk kampanye kepada para pelaku bisnis UKM di kota Bandung agar lebih peduli lagi pada lingkungan dengan cara memakai bahan untuk kemasannya yang ramah lingkungan dan memanfaatkan bahan yang ada dari alam
1.8 Pembabakan Penulisan karya Tugas Akhir ini terbagi menjadi lima bab, yaitu: BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan dari topik yang diangkat dalam makalah tugas akhir ini. Dimulai dari latar belakang, dasar pemikian, batasan penulisan, tujuan perancangan, pokok permasalahan, hingga sistematika penulisan. BAB II DASAR PEMIKIRAN Tinjauan umum permasalahan yang terdiri dari pembahasan data empiris dan teoritis. BAB III DATA DAN ANALISIS MASALAH Rincian strategi komunikasi yang menyangkut hasil analisa. Pembahasan mengenai strategi komunikasi, analisa target pasar, persepsi target audience, serta perbandingan Packaging yang sudah ada BAB IV KONSEP DAN HASIL PERANCANGAN Berisi tentang strategi kreatif dan konsep perancangan Sustainable yang tepat untuk pelaku UKM BAB V PENUTUP Berisi kesimpulan menyeluruh dari hasil serta aspek lain bersifat rekomendasi dalam lingkup perancangan yang disesuaikan dengan tujuan dan analisis yang telah diuraikan dalam bab-bab sebelumnya.