BAB I PENDAHULUAN. suatu kejadian penting dalam suatu masyarakat tertentu, ketika seorang anggota dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menurut Mr.A.Pitlo adalah rangkaian ketentuan-ketentuan, dimana,

TINJAUAN HUKUM SURAT WASIAT MENURUT HUKUM PERDATA M. WIJAYA. S / D

PENERAPAN LEGITIME FORTIE (BAGIAN MUTLAK) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MENURUT KUH PERDATA. SULIH RUDITO / D

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan akhir dari perjalanan kehidupan seorang manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. mahkluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. orang lain berkewajiban untuk menghormati dan tidak mengganggunya dan

SKRIPSI KEDUDUKAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN DAN PENCABUTAN TESTAMENT (SURAT WASIAT)

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan penjelasan-penjelasan pada bab sebelumnya, maka. dapat disimpulkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

HUKUM WARIS PERDATA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya manusia tetap bergantung pada orang lain walaupun sampai

BAB I PENDAHULUAN. dasar, antara lain bersifat mengatur dan tidak ada unsur paksaan. Namun untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya mengalami 3 peristiwa penting, yaitu peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Pada waktu manusia dilahirkan ke dunia ini telah tumbuh tugas baru

HUKUM WARIS. Hukum Keluarga dan Waris ISTILAH

BAB III WASIAT PENGANGKATAN AHLI WARIS (ERSFTELLING) DALAM KUHPERDATA. yaitu segala hukum yang mengatur kepentingan-kepentingan perorangan.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

Waris Menurut BW Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup pasti akan mengalami kematian, demikian juga

BAB III WASIAT DALAM KUH PERDATA. perbuatan pewaris pada masa hidupnya mengenai harta kekayaannya apabila

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam fase kehidupan manusia terdapat tiga peristiwa penting yaitu, kelahiran,

BAB III AKIBAT HUKUM PENGHIBAHAN HARTA WARISAN YANG MELANGGAR BAGIAN MUTLAK ATAU LEGITIME PORTIE AHLI WARIS OLEH PEWARIS MENURUT KUHPERDATA

AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGHIBAHAN SELURUH HARTA WARISAN OLEH PEWARIS SEHINGGA MELANGGAR LEGITIME PORTIE

Lex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

GUGATAN PEMOTONGAN (INKORTING) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia saat ini masih terdapat beraneka sistem hukum

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

BAB IV. PEMBAGIAN WARISAN DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF KUHPerdata

BAB II PROSES PERALIHAN OBJEK WARISAN SECARA AB INTESTATO BILA DI TINJAU DARI HUKUM PERDATA

BAB III AKIBAT HUKUM PEMBAGIAN WARISAN APABILA PADA AKHIRNYA DIKETAHUI ADANYA AKTA WASIAT.

BAB V. KOMPARASI PEMBAGIAN WARIS DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF KHI, CLD KHI DAN KUHPerdata

PERLINDUNGAN HUKUM KEPENTINGAN ANAK DI BAWAH UMUR TERHADAP HIBAH YANG MELANGGAR LEGITIEME PORTIE NITA NILAN SRY REZKI PULUNGAN ABSTRACT

PEMBAGIAN HAK WARIS KEPADA AHLI WARIS AB INTESTATO DAN TESTAMENTAIR MENURUT HUKUM PERDATA BARAT (BW)

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting

Akibat Hukum Akta Hibah Wasiat Yang Melanggar Hak Mutlak Ahli Waris (Legitieme Portie)

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. Mewaris adalah menggantikan hak dan kewajiban seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

B AB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Pasal 875 BW, yang dimaksud Surat Wasiat (testament) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. itu, kebijakan pembangunan pertanahan haruslah merupakan bagian yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam. kebersamaan dengan sesamanya. Kebersamaannya akan berlangsung baik

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Apabila ada peristiwa hukum, yaitu meninggalnya seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Komanditer atau sering disebut dengan CV (Commanditaire. pelepas uang (Geldschieter), dan diatur dalam Kitab Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH : HUKUM WARIS BW STATUS MATA KULIAH : WAJIB KONSENTRASI KODE MATA KULIAH : HKT 4013 JUMLAH SKS

BAB III KEWARISAN DALAM HUKUM PERDATA. Hukum waris Eropa yang dimuat dalam Burgerlijk Wetboek

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

ANALISIS YURIDIS TERHADAP KEDUDUKAN AKTA WASIAT YANG TIDAK DIKETAHUI OLEH AHLI WARIS DAN PENERIMA WASIAT ARLIANTI IMARIA SIMANJUNTAK ABSTRACT

SKRIPSI AKIBAT HUKUM TESTAMEN PENGANGKATAN AHLI WARIS OLEH PEWARIS TERHADAP ANAK ANGKAT MENURUT KITAB UNDANG UNDANG HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

AKIBAT HUKUM PENGHIBAHAN SELURUH HARTA WARISAN OLEH PEWARIS SEHINGGA MELANGGAR LEGITIME PORTIE

BAB V PENUTUP. kantor Notaris PPAT Wihastuti Estiningsih, SH.,MKn dan pembahasan. bangku perkuliahan.

Lex Privatum Vol. V/No. 5/Jul/2017

HUKUM PERDATA TENTANG ORANG DAN BENDA. Kernel for Word to PDF Demo. Kernel for Word to PDF Demo. Kernel for Word to PDF Demo

Lex Privatum Vol. V/No. 3/Mei/2017

TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM

BAB III KEWARISAN ANAK DALAM KANDUNGAN MENURUT KUH PERDATA 1. A. Hak Waris Anak dalam Kandungan menurut KUH Perdata

BAB I TENJAUAN UMUM TENTANG HUKUM WARIS

BAB I PENDAHULUAN. lain. Dengan demikian setiap orang tidak mungkin hidup sendiri tanpa

BAB I PENDAHULUAN. pembayarannya bersifat wajib untuk objek-objek tertentu. Dasar hukum

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK ANGKAT ATAS HARTA YANG DIPEROLEH DARI HIBAH SETELAH ORANG TUA ANGKATNYA MENINGGAL DUNIA RESUME TESIS

Upik Hamidah. Abstrak

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

BAB II. A. Hukum Waris Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. kewajiban-kewajiban seseorang yang telah meninggal dunia itu.

PENDAHULUAN. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

BAB I PENDAHULUAN. bumi yang paling atas. Yang dimanfaatkan untuk menanami tumbuh-tumbuhan disebut

ASPEK HUKUM PERSONAL GUARANTY. Atik Indriyani*) Abstrak

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017. KEDUDUKAN PELAKSANA WASIAT ATAU TESTAMENT MENURUT KITAB UNDANG- UNDANG KUH PERDATA 1 Oleh : Riansyah Towidjojo 2

Lex et Societatis, Vol. III/No. 9/Okt/2015

BAB I PENDAHULUAN. atau salah satunya sudah meninggal, maka anak yang masih di bawah umur

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara merupakan salah satu asas pokok. pembentukan pemerintah Negara Kesatuan Republik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

PERJANJIAN KAWIN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN TERHADAP PIHAK KETIGA (PASCA PUTUSAN MAHKMAH KONSTITUSI NOMOR 69/PUU-XIII/2015) Oleh

Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW)

Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

BAB I PENDAHULUAN. tersebut juga termasuk mengatur hal-hal yang diantaranya hubungan antar

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia dan mengingat susunan kehidupan dan pola perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS

Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017. PEMBATALAN ATAS PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA 1 Oleh : Erni Bangun 2

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataan sehari-hari permasalahan waris muncul dan dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 perkawinan adalah ikatan

ialah sebagai Negara yang berdasarkan pancasila, sila pertamanya ialah

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH. guna membantu menguatkan atau mengukuhkan setiap perbuatan hukum atas

BAB II PEMBERIAN KUASA DIREKTUR PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN. 2009, hlm Penjelasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun

Pendayagunaan tanah secara berlebihan serta ditambah pengaruh-pengaruh alam akan menyebabkan instabilitas kemampuan tanah. 1 Jumlah tanah yang statis

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang terjadi di negara-negara berkembang pada saat ini

BAB III IMPLIKASI HAK KEWARISAN ATAS PENGAKUAN ANAK LUAR

BAB I PENDAHULUAN. pemiliknya kepada pihak lain. Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Peraturan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Warisan dapat diartikan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu kejadian penting dalam suatu masyarakat tertentu, ketika seorang anggota dari masyarakat itu meninggal dunia 1. Manusia dikenal sebagai makluk sosial, dimana dalam kebutuhannya, manusia tetap bergantung pada orang lain bahkan sampai sampai pada saat dia meninggal. Terkadang seseorang jauh sebelum kematiannya, sering mempunyai maksud tertentu terhadap harta kekayaannya yang ditinggalkan, sehingga diperlukan suatu peraturan hukum yang mengatur, yaitu apa yang disebut hukum waris. Hukum waris menurut A. Pitlo : Hukum Waris adalah suatu rangkaian ketentuan-ketentuan dimana, berhubungan dengan meninggalnya seseorang, akibat-akibatnya didalam bidang kebendaan, diatur yaitu akibat dari beralihnya harta peninggalan dari seseorang yang meninggal, kepada ahli warisnya, baik didalam hubungannya antara mereka sendiri, maupun dengan pihak ketiga" 2 Hukum waris yang ada dan berlaku di indonesia sendiri sampai saat ini masih terdapat pluralistik, akibatnya sampai sekarang ini pengaturan masalah waris di Indonesia masih belum terdapat keseragaman. Hukum waris yang berlaku di Indonesia antara lain Hukum Waris Adat, Hukum Waris Islam dan Hukum Waris berdasarkan KUHPerdata. Secara umum dapat dikatakan bahwa hukum waris adalah hukum yang mengatur mengenai kedudukan harta dan kekayaan seseorang setelah meninggal 1 Adrian Sutedi, S.H. M.H, Hukum Kepailitan, (Bogor: Ghalia, 2009), halaman 3. 2 Ali Afandi, Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian, (Jakarta : Rineka Cipta, 1977), halaman. 7

dunia dan mengatur mengenai cara-cara berpindahnya harta kekayaan tersebut kepada orang lain. Dalam hukum waris perdata terdapat 2 (dua) cara yang dapat digunakan untuk menerima warisan, yakni pewarisan menurut undang-undang (ab-intestato) pewarisan menurut surat wasiat(testamenter). Pewarisan ab-intestato dalam hukum waris merupakan pewarisan dimana ahli waris menerima warisan karena telah diatur dan diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ini berarti hak waris terhadap warisan didapatkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pewarisan testamenter dalam hukum waris undang-undang merupakan pewarisan yang dilakukan berdasarkan testamen atau biasa juga disebut dengan surat wasiat. Surat wasiat atau testamen ini biasanya berisi pernyataan. Mengenai hal-hal yang diinginkan oleh pewaris terkait dengan warisan yang ditinggalkannya. Biasanya juga testamen ini dibuat di hadapan Notaris sehingga telah berisi keterangan yang jelas mengenai persentase atau jenis warisan yang ditinggalkannya kepada ahli waris yang dikehendakinya. Pewarisan dengan surat wasiat (testamen) sudah cepat dikenal oleh bangsa Romawi. Bahkan dalam abad-abad kemudian tidak ada seorang Romawi terkemuka yang meninggal tanpa meninggalkan surat wasiat (testamen). Bagi mereka pewarisan dengan wasiat (testamen) menempati tempat yang terutama. 3 Hukum waris testamer timbul karena beberapa kenyataan dalam masyarakat misalnya : 4 3 Hartono Soerjopratiknjo, Hukum Waris Testamenter,(Yogyakarta: Seksi Notariat Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 1984), halaman. iv 4 Liliana Tedjosaputro, Hukum Waris Menurut Surat Wasiat (Ad-Testamento), (Semarang:Agung Press, 1991), halaman. 1

1. Bahwa pada abad pertengahan timbul suatu pemikiran bahwa setiap orangdapat berbuat bebas terhadap harta bendanya, wajarlah apabila kadang-kadang hartanya diberikan kepada tetangganya. 2. Bahwa kadang-kadang seseorang merasa mempunyai hubungan dekat dengan orang lain yang mempunyai hubungan darah dengannya, oleh karena dekatnya hubungan tersebut maka kadang-kadang timbul keinginan dari seseorang untuk dari seseorang untuk memberikan sebagian hartanya kepada orang tersebut. Dengan demikian dapat diberikan harta seseorang baik sebagian atau seluruhnya kepada orang-orang yang tidak mempunyai hubungan darah dengan si pemilik harta. Semasa pewaris masih hidup, hanya ia (calon pewaris) sendiri sebagai subjek pendukung hak yang mempunyai kekuasaan dalam menentukan segala sesuatu atas segala harta kekayaannya. Kekuasaan itu terjelma dalam wujud tindakan pemilikan (beschikken). Sejak saat kemudian pewaris, semua hak dan hubungan hukum dengan beberapa pengecualian beralih secara otomatis kepada ahli waris. Testamen dalam artian sebagai surat tersebut, adalah testamen dalam arti formal. Berbeda dengan itu, testamen dapat pula berarti apa yang yang dikehendaki oleh seseorang akan terjadi setelah ia meninggal dunia, atau secara singkat, yang umum / biasa disebut kehendak terakhir. Testamen dalam arti yang terakhir ini, adalah testamen dalam arti materiil. Dalam artian materiil, suatu testamen harus memuat dua unsur, yaitu yang pertama mempunyai daya kerja sesudah meninggalnya pewaris dan yang kedua dapat dicabut kembali semasa pewaris masih hidup. Sedangkan ketentuan-ketentuan untuk sahnya testamen dalam arti formal dapat dilihat dalam bagian keempat, bab ketiga belas, buku kedua belas, yang pada dasarnya tak terbatas untuk melakukan penghibahan dan pembuatan ketetapan-ketetapan kehendak terakhir, secara hukum waris akan memungkinkan seorang pewaris

mengecewakan para keturunan sedarahnya jika pembuat undang-undang tidak mengambil tindakan-tindakan perlindungan. 5 Oleh karena itu isi dari kehendak terakhir diatur dengan jelas dalam Pasal 912 KUHPerdata, yaitu : Untuk menentukan besarnya bagian mutlak dalam suatu warisan, hendaknya dilakukan terlebih dahulu suatu penjualan akan segala harta peninggalan yang ada di kala si yang menghibahkan atau mewariskan meninggal dunia, kemudian ditambahkannyalah pada jumlah itu, jumlah dari barang-barang yang telah dihibahkan di waktu si meninggal masih hidup, barang-barang mana harus ditinjau dalam keadaan tatkala hibah dilakukannya, namun mengenaai harganya, menurut harga pada waktu si penghibah atau si yang mewariskan meninggal dunia; akhirnya dihitungnyalah dari jumlah satu sama lain, setelah yang ini dikurangi dengan semua utang si meninggal berapakah, dalam keseimbangan dengan kederajatan para ahli waris mutlak, besarnya bagian mutlak mereka, setelah mana bagian-bagian ini harus dikurangi denagan segala apa yang telah mereka terima dari si meninggal, pun sekiranya mereka dibebaskan dari wajib pemasukan Menurut undang-undang dan dari pembatasan yang diadakan undang-undang terhadap harta kekayaan yang penting ialah pembatasan mengenai porsi menurut undang-undang atau Legitieme Portie (bagian warisan menurut Undang-undang), yaitu bagian tertentu dari harta kekayaan seseorang yang atas itu beberapa waris menurut undang-undang dapat mengemukakan haknya yang disebut legitimaris, oleh karena itu orang yang mewariskan tidak mempunyai pemurbaan atau tidak diperbolehkan menetapkan sesuatu yang bebas atas benda itu. 6 Menurut KUHPerdata seorang pewaris tidak diperbolehkan untuk menentukan atau mengatur mengenai bagian mutlak ini dalam surat wasiatnya. Namun dalam praktinya mungkin ada saja wasiat yang isinya ternyata melanggar legitime portie dari ahli waris. Hal ini pernah terjadi di Kota Semarang yaitu surat wasiat yang ditulis oleh pemilik Hotel Siliwangi Semarang, yang ternayata isinya melanggar legitieme portie. 7 5 M.J.A van Mourik, Studi Kasus Hukum Waris, Terjemahan oleh F.Tengker, (Bandung : PT Eresco, 1993), halamn. 105 6 R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta : Pradnya Paramita, 1999), halaman. 239 7 Sumber : Balai Harta Peninggalan Semarang (Semarang: 11 November 2013)

Membuat testamen adalah perbuatan hukum, seorang menentukan tentang apa yang terjadi dengan harta kekayaannya setelah meninggal dunia. Harta warisan seringkali menimbulkan berbagai masalah hukum dan sosial, oleh karena itu memerlukan pengaturan dan penyelesaian secara tertib dan teratur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Membuat testamen adalah perbuatan hukum yang sepihak. Hal ini erat hubungannya dengan sifat herroepelijkheid (dapat dicabut) dari ketentuan testamen itu. Disini berarti bahwa testamen tidak dapat dibuat oleh lebih dari satu orang karena menimbulkan kesulitan apabila salah satu pembuatnya akan mencabut kembali testamen. Ketetapan dalam testamen memiliki 2 (dua) ciri, yaitu dapat di cabut dan berlaku berhubung dengan kematian seseorang. Bagi ketetapan kehendak yang memiliki dua ciri itu maka bentuk testamen adalh syarat mutlak. 8 Dalam pembuatannya, testamen membutuhkan pejabat yang berwenang untuk pengesahannya, Notaris mempunyai peran yang sangat penting. Maka bantuan Notaris dari awal hingga akhir proses pembuatan akta wasiat (testament acte) sangat diperlukan sehingga memperoleh kekuatan hukum yang mengikat. Tanggung jawab Notaris dalam pembuatan akta wasiat (testament acte) mencakup keseluruhan dari tugas, kewajiban, dan wewenang Notaris. Dalam menangani masalah pembuatan akta wasiat (testament acte), termasuk melindungi dan menyimpan surat-surat atau akta-akta otentik. Kemunkinan pembuatan testamen oleh Notaris yang isinya ternyata melanggar legitieme portie bisa saja terjadi, misalnya saja pada waktu pembuatan testamen tersebut, Notaris hanya mencacat kehendak dari para pewaris saja dan tidak diberikan daftar total kekayaan dari pembuat testamen tersebut, tentunya tidak melanggar 8 Hartono Soerjopratiknjo, Op.cit., halman. iv

legitieme portie. Namun 10 tahun kemudian misalnya pada saat pembuat testamen meninggal dunia, kekayaannya karena sebab apapun ternyata hanya bersisa tidak ada separuhnya dari harta yang diwariskan semula dan ternyata testamen tersebut melanggar legitieme portie. 9 Pada akhirnya tetap tugas Notaris juga yang harus memberikan konsultasi pada masyarakat, dalam hal ini apabila menimbulkan masalah besar pada keluarga sipewaris pasca pembukaan testamen. Apalagi kalau ternyata isinya tidak adil (dibagi rata). Notaris boleh-boleh saja membantu, tetapi harus tetap mentaati aturan hukum yang ditetapkan oleh undang-undang agar tidak menimbulkan kecurigaan. Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis ingin meneliti tentang pembuatan testamen. Kemudian hasil tersebut akan penulis tuangkan ke dalam karya ilmiah dengan judul PELAKSANAAN PEMBAGIAN WARISAN MENURUT KUHPERDATA BERKENAAN DENGAN ADANYA TESTAMEN. B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana praktik pembuatan surat wasiat (testamen) dan keabsahannya? 2. Bagaimana konsekuensi hukumnya yang terjadi apabila testamen yang isinya melanggar hak-hak ahli waris yang berkedudukan sebagai legitimaris? C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1).Untuk mengetahui praktik pembuatan testamen dan keabsahan. halaman 64-65 9 Irma Devita Purnamasari, Kiat-Kiat Cerdas, Mudah dan Bijak Memahami Masalah Hukum Waris, (Bandung : Kaifa, 2014),

2).Untuk mengetahui konsekuensi hukumnya yang terjadi apabila testamen yang isinya melanggar hak-hak ahli waris yang berkedudukan sebagai legitimaris. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pembagian warisan berkaitan dengan adanya surat wasiat (testamen). b. Manfaat praktis Secara praktis penelitian ini bermanfaat untuk memberikan solusi tentang permasalahan yang terjadi dalam pembagian warisan dengan surat wasiat (testamen). D. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai tinjauan pustaka yaitu tinjauan tentang tinjauan pustaka yang terdiri dari 4 (empat) sub judul, yaitu tinjauan umum mengenai pewarisan, pewarisan menurut undang-undang, tinjauan umum mengenai wasiat / testamen, dan legitieme portie. BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini berisi metode pendekatan, spesifikasi penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis data. BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisi hasil penelitian dan pembahasan yaitu mengkaji tentang Pelaksanaan pembagian warisan berdasarkan KUHPerdata berkenaan dengan adanya testamen. BAB V PENUTUP Dalam bab ini berisi simpulan dari hasil penelitian dan pembahasan serta saran.