BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP JAMINAN SOSIAL PEKERJA. 2.1 Pengertian Tenaga Kerja, Pekerja, dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Salah satu syarat keberhasilan pembangunan nasional kita adalah kualitas

TINJAUAN PUSTAKA. Peran menurut Soerjono Soekanto (1982 : 60) adalah suatu sistem kaidah kaidah yang berisikan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KETENAGAKERJAAN DAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TENAGA KERJA PEREMPUAN, CITY HOTEL, DAN PERJANJIAN KERJA. Adanya jaminan yang dituangkan di dalam Undang-undang Dasar

BAB II TINJAUAN UMUM JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN. 1.1 Pengertian Tenaga Kerja dan Ketenagakerjaan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA KERJA DAN HUBUNGAN KERJA

BAB II TINJAUAN UMUM HUKUM KETENAGAKERJAAN TENAGA KERJA, JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEKERJA, PEKERJA KONTRAK, DAN HAK CUTI. 2.1 Tinjauan Umum Tentang Pekerja dan Pekerja Kontrak

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara yang sedang giat-giatnya. membangun untuk meningkatkan pembangunan disegala sektor dengan tujuan

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA YURIDIS. tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut hanya diatur

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN, DASAR HUKUM PENANAMAN MODAL ASING DAN KESEJAHTERAAN TENAGA KERJA

Oleh: Arum Darmawati. Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011

2.1 Pengertian Pekerja Rumah Tangga dan Pemberi Kerja

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUBUNGAN KERJA, PERJANJIAN KERJA DAN JAMINAN SOSIAL KECELAKAAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. yang dibuat sendiri maupun berkerja pada orang lain atau perusahaan. Pekerjaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beragam seperti buruh, pekerja, karyawan, pegawai, tenaga kerja, dan lain-lain.

KONSTRUKSI HUKUM PERUBAHAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. 2 Perjanjian kerja wajib

PERLINDUNGAN JAMINAN KESEHATAN TERHADAP TENAGA KERJA KONTRAK PADA DINAS TENAGA KERJA DAN SERTIFIKASI KOMPETENSI KOTA DENPASAR *

BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. pertama disebutkan dalam ketentuan Pasal 1601a KUHPerdata, mengenai

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA YANG MENGALAMI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA KARENA MEMPUNYAI IKATAN PERKAWINAN DALAM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN UMUM PENGATURAN TUNJANGAN HARI RAYA MENURUT PERATURAN PERUNDANG - UNDANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masing-masing memiliki cirri khusus yang membedakan dengan yang lainya, perjanjian, subjek serta obyek yang diperjanjikan.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA. Hubungan kerja adalah hubungan antara seseorang buruh dengan seorang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TENAGA KERJA YANG BEKERJA MELEBIHI WAKTU JAM KERJA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA, PERLINDUNGAN HUKUM DAN TENAGA KONTRAK

Lex Privatum, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013. Artikel skripsi. Dosen Pembimbing Skripsi: Soeharno,SH,MH, Constance Kalangi,SH,MH, Marthen Lambonan,SH,MH 2

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rakyat Indonesia. Berdasarkan bunyi Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, manusia selalu

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA DAN PERDAGANGAN JASA PARIWISATA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TENAGA KERJA DAN HUBUNGAN KERJA. Pengertian tenaga kerja dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMBATALAN BEBERAPA KETENTUAN DARI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN

I. PENDAHULUAN. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di. mengantarkan perusahaan mencapai tujuannya.

BAB III TINJAUAN TEORITIS. landasan yang tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut. pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata:

BAB III PENUTUP. Yogyakarta terdapat beberapa penyimpangan yang telah dilakukan owner

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang dengan jumlah penduduk yang

BAB III TINJAUAN TENTANG KETENAGAKERJAAN. dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, bahwa ketenagakerjaan adalah segala

BAB II TINJAUAN UMUM PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. 1. Pengertian hubungan industrial dan kaitannya dengan hubungan industrial

BAB II KAJIAN TEORI. manajemen, outsourcing diberikan pengertian sebagai pendelegasian operasi dan

Pada dasarnya, tujuan utama hukum ketenagakerjaan MAKNA PHK BAGI PEKERJA

Lex Administratum, Vol. II/No.1/Jan Mar/2014

SUMBER HUKUM PERBURUHAN

IMPLEMENTASI UU NO. 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMSOSTEK PADA PT. RIMBA MATOA LESTARI DI KABUPATEN JAYAPURA

PENGERTIAN, TUJUAN, SIFAT, DR. AGUSMIDAH, SH.M.HUM

JURNAL HUKUM ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA LISAN ANTARA PENGUSAHA DAN PEKERJA DI UD NABA JAYA SAMARINDA ABSTRAKSI

Lex Administratum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016. Kata kunci: jamsostek, pemutusan hubungan kerja

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi ekonomi tersebut berpengaruh terhadap perkembangan kepariwisataan

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

BERITA NEGARA. No.11, 2014 KEMENAKERTRANS. Data. Informasi. Ketenagakerjaan. Klasifikasi. Karakteristik. Perubahan.

Pedoman Pasal 50 huruf d Tentang Pengecualian terhadap Perjanjian dalam Rangka Keagenan

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENANGGUHAN PELAKSANAAN UPAH MINIMUM PROVINSI

BAB I PENDAHULUAN. dan meninggal dunia di dalam masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat yang

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 16 TAHUN 2015

HUBUNGAN KERJA DAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

BAB II PERLINDUNGAN HAK-HAK PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK DARI PERUSAHAAN

NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian kerja merupakan salah satu turunan dari perjanjian pada

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA DI LEMBAGA PEMERINTAHAN

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam masa pertumbuhan ekonomi Indonesia dewasa ini setiap

Lex Administratum, Vol. II/No.1/Jan Mar/2014

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat 2 yang berbunyi Tiap-tiap warga negara. pernyataan tersebut menjelaskan bahwa negara wajib memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Ketenagakerjaan tidak dimungkinkan terhadapnya. modal dan tanggungjawab sendiri, sedangkan bekerja pada orang lain maksudnya

BAB III TINJAUAN HUKUM TENTANG KEWAJIBAN PENGUSAHA DAN PEKERJA. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 dalam passal 1 angka (2)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEKERJA, PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN, DAN OUTSOURCING

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IV) PERJANJIAN KERJA. copyright by Elok Hikmawati

BAB III UPAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

PEMBERLAKUAN UMK (UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA) TERHADAP KESEJAHTERAAN PEKERJA/BURUH

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR: 13 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II PEMBAHASAN. A. Tinjauan Umum tentang Perjanjian Kerja

BAB II TINJAUAN UMUM SERIKT PEKERJA, PERJANJIAN KERJA, DAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ASPEK PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) DALAM HUBUNGAN KERJA

HUKUM KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. pekerja, perusahaan tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya dalam

*10099 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 25 TAHUN 1997 (25/1997) TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. DI HARI LIBUR DI PT. MATAHARI PUTRA PRIMA Tbk (HYPERMART) BANDUNG DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 13

BAB II PERJANJIAN KERJA DALAM PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA. Hubungan hukum yang terjadi antara pelaku usaha dan tenaga kerja adalah

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEKERJA, JAMINAN SOSIAL, DAN BPJS KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI SIDENRENG RAPPANG PROVINSI SULAWESI SELATAN

PEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14

BAB II PERJANJIAN KERJA SEBAGAI LANDASAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA. A. Pengertian dan Unsur-unsur dalam Perjanjian Kerja

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat melepaskan diri dari berinteraksi atau berhubungan satu sama lain

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TANGGUNGJAWAB PERUSAHAAN PENYEDIA JASA AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM YANG DILAKUKAN OLEH PEKERJA OUTSOURCING

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP JAMINAN SOSIAL PEKERJA 2.1 Pengertian Tenaga Kerja, Pekerja, dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja 1. Pengertian Tenaga Kerja Pengertian Tenaga Kerja dapat di tinjau dari 2 (dua) hal yaitu Pengertian tenaga kerja menurut sarjana dan pengertian tenaga kerja ditinjau dari segi Undang-Undang. Pengertian Tenaga Kerja Menurut Sarjana salah satunya adalah oleh Payaman J. Simanjuntak bahwa pengertian tenaga kerja atau manpower adalah mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari kerja dan yang melakukan pekerjaan lain seperti sekolah dan mengurus rumah tangga, jadi sematamata dilihat dari batas umur, untuk kepentingan sensus di Indonesia menggunakan batas umur minimum 15 tahun dan batas umur maksimum 55 tahun. 16 Imam Soepomo mengatakan istilah tenaga kerja sangat luas yaitu meliputi semua orang yang mampu dan dibolehkan melakukan pekerjaan, baik yang sudah mempunyai pekerjaan dalam hubungan kerja atau sebagai swapekerja maupun yang belum mempunyai pekerjaan. 17 Pengertian tenaga kerja ditinjau dari segi Undang-Undang yaitu dalam pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar 16 Lalu Husni, op.cit, h. 28 17 Imam Soepomo, 1970, Pengantar Hukum Perburuhan,Jambatan, Jakarta, h. 32 20

21 hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. 18 Selain itu pengertian tenaga kerja juga terdapat dalam pasal 1 angka 2 UUK yang menyebutkan bahwa pengertian tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Dari pengertian tersebut tampak perbedaan yakni dalam UUK tidak lagi memuat kata-kata baik di dalam maupun di luar hubungan kerja dan adanya penambahan kata sendiri pada kamilat memenuhi kebutuhan sendiri dan masyarakat. Pengurangan kata di dalam maupun di luar hubungan kerja pada pengertian tenaga kerja tersebut sangat beralasan karena dapat mengacaukan makna tenagakerja itu sendiri seakan-akan ada yang di dalam dan ada pula di luar hubungan kerja serta tidak sesuai dengan konsep tenaga kerja dalam pengertian yang umum. Demikian halnya dengan penambahan kata sendiri pada kalimat memenuhi kebutuhan sendiri dan masyarakat karena barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja tidak hanya untuk masyarakat tetapi juga untuk diri sendiri, dengan demikian sekaligus menghilangkan kesan bahwa selama ini tenaga kerja hanya bekerja untuk orang lain dan melupakan diri sendiri. Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Kelompok bukan angkatan kerja adalah : 1) Mereka yang dalam studi. 2) Golongan yang mengurus rumah tangga. 18 Abdul Khakim, 2014, Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia cetakan ke-4 Edisi Revisi, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, (selanjutnya disingkat Abdul Khakim I), h. 2

22 3) Golongan penerima pendapatan yakni mereka yang tidak melakukan aktivitas ekonomi tetapi memperoleh pendapatan misalnya pensiunan, penerima bunga deposito dan sejenisnya. 19 Sedangkan angkatan kerja terdiri dari yang bekerja dan yang masih mencari pekerjaan. Yang bekerja terdiri dari yang bekerja penuh dan setengah menganggur. Setengah menganggur memiliki beberapa cirri yakni: 1) Berdasarkan pendapatan, pendapatanya di bawah ketentuan upah minimum; 2) Produktivitas, kemampuan produktivitasnya di bawah standar yang ditetapkan; 3) Menurut pendidikan dan pekerjaan, sejenis pendidikannya tidak sesuai dengan pekerjaan yang ditekuni,lain-lain, jam kerja kurang dari standar yang ada, misalnya dalam ketentuan tenagakerjaan yang ada sekarang adalah, kurang dari 7 jam sehari dan atau 40 jam seminggu untuk waktu kerja 6 hari dalam seminggu. 20 2. Pengertian Pekerja Dalam UUK pasal 1 angka 4 memberikan pengertian pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Pengertian ini agak umum namum maknanya lebih luas karena mencakup semua orang yang bekerja pada siapa saja baik perorangan, persekutuan, badan hukum 19 Lalu Husni, op.cit, h. 29 20 Ibid, h. 29

23 dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. 21 Istilah pekerja/buruh yang sekarang disandingkan muncul karena dalam Undang-Undang yang lahir sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Buruh/Pekerja menyandingkan kedua istilah tersebut. 22 Munculnya istilah buruh/pekerja yang disejajarkan disebabkan selama ini pemerintah menghendaki agar istilah buruh diganti dengan istilah pekerja karena istilah buruh selain berkonotasi pekerja kasar juga menggambarkan kelompok yang selalu berlawanan dengan pihak majikan. 23 3. Pengertian Jaminan Sosial Tenaga Kerja Salah satu hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia adalah hak atas jaminan sosial. Oleh akrena itu, sering dikemukakan bahwa jaminan sosial merupakan program yang bersifat universal/umum yang harus diselenggarakan oleh semua Negara. Dalam kehidupan manusia selalu dihadapkan pada dua hal yang positif dan negatif, hal ini disebut dengan ketidakpastian. Ketidakpastian ini digolongkan ke dalam dua jenis yaitu: 1) Ketidakpastian spekulatif Dalam ketidkapastian spekulatif ini yang tidak pasti adalah hasilnya apakah menguntungkan atau tidak. 2) Ketidakpastian murni Dalam ketidakpastian murni semuanya serba tidak pasti baik mengenai penyebab atau kapan mulainya ketidak pastian ini, termasuk bagaimana 21 Ibid, h. 46 22 Ibid, h. 31 23 Ibid

24 hasil atau akibatnya. Yang jelas bahwa ketidakpastian jenis ini selalu tidak menguntungkan, cuma seberapa besar kerugian yang ditimbulkanya juga tidak pasti. 24 Ketidakpastian murni ini juga disebut sebagai resiko, yang mana resiko ini mempengaruhi produktivitas bagi tenaga kerja. Resiko adalah suatu kondisi yang mengandung kemungkinan terjadinya penyimpangan yang lebih buruk dari hasil yang diharapkan. 25 Resiko juga merupakan kerugian yang timbul di luar kesalahan salah satu pihak. 26 Pada dasarnya program jaminan sosial tenaga kerja bertujuan untuk meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan bagi tenagakerja. Iman Soepomo merumuskan jaminan sosial adalah pembayaran yang diterima pihak buruh dalam hal buruh di luar kesalahannya tidak melakukan pekerjaannya, jadi menjamin kepastian pendapatan (income security) dalam hal ini buruh kehilangan upahnya karena alasan di luar kehendaknya. 27 Kata pembayaran dalam definisi Imam Soepomo di atas mengandung makna bahwa pengertian yang dikemukakan sangatlah sempit, jauh dari apa yang sesungguhnya berkembang dalam praktik pemberian jaminan sosial di Indonesia saat ini. 28 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, pengertian jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari 130 24 Zaeni Asyhadie I, op.cit, h. 22 25 Junaedy, 2013, Hukum Asuransi Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, h. 40 26 Ahmadi Miru, 2011, Hukum Kontrak Perancangan Kontrak, Rajawali Pers, Jakarta, h. 27 28 Zaeni Asyhadie II, op.cit, h. 120 Ibid, h. 121

25 penghasilan yang hilang atau berkurang dalam pelayanan sebagai akibat peristiwa yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia. Jaminan sosial tenaga kerja selanjutnya di atur melalui Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelengara Jamaminan Sosial. 2.2 Pengertian Hubungan Kerja dan Pengusaha 1. Hubungan Kerja Hubungan kerja merupakan istilah pengganti untuk istilah hubungan perburuhan. Hubungan perburuhan yang merupakan terjemahan dari labour relation, pada permulaan perkembangannya membahas masalah masalah hubungan antara pekerja dan pengusaha. Dalam UUK istilah hubungan kerja dan hubungan industrial dibedakan pengertiannya. Yang dimaksud dengan hubungan industrial adalah suatu system hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah. 29 Hubungan industrial disebut juga dengan hubungan perburuhan atau industrial relation. 30 Hubungan industrial beritikan kejelasan hak dan kewajiban bagi pekerja/buruh dan pengusaha di dalam segala aspek yang bersifat kolektif. 31 Sedangkan hubungan kerja menurut Imam Soepomo yaitu suatu hubungan antara seorang buruh dan seorang majikan, dimana hubungan kerja itu terjadi setelah 29 I Made Udiana, 2015, Kedudukan dan Kewenangan Pengadilan Hubungan Industrial, Udayana University Press, Denpasar, h. 1 30 Ibid, h. 41 31 Abdul Khakim, 2015, Aspek Hukum Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Antara Peraturan dan Pelaksanaan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung,(selanjutnya disingkat Abdul Khakim II), h. 26

26 adanya perjanjian kerja antara kedua belah pihak. Mereka terikat dalam suatu perjanjian, di satu pihak pekerja/buruh bersedia bekerja dengan menerima upah dan pengusaha mempekerjakan pekerja/buruh dengan memberi upah. 32 Selain itu Husni berpendapat bahwa hubungan kerja ialah hubungan antara buruh dan majikan setelah adanya perjanjian kerja, yaitu suatu perjanjian di mana pihak buruh mengikatkan dirinya pada pihak majikan untuk bekerja dengan mendapatkan upah dan majikan menyatakan kesanggupannya untuk mempekerjakan si buruh dengan membayar upah. 33 Upah adalah imbalan dari pihak majikan yang telah menerima pekerjaan dari pihak buruh itu pada umumnya ialah tujuan dari buruh untuk melakukan pekerjaan. 34 Dalam Pasal 1 angka 15 UUK disebutkan bahwa hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah. Dengan demikian, jelaslah bahwa hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh. Berdasarkan pengertian tentang hubungan kerja di atas maka unsur hubungan kerja terdiri atas: a adanya pekerjaan; b upah; dan c perintah. 32 Abdul Khakim I, op.cit, h. 39 33 Abdul khakim I, op.cit, h. 39 34 Mokhammad Najih & Soimin, 2012, Pengantar Hukum Indonesia, Setara Press, Malang, h. 242

27 Adanya unsur pekerja dalam suatu hubunga kerja harus ada pekerjaan yang diperjanjikan, pekerjaan tersebut haruslah dilakukan sendiri oleh pekerja, hanya dengan seizin majikan dapat menyuruh orang lain. Sifat pekerjaan yang dilakukan pekerja itu sangat pribadi karena bersangkutan dengan keterampilan/keahliannya, maka menurut hukum jika pekerja meninggal dunia maka perjanjian kerja tersebut putus demi hukum. 35 Adanya unsur Perintah, manifestasi dari pekerjaan yang diberikan kepada pekerja oleh pengusaha adalah pekerja yang bersangkutan harus tunduk pada perintah pengusaha untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diperjanjikan. Disinilah perbedaan hubungan kerja dengan hubungan lainnya, misalnya hubungan antara dokter dengan pasien, pengacara dengan klien. Hubungan tersebut bukan merupakan hubungan kerja karena dokter, pengacara, tidak tunduk pada perintah pasien atau klien. 36 Adanya Upah, upah memegang peranan penting dalam hubungan kerja, bahkan dapat dikatakan bahwa tujuan utama seorang pekerja bekerja pada pengusaha adalah untuk memperoleh upah. Sehingga jika tidak ada unsur upah, maka suatu hubungan tersebut bukan merupkan hubungan kerja. Upah dalam ketentuan ketenagakerjaan minimal adalah Upah Minimum Provinsi atau Upah Minimum Sektoral Provinsi yang ditetapkan oleh gubernur. Pasal 90 ayat (1) UUK menyebutkan bahwa pengusaha 35 36 Lalu Husni, op.cit, h. 63 Ibid

28 dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum sebagaimana dimaksud dalam pasal 89. 37 2. Pengusaha Di dalam bukunya Imam Soepomo mengatakan istilah pengusaha secara umum menunjukan tiap orang yang melakukan suatu usaha, dan seorang majikan adalah seorang pengusaha dalam hubungannya dengan buruh. 38 Dalam pasal 1 angka 5 UUK pengusaha adalah : a Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri. b Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya. c Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf 1 dan b yang berkedudukan di luar indonesia. Selain pengertian pengusaha UUK juga memberikan pengertian pemberi kerja yakni orang perseorangan, pengusaha, badan hukum atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. Peraturan istilah pemberi kerja ini muncul untuk menghindari orang yang bekerja pada pihak lain yang tidak dikategorikan sebagai pengusaha khususnya bagi pekerja pada sektor informal. 37 Ibid 38 Imam Soepomo, 1970, Pengantar Hukum Perburuhan, Jambatan, Jakarta, h. 33

29 2.3 Hak dan Kewajiban Pekerja Hubungan kerja terjadi setelah adanya perjanjian kerja dan perjanjian kerja merupakan peristiwa hukum sehingga konsekuensi suatu hubungan kerja menimbulkan akibat hukum berupa hak dan kewajiban bagi para pihak, yakni pihak pengusaha dan pihak pekerja/buruh. Hak adalah kepentingan yang dilindungi oleh hukum. 39 Sedangkan kewajiban adalah norma hukum positif yang memerintahkan perilaku individu dengan menetapkan sanksi atas perilaku yang sebaliknya. 40 Pada dasarnya hubungan kerja merupakan hubungan yang mengatur/memuat hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha. Tenaga kerja atau buruh dengan perusahaan berada dalam hubungan kemitraan di bidang produksi sehingga keduanya dituntut untuk berbagi tanggung jawab. 41 Takaran hak dan kewajiban masing-masing pihak haruslah seimbang. Dalam konteks hubungan kerja, kewajiban para pihak berlangsung secara timbal balik artinya kewajiban pengusaha merupakan hak pekerja/buruh dan sebaliknya kewajiban pekerja/buruh merupakan hak pengusaha. Berikut ini adalah kewajiban para pihak berdasarkan KUH Perdata : Kewajiban pekerja/buruh 1. Melaksanakan tugas/pekerjaan sesuai yang diperjanjikan dengan sebaik- Kewajiban pengusaha 1. Membayar upah kepada buruh. 39 Ari Hernawan, 2013, Ketidakadilan Dalam Norma dan Praktik Mogok Kerja Di Indonesia, Udayana University Press, Denpasar, h. 60 40 Ibid, h. 61 41 Janus Sidabalok, 2012, Hukum Perusahaan, Nuansa Aulia, Bandung, h. 196

30 baiknya. 2. Melaksanakan pekerjaannya sendiri, tidak dapat digantikan oleh orang lain tanpa izin dari pengusaha. 3. Menaati peraturan dalam melaksanakan pekerjaan. 4. Menaati peraturan tata tertib dan tata cara yang berlaku di rumah/tempat majikan apabila bekerja tinggal di sana. 5. Melaksanakan tugas dan kewajibannya secara layak. 6. Membayar ganti rugi atau denda. 7. Kewajiban lainnya yang dimuat dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama, dengan syarat tidak melanggar 3 hal seperti diatur dalam pasal 1337 KUH Perdata. 42 2. Mengatur pekerjaan dan tempat kerja. 3. Memberi cuti/libur. 4. Mengurus perawatan/pengobatan buruh. 5. Memberikan surat keterangan. 6. Kewajiban lainnya yang dimuat dalam perjanjian kerja, peraturan perusaan, perjanjian mkerja bersama, dengan syarat tidak melanggar 3 hal seperti diatur dalam pasal 1337 KUH Perdata. Untuk melengkapi pemahaman mengenai hak dan kewajiban antara pengusaha dan pekerja/buruh, departemen tenaga kerja dan transmigrasi republik Indonesia memberikan uraian sebagai berikut: 42 Abdul khakim I, op.cit, h. 42

31 Pekerja/buruh 1. Atas upah setelah selesai melaksanakan pekerjaan sesuai dengan perjanjian. 2. Atas fasilitas lain, dana bantuan, dan lain-lain yang berlaku di perusahaan. Hak Pengusaha 1. Sepenuhnya atas hasil kerja pekerja/buruh. 2. Mengantur dan menegakkan disiplin, termasuk pemberian sanksi. 3. Atas perlakuan yang diskriminatif dari pengusaha. 4. Atas perlindungan keselamatan kerja, kesehatan, kematian dan penghargaan. 5. Atas kebebasan berserikat dan perlakuan HAM dalam hubungan kerja. 1. Melaksanakan tugas dengan baik sesuai dengan perjanjian kerja dan kemampuannya. Kewajiban 3. Atas tanggung jawab pekerja/buruh untuk kemajuan perusahaan. 1. Wajib membayar upah tepat pada waktu yang telah disepakati. 2. Melaksanakan tugas dan pekerjaannya tanpa bantuan orang lain. Kecuali diizinkan pengusaha. 3. Menaati segala peraturan dan tata tertib yang berlaku di perusahaan. 2. Menyediakan pekerjaan sesuai dengan perjanjian. 3. Menjamin kesehatan dan keselamatan kerja

32 4. Patuh dan menaati segala perintah yang layak dari pengusaha untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan perjanjian. 4. Member perintah yang layak dan tidak berlaku diskriminatif. 5. Menghormati hak kebebasan berserikat bagi pekerja/buruh dan perlakuan HAM dalam hubungan kerja. 43 Secara terperinci mengenai hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha biasanya dicantumkan dalam surat perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. Rincian ini dimaksudkan guna memberikan kepastian hukum tentang hak dan kewajiban para pihak. 2.4 Dasar Hukum Tenaga Kerja dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja 1. Dasar Hukum Tenaga Kerja Dasar hukum yang mengatur tentang tenaga kerja tertera pada UUK sebagai berikut : 1) Pasal 1 butir 1, pasal 1 butir 2, pasal 1 butir 3, pasal 1 butir 5, pasal 1 butir 4 pasal 1 butir 6, pasal 1 butir 31, mengenai pengertian ketenagakerjaan, tenaga kerja/buruh, perusahaan, pekerja dan pengertian kesejahteraan pekerja/buruh. 2) Pasal 2 mengenai landasan, asas dan tujuan. 43 Abdul khakim I, op.cit, h. 47

33 3) Pasal 50 mengenai hubungan kerja. 4) Pasal 67 mengenai perlindungan, pengupahan dan kesejahteraan. 5) Pasal 183 mengenai ketentuan pidana dan saksi administratif. 6) Pasal 191 mengenai ketentuan peralihan. 2. Dasar Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja a Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang tercantum pada: 1) Pasal 1 butir 1, pasal 1 butir 2, pasal 1 butir 3, pasal 1 butir 11, mengenai pengertian jaminan sosial, asuransi sosial dan pengertian pekerja. 2) Pasal 2 mengenai asas, tujuan dan prinsip penyelenggaraan. 3) Pasal 13 ayat 1 mengenai kewajiban pemberi kerja dalam program jaminan sosial tenaga kerja. 4) Pasal 18 mengenai jenis-jenis program jaminan sosial. 5) Pasal 52 ayat 1 dan ayat 2 mengenai ketentuan peralihan. b Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. 1) Pasal 1 butir 2, pasal 1 butir 8 mengenai pengertian jaminan sosial dan pengertian pekerja. 2) Pasal 2 mengenai asas. 3) Pasal 3 mengenai tujuan.

34 4) Pasal 4 pengenai prinsip. 5) Pasal 5 mengenai pembentukan. 6) Pasal 6 mengenai ruang lingkup. 7) Pasal 54 mengenai sanksi. 8) Pasal 57 megenai ketentuan peralihan.