Pernyataan Bersama Pertemuan ke 16 Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN+3. 3 Mei 2013, Delhi, India

dokumen-dokumen yang mirip
Sambutan Pembukaan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Joint IMF-Bank Indonesia Conference. Development. Jakarta, 2 September 2015

Pernyataan Bersama Para Menteri Keuangan Pada Pertemuan Para Menteri Keuangan ASEAN ke-17

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KETERANGAN PERS

GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY. (Nugraha Adi) I. Latar Belakang

Persetujuan Pembentukan Kantor Kajian Ekonomi Makro ASEAN+3 ( AMRO ) PARA PIHAK,

Departemen Internasional BANK INDONESIA 27 Januari 2017

Sambutan Utama. Gubernur Agus D.W. Martowardojo. Pada Seminar Internasional IFSB. Meningkatkan Keuangan Inklusif melalui Keuangan Islam


LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Peran perbankan yang profesional semakin dibutuhkan guna

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya, maka

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21

menyebabkan meningkatnya risiko gagal bayar (default risk). Hal ini berpotensi mengganggu kestabilan sistem keuangan dan ekonomi makro seperti yang

Banking Weekly Hotlist (24 Juli 28 Juli 2017)

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2007 telah berkembang

Kebangkitan Regionalisme Asia. Ringkasan Eksekutif

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. perumahan (subprime mortgage default) di Amerika serikat. Krisis ekonomi AS

PROSPEK DUNIA USAHA DAN PEMBIAYAANNYA OLEH PERBANKAN SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA TGL. 7 J J U U N N II

Kajian Tengah Waktu Strategi Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

Bernavigasi melewati Kerentanan

Indonesia, G20 dan Komitmen Anti Korupsi

Laporan Delegasi Indonesia pada High-level Dialogue Regional Economic Cooperation and Integration, UN-ESCAP 21 April 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Gambaran Umum G20. Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Multilateral dan Pembiayaan. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%

Laporan Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Dalam Acara: Peluncuran Global Master Repurchase Agreement Indonesia.

Laporan Perekonomian Indonesia

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)

Menata dan Memperkuat Perbankan Indonesia, Menyongsong Pemulihan Ekonomi Global

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ASIAN DEVELOPMENT BANK OPERASI SEKTOR SWASTA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang

BAB I PENDAHULUAN. secara mikro maupun secara makro. Indonesia merupakan salah satu negara

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011

Dhiani Dyahjatmatmayanti, S.TP., M.B.A.

Peresmian Forum Sistem Pembayaran Indonesia

Presented by: M Anang Firmansyah IMF. system Perserikatan Bangsa-bangsa yang didirikan berdasarkan perjanjian

2. Kami menyambut baik adanya kegiatan dialog nasional yang mengangkat tema Prediksi Industri Properti ke Depan dan Memperkuat Keberpihakan

Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK

Para Direktur Kepatuhan Perbankan dan Pimpinan Perbankan lainnya;

FASILITAS PENJAMINAN KREDIT DAN INVESTASI PASAL PERSETUJUAN

BAB I PENDAHULUAN. Singapore yang telah mengadopsi Kerangka Basel II tentang Risk Based Capital

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

Tim Statistik Sektor Riil BERITA PROPERTI. Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter. Edisi Perdana

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

Memperkuat Ketahanan, Mendorong Momentum. Pemulihan Ekonomi Nasional. Ringkasan Eksekutif

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

BAB I PENDAHULUAN. penyatuan dua perusahaan atau lebih menjadi satu kekuatan, pada umumnya

Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik

Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perbankan memiliki peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. modal terutama terjadi dari negara-negara yang relatif kaya modal yaitu umumnya

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi


TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21/PBI/2014 UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK DAN SURAT EDARAN NO.16/24/DKEM

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Roadmap Perbankan Syariah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara umum, bank yang sehat adalah bank yang menjalankan fungsifungsinya

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

SIARAN PERS. Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

BAB I PENDAHULUAN. dengan kesempatan (opportunity). Sedangkan ketidakpastian yang berdampak. merugikan dikenal dengan istilah resiko (risk).

Jakarta, 10 Maret 2011

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau surat berharga. Financial Market sendiri terbagi menjadi dua yaitu Capital

Assalamu alaikum Wr. Wb. Selamat Pagi dan Salam Sejahtera bagi kita semua

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. arus modal dunia yang dipengaruhi oleh berakhirnya era quantitative easing (QE)

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Transkripsi:

The Joint Statement of the 16 th ASEAN+3 Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting Pernyataan Bersama Pertemuan ke 16 Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN+3 3 Mei 2013, Delhi, India I. Pembukaan 1. Kami, para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN, China, Jepang, dan Korea (ASEAN+3), mengadakan pertemuan ke-16 di Delhi, India, di bawah keketuaan bersama H.E Pehin Dato Abd Rahman Ibrahim, Menteri Keuangan II Brunei Darussalam dan H.E Zhu Guangyao, Wakil Menteri Keuangan Republik Rakyat China. Presiden Asian Development Bank (ADB), Direktur ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) dan Deputi Sekretaris Jenderal ASEAN juga turut hadir dalam pertemuan kali ini. 2. Kami bertukar pandangan mengenai perkembangan terkini dan respon kebijakan atas ekonomi regional dan global. Kami mengkaji kemajuan kerja sama keuangan regional yang dicapai sejak pertemuan terakhir, yang mencakup Chiang Mai Initiative Multilateralisation (CMIM), AMRO, The Asian Bond Market Initiative (ABMI), The ASEAN+3 Research Group (RG), dan Future Priorities. Kami juga berdiskusi mengenai upaya-upaya dalam rangka memperkuat kerja sama keuangan regional di masa mendatang. 3. Dapat kami sampaikan pula bahwa kami telah menyelesaikan amandemen Perjanjian CMIM, mencapai konsensus pada konsep perjanjian AMRO untuk menjadikan AMRO sebagai organisasi internasional, dan menyetujui rencana kerja implementasi ABMI New Roadmap+. Capaian ini akan menjadi langkah yang signifikan ke depan dalam rangka memperkuat jarring pengaman keuangan regional serta berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dan integrasi regional. II. Perkembangan Terkini Ekonomi dan Keuangan di Kawasan 4. Kami mencatat bersama bahwa meskipun kondisi perekonomian dan pasar keuangan global saat ini sedang dalam kondisi yang tidak menentu, kawasan ASEAN+3 mencatat pertumbuhan yang stabil tahun lalu dan siap untuk melanjutkan momentum ini pada tahun 2013. Ketahanan perekonomian kawasan dipengaruhi oleh permintaan domestik yang kuat, intermediasi keuangan yang efektif dari sistem perbankan yang sehat, dan kebijakankebijakan makroekonomi yang baik. 5. Kondisi perekonomian dan keuangan global telah mengalami peningkatan, namun kami tetap menyadari akan resiko-resiko yang masih perlu dihadapi. Ketidakpastian kebijakan,

penurunan leverage sektor swasta (private deleveraging), pengetatan fiskal (fiscal drag), dan intermediasi kredit terus membebani prospek pertumbuhan global. Kami juga sadar bahwa penimbunan likuiditas global yang masih terus berlanjut dapat berpotensi meningkatkan aktivitas spekulatif dan leverage yang berlebih (excessive risk taking and leverage), ekspansi kredit, dan penggelembungan harga aset (asset bubble). Kami akan terus waspada terhadap efek negatif yang akan muncul dari berlanjutnya periode pelonggaran kebijakan moneter di tingkat global terhadap kawasan sebagaimana risk-on and risk-off sentiment di pasar keuangan global yang dapat meningkatkan volatilitas arus modal dan mempengaruhi stabilitas keuangan regional. Kami sependapat bahwa kebijakan moneter seharusnya berorientasi pada tujuan dalam lingkup domestik, seperti untuk stabilitas harga domestik, melanjutkan dukungan terhadap pemulihan ekonomi dan menjaga stabilitas keuangan sesuai dengan mandat yang dimiliki oleh masing-masing bank sentral. 6. Memperhatikan keadaan-keadaan tersebut, kami berkomitmen kuat untuk meningkatkan usaha-usaha dalam rangka merespon resiko-resiko tersebut, melalui penyesuaian atas kebijakan makroekonomi, serta jika diperlukan juga menerapkan kebijakan makro ekonomi yang berhati-hati, serta melalui peningkatan lebih lanjut kerja sama keuangan di kawasan. III. Penguatan Kerja Sama Keuangan Regional Chiang Mai Initiative Multilateralisation (CMIM) 7. Kami mengapresiasi hasil kerja yang telah dilakukan oleh para Deputi untuk melakukan amandemen Perjanjian CMIM untuk merefleksikan ketentuan-ketentuan dalam rangka penguatan CMIM sebagaimana disetujui pada Mei 2012. Berkenaan dengan hal tersebut, para Menteri Keuangan menyambut keterlibatan Gubernur Bank Sentral pada proses pengambilan keputusan hal-hal fundamental dalam CMIM. Pada saat yang bersamaan, kami juga tetap berkomitmen untuk memastikan bahwa CMIM siap beroperasi, dan menginstruksikan para Deputi untuk melanjutkan penyelesaian revisi Petunjuk Operasional CMIM sampai pada pertemuan para Menteri Keuangan dan Bank Sentral ASEAN+3 berikutnya di tahun 2014. 8. Kami menyambut baik hasil kerja para Deputi dan AMRO untuk mengembangkan matriks Economic Review and Policy Dialogue (ERPD). Matriks tersebut akan berisi indikatorindikator ekonomi seluruh Negara ASEAN+3 dan akan memfasilitasi proses penilaian kualifikasi para anggota ASEAN+3 dalam rangka fasilitas pencegahan krisis CMIM. Kami menginstruksikan pada Deputi dan AMRO untuk melanjutkan penyelesaian matriks ERPD dalam rangka implementasi CMIM. 9. Kami melanjutkan komitmen untuk lebih memperkuat CMIM sebagai bagian dari jaring pengaman keuangan kawasan. Menyadari bahwa peningkatan penggunaan mata uang lokal untuk perdagangan, investasi, transaksi modal, pengurangan volatilitas arus modal masuk dan keluar akan membantu mitigasi dampak resiko eksternal, kami menyetujui kajian lebih

lanjut mengenai Langkah-Langkah untuk Meningkatkan Penggunakan Mata Uang Lokal dalam Kerangka CMIM dan Respon Bersama atas Arus Modal pada Level ASEAN+3. Kami menginstruksikan para Deputi untuk mempertimbangkan langkah-langkah dalam rangka menjalin hubungan kerja sama yang efektif dengan International Moneteray Fund (IMF) dan institusi keuangan multilateral lainnya, terutama terkait dengan aktivitas pemantauan dini (surveillance), pengaturan dukungan likuiditas, dan pengembangan kapasitas. ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) 10. Kami menyambut baik kemajuan pesat yang telah dicapai oleh AMRO sebagai unit pemantauan dini regional yang independen sejak pendiriannya pada tahun 2011, khususnya dalam memantau perekonomian regional dan berkontribusi efektif dalam pengambilan keputusan CMIM. Kami mendorong AMRO untuk melanjutkan identifikasi terhadap resiko-resiko dan tantangan yang dihadapi di kawasan dengan baik dan tepat waktu. Kami berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas organisasi AMRO. 11. Dalam rangka konsolidasi lebih lanjut, kami sepakat untuk melakukan transformasi AMRO menjadi organisasi internasional. Hal ini menandai langkah yang penting untuk meningkatkan efektivitas kerja sama keuangan ASEAN+3. Kami telah mencapai konsensus pada konsep Perjanjian AMRO dan akan melanjutkan dengan proses domestik secepatnya dalam rangka penandatanganannya agar dapat segera berlaku efektif. Hal tersebut diharapkan untuk dapat membuat AMRO mampu melaksanakan kegiatan pemantauan dini secara kredibel, sebagai sebuah organisasi internasional yang independen, dan berkontribusi lebih lanjut dalam rangka stabilitas keuangan regional, sejalan dengan penguatan fungsi CMIM. 12. Kami juga mendorong AMRO untuk meningkatkan kerja sama dengan institusi keuangan regional dan multilateral yang relevan, termasuk ADB, IMF, dan The Bank for International Settlements (BIS), terutama pada hal-hal yang dapat memperkuat kapasitas institusional AMRO. 13. Kami menyambut baik hasil Host Country Memorandum of Understanding (MoU) antara Singapura dan AMRO serta memberikan apresiasi terhadap Singapura untuk komitmennya menyediakan fasilitas yang diperlukan AMRO dalam kapasitasnya sebagai host country. Kami juga menyambut finalisasi Headquarters Agreement (HQA) antara Singapura dan AMRO yang akan disahkan saat AMRO telah resmi menjadi organisasi internasional.

Asian Bond Market Initiative (ABMI) 14. Kami mencatat kemajuan terus menerus ABMI dalam mempromosikan fasilitasi penerbitan obligasi berdenominasi mata uang lokal, sejalan dengan peningkatan kerangka regulasi dan infrastruktur yang terkait untuk pasar obligasi kawasan. Terkait dengan kondisi volatilitas yang meningkat di pasar keuangan global, usaha kami di bawah kerangka ABMI untuk mengembangkan efisiensi dan likuiditas pasar obligasi regional akan membantu mengurangi volatilitas dan berkontribusi untuk stabilitas ekonomi dan keuangan di kawasan. 15. Kami menyambut baik inagurasi transaksi the Credit Guarantee and Investment Facility (CGIF) dan berharap CGIF dapat mencari lebih banyak peluang dalam rangka menyediakan fasilitas penjaminan bagi penerbitan obligasi di kawasan. Kami mencatat laporan hasil studi tahap kedua ASEAN+3 Bond Market Forum (ABMF) dan menunggu diskusi lebih lanjut mengenai isu-isu yang berkembang. Kami menggarisbawahi pentingnya diskusi yang melibatkan publik-swasta diantara pelaku pasar, regulator, dan pembuat keputusan. Kami menyambut baik penyelesaian kajian mengenai penilaian kembali terkait pendirian Regional Settlement Intermediary (RSI). Kami sepakat untuk mendirikan Cross Border Settlement Infrastructure Forum, yang akan melibatkan peserta secara sukarela dari negara anggota, untuk berdiskusi secara detail mengenai rencana kerja dan proses terkait untuk meningkatkan penyelesaian transaksi lintas batas di kawasan termasuk kemungkinan pendirian RSI. Sebagai bagian dari usaha peningkatan kapasitas pemeringkat kredit di kawasan, kami mendorong dilakukannya studi oleh Research Group. Kami juga menyambut baik selesainya program bantuan teknik yang telah diberikan untuk Indonesia, Laos, Myanmar, dan Vietnam, dan mencatat kemajuan program bantuan teknik untuk Filipina di bawah Technical Assistance Coordination Team (TACT). 16. Kami sepakat dengan rencana kerja yang telah disiapkan oleh Taskforce ABMI dengan petunjuk Deputi untuk mengimplementasikan ABMI New Roadmap+ dengan sembilan prioritas yang disepakati pada Mei 2012. Kami berharap Taskforce dimaksud dapat berkerja sesuai rencana yang telah dibuat dengan dukungan dari ADB, untuk mencapai tujuantujuan yang nyata. 17. Lebih lanjut, kami menyadari potensi yang besar dari ABMI dalam mengembangkan instrumen utang dan memperkuat investasi obligasi untuk membantu menghubungkan likuiditas tabungan dengan pembangunan insfrastruktur di kawasan. Kami mendorong inisiatif Fostering Infrastructure Bonds Development, yang bertujuan untuk mempromosikan penerbitan dan permintaan obligasi pembiayaan infrastruktur. Kami berharap Taskforce ABMI dapat mengembangkan rencana kerja secara mendetail, termasuk dalam mendorong peran sektor swasta dan memperhatikan upaya-upaya kawasan dalam meningkatkan sinergi. 18. Kami mencatat bahwa Asian Bond Fund (ABF) di bawah pertemuan eksekutif bank sentral Asia Timur Pasifik telah berkontribusi untuk meningkatkan permintaan pasar obligasi

ASEAN+3 Research Group (RG) 19. Kami mengapresiasi upaya-upaya dan mencatat temuan-temuan yang telah dibuat oleh Research Group untuk kajian periode tahun 2012/2013 dengan tema The International Discussion on the Credit Rating Agency and Enhancing Infrastructure to Strengthen the Regional Credit Rating Capacity In the ASEAN+3 Region. Kami menyetujui dua topik studi baru untuk kajian tahun 2013/2014, yaitu: (i) The Policy Recommendations for the Expansion of the Securitization Market in the ASEAN+3 Countries dan (ii) SWOT Analysis on the Capital Market Infrastructures in the ASEAN+3 Member Countries and Its Implications. Future Priorities of the ASEAN+3 Financial Cooperation 20. Kami menyambut baik kemajuan studi tahap kedua dari masing-masing tiga kemungkinan area untuk kerja sama keuangan ASEAN+3, yaitu: (i) pembiayaan infrastruktur, (ii) asuransi resiko bencana alam, dan (iii) penggunaan mata uang local untuk perdagangan regional. Kami menginstruksikan para Deputi untuk melanjutkan studi secara lebih dalam, dengan dukungan dari ADB dan Bank Dunia, dan menanti rekomendasi kebijakan yang akan berkontribusi dalam pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif serta perkembangan di kawasan. IV. Kesimpulan 21. Kami menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Brunei Darussalam dan Republik Rakyat China untuk pengaturan yang luar biasa sebagai Ketua bersama proses Menteri Keuangan dan Bank Sentral ASEAN+3 di tahun 2013. Kami juga berterima kasih kepada Pemerintah India atas keramahannya. 22. Kami sepakat untuk bertemu di Astana, Kazakhstan pada 2014. Myanmar dan Jepang akan memimpin proses Menteri Keuangan dan Bank Sentral ASEAN+3 di tahun 2014.