Tabel : Epidemiologi PD (Connlolly & Lang, 2014).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. neuron dopaminergik ganglia basalis terutama pada substansia nigra pars kompakta

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. bersifat progresif. Penyakit ini merupakan penyakit neurodegeneratif tersering

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari resting tremor, rigiditas dan akinesia atau bradikinesia, yang disertai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM), atau lebih dikenal dengan istilah kencing manis,

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, yang mengakibatkan kelainan signifikan dan gangguan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. mengapa seseorang butuh tidur akan lebih jelas bila dilihat dari akibat bila

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. kulit, membran mukosa maupun keduanya, secara histologi ditandai dengan

ABSTRAK PROFIL PIODERMA PADA ANAK USIA 0-14 TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PERIODE JUNI JUNI 2016

06/03/2018 TUJUAN. Diakhir kuliah mahasiswa memiliki pengetahuan tentang konsep dasar epidemiologi deskriptif. Pertemuan 4 - Epidemiologi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik

POLA PEWARISAN PENYAKIT HIPERTENSI DALAM KELUARGA SEBAGAI SUMBER BELAJAR GENETIKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang

BAB 1. PENDAHULUAN. Nyeri kepala mungkin merupakan bagian terbesar dari penderitaan manusia,

Gambaran fungsi kognitif penderita parkinson di Poliklinik Saraf RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

Nutrisi dan penyakit Alzheimer: Peran merugikan dari diet karbohidrat tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

PTSD POSTTRAUMATIC STRESS DISORDER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di seluruh negara-negara industri stroke merupakan. problem kesehatan besar. Penyakit ini masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Vitiligo merupakan penyakit yang tidak hanya dapat menyebabkan gangguan

Topik 3 Analisis Genetik Hk. Mendel

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

MEMBENTUK KEHIDUPAN BARU. Yulia Ayriz, Ph. D. Dr. Rita Eka izzaty, M. Si.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi rantai globin mengalami perubahan kuantitatif. Hal ini dapat menimbulkan

NUTRIGENOMIK. Titta Novianti

Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)

APAKAH INI DITURUNKAN?

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &

Riwayat Alamiah Penyakit PERTEMUAN 6 IRA MARTI AYU FIKES/ KESMAS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA RPP ANATOMI, FISIOLOGI, DAN GENETIKA. : Memahami garis besar materi perkuliahan

BAB 1 PENDAHULUAN. kasus diantaranya menyebabkan kematian (Li et al., 2012; Hamdi and Saleem,

Ringkasan Materi Genetika. Pewarisan Sifat pada Ekstrakromosom

REFERAT Gangguan Afektif Bipolar

BAB 1 PENDAHULUAN. kardiovaskular dan infeksi (Hauptman, et.al., 2013). Berdasarkan Global Health

PERVASIVE DEVELOPMENTAL DISORDER (lanjutan) Dr. Ika Widyawati, SpKJ(K)

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di

BAB I PENDAHULUAN. penyebab disabilitas dengan prevalensi seumur hidup berkisar antara 0,5-

BAB 1 PENDAHULUAN. usia masa puncak produktif dan menempati urutan kedua penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. Dasar terjadinya diabetes melitus tipe 2 (DMT2) adalah resistensi insulin dan

GLYCOGEN STORAGE DISEASE TIPE 1a

BAB I. Pendahuluan. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karsinoma larings merupakan keganasan yang cukup sering dan bahkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap grade osteoarthritis menurut Kellgren dan Lawrence. Diagnosis. ditegakkan berdasarkan klinis dan radiologinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GLIAL CELLS, UBIQUITIN PROTEOSUM SYSTEM AND PARKINSON DISEASE UBIQUITIN PROTEASOME DAN PENYAKIT PARKINSON

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. menjadi penyebab paling umum dari kecacatan fisik maupun mental pada usia

Pewarisan sifat ekstrakromosom

PENYAKIT PARKINSON. Mr. Muhamad Ali. 1/2/2009 Zullies Ikawati's Lecture Notes 1

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien, keluarga, maupun tenaga kesehatan yang merawat, karena tidak menonjol

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga

BAB 1 PENDAHULUAN. hampir sepertiga masa hidup kita dihabiskan dengan tidur (Kryger, 2005).

Gangguan Mental Organik (GMO) Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sekitar 285 juta orang mengalami gangguan penglihatan dan 39 juta orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

PENGARUH METODE SENAM PARKINSON UNTUK MENINGKATKAN KESEIMBANGAN PADA PENDERITA PARKINSON DESEASE

MOVEMENT DISORDER. Steven Martin F

BAB I PENDAHULUAN. Selama tiga dasawarsa terakhir, kanker ovarium masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Stroke adalah sindroma yang ditandai oleh onset. akut defisit neurologis/ gangguan fungsi otak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (American Academy of Pediatrics, 2008). Penyebab demam pada pasien

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB V PEMBAHASAN. mencapai lebih dari 50% (Tesfaye dan Selvarajah, 2012). Pada penelitian ini,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis akut adalah peradangan dari apendiks vermiformis, merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) adalah suatu karsinoma epitel skuamosa yang timbul

BAB 1 PENDAHULUAN. kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin. (Awad,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GANGGUAN BIPOLAR PENDAHULUAN

commit to user BAB V PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

2016 SINTESIS NANOPARTIKEL MAGNETITE - EKSTRAK BIJI KARABENGUK

Toksikologi lingkungan dan genetika

BAB I PENDAHULUAN. Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit kronik adalah suatu kondisi dimana terjadi keterbatasan

Karakteristik Tumor Infratentorial dan Tatalaksana Operasi di Departemen Bedah Saraf Fakultas Kedokteran UI/RSUPN Cipto Mangunkusumo Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

ALEL OLEH : GIRI WIARTO

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MIPA

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dari rata-rata nasional (1,4%), yaitu pada urutan tertinggi ke-6 dari 33 provinsi

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Attention deficit/hyperactivity disorder (ADHD) atau gangguan pemusatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Transkripsi:

A. Epidemiologi Penyakit ini ditemukan pada semua kelompok etnis, tetapi prevalensinya berbeda secara geografis. PD umumnya terjadi pada rentang usia 45 70 tahun, dan puncaknya pada usia 60 tahun. Sekitar 4% dari pasien memiliki gejala klinis dari penyakit ini sebelum usia 50 tahun dan jarang terjadi pada usia kurang dari 30 tahun. Sekitar 1-2% dari populasi di atas 65 tahun menderita PD. Angka ini meningkat menjadi 3% sampai 5% pada orang usia > 85 tahun. PD lebih sering pada laki-laki dibandingkan perempuan. Karena PD terutama terjadi pada usia yang tua, prevalensinya lebih tinggi pada negara maju dibandingkan dengan negara berkembang, dikarenakan pada Negara maju penduduknya cendrung hidup lebih lama. Prevalensi di Eropa menemukan kejadiannya antara 100 dan 200 per 100.000 penduduk. Rasio insiden PD dalam studi berbasis populasi di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat berkisar 8,6-19,0 per 100.000 penduduk saat kriteria diagnostik yang ketat dari PD yang diterapkan (Alves et al., 2008; Ropper et al., 2014). Tabel : Epidemiologi PD (Connlolly & Lang, 2014). B. Etiologi 1. Faktor Linkungan Sampai akhir 1990-an, diperkirakan penyakit Parkinson disebabkan semata-mata oleh faktor lingkungan. Sejak itu, studi epidemiologi telah menunjukkan hubungan parkinson dengan faktor lingkungan yang berbeda, termasuk bahan kimia (terutama 1-methyl-4-phenyl-1,2,5,6- tetrahydropyridine [MPTP]) dan trauma kepala yang serius. Penelitian juga menunjukkan bahwa paparan sederhana untuk faktor lingkungan yang terkait tidak cukup untuk menyebabkan

penyakit (misalnya, beberapa individu dengan eksposur yang pasti tidak menunjukan gejala klinis parkinsonisme) (Farlow et al., 2014). 2. Herediter Penelitian telah menunjukan bentuk Mendel penyakit Parkinson di mana mutasi gen tunggal sebagai penyebab dan faktor-faktor predisposisi seorang individu untuk berkembang menjadi PD dalam keluarga kurang menunjukan pola pewarisan Mendel. Mutasi gen tunggal menimbulkan bentuk Mendel penyakit Parkinson yang dapat diwariskan secara autosomal dominan, autosomal resesif, atau, X-linked. Penemuan bahwa varian patogen di sejumlah gen menyebabkan penyakit Parkinson menunjukkan bahwa gangguan proses biologis yang berbeda menimbulkan penyakit Parkinson. Sampai saat ini tiga proses seluler yang berbeda tetapi saling berhubungan tampaknya terlibat: transmisi sinaptik, kontrol kualitas mitokondria, dan lysosome-mediated autophagy (Farlow et al., 2014).

Tabel : Molekuler Genetik PD (Farlow et al., 2014).

Tabel : Genetik Utama yang terkait PD (Ropper et al., 2014). 3. Multifaktor dan penyebab yang tidak diketahui Monogenik (Mendel) penyebab penyakit Parkinson ditemukan < 5% dari semua orang dengan penyakit Parkinson, menunjukkan bahwa variasi genetik pada lokus tambahan yang tidak diketahui berkontribusi terhadap risiko penyakit. Pendekatan seperti genome-wide association studies (GWAS) telah mengidentifikasi beberapa daerah genom dan gen-gen tertentu sebagai faktor kerentanan mungkin untuk penyakit Parkinson. Namun, yang penting adalah tetap mengeksplorasi implikasi patologis dan klinis kerentanan lokus, serta untuk mengeksplorasi gen dan interaksi antara gen dan lingkungan (Farlow et al., 2014). C. Patogenesis Gejala motorik yang menjadi kunci pada PD adalah akibat dari degenerasi neuron yang memproduksi dopamin dalam pars kompakta dari substansia nigra dan lokus seruleus di batang otak. Namun, PD adalah gangguan klinis yang kompleks yang meliputi gangguan penciuman, disfungsi otonom (misalnya, konstipasi, denervasi jantung), gangguan tidur (misalnya, rapid-eye movement [REM] behavior disorder), dan perubahan mood dan kognisi. Atas dasar gejala klinis ini adalah patologi yang melibatkan neuron luar substantia nigra (misalnya, meduler dan nukleus olfatori). Ciri patologis dari PD adalah adanya inklusi sitoplasma eosinofilik, disebut badan Lewy, dalam banyak neuron yang masih hidup. Ketika gejala menjadi terbukti secara klinis, 60% dari neuron dopaminergik di substansia nigra telah hilang, dan tingkat dopamin basal ganglia (striatal) mengalami penurunan sebesar 80%. Penyebab yang tepat dari degenerasi sel dopaminergik dalam nigra substantia tidak diketahui, tetapi kemajuan terbaru dalam genetika molekuler telah mengklarifikasi pengaruh genetik yang berkontribusi terhadap pengembangan toksisitas neuronal dan parkinsonisme di sangat penetran, autosomal dominan atau autosomal resesif keluarga dengan PD. Mutasi pada 6 gen (SPMB, LRRK2, PRKN, DJ1, PINK1, dan

ATP13A2) telah meyakinkan telah terbukti menyebabkan parkinsonisme familial. Selain itu, variasi umum dalam tiga gen (MAPT, LRRK2, dan SPMB) dan loss-offunction mutations di GBA telah divalidasi sebagai faktor kerentanan untuk PD. Gen-gen ini mengkodekan protein seperti α-synuclein, yang terlibat dalam folding, trafficking, and clearance protein intraseluler dan dalam menjaga fungsi mitokondria. Mutasi gen menyebabkan kesalahan protein intraseluler, peningkatan stres oksidatif, pembentukan radikal bebas, dan penipisan energi dalam sel, menyebabkan kerusakan oksidatif dan kematian sel (Deligtisch et al., 2012). Daftar Pustaka Connlolly BS, Lang AE, 2014. Pharmacological Treatment of Parkinson Disease. JAMA. 2014;311(16):1670-1683. Available from: http://jama.jamanetwork.com/article.aspx? articleid=1861807. (Accessed: 2015, April 17) Ropper AH, Samuels M, Klein J, 2014. Adams & Victor s Principles of Neurology. 10 th ed. New York: McGraw-Hill Education; pp. 1082 1095. Deligtisch A, Ford B, Geyer H, Bressman SB, 2012. Movement Disorder. In: Brust JCM, editor. Current Diagnosis and Treatment in Neurology 2 nd ed. New York: Lange Medical Books/McGraw-Hill Medical, pp.240-248. Farlow J, Pankratz ND, Wojcieszek J, Foround T, 2014. Parkinson Disease Overview. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/nbk1223/. (Accessed: 2015, April 17) Alves G, Forsaa EB, Pedersen KF, Gjerstad MD, Larsen JP, 2008. Epidemiology of Parkinson Disease. J Neurol (2008) 255 [Suppl 5]:18 32. Available from: http://www.researchgate.net/profile/kenn_freddy_pedersen/publication/225692669_epi demiology_of_parkinsons_disease/links/02a49ee6b510eba5ae0a6249.pdf. (Accessed: 2015, April 17)