BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) 9) terjadinya komplikasi pada mukosa.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: faktor keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel 343 KK. Adapun letak geografis Kecamatan Bone sebagai berikut :


HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara langsung maupun tidak langsung oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah.

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013

BAB 5 : PEMBAHASAN. penelitian Ginting (2011) di Puskesmas Siantan Hulu Pontianak Kalimantan Barat mendapatkan

KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

PENGELOLAAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA I

KUESIONER PENELITIAN

PENGELOLAAN AIR LIMBAH KAKUS I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya (Abdullah, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

Oleh: Aulia Ihsani

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. selama hidupnya selalu memerlukan air. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Adanya kebutuhan fisiologis manusia seperti. mencakup kepemilikan jamban sebagai dari kebutuhan setiap anggota keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

PENGELOLAAN AIR LIMBAH

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UPAYA PENCEGAHAN DIARE PADA ANAK USIA TODDLER PREVENTION EFFORT OF DIARRHEA TO TODDLER

PANDUAN WAWANCARA PENDERITA TB PARU DI KLINIK SANITASI

HUBUNGAN SANITASI DASAR RUMAH DAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA BENA NUSA TENGGARA TIMUR

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam faeces (Ngastiah, 1999). Menurut Suriadi (2001) yang encer atau cair. Sedangkan menurut Arief Mansjoer (2008) diare

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa pengertian kaitannya dengan PHBS adalah

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Berapa penghasilan rata-rata keluarga perbulan? a. < Rp b. Rp Rp c. > Rp

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. merupakan Panti Asuhan yang menampung anak-anak terlantar dan yang sudah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

6

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi dari ancaman yang merugikannya. perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Mewujudkan misi Indonesia sehat 2010 maka ditetapkan empat misi

BAB I PENDAHULUAN. Diare merupakan salah satu dari gangguan kesehatan yang lazim. dan Indonesia (Ramaiah, 2007:11). Penyakit diare merupakan masalah

KUISIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT TENTANG SANITASI DASAR DAN RUMAH SEHAT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk

PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN SALURAN AIR BEKAS MANDI DAN CUCI

ANALISIS DISTRIBUSI PENYAKIT DIARE DAN FAKTOR RESIKO TAHUN 2011 DENGAN PEMETAAN WILAYAH DI PUSKESMAS KAGOK SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kebutuhan air kita menyangkut dua hal. Pertama, air untuk

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa. Untuk pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Diare 9) 1. Definisi Diare Secara operasional, didefinisikan bahwa diare adalah buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) 9) 2. Jenis Diare 1. Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari tujuh hari). Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare. 9) 2. Disentri yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri adalah anokreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan terjadinya komplikasi pada mukosa. 9) 3. Diare persisten yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme. 9) 4. Diare dengan masalah lain Anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti : demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya. Tatalaksana penderita diare tersebut diatas selain berdasarkan acuan baku tata Laksana diare juga tergantung pada penyakit yang menyertainya. 9) 6

7 B. Etiologi dan Epidemologi 10) 1. Etiologi Penyebab diare dapat dikelompokkan dalam enam besar, yaitu : infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immuno defisiensi dan sebabsebab lain. Yang sering ditemukan di lapangan adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan. Infeksi oleh bakteri seperti : Shigella, salmonella, e-coli, golongan vibrio, sedangkan keracunan oleh bahanbahan kimia, racun yang dikandung dan diproduksi. 10) 2. Epidemologi a. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan/minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita. 10) Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enteric dan meningkatkan risiko terjadinya diare. Perilaku tersebut antara lain : 10) 1) Tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan. 2) Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman karena botol susah dibersihkan. 3) Menyimpan masakan masak pada suhu kamar 4) Menggunakan air minum yang tercemar

8 5) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan atau menyuapi anak. 6) Tidak membuang tinja dengan benar. b. Faktor Pejamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare Faktor-faktor tersebut adalah : 10) 1) Tidak memberikan ASI sampai dua tahun 2) Kurang gizi 3) Campak, diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang menderita campak dalam empat minggu terakhir 4) Imunodefisiensi / Imunosupresi 5) Secara proposional, diare lebih banyak terjadi pada golongan balita (55%) c. Faktor Lingkungan dan Perilaku Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare. 10) 3. Upaya Kegiatan Pencegahan Diare Cara pencegahan efektif yang dapat dilakukan adalah : 10) a. Peningkatkan penggunaan Air Susu Ibu (ASI)

9 b. Pemberikan makanan pendamping ASI c. Penggunaan air bersih untuk konsumsi sehari-hari. d. Mencuci tangan dengan sabun. Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare. e. Penggunakan jamban yang benar. Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat dan keluarga harus buang air besar di jamban. Yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah : 10) 1) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga. 2) Bersihkan jamban secara teratur 3) Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak dan tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10 meter dari sumber air, hindari buang air besar tanpa alas kaki. f. Membuang tinja bayi yang benar. Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi

10 dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar. Yang harus diperhatikan oleh keluarga : 10) 1) Kumpulkan segera tinja bayi atau anak kecil dan dibuang ke jamban. 2) Bantu anak-anak buang air bersih di tempat yang bersih dan tidak mudah dijangkau olehnya. 3) Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja anak seperti dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun. 4) Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangannya dengan sabun. 5) Pemberian imunisasi campak. C. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare 10) Sebagian besar penularan penyakit diare adalah melalui dubur, kotoran dan mulut. Dalam mengukur kemampuan penularan penyakit disamping tergantung jumlah dan kekuatan penyakit, juga tergantung dari kemampuan lingkungan untuk menghidupinya, serta mengembangkan kuman penyebab diare tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa penularan penyakit diare merupakan hasil dari hubungan antara faktor jumlah kuman yang disekresi (penderita atau carier), kemampuan kuman untuk hidup di lingkungan dan dosis kuman untuk menimbulkan infeksi, disamping ketahanan host untuk menghadapi mikroba.

11 Angka kejadian penyakit diare ternyata dipengaruhi oleh kualitas penyediaan air bersih (minum). Dari analisa lanjut bahwa perbaikan sanitasi secara terpisah pada dasarnya sulit dijumpai, perbaikan sanitasi selalu terjadi secara kompleks, berkaitan dengan peningkatan status ekonomi, perbaikan pengetahuan dan perubahan perilaku. Perubahan atau perbaikan air minum dan jamban secara fisik tidak menjamin hilangnya penyakit diare, tetapi perubahan sikap dan tingkah laku manusia yang memanfaatkan sarana tersebut di atas sangat menentukan keberhasilan perbaikan sanitasi dalam mengurangi masalah diare. Dalam jangka panjang upaya peningkatan lingkungan selain pengembangan sarananya juga perubahan sikap dan tingkah laku masyarakat sangat berpengaruh dalam program penanggulangan penyakit diare. Bahwa penyebaran penyakit diare yang menjadi masalah penting adalah adanya pencemaran air minum oleh kotoran manusia uang mengandung kumankuman penyebab diare dan kebiasaan masyarakat yang kurang sehat, antara lain membuang kotoran di sembarang tempat. Sehingga usaha yang penting dalam penanggulangan penyakit diare diantaranya mengusahakan agar air yang dipakai penduduk sebagai air minum aman atau tidak berbahaya, dimana tidak terkontaminasi oleh kuman penyebab diare. 10) Pemberian antibiotik untuk pengobatan suatu penyakit, sering disertai dengan keluhan gastro intestinal (lambung dan usus/pencernaan) seperti mual, muntah, sakit perut dan diare. Diare ringan sampai berat sering kalii merupakan efek samping pemberian antibiotik. 10)

12 D. Pengertian Jamban 11) 1. Definisi Jamban Jamban adalah suatu bangunan ruang dipergunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia (najis) bagi keluarga yang lazim disebut WC/kakus. Manfaat jamban adalah untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dan pencemaran dari kotoran manusia. 11) 2. Syarat Jamban Sehat 11) a. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang penampungan minuman 10 m, bila tidak memungkinkan perlu konstruksi kedap air) b. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus. Untuk ini tinja harus tertutup rapat misalnya dengan menggunakan leher angsa atau penutup lubang yang rapat. c. Tidak mencemari tanah di sekitarnya. Lantai jamban harus cukup luas paling sedikit berukuran 1 x 1 meter, dan dibuat cukup landai/miring ke arah lubang jongkok. d. Mudah dibersihkan dan aman digunakan. Untuk in harus dibuat dari bahan-bahan yang kuat dan tahan lama dan agar tidak mahall hendaknya dipergunakan bahan-bahan yang ada setempat. e. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna terang. f. Cukup penerangan. Tersedia lampu. g. Lantai kedap air terbuat dari beton dengan tulang bambu atau besi. h. Luas ruangan cukup. Atap tidak terlalu rendah.

13 i. Ventilasi cukup baik. Ventilasi tetap 10% j. Tersedia air dan alat pembersih. Gunakan alat-alat pembersih, seperti sikat, sapu lidi, ember berisi air. 3. Jenis Jamban 11) a. Jamban tanpa leher angsa 1) Jamban cemplung/cubluk Tempat jongkok berada langsung di atas lubang penampungan kotoran dilengkapi tutup. Gambar 2. 1. Jamban Cemplung 2) Jamban Plengsengan Tempat jongkok tidak berada diatas lubang kotoran, melainkan kotoran dialirkan melalui saluran/pipa ke penampungan kotoran.

14 Gambar 2. 2. Jamban Plengsengan Penggunaan jamban tanpa leher angsa dengan tutup untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit melalui kotoran manusia masih memiliki kelemahan yaitu menimbulkan bau dan tanpa tutup mungkin masih menarik lalat, dimana lalat tersebut dapat mencemari makanan dengan kotoran. Namun tangan yang kontak dengan kotoran setelah buang air besar mungkin dapat mencemari makanan atau langsung ke mulut, maka upaya untuk tidak terjadinya pencemaran tersebut dianjurkan untuk membiasakan cuci tangan sesudah buang air besar dan sebelum menyajikan makanan. b. Jamban leher angsa 1) Jamban leher angsa Tempat jongkok leher angsa berada langsung di atas lubang penampungan. Gambar 2. 3. Jamban Leher Angsa

15 2) Jamban leher angsa dengan septic tank Tempat jongkok leher angsa tidak berada di atas lubang kotoran, melainkan kotoran dialirkan melalui saluran/pipa ke penampungan kotoran. Penggunaan jamban yang dianjurkan adalah jamban dengan leher angsa yang memenuhi persyaratan kesehatan karena dapat mencegah pencemaran air maupun tanah dari kotoran manusia serta mencegah lalat kontak dengan kotoran maunusia. 11) Gambar 2. 4. Jamban Leher Angsa dengan Septic Tank 4. Pemeliharaan jamban yang baik adalah : a. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering, di sekeliling jamban tidak ada genangan air, tidak ada sampah yang berserakan. b. Rumah jamban dalam keadaan baik, dinding tidak rusak/berlubang. c. Bowl dan laintai selalu bersih, tidak ada kotoran yang terlihat. d. Lalat, tikus dan kecoa tidak ada. e. Tersedia alat pembersih, seperti sikat, sapu lidi.

16 f. Bila ada bagian yang rusak segera diperbaiki/diganti, seperti lantai, tutup septic tank. 5. Dasar Perencanaan metode pembuangan tinja Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dasar perencanaan metode pembuangan tinja yaitu faktor teknis dan non teknis. Faktor teknis tersebut meliputi : a. Faktor pencemaran tanah dan air limbah Pada pencemaran tanah dan air limbah oleh excreta merupakan informasi penting yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan sarana pembuangan tinja, khususnya dalam perencanaan lokasi kaitannya dengan sumber-sumber air minum yang ada. Jamban tempat penampungan kotoran seharusnya diresapkan ke dalam tanah atau diolah dengan cara tertentu, sehingga tidak menimbulkan bau dan mencemari sumber air sekitarnya. Untuk mengurangi pengaruh jamban terhadap kualitas air adalah dengan membuat jarak antara jamban dengan sumber air minimal 11 m. 12) b. Faktor perkembangbiakan lalat pada excreta Perlu dihindarkan atau dicegah terjadinya perkembangbiakan lalat pada tinja dalam lubang jamban. Kondisi lubang jamban yang gelap dan tertutup sebenarnya sudah dapat mencegah perkembangbiakan lalat ini, baik karena kerapatannya maupun karena sifat lalat yang prototropisme positip (tertarik pada sinar dan menjauhi kegelapan atau permukaan yang gelap).

17 c. Faktor Lubang Jamban Harus di upayakan adanya tutup lubang jamban yang dapat mendorong pemakai jamban untuk memfungsikan sebagaimana mestinya, dalam konstruksi yang sederhana mungkin hingga pemakai tidak terlalu sulit untuk menggunakannya. Faktor non teknis, meliputi : 1) Faktor Manusia Dalam soal pembuangan tinja, faktor manusia sama penting dengan faktor teknis. Orang tidak akan mau menggunakan jamban dari tipe yang tidak disukainya, atau yang tidak memberikan privacy yang cukup padanya, atau yang tidak dapat dipelihara kebersihannya. Satu buah jamban idealnya untuk satu keluarga yang terdiri dari lima orang. 2) Faktor Biaya Jenis jamban yang dianjurkan bagi masyarakat atau keluarga harus sederhana, dapat diterima, ekonomis pembangunan, pemeliharaan serta penggantinya. Faktor biaya ini bersifat relatif, sebab sistim mahal pembuatannya dapat menjadi paling murah untuk perhitungan jangka panjang, mengingat masa penggunaanya yang lebih panjang karena kekuatannya serta paling mudah dan ekonomis dari pemeliharaannya. 11)

18 E. Hubungan Jamban dengan Diare Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (faeces), air seni (urine) dan CO 2, sebagai hasil dari proses pernapasan. Pembuangan kotoran manusia di dalam buku ini dimaksudkan hanya tempat pembuangan tinja dan urine, yang pada umumnya disebut latrine (jamban atau kakus). 13) Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi. Karena kotoran manusia (faeces) adalah sumber penularan penyakit yang multi kompleks. Penyakit yang bersumber pada faeces dapat melalui berbagai macam jalan atau cara. Hal ini dapat di ilustrasikan sebagai berikut : 14) TINJA AIR LALAT TANGAN MAKANAN MINUMAN SAYUR-SAYURAN MATI P E J A M U TANAH SAKIT Gambar 2. 5. Rantai penularan tinja menjadi sumber infeksi bagi manusia 14)

19 Dari skema tersebut jelas bahwa peranan tinja dalam penyebaran sangat besar. Disamping langsung mengkontaminasi makanan, minuman, sayuran dan sebagainya, juga air, tanah, serangga (lalat, kecoa dan sebagainya), dan bagian-bagian tubuh kita dapat terkontaminasi oleh tinja tersebut. 15) Benda-benda yang telah terkontaminasi oleh tinja dari seseorang yang sudah menderita suatu penyakit tertentu ini, sudah barang tentu akan merupakan penyebab penyakit bagi orang lain. Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja disertai denan cepatnya pertambahan penduduk, jelas akan mempercepat penyebaran penyakit yang ditularkan melalui tinja. 16) Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain : tipus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang, pita dan sebagainya). 17) Air mempunyai peranan besar dalam penularan penyakit menular, salah satu penularannya dengan cara water borne. Dalam kenyataannya dapat disebarkan tidak hanya lewat air, tetapi juga melewati setiap sarana yang memungkinkan bahan tinja untuk memasuki mulut (jalur faecal oral), misalnya makanan yang terkontaminasi. Penyakit ini meliputi kholera, disentri amoeba, dan baciler. 18) Selain air bersih, air buangan juga dapat menyebabkan penyakit. Jika air buangan tidak dikelola dengan baik, karena air mengandung excreta yakni tinja dan urine manusia. Penyakit yang ditimbulkan kholera yang disebabkan oleh vibrio cholera. 18)

20 Sebagian besar penyakit-penyakit yang ditularkan melalui makanan dan air dapat mengakibatkan diare dan makanan merupakan suatu media yang menyebarkan penyakit sampai 70% dari semua episode diare. 19) Lalat merupakan salah satu vektor mekanis yang mempunyai peran besar dalam penyebaran bibit penyakit, khususnya kelompok saluran cerna (gastro enteritis) 17) Dampak kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh sampah adalah sebagai tempat perindukan vektor penyakit seperti lalat, kecoa. Penyakit yang dapat ditimbulkan diare, kholera, typhus. 17) Kejadian kesakitan akibat sarana serta prasarana yang buruk di lingkungan permukiman yaitu diare, ISPA, TB paru masih cukup tinggi, maka perlu penanganan segera. 20) F. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Usaha usaha untuk mencapai kesehatan perseorangan yang baik, antara lain adalah usaha perseorangan. Guna mencapai tujuan tersebut seseorang harus mengetahui, mengerti, menerapkan prinsip umum kesehatan pribadi dan cara-cara menerapkan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari - hari. (21) Beberapa kebiasaan yang perlu mendapat perhatian dalam melaksanakan usaha kesehatan perseorangan yang baik diantaranya : kebiasaan makan, buang air besar, kebersihan badan. Perilaku Hidup Bersih dan sehat pengertiannya adalah upaya untuk menciptakan kondisi perorangan,keluarga,kelompok dan masyarakat untuk

meningkatkan pengetahuan,sikap dan perilaku sebagai upaya membantu masyarakat mengenai dan mengatasi masalahnya sendiri. (21) 21 Beberapa faktor yang dapat untuk mengurangi kejadian diare melalui pendekatan PHBS (Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat ) tatanan rumah tangga dengan indikatornya yaitu : 21) 1. Pemanfaatan/penggunaan air bersih 2. Jamban Keluarga Sehat 3. Tempat pembuangan sampah 4. Pembuangan Air limbah pada tempatnya 5. Cuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar Hasil studi Curtis V dari Departement Medicine pada tahun 2003, membuktikan bahwa mencuci tangan pakai sabun baik sebelum makan maupun sebelum menyuapi balita dan sesudah buang air besar dapat mengurangi kasus diare yang merupakan penyebab terbesar kematian balita dibanyak negara. Balita memang rentan terhadap diare disebabkan rendahnya kekebalan tubuh balita dibandingkan orang dewasa. 29) Menurut Tom Malik selaku Direktur Koalisi untuk Indonesia Sehat (KuIS) menambahkan bahwa masalah diare lebih sering diatasi dengan pendekatan kuratif dibandingkan preventif. Padahal menerapkan metode preventif akan lebih murah, lebih efisien dan lebih efektif. Oleh karena itu mencuci tangan pakai sabun adalah perilaku yang mudah dilakukan dan efektif menurunkan insiden diare, meningkatkan kesehatan individu dan keluarga. 29)

22 6. Kebersihan kuku 7. Memakai alas kaki Pada umumnya kejadian diare terjadi pada keluarga yang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) tatanan keluarganya masih belum memenuhi syarat. 20) 9) G. Kerangka Teori Kondisi Sanitasi Jamban Faktor sosial ekonomi - umur responden - pendidikan - pendapatan - pekerjaan Penyebab Diare - Keracunan - Imuno defisiensi - Infeksi - Malabsorbsi - Alergi - Stress Kejadian Diare Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) - Cuci tangan pakai sabun - Penggunaan air bersih - Kebersihan Kuku - Tempat pembuangan sampah - Pembuangan air limbah pada tempatnya Gambar 2. 6. Kerangka Teori Sumber : Manejemen Kesehatan,Dr.A.A Gde.Muninjaya, MPH (tahun 1999), dan Etiologi dan Epidemiologi, Pedoman Program P2 Diare, Depkes RI, tahun2000

23 H. Kerangka Konsep Variabel bebas 1. Kondisi Sanitasi Jamban Keluarga 2. Perilaku cuci tangan pakai sabun Ibu Anak Balita sebelum makan, sesudah buang air besar dan sebelum menyuapi balita Variabel terikat Kejadian Diare pada Anak Balita Gambar 2. 7. Kerangka Konsep I. Hipotesa Dari kerangka konsep di atas dapat dirumuskan beberapa hipotesis penelitian sebagai berikut : 1. Ada hubungan kondisi sanitasi jamban dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Ngaliyan. 2. Ada hubungan perilaku cuci tangan pakai sabun ibu balita sebelum makan dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Ngaliyan. 3. Ada hubungan perilaku cuci tangan pakai sabun ibu balita sesudah buang air besar dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Ngaliyan. 4. Ada hubungan perilaku cuci tangan pakai sabun ibu balita sebelum menyuapi balita dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Ngaliyan