BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Diare 9) 1. Definisi Diare Secara operasional, didefinisikan bahwa diare adalah buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) 9) 2. Jenis Diare 1. Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari tujuh hari). Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare. 9) 2. Disentri yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri adalah anokreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan terjadinya komplikasi pada mukosa. 9) 3. Diare persisten yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme. 9) 4. Diare dengan masalah lain Anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti : demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya. Tatalaksana penderita diare tersebut diatas selain berdasarkan acuan baku tata Laksana diare juga tergantung pada penyakit yang menyertainya. 9) 6
7 B. Etiologi dan Epidemologi 10) 1. Etiologi Penyebab diare dapat dikelompokkan dalam enam besar, yaitu : infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immuno defisiensi dan sebabsebab lain. Yang sering ditemukan di lapangan adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan. Infeksi oleh bakteri seperti : Shigella, salmonella, e-coli, golongan vibrio, sedangkan keracunan oleh bahanbahan kimia, racun yang dikandung dan diproduksi. 10) 2. Epidemologi a. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan/minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita. 10) Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enteric dan meningkatkan risiko terjadinya diare. Perilaku tersebut antara lain : 10) 1) Tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan. 2) Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman karena botol susah dibersihkan. 3) Menyimpan masakan masak pada suhu kamar 4) Menggunakan air minum yang tercemar
8 5) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan atau menyuapi anak. 6) Tidak membuang tinja dengan benar. b. Faktor Pejamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare Faktor-faktor tersebut adalah : 10) 1) Tidak memberikan ASI sampai dua tahun 2) Kurang gizi 3) Campak, diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang menderita campak dalam empat minggu terakhir 4) Imunodefisiensi / Imunosupresi 5) Secara proposional, diare lebih banyak terjadi pada golongan balita (55%) c. Faktor Lingkungan dan Perilaku Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare. 10) 3. Upaya Kegiatan Pencegahan Diare Cara pencegahan efektif yang dapat dilakukan adalah : 10) a. Peningkatkan penggunaan Air Susu Ibu (ASI)
9 b. Pemberikan makanan pendamping ASI c. Penggunaan air bersih untuk konsumsi sehari-hari. d. Mencuci tangan dengan sabun. Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare. e. Penggunakan jamban yang benar. Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat dan keluarga harus buang air besar di jamban. Yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah : 10) 1) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga. 2) Bersihkan jamban secara teratur 3) Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak dan tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10 meter dari sumber air, hindari buang air besar tanpa alas kaki. f. Membuang tinja bayi yang benar. Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi
10 dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar. Yang harus diperhatikan oleh keluarga : 10) 1) Kumpulkan segera tinja bayi atau anak kecil dan dibuang ke jamban. 2) Bantu anak-anak buang air bersih di tempat yang bersih dan tidak mudah dijangkau olehnya. 3) Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja anak seperti dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun. 4) Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangannya dengan sabun. 5) Pemberian imunisasi campak. C. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare 10) Sebagian besar penularan penyakit diare adalah melalui dubur, kotoran dan mulut. Dalam mengukur kemampuan penularan penyakit disamping tergantung jumlah dan kekuatan penyakit, juga tergantung dari kemampuan lingkungan untuk menghidupinya, serta mengembangkan kuman penyebab diare tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa penularan penyakit diare merupakan hasil dari hubungan antara faktor jumlah kuman yang disekresi (penderita atau carier), kemampuan kuman untuk hidup di lingkungan dan dosis kuman untuk menimbulkan infeksi, disamping ketahanan host untuk menghadapi mikroba.
11 Angka kejadian penyakit diare ternyata dipengaruhi oleh kualitas penyediaan air bersih (minum). Dari analisa lanjut bahwa perbaikan sanitasi secara terpisah pada dasarnya sulit dijumpai, perbaikan sanitasi selalu terjadi secara kompleks, berkaitan dengan peningkatan status ekonomi, perbaikan pengetahuan dan perubahan perilaku. Perubahan atau perbaikan air minum dan jamban secara fisik tidak menjamin hilangnya penyakit diare, tetapi perubahan sikap dan tingkah laku manusia yang memanfaatkan sarana tersebut di atas sangat menentukan keberhasilan perbaikan sanitasi dalam mengurangi masalah diare. Dalam jangka panjang upaya peningkatan lingkungan selain pengembangan sarananya juga perubahan sikap dan tingkah laku masyarakat sangat berpengaruh dalam program penanggulangan penyakit diare. Bahwa penyebaran penyakit diare yang menjadi masalah penting adalah adanya pencemaran air minum oleh kotoran manusia uang mengandung kumankuman penyebab diare dan kebiasaan masyarakat yang kurang sehat, antara lain membuang kotoran di sembarang tempat. Sehingga usaha yang penting dalam penanggulangan penyakit diare diantaranya mengusahakan agar air yang dipakai penduduk sebagai air minum aman atau tidak berbahaya, dimana tidak terkontaminasi oleh kuman penyebab diare. 10) Pemberian antibiotik untuk pengobatan suatu penyakit, sering disertai dengan keluhan gastro intestinal (lambung dan usus/pencernaan) seperti mual, muntah, sakit perut dan diare. Diare ringan sampai berat sering kalii merupakan efek samping pemberian antibiotik. 10)
12 D. Pengertian Jamban 11) 1. Definisi Jamban Jamban adalah suatu bangunan ruang dipergunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia (najis) bagi keluarga yang lazim disebut WC/kakus. Manfaat jamban adalah untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dan pencemaran dari kotoran manusia. 11) 2. Syarat Jamban Sehat 11) a. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang penampungan minuman 10 m, bila tidak memungkinkan perlu konstruksi kedap air) b. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus. Untuk ini tinja harus tertutup rapat misalnya dengan menggunakan leher angsa atau penutup lubang yang rapat. c. Tidak mencemari tanah di sekitarnya. Lantai jamban harus cukup luas paling sedikit berukuran 1 x 1 meter, dan dibuat cukup landai/miring ke arah lubang jongkok. d. Mudah dibersihkan dan aman digunakan. Untuk in harus dibuat dari bahan-bahan yang kuat dan tahan lama dan agar tidak mahall hendaknya dipergunakan bahan-bahan yang ada setempat. e. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna terang. f. Cukup penerangan. Tersedia lampu. g. Lantai kedap air terbuat dari beton dengan tulang bambu atau besi. h. Luas ruangan cukup. Atap tidak terlalu rendah.
13 i. Ventilasi cukup baik. Ventilasi tetap 10% j. Tersedia air dan alat pembersih. Gunakan alat-alat pembersih, seperti sikat, sapu lidi, ember berisi air. 3. Jenis Jamban 11) a. Jamban tanpa leher angsa 1) Jamban cemplung/cubluk Tempat jongkok berada langsung di atas lubang penampungan kotoran dilengkapi tutup. Gambar 2. 1. Jamban Cemplung 2) Jamban Plengsengan Tempat jongkok tidak berada diatas lubang kotoran, melainkan kotoran dialirkan melalui saluran/pipa ke penampungan kotoran.
14 Gambar 2. 2. Jamban Plengsengan Penggunaan jamban tanpa leher angsa dengan tutup untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit melalui kotoran manusia masih memiliki kelemahan yaitu menimbulkan bau dan tanpa tutup mungkin masih menarik lalat, dimana lalat tersebut dapat mencemari makanan dengan kotoran. Namun tangan yang kontak dengan kotoran setelah buang air besar mungkin dapat mencemari makanan atau langsung ke mulut, maka upaya untuk tidak terjadinya pencemaran tersebut dianjurkan untuk membiasakan cuci tangan sesudah buang air besar dan sebelum menyajikan makanan. b. Jamban leher angsa 1) Jamban leher angsa Tempat jongkok leher angsa berada langsung di atas lubang penampungan. Gambar 2. 3. Jamban Leher Angsa
15 2) Jamban leher angsa dengan septic tank Tempat jongkok leher angsa tidak berada di atas lubang kotoran, melainkan kotoran dialirkan melalui saluran/pipa ke penampungan kotoran. Penggunaan jamban yang dianjurkan adalah jamban dengan leher angsa yang memenuhi persyaratan kesehatan karena dapat mencegah pencemaran air maupun tanah dari kotoran manusia serta mencegah lalat kontak dengan kotoran maunusia. 11) Gambar 2. 4. Jamban Leher Angsa dengan Septic Tank 4. Pemeliharaan jamban yang baik adalah : a. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering, di sekeliling jamban tidak ada genangan air, tidak ada sampah yang berserakan. b. Rumah jamban dalam keadaan baik, dinding tidak rusak/berlubang. c. Bowl dan laintai selalu bersih, tidak ada kotoran yang terlihat. d. Lalat, tikus dan kecoa tidak ada. e. Tersedia alat pembersih, seperti sikat, sapu lidi.
16 f. Bila ada bagian yang rusak segera diperbaiki/diganti, seperti lantai, tutup septic tank. 5. Dasar Perencanaan metode pembuangan tinja Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dasar perencanaan metode pembuangan tinja yaitu faktor teknis dan non teknis. Faktor teknis tersebut meliputi : a. Faktor pencemaran tanah dan air limbah Pada pencemaran tanah dan air limbah oleh excreta merupakan informasi penting yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan sarana pembuangan tinja, khususnya dalam perencanaan lokasi kaitannya dengan sumber-sumber air minum yang ada. Jamban tempat penampungan kotoran seharusnya diresapkan ke dalam tanah atau diolah dengan cara tertentu, sehingga tidak menimbulkan bau dan mencemari sumber air sekitarnya. Untuk mengurangi pengaruh jamban terhadap kualitas air adalah dengan membuat jarak antara jamban dengan sumber air minimal 11 m. 12) b. Faktor perkembangbiakan lalat pada excreta Perlu dihindarkan atau dicegah terjadinya perkembangbiakan lalat pada tinja dalam lubang jamban. Kondisi lubang jamban yang gelap dan tertutup sebenarnya sudah dapat mencegah perkembangbiakan lalat ini, baik karena kerapatannya maupun karena sifat lalat yang prototropisme positip (tertarik pada sinar dan menjauhi kegelapan atau permukaan yang gelap).
17 c. Faktor Lubang Jamban Harus di upayakan adanya tutup lubang jamban yang dapat mendorong pemakai jamban untuk memfungsikan sebagaimana mestinya, dalam konstruksi yang sederhana mungkin hingga pemakai tidak terlalu sulit untuk menggunakannya. Faktor non teknis, meliputi : 1) Faktor Manusia Dalam soal pembuangan tinja, faktor manusia sama penting dengan faktor teknis. Orang tidak akan mau menggunakan jamban dari tipe yang tidak disukainya, atau yang tidak memberikan privacy yang cukup padanya, atau yang tidak dapat dipelihara kebersihannya. Satu buah jamban idealnya untuk satu keluarga yang terdiri dari lima orang. 2) Faktor Biaya Jenis jamban yang dianjurkan bagi masyarakat atau keluarga harus sederhana, dapat diterima, ekonomis pembangunan, pemeliharaan serta penggantinya. Faktor biaya ini bersifat relatif, sebab sistim mahal pembuatannya dapat menjadi paling murah untuk perhitungan jangka panjang, mengingat masa penggunaanya yang lebih panjang karena kekuatannya serta paling mudah dan ekonomis dari pemeliharaannya. 11)
18 E. Hubungan Jamban dengan Diare Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (faeces), air seni (urine) dan CO 2, sebagai hasil dari proses pernapasan. Pembuangan kotoran manusia di dalam buku ini dimaksudkan hanya tempat pembuangan tinja dan urine, yang pada umumnya disebut latrine (jamban atau kakus). 13) Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi. Karena kotoran manusia (faeces) adalah sumber penularan penyakit yang multi kompleks. Penyakit yang bersumber pada faeces dapat melalui berbagai macam jalan atau cara. Hal ini dapat di ilustrasikan sebagai berikut : 14) TINJA AIR LALAT TANGAN MAKANAN MINUMAN SAYUR-SAYURAN MATI P E J A M U TANAH SAKIT Gambar 2. 5. Rantai penularan tinja menjadi sumber infeksi bagi manusia 14)
19 Dari skema tersebut jelas bahwa peranan tinja dalam penyebaran sangat besar. Disamping langsung mengkontaminasi makanan, minuman, sayuran dan sebagainya, juga air, tanah, serangga (lalat, kecoa dan sebagainya), dan bagian-bagian tubuh kita dapat terkontaminasi oleh tinja tersebut. 15) Benda-benda yang telah terkontaminasi oleh tinja dari seseorang yang sudah menderita suatu penyakit tertentu ini, sudah barang tentu akan merupakan penyebab penyakit bagi orang lain. Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja disertai denan cepatnya pertambahan penduduk, jelas akan mempercepat penyebaran penyakit yang ditularkan melalui tinja. 16) Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain : tipus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang, pita dan sebagainya). 17) Air mempunyai peranan besar dalam penularan penyakit menular, salah satu penularannya dengan cara water borne. Dalam kenyataannya dapat disebarkan tidak hanya lewat air, tetapi juga melewati setiap sarana yang memungkinkan bahan tinja untuk memasuki mulut (jalur faecal oral), misalnya makanan yang terkontaminasi. Penyakit ini meliputi kholera, disentri amoeba, dan baciler. 18) Selain air bersih, air buangan juga dapat menyebabkan penyakit. Jika air buangan tidak dikelola dengan baik, karena air mengandung excreta yakni tinja dan urine manusia. Penyakit yang ditimbulkan kholera yang disebabkan oleh vibrio cholera. 18)
20 Sebagian besar penyakit-penyakit yang ditularkan melalui makanan dan air dapat mengakibatkan diare dan makanan merupakan suatu media yang menyebarkan penyakit sampai 70% dari semua episode diare. 19) Lalat merupakan salah satu vektor mekanis yang mempunyai peran besar dalam penyebaran bibit penyakit, khususnya kelompok saluran cerna (gastro enteritis) 17) Dampak kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh sampah adalah sebagai tempat perindukan vektor penyakit seperti lalat, kecoa. Penyakit yang dapat ditimbulkan diare, kholera, typhus. 17) Kejadian kesakitan akibat sarana serta prasarana yang buruk di lingkungan permukiman yaitu diare, ISPA, TB paru masih cukup tinggi, maka perlu penanganan segera. 20) F. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Usaha usaha untuk mencapai kesehatan perseorangan yang baik, antara lain adalah usaha perseorangan. Guna mencapai tujuan tersebut seseorang harus mengetahui, mengerti, menerapkan prinsip umum kesehatan pribadi dan cara-cara menerapkan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari - hari. (21) Beberapa kebiasaan yang perlu mendapat perhatian dalam melaksanakan usaha kesehatan perseorangan yang baik diantaranya : kebiasaan makan, buang air besar, kebersihan badan. Perilaku Hidup Bersih dan sehat pengertiannya adalah upaya untuk menciptakan kondisi perorangan,keluarga,kelompok dan masyarakat untuk
meningkatkan pengetahuan,sikap dan perilaku sebagai upaya membantu masyarakat mengenai dan mengatasi masalahnya sendiri. (21) 21 Beberapa faktor yang dapat untuk mengurangi kejadian diare melalui pendekatan PHBS (Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat ) tatanan rumah tangga dengan indikatornya yaitu : 21) 1. Pemanfaatan/penggunaan air bersih 2. Jamban Keluarga Sehat 3. Tempat pembuangan sampah 4. Pembuangan Air limbah pada tempatnya 5. Cuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar Hasil studi Curtis V dari Departement Medicine pada tahun 2003, membuktikan bahwa mencuci tangan pakai sabun baik sebelum makan maupun sebelum menyuapi balita dan sesudah buang air besar dapat mengurangi kasus diare yang merupakan penyebab terbesar kematian balita dibanyak negara. Balita memang rentan terhadap diare disebabkan rendahnya kekebalan tubuh balita dibandingkan orang dewasa. 29) Menurut Tom Malik selaku Direktur Koalisi untuk Indonesia Sehat (KuIS) menambahkan bahwa masalah diare lebih sering diatasi dengan pendekatan kuratif dibandingkan preventif. Padahal menerapkan metode preventif akan lebih murah, lebih efisien dan lebih efektif. Oleh karena itu mencuci tangan pakai sabun adalah perilaku yang mudah dilakukan dan efektif menurunkan insiden diare, meningkatkan kesehatan individu dan keluarga. 29)
22 6. Kebersihan kuku 7. Memakai alas kaki Pada umumnya kejadian diare terjadi pada keluarga yang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) tatanan keluarganya masih belum memenuhi syarat. 20) 9) G. Kerangka Teori Kondisi Sanitasi Jamban Faktor sosial ekonomi - umur responden - pendidikan - pendapatan - pekerjaan Penyebab Diare - Keracunan - Imuno defisiensi - Infeksi - Malabsorbsi - Alergi - Stress Kejadian Diare Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) - Cuci tangan pakai sabun - Penggunaan air bersih - Kebersihan Kuku - Tempat pembuangan sampah - Pembuangan air limbah pada tempatnya Gambar 2. 6. Kerangka Teori Sumber : Manejemen Kesehatan,Dr.A.A Gde.Muninjaya, MPH (tahun 1999), dan Etiologi dan Epidemiologi, Pedoman Program P2 Diare, Depkes RI, tahun2000
23 H. Kerangka Konsep Variabel bebas 1. Kondisi Sanitasi Jamban Keluarga 2. Perilaku cuci tangan pakai sabun Ibu Anak Balita sebelum makan, sesudah buang air besar dan sebelum menyuapi balita Variabel terikat Kejadian Diare pada Anak Balita Gambar 2. 7. Kerangka Konsep I. Hipotesa Dari kerangka konsep di atas dapat dirumuskan beberapa hipotesis penelitian sebagai berikut : 1. Ada hubungan kondisi sanitasi jamban dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Ngaliyan. 2. Ada hubungan perilaku cuci tangan pakai sabun ibu balita sebelum makan dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Ngaliyan. 3. Ada hubungan perilaku cuci tangan pakai sabun ibu balita sesudah buang air besar dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Ngaliyan. 4. Ada hubungan perilaku cuci tangan pakai sabun ibu balita sebelum menyuapi balita dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Ngaliyan