11 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2012 sampai dengan Mei 2012, bertempat di Laboratorium Pengelohan Hasil Hutan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan, Bogor dan Kawasan Hutan, Cikampek. 3.2. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain timbangan elektrik, oven, desikator, bejana, jampot/botol kaca, alumunium foil, dan alat tulis. Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain kayu solid karet (Hevea brasiliensis), kayu solid mahoni (Swietenia macrophylla), kayu solid mindi (Melia azedarach), pasir steril, bahan pengawet (asam boraks 45% dan borat pentahedrat 54%) dengan konsentrasi 1,5%, 3%, dan 4,5%, alkohol dan air mineral. 3.3. Metode 3.3.1. Persiapan Pembuatan Contoh Uji Kayu mahoni, mindi, dan karet yang telah disiapkan dipotong-potong dengan ukuran 2,5 cm x 2,5 cm x 0,5 cm (pengujian laboratorium) yang mengacu pada SNI 01. 7217-2006 dan ukuran 20 cm x 2 cm x 1 cm (pengujian lapangan). 3. 3. 2. Pengawetan Contoh Uji 3. 3. 2. 1. Metode Rendaman Dingin Contoh uji dihitung volume dan berat awalnya. Setelah itu contoh uji direndam ke dalam larutan bahan pengawet dengan konsentrasi 1,5%, 3%, dan 4,5% selama 10 hari. Timbang berat akhir contoh uji setelah dilakukan perendaman.
12 3. 3. 2. 2. Metode Pengukusan Contoh uji dihitung volume dan berat awalnya. Setelah itu contoh uji pengukusan selama 2 jam dan kemudian direndam ke dalam larutan bahan pengawet 1,5%, 3%, dan 4,5% selama 2 hari. Berat akhir contoh uji lalu dihitung. 3. 3. 2. 3. Perhitungan Retensi Sebelum dan sesudah diawetkan, contoh uji ditimbang untuk mengetahui retensi bahan pengawet. Retensi dihitung dengan menggunakan rumus, sebagai berikut : dimana : R : Retensi bahan pengawet (kg/m 3 ) A : Absorpsi (kg) V : Volume contoh uji yang dimasukan bahan pengawet (m 3 ) K : Konsentrasi bahan pengawet (%) 3. 3. 3. Uji Laboratorium terhadap Rayap Tanah dengan Metode SNI 01. 7202 2006 Contoh uji kayu solid (mahoni, mindi, dan karet) dipilih secara acak dengan ulangan pengujian sebanyak 5 kali. Contoh uji dioven selama 48 jam dengan suhu 60 ± 2 C untuk mendapatkan nilai berat kayu sebelum pengujian (W 1 ), serta dilakukan sterilisasi pada botol uji dan pasir yang akan digunakan. Contoh uji dimasukkan ke dalam botol uji kaca dengan posisi berdiri pada dasar botol uji dan disandarkan sehingga salah satu bidang terlebar contoh uji menyentuh dinding botol uji. Ke dalam botol uji dimasukkan 200 gram pasir dan ditambahkan air sebanyak 50 ml. Selanjutnya ke dalam contoh uji dimasukkan 200 ekor rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) dari kasta pekerja, kemudian botol uji ditutup dengan alumunium foil dan diletakkan di tempat gelap selama 4 minggu.
13 Gambar 1 Botol Uji Standar SNI Setiap minggu aktivitas rayap dalam botol uji diamati. Setelah 4 minggu pengujian dilakukan pembongkaran botol uji dan penghitungan jumlah rayap yang masih hidup. Sedangkan contoh uji kayu dicuci dan dibersihkan dengan menggunakan sikat halus dan dioven selama 48 jam dengan suhu 60 ± 2 C dan ditimbang (W 2 ) dan dilihat derajat serangannya. Hasil pengujian merupakan nilai rata-rata dari keseluruhan contoh uji dan dinyatakan berdasarkan penurunan berat dan dihitung dengan menggunakan persamaan: Dengan keterangan : W = Kehilangan berat contoh uji kayu / weight loss (%) W 1 W 2 = Berat kering oven contoh uji kayu sebelum pengujian (gram) = Berat kering oven contoh uji kayu setelah pengujian (gram) Selanjutnya, penentuan ketahanan kayu berdasarkan Tabel Klasifikasi Ketahanan Kayu terhadap Rayap Tanah Berdasarkan Penurunan Berat seperti di bawah ini :
14 Tabel 1 Klasifikasi Ketahanan Kayu terhadap Serangan Rayap Tanah Berdasarkan Penurunan Berat Kelas Ketahanan Penurunan Berat (%) I Sangat Tahan < 3,52 II Tahan 3,52 7,50 III Sedang 7,50 10,96 IV Buruk 10,96 18,94 V Sangat Buruk 18,94 31,89 Mortalitas rayap yang diamati dalam standar ini. Mortalitas rayap dihitung dengan menggunakan persamaan : Dengan keterangan : D = Jumlah rayap yang mati (ekor) 200 = Jumlah rayap pada awal pengujian (ekor) Parameter yang digunakan untuk menilai ketahanan kayu terhadap serangan rayap tanah yang harus diperhatikan adalah derajat serangan. Derajat serangan rayap ditentukan berdasarkan klasifikasi SNI 01-7207-2006 seperti di bawah ini : Tabel 2 Derajat Serangan Rayap Tingkat Kondisi Contoh Uji Nilai A Utuh, tidak ada serangan 0 B Ada bekas gigitan 40 C Serangan ringan, berupa saluran-saluran yang tidak dalam dan tidak lebar D Serangan berat, berupa saluran yang dalam dan lebar 90 70 E Kayu hancur, kurang lebih 50% kayu habis dimakan rayap 100
15 3.3.4. Uji Lapang (Graveyard Test) Prosedur pengujian lapang dilakukan mengacu pada penelitian yang dilakukan Hadi et al. (2010) menggunakan contoh uji dengan ukuran (20 x 2 x 1) cm 3 dan ulangan sebanyak lima kali. Selanjutnya contoh uji dikubur secara acak dalam tanah Kawasan Hutan, Cikampek dengan kedalaman contoh uji yang terkubur 15 cm dari panjangnya dengan jarak kubur antar contoh uji adalah 30 cm dan antar baris sejauh 60 cm. Pengujian dilakukan selama tiga bulan. Setelah tiga bulan contoh uji dicabut dari tanah dengan posisi tegak, dibersihkan dan diamati derajat serangannya. Parameter yang digunakan untuk menilai ketahanan kayu terhadap serangan rayap tanah yang harus diperhatikan adalah derajat serangan. Derajat serangan rayap ditentukan berdasarkan klasifikasi SNI 01-7207-2006 seperti pada Tabel 2. 3.3.5. Analisis Data Analisis data hasil pengujian dilakukan dengan mengukur rata-rata dari seluruh data yang terkumpul dari setiap parameter. Nilai rata-rata parameter tersebut dibandingkan dengan nilai rata-rata parameter yang lain pada variabel dependent yang sama. Untuk melihat pengaruh jenis kayu, metode dan konsentrasi terhadap parameter, dilakukan analisis statistik dengan rancangan acak lengkap faktorial tiga faktor. Faktor α bertaraf 3, yaitu jenis kayu Mahoni, Mindi, dan Karet. Faktor β bertaraf 2, yaitu metode secara pengukusan dan rendaman dingin. Faktor γ bertaraf 3, yaitu konsentrasi bahan pengawet yang digunakan 1,5%, 3%, dan 4,5%. Setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Model untuk rancangan percobaan untuk mengetahui pengaruh jenis kayu, kerapatan dan metode berdasarkan standar terhadap parameter tersebut adalah : Y ijkl = µ +α i + β j + γ k + (αβ) ij + (αγ) ik + (βγ) jk + (αβγ) ijk + ε ijkl
16 Dimana : Y ijk = Parameter pada jenis kayu ke-i, metode ke-j, konsentrasi ke-k dan ulangan ke-l µ = Rataan umum α i = Pengaruh jenis kayu taraf ke-i β j = Pengaruh metode taraf ke-j γ k = Pengaruh konsentrasi taraf ke-k (αβ) ij = Pengaruh interaksi antara jenis kayu taraf ke-i dan metode taraf ke-j (αγ) ik = Pengaruh interaksi antara jenis kayu taraf ke-i dan konsentrasi bahan pengawet yang digunakan taraf ke-k (βγ) jk = Pengaruh interaksi antara metode taraf ke-j dan konsentrasi bahan pengawet yang digunakan taraf ke-k (αβγ) ijk = Pengaruh interaksi antara jenis kayu taraf ke-i, metode taraf ke-j dan konsentrasi bahan pengawet yang digunakan taraf ke-k ε ijkl = Pengaruh acak dari jenis kayu taraf ke-i, metode taraf ke-j, konsentrasi bahan pengawet yang digunakan taraf ke-k serta ulangan ke-l Jika berdasarkan hasil analisis ragam ditemukan faktor yang berpengaruh nyata terhadap parameter, maka dilakukan analisis lanjutan dengan menggunakan analisis perbandingan berganda Duncan. Pengolahan data ini dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0 for Windows.