BAB I PENDAHULUAN. agar staf medis di RS terjaga profesionalismenya. Clicinal governance (tata kelola

dokumen-dokumen yang mirip
A. KOMITE MEDIK Susunan Komite Medik terdiri diri dari : a. Ketua, b. Wakil Ketua, c. Sekretaris d. Anggota

BAB I PENDAHULUAN. profesi medik disini adalah mencakup Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI),

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan keunggulan masing-masing agar bisa bertahan. Rumah sakit

ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sakit terutama dari sumber daya manusianya, pembiayaan dan informasi menuju

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 33 TAHUN 2010 TENT ANG

PANDUAN EVALUASI PRAKTEK DOKTER BERKESINAMBUNGAN (ON GOING PROFESSIONAL PRACTICE EVALUATION/OPPE) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Kesehatan RI,Permenkes No.269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis,Jakarta: 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1204/Menkes/SK/X/2004. pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. (14) 340/MENKES/PER/III/2010

PANDUAN PROSES EVALUASI KINERJA STAF MEDIS RUMAH SAKIT UMUM AMINAH BLITAR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tidak terlepas dari peran tenaga medis dan nonmedis.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan

Penampilan rumah sakit dapat diketahui dari beberapa indikator antara lain : a. Cakupan dan mutu pelayanan dilihat melalui indikator :

INDIKATOR KINERJA UTAMA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

PERATURAN DIREKTUR UTAMA RS. xxx NOMOR : 17/PER/2013 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN MEDIS. DIREKTUR UTAMA RS. xxx

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan non profit, yaitu unit usaha yang bertujuan tidak untuk mencari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KASYFI HARTATI Disampaikan pada ASM 2014

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KABUPATEN SIDOARJO

Penilaian pelayanan di RSUD AM Parikesit menggunakan indikator pelayanan kesehatan, adapun data indikator pelayanan dari tahun yaitu :

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN INTERNAL (HOSPITAL BYLAWS) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SINJAI BUPATI SINJAI,

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai industri jasa kesehatan pada dasarnya bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, hal itu disebabkan karena semakin tingginya kesadaran masyarakat akan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI

BAB III METODE PENELITIAN

PROGRAM KERJA SUB KOMITE MUTU KEPERAWATAN RUMAH SAKIT LNG BADAK TAHUN 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencari dan menerima pelayanan kedokteran dan tempat pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. nyata penyediaan layanan publik di bidang kesehatan adalah adanya rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, maka tuntutan

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB I PENDAHULUAN. yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesehatan dan. mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BAGAS WARAS KABUPATEN KLATEN

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta,

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan. rawat darurat. Rustiyanto (2010), mengatakan bahwa pelayanan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. dan Undang-undang No. 36 tahun 2010 tentang kesehatan, membawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Rekam Medis menurut Huffman EK, diagnosa dan pengobatan serta merekam hasilnya. (6)

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan

INDIKATOR KINERJA UTAMA RSUD Dr.ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa diperkirakan pasien rawat inap per tahun

I.PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien adalah sebuah sistem pencegahan cedera terhadap pasien dengan

BAB I PENDAHULUAN. upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu

INDIKATOR KINERJA UTAMA

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRASETYA BUNDA NOMOR : SK/KEH/RSPB/I/2014 TENTANG PEMBENTUKAN KOMITE ETIK DAN HUKUM RUMAH SAKIT PRASETYA BUNDA

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

PROGRAM KERJA KOMITE KEPERAWATAN. RSUD Dr. DJASAMEN SARAGIH KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas atau mutu pelayanan yang ada di rumah sakit.

BAB 1 PENDAHULUAN. institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Tahun Pemerintah berkewajiban mengupayakan tersedianya pelayanan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kamus Indikator Pelayanan Medis RSIA NUN Surabaya Pelaksanaan Rapat Dokter Umum / Dokter Gigi Setiap Bulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. of Hospital Care yang dikutip Azwar (1996) mengemukakan beberapa

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terjadi di rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam pasal. 46 UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

BAB V PENUTUP. RSUD Prof. DR. H. M. Chatib Quzwain Sarolangun Jambi sudah diatur. dalam bentuk Peraturan Bupati Nomor 55 Tahun 2013 tentang Peraturan

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat, baik kuratif maupun preventif, rumah sakit juga

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepemimpinan organisasi rumah sakit memainkan peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. oleh kualitas dari sumber daya manusia yang dimiliki oleh rumah sakit bersangkutan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan merupakan prioritas baik bagi pihak penyedia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN: X, Vol.1, No.2, Oktober 2013

NOTULEN. Peserta rapat : Tim Akuntabilitas Kinerja: - Kepala Bagian - Kepala Bidang - Kasubag - Kasi KEGIATAN RAPAT

Peran dan Fungsi Komite Medik di Rumah Sakit

PANDUAN PENILAIAN KINERJA STAF MEDIS RUMAH SAKIT QIM

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015

RENCANA PROGRAM KERJA KOMITE KEPERAWATAN RSU. C-BMC TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan masyarakat sekitar rumah sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan

PEDOMAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS TAROGONG

LAPORAN KINERJA (LKj) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LAWANG TAHUN 2015

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS (MEDICAL STAFF BY LAWS) RSUD

TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI : BERKUALITAS DI SEMUA LINI PELAYANAN MISI TUJUAN SASARAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan (1, 2)

BAB I PENDAHULUAN. (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

HARAPAN DIREKTUR TERHADAP PERILAKU DOKTER SPESIALIS DAN DOKTER DI RSPI DALAM KONTEKS SISTEM KONTRAK KERJA

HOSPITAL BYLAWS PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT M.C.Inge Hartini 2009

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komite medik adalah perangkat RS untuk menerapkan tata kelola klinis agar staf medis di RS terjaga profesionalismenya. Clicinal governance (tata kelola klinis) merupakan sistem mutu yang dikembangkan sejak era 1990-an. Dengan sistem ini masyarakat dijamin akan mendapatkan pelayanan klinis yang terbaik. Indonesia masalah tata kelola klinis diatur dalam Undang-Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit (RS). Aturan pelaksanaannya adalah Peraturan Menteri Kesehatan No 755/Menkes/Per/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit. Komite medik bertanggung jawab dalam melakukan kredensial bagi seluruh staf medis yang melakukan pelayanan medis, menjaga disiplin, etika dan perilaku profesi, membantu direktur menyusun medical staff by law dan memantau pelaksanaannya, menyusun kebijakan dan prosedur etiko legal, meningkatkan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan dalam bidang medik dan melakukan monitoring dan evaluasi mutu pelayanan medis, kasus bedah, penggunaan obat, farmasi, terapi, ketepatan, kelengkapan dan keakuratan rekam medis, mortalitas dan morbiditas, medical review/ peer review/ audit medis melalui pembentukan sub komite (Permenkes RI No 755 Tahun 2011). Rumah Sakit Umum Daerah ( RSUD) Sijunjung merupakan rumah sakit Pemerintah kelas C. Dalam menjalankan aturan menurut Permenkes RI No 755 Tahun 2011, komite medik merupakan suatu hal yang wajib dimiliki begitu juga

2 halnya dengan RSUD Sijunjung. Pembentukan komite medik RSUD Sijunjung ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Direktur No.445/037/KEP-DIR/RSUD- SJJ/IX/2014 dan diperbaruai dengan Surat Keputusan direkrur No. 1 tahun 2016. Komite medik adalah wadah profesional di Rumah Sakit yang merupakan otoritas tertinggi dalam organisasi staf medis. Komite medik berfungsi membantu rumah sakit dalam mengawal mutu layanan kesehatan berbasis keselamatan pasien. Komite medis pembentukannya ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur dan bertanggung jawab langsung kepada direktur (Permenkes RI No 755 Tahun 2011). Berdasarkan data RSUD Sijunjung diketahui masih terdapat kecelakaan pada pasien yang meliputi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yaitu 0,43% (RSUD Sijunjung, 2016). Padahal berdasarkan indikator yang ditetapkan tidak boleh terdapat KTD di rumah sakit (WHO, 2004). Berdasarkan peran monitoring dan evaluasi dari komite medik RSUD Sijunjung diketahui dari angka 0,43% KTD, hal ini belum dilakukan monitoring dan evaluasi yang oleh komite medik. Hal ini menggambarkan tidak berjalannya monitoring dan evaluasi mutu pelayanan medis oleh komite medis. Dalam hal kinerja pelayanan, komite medik RSUD Sijunjung juga kurang memberikan feedback yang positif, padahal komite medik bertugas dalam peningkatan pelayanan dan melakukan monitoring dan evaluasi mutu pelayanan. Dari kinerja rumah sakit dapat dilihat sejauh mana kepuasan pasien terhadap rumah sakit. Indikator penilaian yang dilihat yaitu dilihat dari indikator tingkat pemanfaatan sarana pelayanan. Indikator-indiktor tersebut adalah bahwa selama dua tahun terakhir yaitu tahun 2013-2014 diketahui pencapaian Bed Occupancy

3 Ratio (BOR) mengalami penurunan. Tahun 2014 BOR diketahui 48,3%, menurun dibandingkan tahun 2013 yaitu 51,2%, sedangkan tahun 2015 yaitu 60,11% dan tahun 2016 menurun 52%. Selama empat tahun tersebut BOR RSUD Sijunjung belum mencapai standar yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI yaitu 70-80%. Berdasarkan hal ini diketahui bahwa angka BOR yang masih rendah di RSUD Sijunjung menunjukkan masih kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Length of Stay (LOS) RSUD Sijunjung tahun 2015 yaitu 4,1 hari meningkat pada tahun 2016 menjadi 4,2 hari. Dalam hal ini LOS RSUD Sijunjung belum mencapai target yang telah ditetapkan yaitu 6-9 hari. Hal ini menggambarkan masih kurangnya efisiensi terhadap pelayanan yang diberikan. Begitu pula dengan Turn Over Internal (TOI) RSUD Sijunjung juga menunjukkan kualitas pelayanan yang masih belum optimal, dalam hal ini data TOI RSUD Sijunjung cukup tinggi tahun 2016 yaitu 3,5 dibandingkan standar yaitu 1-3 hari (RSUD Sijunjung, 2016). Berdasarkan data mutu pelayanan dan efisiensi pelayanan serta tingkat keberhasilan di RSUD Sijunjung dapat dijelaskan tingkat pemanfaatan sarana pelayanan masih kurang dan kinerja masih kurang baik. Hal ini menyebabkan perlu adanya peningkatan pemberian pelayanan prima kepada pasien. Berdasarkan laporan survey indeks kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik pada RSUD Sijunjung tahun 2015 berdasarkan prosedur pelayanan, persyaratan, kejelasan petugas, kedisiplinan petugas, tanggung jawab petugas, kemampuan petugas, kecepatan pelayanan, keadilan mendapatkan pelayanan kesopanan dan keramahan petugas, kewajaran biaya pelayanan,

4 kepastian biaya pelayanan, kepastian jadwal pelayanan, kenyamanan lingkungan dan keamanan pelayanan diketahui bahwa indeks kepuasan masyarakat yang diperoleh yaitu 43,78 berada pada kategorisasi cukup baik. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti pelaksanaan rapat satu kali sebulan oleh komite medik tidak berjalan rutin, adanya perselisihan antara Staf Medis Fungsional (SMF) yang tidak diselesaikan oleh komite medik dan penyelesaiannya berujung kepada kepala bidang pelayanan medik bahkan direktur RS, tidak adanya konsultasi oleh dokter kepada konsulen terhadap kejadian penyakit yang tidak mampu ditangani sehingga menyebabkan adanya kesalahan diagnosis dan pada era Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dokter menyarankan obat yang tidak ditanggung oleh BPJS berdasarkan Formularium Nasional Kepmenkes No 328 tahun 2013. Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti tanggal 14 April 2017 kepada sekretaris komite medik di RSUD Sijunjung diketahui fasilitas berupa ruangan komite medik tidak ada, rapat tidak rutin dilakukan, keanggotaan komite medik didominasi oleh tenaga medis fungsional yang masih aktif sehingga memiliki kesibukan tersendiri yang menyebabkan tidak optimalnya penyelenggaraan tugas dan fungsi komite medik. Gerakan peningkatan mutu pelayanan medis adalah suatu bagian dari variabel yang dapat meningkatkan daya tarik suatu rumah sakit untuk digunakan oleh pemakainya sebagai tempat memperoleh pelayanan perawatan rawat inap. Dengan bertambahnya jumlah rumah sakit akan meningkatkan persaingan dalam meningkatkan mutu pelayanan, untuk mencapai keunggulan, maka rumah sakit harus memiliki suatu badan atau organisasi yaitu komite medik yang memiliki

5 kegiatan terarah serta berperan sebagai motor penggerak pelayanan rumah sakit (Soni, 2004). Kegiatan yang terarah dari komite medik diharapkan peningkatan mutu pelayanan profesi akan terjadi, dan hal yang dapat dipantau salah satunya melalui peningkatan rasio hunian (utilisasi) unit pelayanan rawat inap. Mekanisme yang umumnya digunakan untuk menjamin peningkatan utilisasi pelayanan rawat inap pasien adalah aplikasi prinsip bad apple theory dengan cara seleksi dan pendisiplinan terhadap dokter yang bekerja di rumah sakit. Badan akreditasi RS di Amerika (JCI) mempersyaratkan keberadaan mekanisme semacam ini bagi RS untuk menjaga peningkatan mutu pelayanan pasiennya. Mekanisme ini diyakini dapat mempertahankan profesionalisme para praktisi medis di RS karena upaya ini dapat meningkatkan mutu pelayanan RS (Fischella, 2015). Keberhasilan peningkatan utilisasi pelayanan rawat inap di rumah sakit bukan hanya hasil program kerja komite medik namun juga bidang lainnya yaitu bidang administrasi, bidang keperawatan dan pelayanan lainnya yang terkait. Namun, komite medik memiliki peran tersendiri sebagai promotor organisasi RS yang bekerjasama dengan bidang lainnya yang mengemban tugas penjaminan mutu pelayanan dan etika oleh tenaga medis yang secara langsung memiliki pengaruh kepada pelayanan yang diberikan kepada pasien. Data World Alliance for Patient Safety (2005) menyatakan bahwa hasil monitoring dan evaluasi pelayanan oleh komite medik bermanfaat untuk masukan terhadap pelayanan. World Health Assembly (2005) menyatakan bahwa hanya 40% pelayanan di RS didukung oleh peran komite medik dalam upaya peningkatan mutu pelayanan.

6 Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Analisis Pelaksanaan Peran Komite Medik dalam Upaya Peningkatan Utilisasi Pelayanan Rawat Inap di RSUD Sijunjung 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka dirumuskan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan peran komite medik dalam upaya peningkatan utilisasi pelayanan rawat inap di RSUD Sijunjung. 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui pelaksanaan peran komite medik dalam upaya peningkatan utilisasi pelayanan rawat inap di RSUD Sijunjung. 1.3.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah: 1. Diketahuinya komponen input (kebijakan, sumber daya manusia, dana, sarana dan prasarana serta standar operasional prosedur) pada pelaksanaan peran komite medik dalam upaya peningkatan utilisasi pelayanan rawat inap di RSUD Sijunjung. 2. Diketahuinya komponen proses (kredensial tenaga medis, mutu profesi, menyusun medical staff by law, mediko legal, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan dalam bidang medik dan monitoring dan

7 evaluasi utilisasi pelayanan rawat inap) pada pelaksanaan peran komite medik dalam upaya peningkatan utilisasi pelayanan rawat inap di RSUD Sijunjung. 3. Diketahuinya komponen output peningkatan peran komite medik RSUD Sijunjung dalam upaya peningkatan utilisasi pelayanan rawat inap ( Bed Occupacy Rate/ BOR). 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Dapat memberikan manfaat dalam hal pengembangan ilmu manajemen rumah sakit terkait pelaksanaan komite medik dalam upaya peningkatan utilisasi pelayanan rawat inap melalui pendekatan dan metode-metode yang digunakan. 1.4.2 Manfaat Praktis Sebagai bahan masukan pada RSUD Sijunjung untuk tetap terfokus memperhatikan bagaimana cara untuk meningkatkan pelaksanaan peran komite medik dalam upaya peningkatan utilisasi pelayanan rawat inap di RS.