BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Kemajuan teknologi pada era globalisasi terjadi di berbagai bidang. Hal ini berdampak pada penurunan aktivitas fisik di berbagai kalangan usia. Data susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) menyebutkan lebih dari 75% orang Indonesia memiliki aktivitas fisik rendah (Alifiah,2009). Aktivitas fisik rendah berpengaruh pada komposisi badan. Penelitian Rahmawati et al. (2007) menyebutkan terdapat perbedaan yang signifikan variabel antropometri endomorfi, mesomorfi, dan ektomorfi pada atlet voli, sepakbola, dan badminton bila dibandingkan dengan pelajar. Hal ini disebabkan adanya perbedaan aktivitas fisik dari setiap subyek. Salah satu contohnya bisa diliat melalui perbedaan berat badan pada atlet badminton sebesar 48,7 kg dan pelajar 53,2 kg. Longkumer (2014) dalam penelitiannya menyebutkan menonton TV >2 jam dapat meningkatkan nilai endomorfi dibanding 2 jam. Aktivitas fisik berbeda-beda pada setiap kalangan usia produktif baik anak-anak, remaja, dan dewasa. Pada remaja terjadi perubahan signifikan pada pertumbuhan dan 1
2 perkembangan yang terjadi saat adolesence growth spurt. Aktivitas fisik berpengaruh pada pertumbuhan remaja. (Toth, 2007) meneliti perbedaan pertumbuhan antara lakilaki dan perempuan yang aktif dan inaktif dengan hasil penelitian nilai endomorfi pada subyek inaktif lebih besar, sedangkan nilai ektomorfi lebih besar pada subyek aktif. Pada komposisi badan subyek aktif terjadi peningkatan otot relatif dan penurunan lemak relatif dibanding subyek inaktif. Mayoritas remaja saat ini memiliki aktivitas fisik rendah. Remaja di Hungaria dalam penelitian Toth (2007) memiliki peningkatan aktivitas fisik kategori rendah dari pre-pubertas hingga paska pubertas. Secara berurutan dari pre-pubertas, pubertas dan paska pubertas, data menunjukkan wanita yang memiliki aktivitas fisik inaktif berjumlah 22,9%, 29,1%, dan 35,8%, sedangkan pada laki-laki berjumlah 24,8%, 27,1%, 30,4%. Data Sarungbam (2013) juga menyebutkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi kegiatan aktivitas fisik inaktif pada remaja dari usia 11 tahun hingga 14 tahun sebesar 6,5% menjadi 30%. Berdasarkan penelitian di atas, penurunan aktivitas fisik menyebabkan peningkatan komposisi badan.
3 Peningkatan indeks massa badan berhubungan dengan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, peningkatan trigliserida dan LDL, serta rendahnya HDL (Taylor et al., 2010). WHO (1995) menyebutkan nilai indeks massa badan yang tinggi berhubungan dengan penyakit kronis pada saat dewasa dan menjadi penyebab mortalitas. Penyakit kronis merupakan penyakit berdurasi lebih dari 3 bulan yang memicu angka kejadian sindrom metabolik, morbiditas dan mortalitas. Penelitian Pierce et al. pada tahun 2012 di London menyimpulkan bahwa indeks massa badan dan percepatan usia menarche berhubungan dengan risiko diabetes tipe 2. Data pada National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) memaparkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi diabetes seiring dengan peningkatan massa badan. Berat badan normal memiliki prevalensi sebesar 8% yang meningkat menjadi 43% pada obesitas tingkat 3 (Nguyen et al., 2010). Komposisi badan dapat dinilai secara langsung dan tidak langsung, dan antropometri merupakan salah satu penilaian langsung. WHO (1995) menyatakan indikator antropometri yang direkomendasikan pada usia remaja adalah indeks massa badan. Indeks massa badan merupakan
4 perbandingan antara berat badan (kg) dan kuadrat dengan tinggi badan (cm²). Pengukuran status gizi lain dapat dilakukan dengan somatotipe. Somatotipe merupakan indikator antropometri dengan 3 komponen berupa ektomorfi, mesomorfi, endomorfi (Carter, 1980). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan di SMA Taruna Nusantara dengan judul penelitian Studi Aktivitas Fisik, Somatotipe dan Indeks Massa Badan pada Siswa SMA Taruna Nusantara. I.2 PERUMUSAN MASALAH Dari latar belakang di atas, maka dapat disusun perumusan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Apakah ada perbedaan ukuran antropometri, aktivitas fisik, indeks massa badan, dan komponen somatotipe antara remaja laki-laki dan perempuan siswa SMA Taruna Nusantara Magelang? 2. Apakah ada perbedaan aktivitas fisik, indeks massa badan, dan komponen somatotipe antara kelompok usia pada siswa SMA Taruna Nusantara Magelang?
5 3. Bagaimana hubungan aktivitas fisik terhadap komponen somatotipe dan indeks massa badan pada siswa SMA Taruna Nusantara Magelang? I.3 TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Melihat perbedaan ukuran antropometri, aktivitas fisik, indeks massa badan, dan komponen somatotipe antara remaja laki-laki dan perempuan siswa SMA Taruna Nusantara Magelang. 2. Melihat perbedaan aktivitas fisik, indeks massa badan, dan komponen somatotipe antara kelompok usia siswa SMA Taruna Nusantara Magelang. 3. Mengkaji hubungan aktivitas fisik terhadap komponen somatotipe dan indeks massa badan pada siswa SMA Taruna Nusantara Magelang. I.4 KEASLIAN PENELITIAN Berdasarkan referensi yang ada, penelitian yang mengkaji hubungan aktivitas fisik terhadap komponen somatotipe dan indeks massa badan pernah dilakukan sebelumnya, tetapi terkait dengan topik yang berbeda, antara lain :
6 1. Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Marta et al. pada tahun 2011 dengan judul Somatotype is More Interactive with Strength than Fat Mass and Physical Activity in Peripubertal Children. Penelitian ini memiliki variabel berupa lemak badan, aktivitas fisik yang dilihat dari push-up, lompat tinggi, lempar bola, kekukatan genggaman tangan, dan kekuatan Margaria- Kalemen, serta somatotipe. 2. Penelitian kedua berasal dari Zaccagni et al. (2014) dengan judul Body composition and physical activity in Italian university students. Penelitian ini mengkaji hubungan aktivitas fisik dengan presentase lemak pada dewasa muda. Indikator presentase lemak menggunakan indeks massa badan dan rasio pinggangtinggi badan. 3. Penelitian ketiga merupakan thesis dari Ning tahun 2011 dengan judul Relationship Between Different Level Of Frequency in Exercise with Somatotype Among Adult Men of Futsal Players. Penelitian ini mencari hubungan antara level frekuensi latihan dengan somatotype pada laki-laki dewasa pemain futsal.
7 Dari ketiga penelitian di atas, terdapat beberapa kesamaan variabel dengan penelitian yang akan dilakukan berupa aktivitas fisik, indeks massa badan, dan somatotipe. Penelitian di atas tidak menghubungkan ketiga variabel bersamaan, tetapi menggunakan variabel lain dalam penelitiannya. Adapun penelitian ini dilakukan pada subyek yang berbeda dimana subyek memiliki homogenitas dalam perihal konsumsi dan kegiatan fisik sehari-hari berupa olahraga pagi rutin, namun memiliki aktivitas olahraga pribadi yang berbeda-beda yang akan dijadikan variabel penelitian. I.5 MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari penelitian ini berupa : a. Dapat memberikan informasi ukuran antropometri, aktivitas fisik, indeks massa badan dan komponen somatotipe antara remaja laki-laki dan perempuan siswa SMA Taruna Nusantara Magelang. b. Dapat memberikan informasi aktivitas fisik, indeks massa badan dan komponen somatotipe antarkelompok usia siswa SMA Taruna Nusantara Magelang.
8 c. Dapat memberikan informasi perbedaan aktivitas fisik, komponen somatotipe dan indeks massa badan berdasarkan jenis kelamin dan rentang usia remaja khususnya pada siswa SMA Taruna Nusantara Magelang. d. Dapat memberikan kajian hubungan aktivitas fisik terhadap komponen somatotipe dan indeks massa badan remaja khususnya pada siswa SMA Taruna Nusantara Magelang. e. Sebagai data sekolah siswa SMA Taruna Nusantara Magelang. f. Sebagai penelitian awal yang dapat digunakan untuk membandingkan komponen somatotipe pada remaja daerah/sekolah lain.