BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas hidup seseorang tidak dapat didefinisikan secara pasti, hanya orang tersebut

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu masa awal

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Disamping. dan produktivitas kerja (Almatsier, 2002).

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Mampu mengenal dan mengetahui tanda, gejala dan pemeriksaan status mental yang menunjang dalam mendiagnosa pasien dengan gangguan skizofrenia.

PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG

Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

LAPORAN KASUS SKIZOFRENIA PARANOID PEMBIMBING : DR. A. SYAIFUL HD, SP.KJ

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mengalami proses perkembangan semasa hidupnya, mulai

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia

BAB II T1NJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh manusia dan penggunaannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III Demensia Delirium

BAB II TINJAUAN KONSEP

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan C. Manfaat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hampir sama dengan anak kebanyakan. Namun takdir berkata lain anak yang

BAB I KONSEP DASAR. menderita deferensiasi murni. Anak yang dengan defisiensi protein. dan Nelson membuat sinonim Malnutrisi Energi Protein dengan

KEBUTUHAN ENERGI SEHARI

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

Kata kunci: halusinasi audiotorik, sindrom ekstrapiramidal, skizofrenia paranoid, waham bizarre

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan orang lain yang

BAB II KETERAMPILAN PSIKOMOTOR KELOMPOK SISWA SMA KELAS XI MELALUI METODE PRAKTIKUM PADA PEMBELAJARAN SISTEM PENCERNAAN MAKANAN

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

METODE PENELITIAN. Keterangan: N = besar populasi n = besar subyek d 2 = tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0.1) n = 1 + N (d 2 )

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODOLOGI PENELITIAN

Bab 5. Ringkasan. Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan absorpsi yang diukur dari berat dan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Skizofrenia 1. Definisi Skizofrenia Istilah skizofrenia berasal dari kata Scihzo yaitu perpecahan atau bercabang dan phrenos yaitu jiwa. Istilah ini digunakan Euge Bleuler (1911). Karena penyakit ini menonjolkan gejala utama yaitu jiwa yang terpecah belah. Bleuler berpendapat bahwa istilah untuk menandakan adanya perpecahan antara pikiran emosi, dan perilaku pada pasien yang terkena (Sinaga, 2007). Adolf Meyer menerangkan bahwa skizofrenia dan gangguan mental lainnya adalah reaksi terhadap berbagai stress kehidupan yang dinamakannya sindrom suatu reaksi skizofrenik (Kaplan; dkk1997). Skizofrenia adalah suatu gambaran sindrom dengan berbagai penyebab dan perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang dipengaruh oleh faktor genetik, fisik, dan sosial budaya, ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar, kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual yang tetap terpelihara meskipun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian (Maslim, 2001). Gangguan skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikiatri dengan gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas proses pikir, waham yang kadang - kadang aneh, gangguan persepsi, afek abnormal yang tak terpadu dengan situasi nyata / sebenarnya, dan autisme. Meskipun demikian, kesadaran yang jernih dan kapasitas intelektual biasanya tidak terganggu (Depkes, 1985). 2. Etiologi Skizofrenia Penyebab skizofrenia adalah : a. Biologis 1) Abnormalitas otak yang menyebabkan respons neurobiologik yang maladaktif yang baru mulai dipahami yaitu bahwa otak terlibat luas dalam perkembangan

skizofrenia, lesi pada daerah area frontal, temperal, dan limbik paling berhubungan dengan perilaku psikotik. 2) Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia yaitu dopamine neurotransmmiter yang berlebihan, ketidakseimbangan antara dopamine dan neurotransmitter lain, masalah - masalah pada sistem reseptor dopamine. b. Genetik Penelitian pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan anak yang diadopsi telah diupayakan untuk mengidentifikasi penyebab genetik pada skizofrenia. Sudah ditemukan bahwa kembar identik yang dibesarkan secara terpisah mempunyai angka kejadian tinggi pada skizofrenia daripada pasangan saudara sekandung yang tidak identik. Penelitian genetik terakhir memfokuskan pada "gene maping" (pemetaan gen) dalam keluarga di mana terdapat angka kejadian skizofrenia yang tinggi. Perlu ditekankan bahwa menjadi saudara kembar satu telur pun secara otomatis tidak menjadi kepastian predisposisi dari perkembangan skizofrenia (Stuart dkk, 1998) Faktor genetik telah terbukti ada sangkut pautnya dalam perkembangan penyakit itu, tetapi adanya angka ketidakserasian yang cukup berarti (substantial discordance rate), di dalam anak kembar satu telur sekali pun, memberi petunjuk akan pentingnya faktor non genetik (Depkes, 1985) c. Psikologis Teori psikodinamika untuk terjadinya respons neurobiologik yang maladaptive belum didukung oleh penelitian, Sayangnya teori psikologik terdahulu menyalahkan keluarga sebagai penyebab gangguan ini. Sehingga menimbulkan kurangnya rasa percaya keluarga terhadap tenaga kesehatan jiwa professional. d. Sosiobudaya Stres yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia dan gangguan psikotik lain tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan (Stuart, dkk 1998). e. Endokrin

Teori ini ditemukan berhubungan dengan sering timbulnya skizofrenia pada waktu pubertas, kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium. f. Metabolisme Banyak orang menyangka penderita skizofrenia disebabkan oleh gangguan metabolisme, karena penderita tampak pucat dan tidak sehat, ujung ekstrimitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun. Pada penderita stupor katatonik, konsumsi zat asam menurun. g. Kelainan susunan syaraf pusat, yaitu pada diensefalon atau kortex otak. h. Teori Adolf Meyer Teori Adolf Meyer, yang mengatakan bahwa penyakit ini tidak disebabkan suatu panyakit badaniah tetapi ia mengakui bahwa suatu konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya skizofrenia i. Teori sigmun Freud Menurut teori ini maka pada skizofrenia terdapat : 1) Kelemahan ego yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun somatik. 2) Super ego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi sehingga yang berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisme 3) Kehilangan kapasitas untuk pemindahan (transference), sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin j. Sebagai suatu sindroma Skizofrenia merupakan suatu syndrome yang disebabkan keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa, penyakit badaniah seperti lesi otak, aterosklerosis otak dan penyakit lainnya yang belum diketahui. k. Gangguan psikomatik Skizofrenia sebagai suatu gangguan psikosomatik, gejala pada badan hanya sekunder karena gangguan dasar yang psikogenik, atau merupakan manifestasi somatik dari gangguan psikogenik. Tetapi pada skizofrenia justru kesukaran ialah untuk menentukan mana yang primer dan mana yang sekunder, mana yang merupakan penyebab dan mana yang akibatnya saja

Apapun penyebab gangguan skizofrenia, pada tingkat tertentu menghasilkan suatu gangguan biokimia di otak (Tabloid Aura, 1999). akan 3. Gejala dan Diagnosis Skizofrenia Menurut Bleuler (1911) membagi gejala skizofrenia menjadi dua kelompok yaitu ; a. Gejala primer meliputi gangguan proses pikir, gangguan emosi, gangguan kemauan, dan otisme b. Gejala Sekurunder meliputi waham, halusinasi, dan gejala katatonik atau gangguan psikomotorik atau lainnya. Walaupun tidak ada gejala - gejala yang patognomonik khusus, dalam praktek ada manfaat untuk membagi gejala tersebut ke dalam kelompok - kelompok yang penting untuk diagnosis dan yang sering terdapatnya bersama - sama. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas): a. " thought echo", isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya, "thought insertion or withdrawal", isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu daru luar dirinya (withdrawal); "thought broadcasting", isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya; b. "delusion of control, waham tentang dirinya dikedalikan oleh sesuatu kekuatan tertentu dari luar; atau "delusion of influence", waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau "delusion of passivity", waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang "dirinya ", secara jeias merujuk ke pergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);"delusiorial perception", pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat; c. Halusinasi auditorik yaitu suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien di antara

mereka sendiri atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh. d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya periha! keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dari dunia lain.) Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas: a. Halusinasi yang menetap daru panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, atapun disertai oleh ide-ide berlebihan (overvalued ideas] yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulanbulan terus-menerus; b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau neologisme; c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement], posisis tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor; d. Gejala-gejala "negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpuk atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi medikasi neuroleptika; Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih.harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial. (Maslim, 2001) 1. Tipe - Tipe Skizofrenia a. F.20 skizofrenia Paranoid

b. F20.1 skizofrenia hebefrenik c. F20.2 Skizorrenia katatonik d. F20.3 skizofrenia TakTerinci (Undifferentiated) e. F20.4 Depresi Pasca Skizofrenia f. F20.5 skizofrenia Residual Berikut ini pedoman penentuan diagnostik secara khusus untuk menentukan seorang penderita skizofrenia tergolong skizofrenia paranoid Pedoman diagnostik 1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia 2. Sebagai tambahan : a. Halusinasi dan / atau waham harus menonjol; Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing), b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh;halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol; c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendaiikan- (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau "passivity" (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas; gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara tidak nyata tidak menonjol. (Maslim, 2001) Penderita paranoid mempunyai satu pendapat (keyakinan) yang salah, segala perhatiannya ditujukan ke sana dan yang satu itu pula yang menjadi buah tuturnya, sehingga setiap orang yang ditemuinya akan diyakinkannya pula akan kebenarannya pendapatnya itu itu. Misalnya ada seorang suami yang menyangka bahwa istrinya berniat jahat kepadanya dan akan meracuninya. Maka selalu diusahakannya menghindari makan di rumah, karena takut akan termakan racun itu. Penderita merasa bahwa ada orang jahat kepadanya dan selalu berusaha menjatuhkan atau menganiayanya dan merasa bahwa dirinya adalah seorang pemimpin yang terbesar atau mungkin ia mengaku nabi (Darajat, 1986).

B. Status Gizi Status gizi seseorang adalah keadaan yang dapat memberikan petunjuk apakah seseorang itu menderita gizi kurang atau tidak. Seseorang disebut mempunyai status gizi kurang jika orang tersebut menunjukkan gejala kekurangan gizi (Soekirman,2000). Status gizi adalah merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk ke dalam tubuh dengan kebutuhan tubuh. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi yang baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat - zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak kemarnpuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat - zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksik yang membahayakan. Baik status gizi kurang maupun status gizi lebih terjadi gangguan gizi. C. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi dibedakan : 1. Langsung a. Klinik b. Biokimia c. Antropometri d. Biofisik 2. Tidak langsung a. Survai konsumsi makanan b. Statistik vital c. Faktor ekologi Antropometri gizi, berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidak seimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini biasanya terlihat

dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. Disamping itu pula IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti adanya edema, asites, dan hepatomegali. Rumus perhitungan IMT adalah adalah sebagai berikut: Berat badan (kg) IMT = Tinggi badan (m) x tinggi badan (m) Atau berat badan (dalam kilogram) dibagi kuadrat tinggi badan (dalam meter) TABEL 1. KATEGORI AMBANG BATAS INDEKS MASSA TUBUH Kurus Kategori IMT Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 18,5 Normal >18,5 25,0 Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0 27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0 Sumber : Depkes RI (1998). D. Faktor Faktor Status Gizi Pada prinsipnya status gizi ditentukan oleh dua hal yaitu ; 1. Terpenuhinya semua zat gizi yang diperlukan tubuh 2. Peranan faktor-faktor yang menentukan besarnya kebutuhan, penyerapan, dan penggunaan zat-zat gizi (Soekirman, 2000). Faktor- faktor lain yang mempengaruhi status gizi yaitu ; 1. Faktor eksternal antara lain konsumsi baik secara kuantitatif maupun kualitatif, infeksi internal, aktifitas, dan lain-lain. Makanan merupakan faktor yang menentukan kesehatan manusia dalam arti fisik, mental dan emosional. Dari makanan sehari-hari tubuh mendapat zat gizi yang merupakan bahan yang sangat dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan tubuh,

memelihara organ tubuh, pertumbuhan dan perkembangan otak. Untuk mendapatkan status gizi yang baik diperlukan jumlah makanan serta nilai gizi yang cukup dari makanan tersebut. 2. Faktor internal Status gizi merupakan keadaan kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan konsumsi makanan ( zat gizi ). Besarnya kebutuhan manusia akan zat gizi ditentukan pada penggunaan metaboliknya. Kebutuhan zat gizi ini pada tiap individu berbeda beda dipengaruhi : jaringan tubuh yang aktif, besar dan luas bidang permukaan, komposisi tubuh, jenis kelamin, usia, sekresi hormon, tonus pada waktu tidur, kondisi emosi dan mental, status kesehatan, dan kondisi khusus (Apriliadji, 1986). E. Kebutuhan Zat Gizi Pada Gangguan Skizofrenia Untuk hidup sehat diperlukan zat-zat gizi / nutrien. Masukan zat-zat gizi (biasa disebut makanan) adalah suatu yang sangat vital bagi makhluk hidup (Sediaoetama,1993). Berdasarkan fungsi dan kandungan zat gizinya, bahan makanan dapat digolongkan menjadi : 1. Zat gizi penghasil energi yaitu karbohidrat, lemak dan protein. Zat gizi penghasil energi ini sebagian besar dihasilkan oleh bahan makanan pokok. 2. Zat gizi pembangun sel, terutama dihasilkan oleh protein. Sehingga bahan pangan lauk pauk tergolong dalam zat gizi pembangun sel. 3. Zat gizi pengatur, kedalam kelompok ini termasuk vitamin dan mineral. Bahan pangan sumber vitamin dan mineral adalah sayur dan buah (Sediaoetama, 1993). Gejala pada gangguan skizofrenia antara lain gangguan proses pikir, gangguan emosi, gangguan kemauan, waham, halusinasi, dan gangguan psikomotorik lainnya. Sehingga untuk mengurangi stress diperlukan nutrisi yang cukup baik secara kuantitas maupun kualitas. Karena gizi mempengaruhi kemampuan individu dalam mengatasi stress baik fisik maupun mental dan sebaliknya nutrisi yang buruk akan memperberat stress. Stress atau gangguan emosi juga meningkatkan kebutuhan zat

gizi karena kebutuhan gizi seseorang juga dipengaruhi oleh gangguan emosional (Swarth, 2004). Pada situasi yang penuh dengan stres tubuh akan mengeluarkan epineprin ( adrenalin), suatu hormon stres yang dilepaskan dari kelenjar adrenal. Hormon ini bersama hormon lainnya beredar dalam tubuh akan meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung, kecepatan pernapasan dan mengubah proses tubuh lainnya. Sel-sel lemak melepaskan lemak kedalam aliran darah untuk meningkatkan persediaan energi bagi otot ( Swarth, 2004). Pertahanan terbaik untuk tubuh dalam kondisi stres / depresi / gangguan emosional adalah tubuh yang sehat dengan jaringan yang mengandung nutrisi secara optimal ( berstatus gizi baik). Kebutuhan energi, protein, lemak, karbohidrat dalam kondisi tersebut akan meningkat, sehingga jika kebutuhan zat gizi tersebut tidak tercukupi maka cadangan zat gizi tubuh akan digunakan dalam satu atau dua hari sehingga terjadi penghancuran otot, yang selanjutnya akan menurunkan sistem kekebalan ( Swarth, 2004). Makanan yang perlu diperhatikan dalam kondisi stres dan gangguan emosional adalah: 1. Konsumsi cukup energi, protein, lemak, dan karbohidrat 2. Konsumsi cukup vitamin B komplek, C, A, E, Mg, Ca, Zn, Fe. 3. Cukup cairan ( 6-8 gelas / hari) minuman tidak beralkohol, bercafeiin. 4. Batasi gula tidak lebih dari 10 % total energi. 5. Hindari makanan tinggi garam untuk mencegah peningkatan tekanan darah. Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak, dan protein yang ada di dalam bahan makanan. Energi tinggi dibutuhkan untuk penderita \ gangguan jiwa diantaranya skizofrenia karena keadaan emosi dan mental dapat meningkatkan basal metabolisme. Pengaruh keadaan mental terhadap energi basal metabolisme dapat menaikkan kebutuhan energi tersebut 4 %. Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Protein yang terdapat dalam makanan hewani maupun nabati dalam bentuk sederhana berupa asam amino menjadi bahan penting untuk

membangun jaringan dan saraf otak. Selain itu asam amino juga diperlukan untuk memproduksi zat kimia penghantar saraf otak ( neurotransmiter) yang berpengaruh pada emosi dan perilaku antara lain dopamin, norepenefrin, adrenalin dan serotin. WHO (1990) menganjurkan rata - rata konsumsi energi makanan sehari adalah 10-15 % berasal dari protein (Almatsier, 2001). Otak sekitar 20 % terdiri dari lemak. Sebanyak 50 % berat kering otak adalah lemak yang 50 % terdiri atas temak tidak jenuh ganda. Kolesterol merupakan komponen esensial membran struktur semua sel dan merupakan komponen utama sel otak dan saraf. WHO (1990) menganjurkan konsumsi lemak sebanyak 15-30 % kebutuhan energi total dianggap baik untuk kesehatan. Jumlah ini memenuhi kebutuhan akan asam lemak esensial dan untuk membantu penyerapan vitamin larut lemak. Di antara lemak yang dikonsumsi sehari dianjurkan paling banyak 10 % dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh, dan 3-7 % dari lemak tidak jenuh ganda. Konsumsi kolesterol yang dianjurkan adalah < 300 mg sehari. Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi bagi tubuh. Karbohidrat merupakan sumber utama energi harganya relatit murah. Sistem saraf otak tergantung pada glukosa untuk keperluan energinya. Karbohidrat sebagai sumber utama energi bagi otak dan susunan saraf, sehingga ketersediaan glukosa yang konstan harus tetap terjaga bagi kesehatan bagi jaringan tubuh atau organ tersebut. Demikian juga kekurangan glukosa dan 02 akan menyebabkan kerusakan otak atau kelainan saraf yang tidak dapat diperbaiki (Suharjdo dkk, 1992). Vitamin bukan makanan, tetapi merupakan katalisator untuk melancarkan reaksi kimia yang terjadi si dalam badan. Vitamin terdapat dalam jumiah sangat kecil dalam hampir setiap makanan, dan kalau makanan kita tidak bervitamin, dapat mengakibatkan berbagai penyakit. Vitamin B1 juga penting bagi tubuh dalam usahanya menghasilkan energi dari makanan yang dimakan. Kekurangan vitamin B1 akan mengakibatkan kelelahan dan kehabisan tenaga. Vitamin B1 juga mengendalikan tekanan darah, mengaktifkan syaraf, dan membantu tubuh mempertahankan derap metabolismenya. Kekurangan vitamin B1 dapat mengakibatkan asam beracun yang dapat merusak otak dan sel - sel saraf ( Swarth, 2004).

Mineral berperan penting dalam pertumbuhan dan fungsi otak. Mineral secara umum mengontrol volume otak agar sel- sel otak tetap segar, sehingga fungsi otak tetap terjaga. Pada penderita skizofrenia paranoid dengan gejala yang menonjol berupa waham / delusi dan halusinasi, penatalaksanaan gizi yang bertujuan agar penderita dapat menghadapi gejala yang berhubungan dengan gizi, dengan cara memberikan ijin kepada pasien untuk memilih makanan dan minuman sampai delusinya hilang setelah diobati. Usahakan untuk menghindari penggunaan makanan lewat pipa pada pasien karena akan meningkatkan perasaan dari penyiksaan ( Moore, 1997). F. Kebutuhan Energi Kebutuhan energi basal metabolisme atau energi minimal yang diperlukan tubuh untuk menjalankan proses tubuh yang vital (AMB) dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : (Almatsier, 2001) 1. Faktor jaringan aktif di dalam tubuh Semua jaringan tubuh aktif secara metabolik. Ada jaringan yang dipecah dan diganti dan melakukan fungsi-fungsi vital. 2. Besar dan luas bidang permukaan tubuh Ukuran tubuh merupakan perubah utama dalam menentukan pengeluaran energi seseorang yang memberi sumbangan lebih dari separoh AMB. Tubuh yang besar mempunyai AMB lebih tinggi daripada tubuh yang kecil. 3. Komposisi tubuh 4. Jenis Kelamin Laki-laki dan perempuan dengan umur, tinggi badan, berat badan yang sama mempunyai komposisi tubuh yang berbeda. AMB perempuan lebih rendah 5 % daripada laki-laki. 5. Usia AMB lebih tinggi pada usia muda daripada usia tua. Pada usia muda tubuh lebih banyak mengandung jaringan anpa lemak atau otot. Semakin tua tubuh semakin lebih banyak mengandung jaringan lemak, sehingga AMB menurun. 6. Sekresi kelenjar endokrin

Sekresi kelenjar-kelenjar tiroid dan adrenal meningkatkan AMB. Kekurangan sekresi kelenjar tiroid berupa hormon tiroksin menurunkan AMB, sebaliknya kebanyakan teriksin meningkatkan AMB. 7. Tonus pada waktu tidur Selama tidur otot-otot tubuh dan emosi mengalami relaksasi, ini akan menurunkan AMB sebanyak kurang lebih 10 %. 8. Kondisi emosi dan mental Pada kondisi emosi dan stres akan meningkatkan sekresi kelenjar adrenalin berupa epifrin atau adrenalin, sehingga akan meningkatkan AMB. 9. Kondisi khusus Dengan memperhitungkan berat badan, tinggi badan, dan umur Harris dan Benedict menetukan rumus untuk menghitung kebutuhan energi basal (AMB) atau resting metabolic expenditure ( RME ) adalah sebagai berikut : Laki - laki, RME = 66 + (13,7x BB )+ (5,0 xtb) - (6,8 x U) Perempuan, RME = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB >- (4,7x U) BB adalah berat badan dalam kg; TB adalah tinggi badan dalam cm; U adalah umur dalam tahun (Almatsier, 2003). Menurut Cerra (1984) dan Stump (1992) secara umum kebutuhan energi total (TEE) sehari dapat dihitung dari perkalian resting metabolic expenditure (RME), dengan factor stress (FS), dan activity energy expenditure (AEE) dengan persamaan sebagai berikut (Titus, 2000) : TEE = RME x FS x AEE Faktor Aktifitas Fisik: 1. Bedrest = RME x 1,2 2. Ringan = RMEx1,3 3. Sedang = RMEx1,4 4. Berat = RME x 1,5 Aktifitasi 1. Aktivitas berat yaitu aktifitas yang banyak menggunakan tenaga otot, seperti gaduh gelisah, banyak bicara, main tenis, main bulutangkis, dan lain-lain.

2. Aktivitas sedang yaitu aktifitas yang menggunakan tenaga otot agak banyak seperti senam, mencuci piring, menyapu, menjahit, dan lain-lain. 3. Aktifitas ringan yaitu aktifitas yang sedikit menggunakan tenaga otot seperti banyak tidur, banyak melamun, merawat diri dan lain-lain. (Wasingun, 1998) Faktor Stress 1. Stress ringan = 1,2 2. Stess Sedang =1,3 3. Stress Berat = 1,5 (Titus, 2000) Keadaan emosi dan mental menurut Haris Benedict dapat meningkatkan kebutuhan energi 4 %. (Suharjo dkk, 1992). G. Tingkat Konsumsi Energi Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh didalam susunan hidangan dan perbandingannya terhadap kebutuhan tubuh (Sediaoetama, 1991). Selain itu tingkat konsumsi individu di pengaruhi faktor-faktor internal meliputi emosi, kebiasaan, pendidikan, jenis kelamin, umur dan kesehatan (Roedjito, 1989). Tingkat konsumsi energi adalah prosentase perbandingan antara jumlah konsumsi dengan kebutuhan energi. TABEL 2 KATEGORI TINGKAT KONSUMSI ENERGI Kategori tingkat konsumsi energi Prosentase Defisit tingkat berat <70 Defisit tingkat sedang 70 79 Defisit tingkat ringan 80 89 Normal 90 119 Diatas kecukupan >119 Sumber : Kodya, A, dkk (1996) H. Penilaian Asupan Zat Gizi

Penilaian asupan makanan merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menilai status gizi secara tidak langsung. Penilaian status gizi melalui asupan makanan dimaksudkan untuk mengetahui jumlah energi, jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi melalui survey konsumsi makanan. Penilaian konsumsi makanan menghasilkan dua jenis data konsumsi yaitu kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif biasanya untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan dan menggali informasi tentang kebiasaam makan serta cara-cara memperoleh bahan makanan tersebut. Metode yang digunakan antara lain metode frekunsi makan, metode dietary history dan food list. Secara kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan daftar komposisi bahan makanan (DKBM) atau daftar lain seperti ukuran rumah tangga (URT) dan daftar konversi mentah masak. Metode yang digunakan antara lain : metode food recall 24 jam, food weighing, food account dan metode inventaris (Supariasa,2001). H. Kerangka Teori GAMBAR I FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI Sumber : Apriliadji, 1986 KONSUMSI MAKANAN ( ENERGI ) STATUS GIZI TINGKAT KEBUTUHAN

PENGGUNAAN METABOLIK Faktor jaringan aktif dalam tubuh Besar dan luas bidang permukaan tubuh Komposisi tubuh Jenis kelamin Usia Sekresi hormone Tonus pada waktu tidur Kondisi emosi dan mental Gerakan tubuh yang berat/aktifitas Kehamilan Kondisi tubuh yang sakit/status kesehatan J. Kerangka Konsep TINGKAT KONSUMSI ENERGI STATUS GIZI K. Hipotesa Ada hubungan antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi penderita skizofrenia paranoid di RSJ Prof. Dr Soeroyo Magelang.