BAB IV KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Kesesuaian Feng Shui..., Stephany Efflina, FIB UI, 2009

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VII KESIMPULAN. (Ch I). Empat Binatang Langit yang menaungi atau melindungi lokasi. Putih, Naga Hijau dan Burung Phoenix.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Rumah Ibadat Kelenteng. Gondomanan, Jl. Brigjend. Katamso No.3, Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kesesuaian Feng Shui..., Stephany Efflina, FIB UI, 2009

BAB 2 KELENTENG TANJUNG KAIT DAN CILEUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. Kontak antara Cina dengan Nusantara sudah terjadi sejak berabad-abad

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam kehidupan masyarakat Tionghoa. Seni meramal ini muncul

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan dipandang sebagai sarana bagi manusia dalam beradaptasi terhadap

Sejarah dan Arsitektur Kawasan Pecinan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang

RAGAM ORNAMEN ATAP KLENTENG JIN DE YUAN SEBAGAI SALAH SATU ASET DI KAWASAN KOTA TUA

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA Dan BUPATI KAYONG UTARA MEMUTUSKAN :

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DPRD KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG LAMBANG DPRD KABUPATEN PANGANDARAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Kondisi Geografis dan Penduduk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan kemajuan industri yang semakin berkembang pesat memacu peningkatan

BAB VI KESIMPULAN. Dari uraian pada bab-bab terdahulu, dapat dikemukakan. beberapa temuan sebagai kesimpulan dalam penelitian ini.

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH

PERANCANGAN ULANG KOMPLEKS KELENTENG HOK AN KIONG MUNTILAN

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

BAB. Bentuk Permukaan Bumi

BAB II DESKRIPSI BIRO EKONOMI DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN SETDA PROVINSI BANTEN

TESIS PENELITIAN RUMAH IBADAT KELENTENG DENGAN KAJIAN ILMU FENG SHUI STUDI KASUS PADA BANGUNAN RUMAH IBADAT KELENTENG HOK LING MIAU, GONDOMANAN,

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

UKDW PENDAHULUAN. GEDUNG GEREJA GKST BUKIT MORIA di KOTA PALU SULAWESI TENGAH CHRISMANTO LAULA PULAU SULAWESI KOTA PALU

87 Universitas Indonesia

DASAR-DASAR FENG SHUI

KONDISI UMUM 4.1. DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Makna Pada Bangunan Pagoda Tian Ti di Kenpark, Surabaya

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Interpretasi dan penggunaan nilai/angka koefisien dan keterangan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna.

Wilangan 17 Kota Emas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Erwinsyah Hasibuan (1996) dalam penelitian Tugas Akhirnya : kualitas

ULANGAN KENAIKAN KELAS IPA KELAS 4. I. Berilah tanda silang (x) pada huruf A,B,C dan D pada jawaban yang benar!

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

BAB I PENDAHULUAN. lainnya memiliki nilai spiritual. Anggapan ini membuat hewan, tumbuhan, dan

BAB BENTUK MUKA BUMI. Gambar 8.1 Salah satu contoh peta topografi untuk penggambaran relief permukaan bumi.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Salatiga merupakan kota kecil yang berada di lereng gunung Merbabu.

RANGKUMAN Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Majapahit merupakan kerajaan terbesar yang pernah dimiliki Indonesia pada

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Worm dan Hattum (2006), penampungan air hujan adalah

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Geographic Information and Spatial Information

YIN FENG SHUI DITINJAU DARI ALIRAN ANGIN PADA KLENTENG LIONG TJWAN BIO PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa budaya dari Etnis Tionghoa seperti Cheng beng, upacara

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Telah disepakati oleh beberapa ahli bahwa ajaran agama merupakan aspek

PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB II HAL TIDAK TERDUGA. akses menuju ke site yaitu dari jalan sukamulia, jalan imam bonjol dan jalan

Jenis Bahaya Geologi

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS

LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 3 TAHUN 2011 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB 3 SEJARAH DAN DESKRIPSI BANGUNAN KELENTENG TANJUNG KAIT

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. lingkungan maupun keadaan lingkungan saat ini menjadi penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah

Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rambu evakuasi tsunami

MEMBACA PETA RBI LEMBAR SURAKARTA MATA KULIAH KARTOGRAFI DASAR OLEH : BHIAN RANGGA J.R NIM : K

GEOGRAFI. Sesi PETA DAN PEMETAAN D. SIMBOL PETA. a. Berdasarkan Wujudnya

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambar 5.1. Zoning Ruang (sumber:konsep perancangan.2012)

Gb 3.9 Denah Candi Jiwa

BAB V PENDEKATAN & KONSEP. Pendekatan konsep didasarkan kepada karakteristik baik gua maupun kondisi lingkungan kawasan karst.

sebagai sumber pendapatan masyarakat. Indonesia mempunyai potensi sumber memberikan kontribusi yang besar bagi rakyatnya.

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

Konstruksi Atap. Pengertian, fungsi dan komponen konstruksi atap

Interpretasi Peta Tentang Bentuk dan Pola Muka Bumi. Bab

NURYANTO PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR-S1 DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk

Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak

SURAT KETERANGAN Nomor : Yang bertanda tangan di bawah ini : NIP : : Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

IDENTIFIKASI CIRI-CIRI PERUMAHAN DI KAWASAN PESISIR KASUS KELURAHAN SAMBULI DAN TODONGGEU KECAMATAN ABELI KOTA KENDARI. Djumiko.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara Geografis Sorong terletak pada kawasan persilangan empat penjuru

Transkripsi:

BAB IV KESIMPULAN Penyesuaian terjadi pada masyarakat Cina yang bermukim atau tinggal di Nusantara. Orang-orang Cina telah ada dan menetap di Nusantara sejak lama. Pada perkembangan pada masa selanjutnya, mereka membentuk kumpulan komunitasnya yang memiliki perbedaan dari masyarakat Cina di negeri asalnya. Orang-orang Cina yang telah tinggal lama di Nusantara tersebut banyak yang menikah dengan penduduk pribumi sehingga dari keturunan merekalah terbentuk kaum yang dinamakan peranakan. Salah satu bentuk dari adanya penyesuaian orang-orang Cina yang datang ke Nusantara dan menetap terlihat dari pembangunan-pembangunan tempat dia tinggal, berkumpul, atau melakukan aktivitas baik yang bersifat profan maupun yang bersifat sakral, dari cara mereka berpakaian dan lain-lain. Klenteng merupakan salah satu wujud material dari kebudayaan yang bersifat sakral. Pembangunan suatu kelenteng tidak dapat dilepaskan dari feng shui. Feng shui yang dalam bahasa Cina sehari-hari diterjemahkan sebagai angin dan air, adalah suatu istilah tentang aturan penempatan letak gedung dan bangunan buatan manusia agar seimbang dan menguntungkan dengan lingkungan fisik disekitarnya. Dalam pembangunan bangunan Cina konsep kesesuaian dengan alam diperhatikan. Di Cina, sudah sejak 3000 tahun yang lalu, gedung pemerintahan dan istana kerajaan dibangun menurut feng shui. Feng shui merupakan ilmu (science) yang memperhitungkan elemen-elemen di dalam alam. Di dalam feng shui diperhitungkan 5 unsur (Wu xing), yaitu tanah, logam, air, api, dan kayu. Lima unsur tersebut dapat bersifat menghasilkan dalam artian di sini menguntungkan; tetapi, dapat pula bersifat merusak. Lima unsur yang bersifat menghasilkan adalah tanah mengandung logam, logam menghasilkan air, air menyuburkan kayu, kayu dapat membuat api, api menghasilkan tanah (abu). Sedangkan lima unsur yang bersifat merusak adalah tanah menyerap air, air memadamkan api, api mencairkan logam, logam menghancurkan kayu, kayu menembus tanah lewat akar-akarnya. Lalu terdapat unsur yang bersifat

melemahkan, siklus unsur tersebut antara lain air melemahkan logam, logam melemahkan tanah, tanah melemahkan api, api melemahkan kayu, dan kayu melemahkan air (Teh, 2007: 147). Penerapan feng shui pada Kelenteng Tanjung Kait antara lain terlihat pada penggunaan warna merah, putih, hijau, kuning, dan biru pada klenteng. Warna-warna tersebut merupakan simbol dari lima unsur feng shui dan memiliki artinya masing-masing dalam arah, musim, dan organ-organ tubuh. Aturan feng shui lain yang juga diterapkan di Kelenteng Tanjung Kait adalah ruang pemujaan utama yang ditujukan untuk dewa utama yang dipuja di Kelenteng tersebut. Ruang utama pada Kelenteng Tanjung Kait ditujukan untuk Kongco Soe Kong, yang dipercaya sebagai dewa pelindung para imigran. Menurut feng shui, seharusnya ada dinding padat di sebelah utara. Pada Kelenteng Tanjung Kait, dinding padat yang terbuat dari bata dan semen ada di sebelah utara juga. Aturan feng shui lain yang diterapkan pada Kelenteng Tanjung Kait adalah adanya tanah lapang di depan bangunan agar arus ch i menjadi lancar. Di Kelenteng Tanjung Kait, terdapat tanah lapang di depan bangunan utama yang sekarang digunakan sebagai tempat parkir kendaraan. Penerapan feng shui berdasarkan bentang alam yang diterapkan pada Kelenteng Tanjung antara lain mengatakan bahwa bangunan sebaiknya berada di dekat sumber air, seperti mata air, sungai, atau laut. Pada kasus Kelenteng Tanjung Kait sumber air terletak di pada sebelah barat, utara, dan timur dari kelenteng, sumber air tersebut adalah Laut Jawa. Aturan feng shui lain yang mengatakan bahwa sebaiknya bangunan didirikan di atas tanah yang ditinggikan. Pada kompleks Kelenteng Tanjung Kait, bangunan-bangunannya didirikan di atas pondasi yang ditinggikan. Hal ini merupakan perwujudan dari tanah yang ditinggikan, hal ini juga merupakan penangkal dari keberadaan Kelenteng Tanjung Kait yang didirikan di daerah berkontur datar. Aturan feng shui lain yang diterapkan pada bangunan kelenteng Tanjung Kait adalah bangunan tersebut memiliki pintu gerbang atau gapura. Terdapat gerbang berbentuk paduraksa di bagian selatan kelenteng; aturan feng shui lain mengenai arah pintu gerbang bangunan seharusnya menghadap ke arah Li. Pintu gerbang menghadap ke arah selatan menurut feng shui.

Sementara itu, aturan-aturan feng shui yang tidak diaplikasikan pada Kelenteng Tanjung Kait yang berkaitan dengan bentang alam, antara lain: terdapat aturan feng shui yang mengatakan bahwa bangunan sebaiknya didirikan di tanah yang baik, dalam artian di sini adalah tanah yang bergelombang atau berkelokkelok. Hal ini tidak diaplikasikan pada Kelenteng Tanjung Kait. Kelenteng ini dibangun di atas tanah yang berkontur datar. Hal ini karena kelenteng tersebut terletak di daerah pantai. Hal tersebut menurut feng shui dipandang kurang baik, akan tetapi untuk menangkalnya, bangunan kelenteng didirikan di atas pondasi yang ditinggikan sehingga melambangkan bahwa bangunan tersebut didirikan di atas tanah yang ditinggikan. Aturan feng shui lain yang juga tidak diterapkan pada Kelenteng Tanjung Kait adalah arah hadap bangunan sebaiknya menghadap ke arah Li atau selatan feng shui. Arah hadap bangunan utama menghadap barat magnetik. Jika dilihat dari perspektif feng shui, arah tersebut menghadap ke arah Zhen atau timur di dalam feng shui. Aturan feng shui lain yang juga tidak diterapkan pada Kelenteng Tanjung Kait adalah bangunan kelenteng Tanjung Kait tidak memiliki impluvium, yakni sebidang halaman kecil di tengah bangunan yang berfungsi sebagai tempat terkumpulnya air hujan yang jatuh dari atap. Aturan feng shui lain yang tidak diterapkan adalah jumlah ruangan atau bangunan terdiri dari angka ganjil 1, 5, dan 9 karena jumlah ruangan utama pada Kelenteng Tanjung Kait berjumlah empat buah. Aturan feng shui terakhir yang tidak diterapkan adalah tidak adanya hiasan pada bubungan atap kelenteng. Sementara itu, penerapan aturan feng shui pada Kelenteng Cileungsi antara lain terlihat pada penggunaan warna merah, putih, hijau, kuning, dan biru pada klenteng. Warna-warna tersebut merupakan simbol dari lima unsur (wu xing) dari feng shui. Jumlah ruangan atau bangunan terdiri dari angka ganjil 1, 5, dan 9. kelenteng Cileungsi terdiri dari lima ruangan utama, yakni Bangunan utama, Bangunan Ti Kong, Vihara Metta Dharma, Keraton Aki Jenggot, dan Keraton Mbah Mega Mendung. Bangunan Kelenteng Cileungsi memiliki pintu gerbang atau gapura. Aturan feng shui lain yang juga diterapkan pada Kelenteng Cileungsi adalah ruang pemujaan utama ditujukan untuk dewa utama yang dipuja di

kelenteng tersebut. Ruang suci utama ditujukan untuk Hian Tan Kong, yakni dewa dataran tinggi. Pada Kelenteng Cileungsi terdapat hiasan pada bubungan atap kelenteng. Hiasan itu berupa dua naga yang saling berhadapan dan mengapit sebuah mutiara. Aturan-aturan feng shui yang diterapkan pada Kelenteng Cileungsi dan berkaitan dengan bentang alam, antara lain: Kelenteng Cileungsi berada di dekat sumber mata air, baik itu berupa mata air, sungai, ataupun laut. Kelenteng Cileungsi terletak di dekat aliran Sungai Cileungsi. Sungai Cileungsi tersebut berada di sebelah barat dari bangunan kelenteng. Selain itu, aturan lain dari feng shui lain yang diterapkan di Kelenteng Cileungsi adalah bangunan tersebut didirikan di atas tanah yang ditinggikan. Bangunan-bangunan utama Kelenteng Cileungsi didirikan di atas pondasi masif yang juga ditinggikan. Aturan feng shui lain yang juga diterapkan pada kelenteng ini adalah Kelenteng Cileungsi dibangun di tanah yang menurut pandangan feng shui dianggap baik, dalam artian di sini adalah tanah yang bergelombang atau berkelok-kelok. Hal ini dikarenakan Kelenteng Cileungsi didirikan di atas tanah perbukitan di daerah Cileungsi, Kabupaten Bogor. Aturan feng shui bahwa bangunan sebaiknya membelakangi gunung atau pegunungan diterapkan pada Kelenteng Cileungsi. Bagian belakang dari Kelenteng Cileungsi terdapat pegunungan yakni pegunungan Gede- Pangrango. Aturan feng shui yang diterapkan pada Kelenteng Cileungsi yang berkaitan dengan arah antara lain terlihat pada arah hadap bangunan utama dan pintu gerbang utama kelenteng. Arah hadap bangunan Kelenteng Cileungsi menghadap ke arah Li atau selatan feng shui, arah ini dianggap baik menurut feng shui karena dianggap sebagai arah datangnya kehangatan. Pintu gerbang bangunan utama Kelenteng Cileungsi juga menghadap ke arah Li atau selatan feng shui, sehingga dipercaya membawa ch i yang baik masuk ke dalam ruangan. Sementara itu, aturan-aturan yang tidak diterapkan pada Kelenteng Cileungsi antara lain: Bangunan kelenteng memiliki impluvium, yakni sebidang halaman kecil di tengah bangunan yang berfungsi sebagai tempat terkumpulnya air hujan yang jatuh dari atap. Pada Kelenteng Cileungsi juga tidak terdapat dinding padat di sebelah utara. Pada bagian utara terdapat pintu gerbang utama

Kelenteng Cileungsi. Selain itu, pada Kelenteng ini juga tidak terdapat tanah lapang di depan bangunan agar ch i dapat mengalir, hal ini dikarenakan pemukiman penduduk di sekeliling kelenteng yang padat. Pengaplikasian aturan feng shui pada kedua kelenteng memiliki jumlah yang besar. Sekalipun jumlah aturan feng shui yang diaplikasikan pada kedua klenteng tersebut besar, akan tetapi, pada Kelenteng Tanjung Kait kecocokan antara aturan feng shui yang berlaku daripada Kelenteng Cileungsi lebih sedikit. Kelenteng Cileungsi dibangun lebih sesuai dengan feng shui. Hal tersebut karena keterbatasan-keterbatasan pada lingkungan di daerah Tanjung Kait. Akan tetapi, hal ini dapat diatasi dengan jalan memberi penangkal-penangkal baik lewat simbol atau hal-hal lain sehingga pengaruh negatif dapat dihilangkan.