Kerangka Acuan Pelatihan HAM bagi Hakim PN : Toleransi dalam Kebhinekaan sebagai Paradigma Peradilan A. LATAR BELAKANG Toleransi sebagai suatu sikap atau pendirian individu akan selalu didasarkan pada beberapa sistem nilai dan pandangan hidup tertentu. Sementara itu, toleransi pada tingkat negara terhadap keyakinan dan praktik-praktik yang berbeda bisa atau tidak bisa didasarkan pada nilai-nilai atau pandangan hidup dari suatu agama atau tradisi tertentu. Sejarah mencatat, toleransi telah mendukung perkembangan peradaban manusia. Praktek keberagaman telah bisa menunjukkan toleransi antar umat beragama. Sebaliknya, sikap intoleransi telah menghancurkan peradaban manusia. Laporan situasi kebebasan beragama atau berkeyakinan (KBB) di Indonesia tahun 2014 yang dikeluarkan lembaga-lembaga hak asasi manusia, antara lain The Wahid Institute, Setara Institute, dan ELSAM, menunjukkan tingkat pelanggaran KBB relatif menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, dalam pantauan ELSAM, penurunan tersebut tidak dibarengi atau bukan karena adanya tindakan aktif negara dalam melaksanakan kewajiban menghormati, melindungi, dan memenuhi hak kebebasan beragama atau berkeyakinan warga negaranya. Melainkan, diantaranya karena adanya peningkatan kesadaran pentingnya toleransi di kalangan masyarakat. Dalam pantauan ELSAM, Sepanjang tahun 2014 setidaknya terdapat tujuh perkara berbasis agama atau keyakinan yang berproses hukum hingga pengadilan. Putusanputusan pengadilan terhadap perkara-perkara tersebut masih belum memenuhi rasa keadilan minoritas korban pelanggaran hak kebebasan beragama atau berkeyakinan. Namun juga terdapat beberapa putusan yang penting untuk menjadi yurisprundensi, misalnya telah memasukan instrumen-instrumen hak asasi manusia. Fenomena yang mewarnai peradilan perkara-perkara berbasis agama atau keyakinan khususnya pada tingkat pengadilan diantaranya adalah : 1). Adanya hukuman ringan terhadap pelaku atau membebaskan pelaku ; 2). Adanya perlakuan hakim yang tidak imparsial ; 3) Hakim sebagai pemegang kuasa arus lalu lintas persidangan kurang tegas. Sehingga teror dan intimidasi kerap mewarnai sidang-sidang karena dalam perkaraperkara berbasis agama, ruang sidang selalu diduduki massa intoleran ; 4). Kriminalisasi terhadap korban ; 5). Hakim jarang sekali menggunakan instrumen hak asasi manusia dalam membuat putusan. 1
Melihat situasi itu diperlukan cara pandang yang sama, yang objektif terhadap kasuskasus berbasis agama/ kepercayaan. Sehingga, penghormatan terhadap nilai-nilai hak asasi manusia dapat diaplikasikan pada institusi pengadilan. Terlebih institusi peradilan juga memiliki kewajiban untuk menjaga dan memperkuat Kebhineka Tunggal Ika-an Indonesia. Oleh karenanya, dalam rangka mengembangkan pemahaman dan penghormatan hak asasi manusia, khususnya yang berkaitan dengan kebebasan agama atau keyakinan, ELSAM bekerjasama dengan Badiklat Litbang Kumdil Mahkamah Agung Republik Indonesia, menyelenggarakan Pelatihan Hak Asasi Manusia dengan tematik isu Hak Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan. Secara umum, pelatihan ini dimaksudkan untuk membangun paradigma dan memperluas cara pandang hakim terhadap isu toleransi dalam kebhinekaan, dan hak kebebasan beragama atau berkeyakinan Sehingga diharapkan melalui pelatihan ini hakim akan mampu memahami bahwa kemerdekaan beragama merupakan hak asasi tiap manusia, dan memahami peran penting pengadilan untuk mewujudkan keadilan bagi korban dalam kasus-kasus berdimensi agama atau keyakinan. B. TUJUAN PELATIHAN 1. Hakim memiliki paradigma toleransi dalam kebhinekaan 2. Hakim memiliki kemampuan mengidentifikasi dan mengenali kasus-kasus berbasis agama atau keyakinan yang pernah terjadi di Indonesia 3. Hakim memiliki pengetahuan dan pemahaman yang meningkat bahwa beragama atau berkeyakinan merupakan bagian dari hak asasi manusia yang wajib dihormati dan dilindungi 4. Hakim memiliki kemampuan untuk menggunakan berbagai instrumen hukum internasional dan nasional dalam memeriksa perkara-perkara berbasis agama atau keyakinan 5. ALUR KEGIATAN Jadwal pelatihan terlampir secara terpisah dari ToR ini 2
6. OUTLINE MATERI Pelatihan ini merupakan pelatihan paralel, yang dilaksanakan menjadi dua gelombang, dengan peserta yang berbeda, materi yang sama. Untuk materi kuliah umum di Bali maupun di Bogor, berikut adalah outline untuk makalah : I. Toleransi Beragama atau Berkeyakinan (KBB) dalam Kebhinekaan sebagai Paradigma I.1. Toleransi KBB dalam kebhinekaan sebagai nilai-nilai dan karakter universal 1.1.a Toleransi KBB dalam sistem sosial, budaya, sejarah, dan perkembangan bangsa-bangsa. I.2. Toleransi KBB dalam konteks kebhinekaan NKRI I.3. Melihat pandangan dan pengalaman toleransi KBB dalam sudut pandang II. Toleransi KBB dan Realitas Peradilan di Indonesia II.1. Toleransi dan Kemerdekaan Beragama II.2. Persekusi Keagamaan II.3. Perlindungan Hak atas Kemerdekaan Beragama II.4. Lingkup Hak atas Kemerdekaan Beragama II.5. Pembatasan atas Hak kemerdekaan beragama III. Toleransi dalam Peradilan III.1. Independensi dan Akuntabilitas Kekuasaan Kehakiman III.2. Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim III.3. Kedudukan dan Peranan Hakim dalam Sistem Peradilan 3
7. PESERTA Pelatihan diikuti oleh 50 orang peserta dari wilayah hukum tinggi Surabaya, Denpasar, Mataram, Jakarta, Banten, dan Makassar, yaitu : 1. Pengadilan Negeri Malang 2. Pengadilan Negeri Kediri 3. Pengadilan Negeri Surabaya 4. Pengadilan Negeri Blitar 5. Pengadilan Negeri Jember 6. Pengadilan Negeri Sampang 7. Pengadilan Negeri Banyuwangi 8. Pengadilan Negeri Bojonegoro 9. Pengadilan Negeri Pasuruan 10. Pengadilan Negeri Madiun 11. Pengadilan Negeri Magetan 12. Pengadilan Negeri Pamekasan 13. Pengadilan Negeri Situbondo 14. Pengadilan Negeri Denpasar 15. Pengadilan Negeri Tabanan 16. Pengadilan Negeri Gianyar 17. Pengadilan Negeri Bangli 18. Pengadilan Negeri Semarapura 19. Pengadilan Negeri Amlapura 20. Pengadilan Negeri Mataram 21. Pengadilan Negeri Sumbawa Besar 22. Pengadilan Negeri Selong 23. Pengadilan Negeri Dompu 24. Pengadilan Negeri Jakarta Utara 25. Pengadilan Negeri Jakarta Selatan 26. Pengadilan Negeri Serang 27. Pengadilan Negeri Tangerang 28. Pengadilan Negeri Rangkasbitung 29. Pengadilan Negeri Makassar 30. Pengadilan Negeri Maros 31. Pengadilan Negeri Takalar 32. Pengadilan Negeri Pangkajene 33. Pengadilan Negeri Janeponto 4
8. WAKTU DAN TEMPAT Pelatihan akan dilaksanakan pada : Pelatihan Waktu Tempat Jumlah Peserta Gelombang I Senin-Kamis 23-26 Februari 2015 Harris Hotel Tuban Bali, Jl. Dewi Sartika, Tuban Bali Indonesia 50 orang 9. PENYELENGGARA Kuliah umum ini diselenggarakan oleh Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM), sebagai bagian dari aktivitas advokasi kebebasan beragama atau berkeyakinan yang dilakukan oleh Elsam. Kegiatan ini diselenggarakan bekerjasama dengan Badan Diklat Litbang Kumdil Mahkamah Agung Republik Indonesia. Sekretariat : Jalan Siaga II No. 31 Pejaten Barat-Pasar Minggu-Jakarta 12510 Telp. (021) 797 2662, 7919 2564, Fax. (021) 7919 2519, Email. office@elsam.or.id Contact Person : Wahyu Wagiman 085882731262 Adiani Viviana 087873108307 Kania Emmanuela Mamonto 08812823594 Muhammad Almyzaan 087808363322 5