BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Permasalahan Jaringan internet di lingkungan Universitas Bina Nusantara dibagi menjadi 3 wilayah diantaranya daerah Anggrek, Syahdan, dan Taisir. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pengelompokan sampel. Adapun analisis terhadap permasalahan dilakukan dengan penyebaran kuesioner. 3.1.1 Kuesioner Untuk memperoleh pandangan serta penilaian pelanggan terhadap kinerja jaringan internet serta memahami tingkat kebutuhan pengguna, disebarkan kuesioner kepada 30 pelanggan sebagai responden. Responden kuesioner berasal dari kalangan mahasiswa yang menggunakan fasilitas internet dari berbagai provider di tempat kos mereka. Penggunaan sampel sebanyak 30 dari 180 pelanggan dinilai sudah cukup mewakili populasi dari daerah kos yang tersebar di sekitar lingkungan Universitas Bina Nusantara. 47
48 Pertanyaan Jumlah 1. Kira-kira sudah berapa lama anda menggunakan internet? a. kurang dari 1 bulan b. 1 sampai 6 bulan c. 6 bulan sampai 1 tahun d. lebih dari 1 tahun 6 4 20 2. Jaringan internet di kos anda menggunakan berapa provider? a. 1 provider b. 2 provider c. lebih dari 2 26 3 1 d. Tidak ada sama sekali 3. Dalam satu jaringan terdapat berapa komputer? a. kurang dari 5 b. 6 sampai 15 c. 16 sampai 20 d. lebih dari 20 10 9 11 4. Bagaimana cara jaringan kos anda melakukan koneksi ke internet? a. Via kabel 20
49 b. Via Wireless 10 5. Jika pilihan anda via kabel, sudah puaskah anda dengan layanan tersebut? a. Sangat puas b. Puas c. Kurang puas 16 14 d. Sangat kurang puas 6. Jika pilihan anda via wireless, sudah puaskah anda dengan layanan tersebut? a. Sangat puas b. Puas c. Kurang puas 14 16 d. Sangat kurang puas 7. Menurut anda bagaimana perbandingan koneksi via kabel dengan via wireless? a. Via kabel lebih baik dari via wireless b. Via wireless lebih baik dari via kabel c. Sama saja d. Tidak tahu 14 13 2 1 8. Berapa biaya yang anda habiskan dalam sebulan untuk internet? a. Kurang dari 100ribu b. 101ribu sampai 150ribu 4 26
50 c. 151ribu sampai 200ribu d. Lebih dari 200ribu 9. Apakah jaringan kos anda terhubung dengan jaringan kos lainnya? a. Ya b. Tidak 10 20 10. Jika iya, bagaimana menghubungkan jaringan anda dengan jaringan kos lainnya? a. Via kabel 10 b. Via wireless 11. Apa yang paling sering anda lakukan ketika terhubung dengan jaringan kos lainnya? a. Sharing data b. Chatting c. Browsing 25 4 1 d. Main game online 12. Masalah yang paling sering terjadi ketika terhubung dengan jaringan kos lainnya? a. Kecepatannya lambat b. Koneksi sering putus c. Jarang bisa terhubung 15 6 3
51 d. Tidak ada masalah 6 13. Jika tidak, menurut anda perlu tidak ada jaringan yang dapat menghubungkan anda dengan jaringan kos lainnya? a. Sangat perlu b. perlu 5 25 c. Tidak Perlu d. Sangat tidak perlu 14. Menurut anda cara koneksi apa yang paling pas untuk melakukan koneksi tersebut? a. Via wireless b. Via kabel 16 14 Tabel 3.1 Tabel hasil kuesioner Dari hasil kuesioner tersebut didapat informasi bahwa terdapat beberapa kos yang memiliki jaringan internet berbeda dengan lebih dari 1 provider sebagai penyedia layanannya. Sebagian besar responden menggunakan kabel untuk dapat melakukan koneksi ke internet, ada juga yang menggunakan wireless namun jumlahnya lebih sedikit. Responden yang menggunakan kabel lebih banyak puas dengan layanan tersebut dibanding dengan responden yang menggunakan
52 wireless. Terdapat beberapa jaringan kos yang satu dengan yang lainnya saling terhubung via kabel dan ada beberapa yang terhubung via wireless. Pada umumnya jaringan kos yang saling terhubung letaknya berdekatan. Kegiatan yang paling banyak dilakukan responden yang jaringan kosnya saling terhubung dengan jaringan kos lainnya adalah sharing data. Masalah yang sering ditemui adalah kecepatannya sangat lambat (sekitar 50 %), koneksi yang sering putus (sekitar 20%), jarang bisa terhubung(sekitar 10%), sedangkan 20% responden lainnya menjawab tidak ada masalah apapun. Berikut ini pengukuran throughput pada salah satu host yang didapatkan menggunakan aplikasi DU Meter untuk proses download file video dari internet : Gambar 3.1 Hasil pengukuran throughput Sebagian responden merasa perlu untuk bisa menghubungkan jaringan kos mereka dengan jaringan kos lainnya yang letaknya dekat maupun jauh dari lingkungan kos mereka. Sharing data, chatting, maupun kegiatan lainnya bisa dilakukan secepat menggunakan LAN. Menghubungkan jaringan kos yang letaknya berjauhan tidak mungkin
53 dilakukan via kabel, selain memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk kabel, hal tersebut sangat tidak efektif. Menanggapi permasalahan yang ada dibuatlah rancangan jaringan wireless yang bisa digunakan untuk mempermudah responden yang memiliki jaringan internet di kos mereka untuk bisa saling terhubung dengan jaringan kos lainnya yang letaknya berjauhan dan tidak bisa dijangkau via kabel dan berada di lingkungan Universitas Bina Nusantara. Memberikan solusi terhadap permasalahan baik yang berhubungan dengan kecepatan akses maupun biaya, sharing data, chatting maupun kegiatan lainnya bisa dilakukan secepat koneksi LAN biasa. Perancangan yang dibuat melalui beberapa tahap diantaranya persiapan devices yang dibutuhkan, pemilihan teknologi hingga membuat rancangan topologi, yang pada akhirnya dapat digunakan untuk mengimplementasikan rancangan jaringan wireless tersebut. 3.2 Pemilihan Teknologi Dalam perancangan ini, dipilih standar IEEE 802.11 untuk alasan kompatibilitas dan kemudahan dalam memperoleh peralatan. Dalam standar IEEE 802.11 ada empat teknologi yaitu 802.11a, 802.11b, 802.11g, dan 802.11n. Dalam perancangan ini menggunakan teknologi 802.11g dengan alasan bahwa saat ini teknologi 802.11g sudah diratifikasi dan beroperasi pada frekuensi 2.4 GHz seperti 802.11b tetapi mempunyai data rate maksimum yang lebih besar yaitu 54 Mbit/s. Perangkat 802.11g dapat saling berkomunikasi dengan
54 perangkat 802.11b. 802.11g mendapat tantangan yang sama seperti 802.11b yaitu sudah padatnya frekuensi 2.4 GHz karena frekuensi tersebut tidak hanya digunakan untuk komunikasi wireless tetapi juga untuk oven microwave, perangkat bluetooth dan telepon tanpa kabel (cordless phone). 3.3 Pemilihan Spread Spectrum Pada perancangan ini menggunakan DSSS dan bukan FHSS berdasarkan pertimbangan berikut : Ketersediaan dan kompatibilitas alat Wireless Ethernet Compatibility Alliance (WECA) menyediakan pengujian kompatibilitas peralatan yang menggunakan teknologi DSSS. Standar ini, yang disebut dengan WiFi, menjamin kompatibilitas antara peralatan yang sejenis yang telah lulus uji. Sedangkan tidak ada uji kompatibilitas sejenis untuk peralatan yang menggunakan teknologi FHSS. Karena jaminan kompatibilitas inilah, peralatan DSSS lebih banyak diminati, sehingga peralatan DSSS lebih mudah diperoleh dibandingkan dengan peralatan FHSS yang cenderung menurun penggunanya. Data rate dan throughput Teknologi FHSS memiliki data rate yang lebih kecil dibandingkan dengan DSSS. FHSS hanya mampu menyediakan data rate sebesar 2 Mbps dibandingkan DSSS yang mampu menyediakan
55 data rate sebesar 11 Mbps. DSSS dan FHSS memiliki throughput yang besarnya hanya setengah dari data rate. Dengan demikian DSSS mampu memberikan throughput sebesar 5-6Mbps dibandingkan dengan FHSS yang mampu memberikan throughput sebesar 1Mbps. Biaya Peralatan yang menggunakan teknologi DSSS lebih murah dibandingkan dengan peralatan yang menggunakan teknologi FHSS. 3.4 Peralatan Jaringan Peralatan yang digunakan meliputi beberapa perangkat baru dan perangkat yang telah tersedia. Seluruh hunian kos yang terlibat telah dilengkapi switch untuk jaringan lokalnya. Perangkat baru yang perlu ditambahkan adalah Access Point dan Router. 3.4.1 Router Ada 2 pilihan untuk pemakaian router, PC router dan router konvensional yang tersedia di pasaran. Sebagian besar kos yang tersambung ke internet telah dilengkapi router, baik berupa router konvensional maupun PC router. Router konvensional bisa dipilih dari beberapa vendor yang tersedia seperti Linksys, D-Link, 3Com. PC Router bisa menggunakan RouterOS Mikrotik yang cukup handal, versi terakhir
56 yang stabil adalah 2.9. Hal yang harus diperhatikan adalah dukungan router terhadap routing protocol yang akan digunakan yaitu RIPv2. 3.4.2 Switch Switch yang digunakan tidak terbatas pada merk tertentu. Pemilihan didasarkan pada kebutuhan masing-masing kos disesuaikan dengan jumlah host yang tersambung. Switch pada kos akan disambung ke router sehingga host akan dapat saling berhubungan dengan jaringan lokal kos lain. 3.4.3 Access Point Access point yang akan digunakan harus mendukung teknologi 802.11g. Teknologi ini memiliki transfer rate mencapai 54Mbps sehingga cukup memadai untuk kebutuhan jaringan. Merk yang digunakan bisa dipilih dari beberapa vendor yang menyediakan access point yaitu SMC, Linksys, D-Link. 3.4.4 Antena Koneksi wireless point-to-point yang jauh memerlukan antena eksternal yang disambungkan ke access point. Antena ini akan memperkuat sinyal yang dihasilkan sehingga dapat mencapai titik access point yang dituju. Antena yang disarankan adalah jenis antena 24 dbi yang berbentuk seperti parabola (antena directional).
57 3.4.5 Server Server yang dipasang akan menangani proses file transfer. Server kelas menengah atau PC server cukup mampu menangani proses-proses yang berjalan. Setidaknya diperlukan CPU dengan prosesor Pentium 4 berteknologi Hyper-Threading, RAM sebesar 512MB, dan harddisk berkapasitas 120GB. Spesifikasi tersebut telah diperhitungkan untuk melayani permintaan transfer file dan penyimpanan yang cukup banyak. Sistem operasi untuk server yang dipasang dapat dipilih dari keluarga Windows Server atau Linux. Kedua sistem ini memiliki keunggulan dan kelengkapan masing-masing dan memenuhi syarat untuk digunakan dalam jaringan kos.
58 3.5 Topologi Dalam setiap perancangan topologi jaringan selalu ada 2 bagian penting yang terkandung di dalamnya yaitu topologi logical dan topologi fisik. Kedua jenis topologi ini perlu dirancang dengan baik agar jaringan berfungsi dengan optimal. Berdasarkan hasil survey, posisi kos-kos yang akan tersambung dalam jaringan adalah sebagai berikut : Gambar 3.2 Denah kos
59 3.5.1 Topologi Fisik Secara fisik router-router yang berdekatan akan dihubungkan dengan media kabel UTP seperti pada koneksi antara Keluarga2-Keluarga3 sedangkan untuk jarak yang cukup jauh akan dihubungkan secara wireless seperti pada koneksi antara U2-U3. Gambar 3.3 Topologi Fisik
60 Koneksi wireless antar router secara point-to-point dapat digambarkan sebagai berikut : Router Access Point Access Point Router Gambar 3.4 Koneksi point to point Jaringan lokal pada masing-masing kos tidak perlu mengalami perubahan. Umumnya kos di lingkungan Universitas Bina Nusantara menggunakan topologi star yang cukup handal untuk faktor skalabilitas meskipun cukup boros dalam hal penggunaan kabel. Model topologi yang akan diimplementasikan dengan tambahan router dan server adalah sebagai berikut :
61 Gambar 3.5 Model topologi star Server akan diletakkan di node Senin2 karena hop count dari masing-masing router dalam jaringan akan seimbang. Router dan switch pada Senin2 akan bekerja lebih keras dibanding router-router yang lain karena banyak aliran data akan melalui router tersebut. Hal ini perlu diantisipasi dengan memilih router/pc dan switch dengan spesifikasi yang bagus sehingga lebih handal dalam menangani berbagai proses dalam jaringan.
62 3.5.2 Topologi Logical Topologi logical yang akan digunakan dalam perancangan jaringan kos ini adalah gabungan antara topologi star dan bus pada sambungan antar router. Topologi campuran semacam ini sering juga disebut dengan topologi hybrid. Gambar 3.6 Topologi Logical
63 3.6 Konfigurasi Ada beberapa konfigurasi yang perlu dilakukan setelah peralatan jaringan terpasang dengan baik. Dalam tahap ini setiap bagian harus dilakukan dengan teliti karena kesalahan akan lebih sulit ditelusuri. 3.6.1 Metode Koneksi Ada 2 jenis koneksi yang akan digunakan yaitu wired dan wireless. Kos-kos yang letaknya berdekatan akan dihubungkan langsung dengan media kabel UTP Cat 5E. Jenis kabel ini dipilih karena harganya yang tidak terlalu mahal dengan performa yang cukup memuaskan. Sambungan antara 2 kos yang berjarak lebih dari 30 meter akan dihubungkan secara wireless, bila perlu antenna eksternal akan disambungkan ke access point apabila jarak terlalu jauh antara access point. 3.6.2 Pengalamatan Pemilihan interval alamat akan didasarkan pada ketentuan pengalamatan IP non-publik kelas C yaitu antara 192.168.0.0 192.168.255.255 yang menyediakan network cukup banyak bagi kebutuhan jaringan kos. Koneksi point-to-point antar router akan menggunakan subnet mask 255.255.255.252 dimana terdapat 2 host untuk setiap network sehingga efisiensi penggunaan alamat IP akan tercapai. Berdasarkan rancangan topologi yang telah dibuat, terdapat 16 koneksi point-to-point. Pengalokasian alamat IP untuk koneksi-koneksi tersebut adalah sebagai berikut :
64 Alamat IP Koneksi Point-to-point 192.168.0.1 192.168.0.2 Taisir1 Taisir2 192.168.0.5 192.168.0.6 Taisir2 Senin1 192.168.0.9 192.168.0.10 Senin1 Senin2 192.168.0.13 192.168.0.14 Senin2 Keluarga1 192.168.0.17 192.168.0.18 Keluarga1 Keluarga2 192.168.0.21 192.168.0.22 Keluarga2 Keluarga3 192.168.0.25 192.168.0.26 Keluarga3 Keluarga4 192.168.0.29 192.168.0.30 Keluarga4 Keluarga5 192.168.0.33 192.168.0.34 Sandang1 Sandang2 192.168.0.37 192.168.0.38 Sandang2 U1 192.168.0.41 192.168.0.42 U1 U2 192.168.0.45 192.168.0.46 U2 U3 192.168.0.49 192.168.0.50 U3 Sepakat1 192.168.0.53 192.168.0.54 Sepakat1 Anggrek1 192.168.0.57 192.168.0.58 Anggrek1 Anggrek2 192.168.0.61 192.168.0.62 U2 Senin2 Tabel 3.2 Tabel alokasi alamat IP Alamat IP untuk setiap jaringan lokal di kos akan menggunakan subnet mask standar kelas C yaitu 255.255.255.0 dimana network pertama adalah 192.168.1.0.
65 3.6.3 Metode Routing Routing protocol yang digunakan adalah RIPv2. Protokol ini dipilih karena relatif mudah dalam proses konfigurasi dan didukung oleh berbagai perangkat router yang tersedia di pasaran. RIPv2 juga mendukung VLSM (Variable Length Subnet Mask) yang akan digunakan pada jaringan kos. Meskipun RIPv2 menggunakan periodic update yang memerlukan bandwidth besar pada setiap proses update, jaringan yang akan dibentuk memiliki bandwidth yang cukup untuk mengakomodasi proses tersebut. Throughput yang dihasilkan setidaknya akan mencapai 50Mbps. 3.7 Estimasi Biaya Untuk membangun sebuah jaringan Internet berbasiskan teknologi jaringan wireless diperlukan biaya sebagai berikut : Perangkat Jumlah Harga Satuan Harga Total Access point 12 unit Rp. 700.000,- Rp. 8.400.000,- Directional antenna 12 unit Rp. 200.000,- Rp. 2.400.000,- Kabel UTP 1000 meter Rp. 2000,- Rp. 2.000.000,- Konektor RJ45 66 unit Rp. 500,- Rp. 33.000,- Server 1 unit Rp. 3.000.000,- Rp. 3.000.000,- Router 17 unit Rp. 500.000,- Rp. 8.500.000,- Pigtail 12 unit Rp. 50.000,- Rp. 600.000,- Outdoor Box 12 unit Rp. 50.000,- Rp. 600.000,- Total Rp. 25.533.000,- Tabel 3.3 Tabel estimasi biaya Karena tidak menggunakan jasa provider sebagai sponsor untuk penyedian alat, maka semua biaya yang ada dibebankan kepada semua kos yang akan dihubungkan menggunakan teknologi wireless ini.