61 V. DESKRIPSI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 5.1. Keadaaan Geografis dan Administrasi Daerah Provinsi NTT terletak antara 8 0-12 0 Lintang Selatan dan 118 0-125 0 Bujur Timur. Luas wilayah daratan 48 718.10 km 2 tersebar pada 1 192 pulau (42 pulau dihuni dan 1 150 pulau tidak dihuni). Sebagian besar wilayahnya bergunung dan berbukit, hanya sedikit dataran rendah. Memiliki sebanyak 40 sungai dengan panjang antara 25-118 kilometer (BPS Provinsi NTT, 2010). Sebagian besar penduduk NTT berdomisili di Pulau Flores, Pulau Sumba, Pulau Timor, serta gugusan Kepulauan Lembata dan Alor. Luas daerah NTT menurut pulau dapat dilihat di Tabel 3. Tabel 3. Luas Daerah Nusa Tenggara Timur Menurut Pulau No. Pulau Luas Daerah (km 2 ) Persentase (%) 1. Sumba 11 040.00 22.60 2. Sabu 421.70 0.87 3. Rote 1 241.30 2.49 4. Semau 261.00 0.54 5. Timor 14 394.90 29.55 6. Alor 2 073.40 4.26 7. Pantar 711.80 1.46 8. Lomblen 1 266.00 2.60 9. Adonara 518.80 1.06 10. Solor 226.20 0.46 11. Flores 14 231.00 29.21 12. Rinca 212.50 0.44 13. Komodo 332.40 0.68 14. Lain-lainnya 1 814.10 3.72 NTT 48 718.10 100.00 Sumber: BPS Provinsi NTT (2010). Pada tahun 2009 Provinsi NTT terdiri dari 20 kabupaten dan 1 kota, 287 kecamatan, 297 kelurahan, dan 2 539 desa. Jumlah desa terbanyak di Kabupaten
62 Belu sebanyak 296 desa, sedangkan yang paling sedikit jumlah desa adalah Kabupaten Sumba Barat Daya sebanyak 41 desa. Kabupaten/kota di Provinsi NTT dapat dilihat di Tabel 4. Tabel 4. Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tahun 2009 No. Kabupaten/Kota Ibu Kota Luas Daerah Persentase (km 2 ) (%) 1. Sumba Barat Waikabubak 2 183.18 4.48 2. Sumba Timur Waingapu 7 000.50 14.37 3. Kupang Kupang 5 895.30 12.10 4. Timor Tengah Selatan So E 3 947.00 8.10 5. Timor Tengah Utara Kefamenanu 2 669.70 5.48 6. Belu Atambua 2 445.60 5.02 7. Alor Kalabahi 2 864.60 5.88 8. Lembata Lewoleba 1 266.00 2.60 9. Flores Timur Larantuka 1 813.20 3.72 10. Sikka Maumere 1 731.90 3.55 11. Ende Ende 2 064.50 4.20 12. Ngada Bajawa 1 645.88 3.38 13. Manggarai Ruteng 2 096.44 4.30 14. Rote Ndao Ba a 1 280.00 2.63 15. Manggarai Barat Labuan Bajo 2 397.03 4.92 16. Sumba Barat Daya Tambolaka 1 480.46 3.04 17. Sumba Tengah Anakalang 1 868.74 3.84 18. Nagekeo Mbay 1 416.96 2.91 19. Manggarai Timur Borong 2 642.93 5.42 20. Sabu Raijua Seba 421.79 0.87 21. Kota Kupang Kupang 26.18 0.05 NTT 48 718.10 100.00 Sumber: BPS Provinsi NTT (2010). 5.2. Keadaan Iklim Seperti halnya di tempat lain di Indonesia, di Provinsi NTT hanya dikenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pada bulan Juni - September arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember - Maret arus angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik
63 sehingga terjadi musim hujan. Keadaan seperti ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April - Mei dan Oktober - Nopember. Mengingat Provinsi NTT dekat dengan Australia, arus angin yang banyak mengandung uap air dari Asia dan Samudera Pasifik sampai di wilayah NTT keadaan uap airnya sudah berkurang yang mengakibatkan hari hujan di Provinsi NTT lebih sedikit dibanding wilayah yang dekat dengan Asia. Hal ini menjadikan Provinsi NTT sebagai wilayah yang tergolong kering dimana hanya empat bulan (Januari - Maret dan Desember) yang keadaannya relatif basah dan delapan bulan sisanya relatif kering (BPS Provinsi NTT, 2010). 5.3. Penduduk dan Ketenagakerjaan Jumlah penduduk NTT tahun 2009 hasil proyeksi BPS sebanyak 4 619 655 jiwa dengan kepadatan 95 jiwa per kilometer persegi. Bila dilihat penyebarannya dari total penduduk NTT, yang terbesar berada di Kabupaten Belu 10.09 persen, disusul Kabupaten Timur Tengah Selatan (TTS) dan Kabupaten Kupang masingmasing sekitar 9 persen. Sedangkan yang paling sedikit persentase penduduknya terhadap total penduduk NTT yaitu di Kabupaten Sumba Tengah sebesar 1.33 persen (BPS Provinsi NTT, 2010). Kepadatan penduduk terbesar di Kota Kupang sebesar 11 441 jiwa per km 2 dan terendah di Kabupaten Sumba Timur dan Sumba Tengah sebesar 33 jiwa per km 2. Kabupaten yang cukup padat penduduknya di atas 100 jiwa per km 2, yaitu Kabupaten Belu, Sumba Barat Daya, Flores Timur, Sikka, Ende, dan Timor Tengah Selatan. Sedangkan kabupaten yang lain kepadatan penduduknya berkisar 50-98 jiwa per km 2.
64 Data BPS Provinsi NTT tahun 2009, diperoleh gambaran bahwa dari 3 121 422 penduduk NTT yang berusia 15 tahun ke atas 72.09 persen diantaranya merupakan angkatan kerja. Angkatan kerja yang melakukan aktifitas bekerja sebanyak 69.22 persen dan sisanya 2.86 persen aktif mencari pekerjaan. Untuk penduduk yang bekerja sebanyak 2 160 733 orang pada tahun 2009, ternyata 751 996 orang (34.80 persen) diantaranya sebagai tenaga kerja tidak dibayar. Pekerja tidak dibayar ini sebanyak 503 370 orang (66.94 persen) diantaranya perempuan. Apabila diamati menurut lapangan pekerjaan utamanya, 69.15 persen bekerja di sektor pertanian, 9.48 persen di sektor kemasyarakatan, 6.90 di sektor perdagangan dan rumah makan, 6.23 di sektor industri pengolahan. Bekerja di sektor bangunan serta sektor angkutan, pergudangan, dan komunikasi masingmasing sekitar 2-5 persen, sementara untuk sektor-sektor lainnya kurang dari dua persen. Persentase pendidikan pekerja penduduk Provinsi NTT tahun 2009 sekitar 69.14 persen adalah tidak/belum pernah sekolah dan tidak/belum tamat Sekolah Dasar dan hanya 13.55 persen hanya tamat Sekolah Dasar. Dengan demikian, persentase angka tenaga kerja di Provinsi NTT 82.69 persen hanya berpendidikan Sekolah Dasar ke bawah, angkatan kerja dengan pendidikan Sekolah Menengah Pertama sekitar 8.83 persen, Sekolah Menengah Tingkat Atas sekitar 4.18 persen, dan sisanya 4.31 persen berpendidikan diploma/universitas ke atas (BPS Provinsi NTT, 2010). Berkaitan dengan kondisi kependudukan, ada tujuh isu utama yang ada di Provinsi NTT, yaitu berkaitan dengan kemiskinan dan kesetaraan, perempuan dan anak perempuan, penduduk remaja, kesehatan reproduksi, lingkungan,
65 aging/penuaan usia, dan urbanisasi. Tingkat pertumbuhan penduduk di Provinsi NTT yang tergolong cepat patut menjadi bahan refleksi bagi pemerintah dan masyarakat agar berupaya menekan tingkat pertumbuhan tersebut. Jumlah penduduk usia muda yang besar merupakan beban pembangunan baik bagi keluarga maupun pemerintah sebagai akibat dari tingginya angka ketergantungan. Masih terdapat banyak angkatan kerja yang belum terserap oleh lapangan kerja, karena masih terbatasnya kesempatan kerja dan kualitas sumberdaya manusia. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan dan derajat kesehatan penduduknya yang masih relatif rendah. Jumlah penduduk miskin di provinsi ini juga masih cukup tinggi. Penduduk perempuan dan anak perempuan masih merupakan kelompok marginal, baik berkenaan dengan peningkatan kualitas diri (pendidikan, kesehatan, sosial budaya, ekonomi, dan politik) maupun dengan hak-hak yang harus diperolehnya. Belum lagi kebutuhan akan rumah hunian oleh keluarga yang terus saja meningkat sebagai dampak dari bertambahnya jumlah penduduk dan keluarga. Menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas perlu dimulai dari usia dini secara terintegrasi. Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan investasi jangka panjang sumberdaya manusia melalui pengembangan pendidikan anak usia dini melalui pendidikan formal maupun informal. Selain itu, juga perlu dilakukan advokasi kepada masyarakat tentang pentingnya menahan laju pertumbuhan penduduk, karena akan berpengaruh kepada tingkat kesejahteraan masyarakat NTT. Dengan laju pertumbuhan penduduk yang terbilang tinggi saat ini, maka penataan kelembagaan sudah saatnya untuk ditata ulang. Apabila sudah ditata
66 dengan baik, maka diharapkan upaya untuk menekan laju pertumbuhan penduduk akan lebih terarah. 5.4. Pertanian Pembangunan Ekonomi merupakan salah satu prioritas pembangunan yang dilaksanakan di Provinsi NTT. Adapun arah pembangunan ekonomi Provinsi NTT adalah peningkatan percepatan perubahan struktur melalui penguatan kelembagaan dan pelaku ekonomi, mendorong peningkatan investasi swasta, skala rumahtangga industri kecil dan menengah yang dipayungi oleh investasi besar pada sektor ekonomi unggulan seperti pariwisata, perikanan dan kelautan, peternakan, dan perkebunan. Sedangkan tujuan ekonomi yang hendak dicapai adalah meningkatkan kapasitas pelaku dan kelembagaan ekonomi berbasis rumahtangga, usaha kecil, dan menengah sehingga mampu menjalin kemitraan fungsional dengan pelaku dan kelembagaan ekonomi skala besar dalam rangka memperbesar nilai tambah produk pertanian, perluasan kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Jika melihat struktur PDRB Provinsi NTT secara sektoral, kondisinya relatif belum berubah. Sektor pertanian masih menjadi sektor unggulan dalam menggerakkan perekonomian. Khusus subsektor tanaman pangan dan subsektor peternakan. Namun demikian, akselerasi kinerja sektor pertanian cenderung belum optimal. Kondisi pertanian di Provinsi NTT masih sangat bergantung pada curah hujan mengakibatkan perkembangan sektor pertanian berjalan relatif lambat. Selain itu, tingkat fertilitas lahan pertanian di Provinsi NTT umumnya masih tergolong marginal. Kemampuan sumberdaya manusia khususnya petani dalam mengelola sektor pertanian juga masih relatif belum berkembang. Sebagian
67 dari petani masih menggunakan sistem tradisional dalam menjalankan usaha tani, seperti pengolahan lahan dengan sistem tebas bakar, masih menggunakan bibit lokal, dan umumnya jarang atau bahkan tidak menggunakan pupuk atau pestisida. Sektor jasa dan perdagangan sebagai sektor sekunder dan tersier, mengalami perkembangan yang relatif lebih baik dibandingkan sektor pertanian. Pertumbuhan kedua sektor tersebut dalam beberapa periode terakhir relatif lebih tinggi. Hal ini tercermin dari kontribusi sektor jasa dan perdagangan terhadap PDRB yang cenderung meningkat. Tingkat konsumsi masyarakat yang relatif tinggi membuat kedua sektor ini berkembang cukup baik. Dari sisi pendanaan sektor jasa dan perdagangan memiliki kemampuan yang tidak sebanding (padat modal) dengan kapasitas sektor pertanian yang merupakan usaha padat karya. Pergerakkan struktur perekonomian Provinsi NTT relatif berkorelasi dengan komposisi sisi ketenagakerjaannya. Perkembangan sektor pertanian yang belum optimal, tercermin dari kemampuannya yang relatif menurun dalam melakukan penyerapan tenaga kerja. Sedangkan tenaga kerja sektor sekunder dan tersier dengan dukungan dana yang lebih kuat mampu meningkatkan penyerapan tenaga kerja dengan lebih cepat. Dengan kondisi tersebut, peran pemerintah daerah untuk mendorong kinerja sektor ekonomi unggulan di masing-masing daerah menjadi salah satu kunci keberhasilan yang utama. Melalui program yang strategis, didukung dengan alokasi anggaran yang memadai, rencana pembangunan pemerintah daerah diarahkan pada sasaran yang lebih fokus. Melalui perluasan lahan, bantuan sarana dan prasarana, maupun dengan pendampingan langsung diharapkan mampu memacu pertumbuhan sektor pertanian.
68 Permasalahan dan tantangan dalam rangka upaya peningkatan produksi komoditi tanaman pangan dalam pembangunan pertanian pada umumnya di masa mendatang semakin kompleks. Permasalahan dan tantangan internal yang dihadapi antara lain masih rendahnya produktivitas. Produktivitas rata-rata padi di Provinsi NTT pada tahun 2009 sekitar 3.18 ton per hektar dibanding produktivitas rata-rata nasional sebesar 5.15 ton per hektar. Sedangkan jagung produktivitas rata-rata di Provinsi NTT sekitar 2.55 ton per hektar dibanding produktivitas rata-rata jagung nasional sebesar 4.25 ton per hektar (BPS Provinsi NTT, 2010). Kondisi ini disebabkan oleh rendahnya penggunaan benih unggul bersertifikat di tingkat petani yang belum optimal, masih rendahnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi para petani, perubahan iklim yang tidak menentu, belum mantapnya kelembagaan sarana dan prasarana serta masih lemahnya akses petani terhadap sumber permodalan. Pemerintah Provinsi NTT telah melakukan berbagai upaya dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas untuk memenuhi ketersediaan produksi padi, kacang-kacangan, dan umbi-umbian diantaranya upaya intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi. Namun berbagai upaya ini belum memperoleh hasil yang optimal. Prinsip utama dalam pelaksanaan kegiatan peningkatan produksi dan produktivitas adalah penguatan sistem koordinasi antara pemerintahan dan stakeholder yang berperan di sektor tanaman pangan. Peternakan merupakan salah satu sektor vital yang mampu menopang kehidupan ekonomi sebagian besar keluarga tani di perdesaan. Paling tidak dengan memelihara ternak, rumahtangga tani dapat membiayai kebutuhan di luar pangan seperti menyekolahkan anak, membiayai kesehatan, dan perumahan.
69 Disamping itu, pada saat kondisi kritis seperti gagal panen, komoditi ternak justru diandalkan untuk menopang pengadaan ketersediaan pangan keluarga. Produksi dan produktivitas ternak khususnya ternak sapi potong di Provinsi NTT belum optimal antara lain karena makin terbatasnya lahan peternakan dan sumber air minum, sementara pola pemeliharaan dominan non intensif, permintaan/pengeluaran melampaui ketersediaan, pemotongan ternak betina produktif masih cukup tinggi, pencurian dan penyakit hewan. Untuk itu pemerintah, petani peternak, dan pengusaha sebagai mitra yang bertanggung jawab dalam pengembangan bidang peternakan di Provinsi NTT perlu bekerjasama untuk meningkatkan pengawasan dan pengendalian secara serius untuk meningkatkan produksi ternak demi kesejahteraan masyarakat NTT. Disamping itu, masalah kekurangan sarana pemasaran ternak dan produk ternak menyebabkan kesulitan dalam pengawasan mutu produk, sehingga pemerintah perlu memfasilitasi sarana dan prasarana pemasaran tersebut. Tabel 5. Perkembangan Produksi Tanaman Padi dan Palawija di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tahun 2005-2009 (Ton) No. Jenis Tanaman Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 1. Padi 461 008 511 910 505 628 577 896 607 358 2. Jagung 552 439 582 964 514 360 673 112 638 889 3. Ubi Kayu 891 783 938 010 794 121 928 974 913 053 4. Ubi Jalar 99 748 111 006 102 375 107 336 103 635 5. Kacang Tanah 14 518 17 832 21 353 25 678 22 465 6. Kacang Kedelai 2 188 2 786 1 561 2 295 2 101 7. Kacang Hijau 16 695 19 354 20 802 23 392 20 447 Sumber: BPS Provinsi NTT (2010). Produksi beberapa komoditi penting tanaman pangan di Provinsi NTT tahun 2005-2009 dapat dilihat di Tabel 5. Produksi padi dalam bentuk gabah
70 kering giling pada tahun 2008 sebesar 577 896 ton naik menjadi 607 358 ton pada tahun 2009. Mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya luas panen sekitar 6 312 dari tahun sebelumnya (dari 187 907 ha menjadi 194 219 ha). Komoditi kacang kedelai dan kacang tanah, pada tahun 2008 produksinya mencapai 2 295 ton dan 25 678 ton, pada tahun 2009 menurun menjadi 2 101 ton dan 22 466 ton, sejalan dengan penurunan luas panen pada tahun 2009. Komoditi palawija lainnya seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang hijau juga mengalami penurunan produksi. Tabel 6. Perkembangan Produksi Tanaman Perkebunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tahun 2005-2009 (Ton) No. Jenis Tanaman Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 1. Kelapa 60 806 65 516 53 211 67 157 62 164 2. Kopi 20 558 18 856 19 385 20 061 20 473 3. Cengkeh 1 130 932 1 475 4 091 1 534 4. Coklat 16 634 14 928 11 762 12 046 12 247 5. Jambu Mete 32 472 35 328 37 326 39 699 39 869 6. Kemiri 17 283 20 079 20 967 22 201 21 407 7. Pinang 7 570 7 874 6 900 6 484 6 021 8. Kapuk 2 000 2 159 2 150 2 241 2 119 9. Vanili 691 610 498 464 524 10. Jarak 236 332 403 462 448 Sumber: BPS Provinsi NTT (2010). Produksi tanaman perkebunan di Provinsi NTT dapat dilihat di Tabel 6. Beberapa komoditi perkebunan yang menonjol di Provinsi NTT dan hampir ada di setiap kabupaten adalah kelapa, kopi, cengkeh, coklat, jambu mete, kemiri, pinang, kapuk, dan vanili. Tanaman kelapa walapun dalam beberapa tahun ini terserang hama penyakit, produksinya selama tahun 2009 sebesar 62 164 ton. Kopi selama tahun 2009 menghasilkan 20 473 ton, cengkeh 1 534 ribu ton, coklat 12 247 ton, jambu mete 39 869 ton, kemiri 21 407 ton, pinang 6 021 ton,
71 kapuk 2 119 ton, vanili 524 ton, dan jarak 448 ton. Sedangkan komoditi perkebunan lainnya, berproduksi di bawah 100 ton selama tahun 2009. Populasi Ternak di Provinsi NTT dapat dilihat di Tabel 7. Populasi ternak besar di Provinsi NTT pada tahun 2009 sebanyak 833 336 ekor dengan rincian sebagai berikut sapi sebanyak 577 552 ekor, kerbau 150 405 ekor, dan kuda 105 379 ekor. Untuk populasi sapi sebagian besar berada di Kabupaten Kupang, TTS, dan Belu, sementara untuk kerbau dan kuda sebagian besar berada di Daratan Sumba, Manggarai Barat, Rote, dan Kupang. Ternak kecil dan Ternak Unggas juga mengalami peningkatan populasi. Pada tahun 2009, populasi ternak kecil dan unggas masing-masing sebanyak 2 818 810 ekor dan 10 449 519 ekor. Tabel 7. Perkembangan Populasi Ternak di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tahun 2005-2009 (Ekor) No. Jenis Ternak Tahun 2006 2007 2008 2009 1. Ternak Besar 786 611 802 618 817 819 833 336 a. Sapi 544 482 555 383 566 464 577 552 b. Kerbau 142 257 144 979 147 754 150 405 c. Kuda 99 872 102 256 103 601 105 379 2. Ternak Kecil 1 941 032 2 028 562 2 120 504 2 818 810 a. Babi 1 385 961 1 457 549 1 533 972 2 266 750 b. Kambing 496 768 511 694 527 103 531 211 c. Domba 58 305 59 319 60 329 40 849 3. Ternak Unggas 10 082 298 10 199 811 10 307 052 10 449 519 a. Ayam Kampung 9 732 275 9 842 891 9 904 822 10 844 577 b. Ayam Ras 100 455 103 436 105 243 105 625 c. Itik 249 568 253 484 256 987 299 307 Sumber: BPS Provinsi NTT (2010). Provinsi NTT sebagai wilayah kepulauan memiliki kekayaan hasil laut yang cukup besar. Berbagai jenis hasil laut yang dihasilkan seperti beberapa jenis ikan, udang, cumi-cumi, teripang, rumput laut, dan komoditi laut lainnya. Produksi perikanan pada tahun 2007 sebesar 103 825.5 ton. Sekitar 101 217.1 ton
72 diantaranya atau sebesar 97.48 persen merupakan hasil perikanan laut dan selebihnya sekitar 2.51 persen merupakan hasil perikanan darat (BPS Provinsi NTT, 2009). Produksi kayu cendana di Provinsi NTT selama tahun 2007 sebesar 10.14 ton yang berasal dari tujuh kabupaten yaitu TTS (123.35 ton), Belu (87.53 ton), Manggarai (73.29 ton), Sumba Barat (12.04 ton), Rote (3.7 ton), Sumba Timur (0.012 ton), dan Kupang (132.46 ton). Produksi kayu jenis lainnya yang paling menonjol adalah kayu jati persegi. Selama tahun 2007 produksinya mencapai sekitar 16.07 ribu meter kubik (BPS Provinsi NTT, 2010).