PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan di luar sekolah (non formal) yang diberikan kepada petani dan keluarganya agar berubah perilakunya untuk bertani lebih baik (better farming), berusahatani lebih baik (better bussines), hidup lebih sejahtera (better living), dan bermasyarakat lebih baik (better community) serta menjaga kelestarian lingkungannya (better environment) (Departemen Pertanian, 2009). Tujuan penyuluhan pertanian mengadakan komunikasi dengan sasarannya adalah untuk mengadakan perubahan-perubahan perilaku. Karena perubahan ini, maka sasaran akan terbiasa dengan hal-hal yang baru. Perubahan ini memerlukan waktu yang agak lama sampai sasaran melaksanakan anjuran yang diterapkan oleh penyuluh. Dalam hal ini telah terjadi suatu proses mental yang disebut proses adopsi (Wiriatmadja, 1986). Dalam upaya menggambarkan penyuluhan pertanian secara menyeluruh dan terpadu diperlukan suatu perencanaan secara matang dan terarah. Perencanaan penyuluhan pertanian di tingkat Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian (WKPP) dituangkan dalam Rencana Kerja Penyuluh Pertanian (RKPP), Yang bertujuan untuk mengantisipasi perkembangan teknologi pertanian serta teknologi penyampaian informasi penyuluhan kepada petani. Untuk meningkatkan kemampuan penyuluh pertanian diperlukan peningkatan pengetahuan, keterampilan serta sikap petani yang diasah melalui pelatihan, pendidikan serta pengalaman langsung, sehingga tercipta profesionalisme penyuluh secara baik
yang pada akhirnya akan menjadikan petani lebih sejahtera (Dinas Pertanian, 2009). Perbedaan letak geografis dan letak administratif dapat mendorong perkembangan yang berbeda pada suatu wilayah. Hal ini terlihat dengan adanya perbedaan perkembangan kondisi wilayah maupun kondisi masyarakatnya. Keberhasilan penyuluhan yang terjadi pada suatu desa akan mendorong perubahan karakteristik masyarakatnya, dimana akan mempengaruhi produktivitas kerja petani terkait dalam penerimaan materi penyuluhan sehingga petani dapat menerapkan inovasi dari materi penyuluhan yang diterima (Deptan, 2009). Penyelenggaraan penyuluhan pertanian akan berjalan dengan baik apabila ada persamaan persepsi antara penyuluh dan petani serta pihak-pihak yang berkepentingan. Penyuluhan pertanian dilaksanakan secara bersama-sama oleh pemerintah, provinsi dan kabupaten/kota, namun harus jelas keserasian hubungan antar susunan pemerintahan tersebut (Ilham, 2010). Pembangunan pertanian dalam era globalisasi saat ini telah mengalami banyak perubahan dimana pembangunan yang selama ini terkesan berdiri sendiri, selanjutnya lebih mencerminkan keterkaitan yang erat dengan sektor lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut salah satu strategi dasar yang ditempuh dalam pembangunan pertanian adalah penerapan pendekatan sosial ekonomi dengan memanfaatkan secara optimal sumber daya pertanian dalam suatu kawasan ekosistem melalui penyuluh pertanian. Keterkaitan dan keterpaduan strategi tersebut dalam pelaksanaan pembangunan pertanian diharapkan dapat menghasilkan produk-produk pertanian yang berdaya saing tinggi baik di pasar domestik maupun internasional (Sudaryanto, dkk., 2002).
Pada masa pemerintahan Orde Baru, penyuluh lapang mempunyai prestasi yang cukup gemilang. Kunjungan untuk latihan dan suvervisi (Lakususi) yang menerapkan beberapa komponen teknologi, walaupun masih penuh dengan kekurangan, system ini sempat mengantarkan Indonesia sebagai negara yang berhasil mencapai swasembada pangan. Sejalan dengan perkembangan, perhatian kepada penyuluh dan kegiatan penyuluhan semakin menurun, puncaknya adalah era otonomi ketika penyuluh tidak lagi punya program dan tugas yang pasti. Pada era otonomi, kondisi pertanian tidak lebih baik, begitu juga dengan perkembangan penyuluh. Berbagai kebijakan dan beragamnya aturan yang disebabkan oleh otonomi menyebabkan kegiatan penyuluhan semakin lemah dan sulit diharapkan mampu mengangkat pertumbuhan sektor pertanian, apalagi perkembangan perekonomian masyarakat. Suatu saat negara kita akan mengalami masa stagnansi yang sangat lama, sementara persaingan yang sejalan dengan era globalisasi semakin tajam, sehingga sistem perencanaan yang paling tepat untuk pembangunan pertanian adalah perencanaan yang dimulai dari bawah, yaitu metode partisipatif. Metode ini dapat menampung semua masalah, aspirasi, dan inspirasi masyarakat sesuai kondisi, potensi dan lingkungannya (Daniel, 2010). Karakteristik sosial ekonomi penyuluh dapat mempengaruhi PPL dalam keberhasilannya melaksanakan tugas. Peran PPL yang begitu penting dalam peningkatan produksi tanaman pangan dan untuk membangun perekonomian rakyat, khususnya di Kabupaten Serdang Bedagai, mendorong untuk dilakukannya penelitian mengenai hubungan karakteristik sosial ekonomi penyuluh pertanian di kecamatan Perbaungan.
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan dalam penelitian ini. 1. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi penyuluh di lokasi penelitian 2. Bagaimana pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian 3. Bagaimana tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian 4. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik sosial ekonomi penyuluh (umur, tingkat pendidikan, lama menjadi penyuluh, memahami bahasa daerah, jumlah tanggungan keluarga, gaji penyuluh, total pendapatan, tingkat kosmopolitan, jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas) dengan keberhasilan tugas pokok penyuluh di daerah penelitian. Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian diarahkan untuk mencapai tujuan : 1. Mengetahui karakteristik sosial ekonomi penyuluh di lokasi penelitian 2. Mengetahui pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian 3. Mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian 4. Mengetahui apakah terdapat hubungan antara karakteristik sosial ekonomi penyuluh (umur, tingkat pendidikan, lama menjadi penyuluh, memahami
bahasa daerah, jumlah tanggungan keluarga, gaji penyuluh, total pendapatan, tingkat kosmopolitan, jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas) terhadap keberhasilan tugas pokok penyuluh di daerah penelitian. Kegunaan Penelitian 1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Pertanian Medan 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijakan dalam upaya peningkatan kinerja penyuluh pertanian 3. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.