KATA PENGANTAR. Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan- kelemahan yang terdapat pada

TINJUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan tanah yang bertekstur relatif berat, berwarna merah

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Ultisol dan Masalahnya. Menurut Harjowigeno (1993) bahwa tanah Ultisol biasanya di temukan di

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. tertangani dengan baik. Pemanfaatan tanah Ultisol akan dihadapkan pada berbagai

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sekilas Tentang Tanah Andisol. lapisan organik dengan sifat-sifat tanah andik, mana saja yang lebih

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Inceptisols tersebar luas di indonesia yaitu sekitar 40,8 juta ha. Menurut

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Reaksi tanah menyatakan tingkat kemasaman suatu tanah. Reaksi tanah dapat

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TINJAUAN PUSTAKA. ordo tanah yang lain. Inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Ultisol. merupakan tanah yang terkikis dan memperlihatkan pengaruh pencucian yang

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Tanah di Lahan Miring. Lahan dengan kemiringan lebih dari 15% tidak baik ditujukan sebagai lahan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Kuning, Latosol, Hidromorfik Kelabu dan Planosol (Subagyo, dkk, 2000).

TINJAUAN PUSTAKA. sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian (potensial), asalkan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soil Survey Staff (2014), tanah Inceptisol dicirikan sebagai

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran

TINJAUAN PUSTAKA. organik. Sumber utama fosfat anorganik adalah hasil pelapukan dari mineralmineral

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

TINJAUAN PUSTAKA. ( ha) dan Nusa Tenggara ( ha). yang rendah. Biasanya terdapat aluminium yang dapat dipertukarkan dalam

TINJAUAN PUSTAKA. antara lain kemantapan agregat yang rendah sehingga tanah mudah padat,

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

TINJAUAN PUSTAKA. Inceptisol adalah tanah tanah yang dapat memiliki epipedon okhrik dan

TINJAUAN PUSTAKA. pertama adalah akar tunggang. Akar ini mempunyai akar- akar cabang yang lurus.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. yang rendah. Biasanya terdapat aluminium yang dapat dipertukarkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. kurang dari 35%, serta kapasitas tukar kation kurang dari 24 me/100 g liat.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

TINJAUN PUSTAKA. Sifat sifat Kimia Tanah. tekstur tanah, kepadatan tanah,dan lain-lain. Sifat kimia tanah mengacu pada sifat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Menurut Abdurachman dkk (2008) umumnya lahan kering memiliki

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K 2 O, sedangkan air laut

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Kata Ultisol berasal dari bahasa latin ultimus yang berarti terakhir atau

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lestari Alamku, Produktif Lahanku

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul dari proposal ini adalah Aplikasi Pupuk SP-36 dan Kotoran Ayam Terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) Pada Ultisol Kwala Bekala yang merupakan salah satu syarat untuk dapat melaksanakan penelitian di Fakultas Pertanian, Medan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. M. Madjid B. Damanik, M. Sc selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Gantar Sitanggang selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Medan, September 2013 Penulis

DAFTAR ISI Hal ABSTRACT... i ABSTRAK... ii RIWAYAT HIDUP... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan penelitian... 3 Hipotesis Penelitian... 3 Kegunaan Penelitian... 3 TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri tanah Ultisol... 4 Unsur Hara Fosfor... 5 Fiksasi Fosfat Pada Ultisol... 7 Pupuk Kandang Ayam... 7 Pupuk SP-36... 10 Tanaman Jagung... 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian... 13 Bahan dan Alat... 13 Metode Penelitian... 13 Pelaksanaan penelitian... 15 Peubah Amatan... 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil... 18 Pembahasan... 25 KESIMPULAN Kesimpulan... 30 Saran... 30 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL Hal 1. Kandungan unsur hara beberapa jenis pupuk kandang... 9 2. Pengaruh aplikasi SP-36, pupuk kandang ayam terhadap ph tanah pada akhir masa vegetatif tanaman... 18 3. Pengaruh aplikasi pupuk kandang ayam terhadap C-Organik tanah... 19 4. Pengaruh aplikasi pupuk SP-36, pupuk kandang ayam terhadap Al-dd tanah pada akhir masa vegetatif... 20 5. Pengaruh aplikasi pupuk kandang ayam terhadap P-Tersedia tanah pada akhir masa vegetatife... 21 6. Pengaruh aplikasi pupuk SP-36, pupuk kandang ayam terhadap serapan P tanaman pada akhir masa vegetatife... 22 7. Pengaruh aplikasi pupuk SP-36, pupuk kandang ayam terhadap tinggi tanaman pada akhir masa vegetatife... 23 8. Pengaruh aplikasi pupuk SP-36, pupuk kandang ayam, interaksi pupuk SP- 36 dan pupuk kandang ayam terhadap berat kering akar... 24 9. Pengaruh aplikasi pupuk SP-36, pupuk kandang ayam terhadap berat kering tajuk pada akhir masa vegetatife... 25

DAFTAR LAMPIRAN 1. Hasil Analisis Awal Tanah Ultisol Kwala Bekala... 33 2. Hasil Analisis pupuk kandang ayam... 34 3. Kriteria Sifat Tanah... 35 4. Deskripsi Tanaman Jagung... 36 5. Bagan Penelitian Rumah Kasa Fakultas Pertanian, USU... 37 6. Rataan ph Tanah Inkubasi Akhir Vegetatif Tanaman... 38 6.1 Daftar Sidik Ragam ph Tanah Inkubasi Akhir Vegetatif Tanaman... 38 7. Rataan C-Organik Akhir Vegetatif Tanaman... 39 7.1 Daftar Sidik Ragam C-Organik Akhir Vegetatif Tanaman... 39 8. Rataan Al-dd Tanah Inkubasi Akhir Vegetatif Tanaman... 40 8.1 Daftar Sidik Ragam Al-dd Tanah Inkubasi Akhir Vegetatif Tanaman... 40 9. Rataan P-Tersedia Tanah Akhir Vegetatif Tanaman... 41 9.1 Daftar Sidik Ragam P-Tersedia Tanah Akhir Vegetatif Tanaman... 41 10. Rataan Serapan P Akhir Vegetatif Tanaman... 42 10.1 Daftar Sidik Ragam Serapan P Akhir Vegetatif Tanaman... 42 11. Rataan Tinggi Tanaman Jagung... 43 11.1 Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman Jagung... 43 12 Rataan Bobot Akar Tanaman Jagung... 44 12.1 Daftar Sidik Ragam Bobot Akar Tanaman Jagung... 44 13. Rataan Bobot Tajuk Tanaman Jagung... 45 13.1 Daftar Sidik Ragam Bobot Tajuk Tanaman Jagung... 45 14. Gambar Tanaman Jagung Akhir Vegetatif Tanaman... 46 15. Peta Lokasi Pengambilan Contoh Tanah... 47 Hal

PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia, tanah jenis Ultisol cukup luas yaitu sekitar 38,4 juta hektar atau sekitar 29,7 % dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia sehingga menjadikan tanah ini mempunyai peranan penting dalam pengembangan pertanian lahan kering di indonesia (Subagyo dkk, 2002) Permasalahan yang menonjol pada tanah Ultisol adalah ph rendah, kapasitas tukar kation rendah, kejenuhan basa rendah, kandungan hara seperti N,P, K, Ca, dan Mg rendah dan tidak tersedia serta tingkat Al-dd yang tinggi, mengakibatkan tidak tersedianya unsur hara yang cukup bagi pertumbuhan tanaman. Upaya yang dilakukan untuk memperbaiki sifat tanah Ultisol adalah dengan cara pengapuran untuk menaikkan ph tanah, penambahan bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, biologi tanah, serta pemupukan untuk penyediaan unsur hara makro seperti penambahan pupuk SP-36. Di Indonesia ketersediaan pupuk P sangat bermasalah, hal ini dikarenakan sedikit sumber mineral apatit yang layak dijadikan bahan dasar pupuk. Belakangan ini pupuk P sangat langka di pasar sehingga harga semakin mahal dan dapat berimbas kepada susahnya petani dalam membelinya. Pemupukan dengan pupuk kimiawi mampu menyediakan unsur hara tanah dengan singkat, tetapi akan mengakibatkan kerusakan pada struktur tanah (tanah menjadi keras) dan menurunkan produktivitas tanaman yang dihasilkan (Suprapto dan Aribawa, 2002), sehinga perlu diberikan sumber hara P yang murah dan mudah di dapatkan oleh petani berupa pupuk kandang yang dapat

meningkatkan unsur P di dalam tanah dan mengurangi pemakaian pupuk kimiawi yang dapat merusak tanah dan sekaligus menambah bahan organik Pupuk kandang yang diaplikasikan adalah kotoran ayam. Hal ini dikarenakan pupuk kandang ayam memiliki kandungan hara yang cukup tinggi yakni 2,6% (N), 2,9% (P), dan 3,4% (K) dengan perbandingan C/N ratio 8,3. Hal ini diperkuat dengan hasil Sutejo (2002) yang mengemukakan bahwa pupuk kandang ayam mengandung unsur hara tiga kali lebih besar dari pada pupuk kandang lainnya. Lebih lanjut dikemukakan kandungan unsur hara dari pupuk kandang ayam lebih tinggi karena bagian cair (urine) bercampur dengan bagian padat. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Sebagai salah satu sumber bahan pangan, jagung telah menjadi komoditas utama setelah beras. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia, jagung dijadikan sebagai bahan pangan utama. Tidak hanya sebagai bahan pangan, jagung juga dikenal sebagai salah satu bahan pakan ternak dan industri (Purwono dan Hartono, 2007). Selain itu juga tanaman jagung sangat cepat dalam merespon pemberian unsur hara yang diberikan. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengaplikasikan pupuk SP-36 dan pupuk kandang ayam terhadap ketersediaan dan serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Ultisol Kwala Bekala.

Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh aplikasi pupuk SP-36 dan pupuk kandang ayam serta interaksinya terhadap ketersediaan dan serapan fosfor serta pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) pada Ultisol Kwala Bekala. Hipotesis Percobaan - Aplikasi pupuk SP-36 dapat meningkatkan ketersediaan fosfor pada Ultisol Kwala Bekala dan serapan P serta pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.). - Aplikasi pupuk kandang ayam dapat meningkatkan ketersediaan fosfor pada Ultisol Kwala Bekala dan serapan P serta pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.). - Interaksi pupuk SP-36 dan pupuk kandang ayam dapat meningkatkan ketersediaan fosfor Pada Ultisol Kwala Bekala dan serapan P serta pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.). Kegunaan Percobaan - Sebagai salah satu syarat untuk dapat menyusun skripsi di Fakultas Pertanian, Medan. - Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Dari semua jenis tanah yang ada di Indonesia, tanah pedsolik merah kuning atau ultisol merupakan yang terluas penyebarannya, kira-kira 30 % dari luas daratan Indonesia. Luas penyebaran jenis tanah ini (dari luas masing-masing pulau), Sumatera (43,5%), Kalimantan (29,9%), Sulawesi (10,3%), dan Irian Jaya (23,0%) (Hakim dkk, 1986). Berdasarkan data analisis tanah Ultisol dari berbagai wilayah di Indonesia, menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki ciri reaksi tanah sangat masam (ph 4,1 4,8). Kandungan bahan organik lapisan atas yang tipis (8 12 cm), umumnya rendah, Kandungan P-potensial yang rendah dan K-potensial yang bervariasi sangat rendah, baik lapisan atas maupun lapisan bawah. Jumlah basabasa tukar rendah, kandungan K-dd hanya berkisar 0-0,1 me/100 g tanah disebuah lapisan termasuk rendah, dapt disimpulkan potensi kesuburan alami Ultisol sangat rendah sampai rendah (Subagyo dkk, 2000). Tekstur tanah ultisol bervariasi, berkisar dari pasiran (sandy) sampai dengan lempungan (clayey). Fraksi lempung tanah ini umumnya didominasi oleh mineral seperti kaolinit dan oksida dan hidroksida Fe dan Al, sehingga fraksi lempung tergolong beraktivitas rendah dan daya memegang lengas juga rendah. Karena umumnya memiliki kandungan bahan organik rendah dan fraksi lempungnya beraktivitas rendah maka kapasitas tukar kation tanah (KTK) tanah pedsolik juga rendah, sehingga relatif kurang kuat memegang hara tanaman dan karenanya unsur hara mudah tercuci. Tanah Ultisol termasuk tanah bermuatan

terubahkan (variabel charge), sehingga KTK dapat berubah bergantung nilai phnya, peningkatan ph akan diikuti oleh peningkatan KTK, lebih mampu mengikat hara K dan tidak mudah tercuci (Madjid, 2009). Menurut Munir (1996) bahwa komponen kimia tanah berperan besar dalam menentukan sifat dan ciri tanah umumnya dan kesuburan tanah. Ultisol merupakan tanah yang mengalami proses pencucian yang sangat intensif yang menyebabkan ultisol miskin secara kimia dan secara fisik. Selain itu ultisol mempunyai kendala kemasaman tanah, kejenuhan Al-dd tinggi, kapasitas tukar kation rendah (< 24 me/100 g tanah), kandungan nitrogen rendah, kandungan fosfor dan kalium rendah serta sangat peka terhadap erosi. Unsur Hara Fosfor Fosfor merupakan unsur yang diperlukan dalam jumlah besar (hara makro) jumlah fosfor dalam tanaman lebih kecil dibandingkan dengan nitrogen dan kalium, namun fosfor merupakan kunci kehidupan tanaman menyerap fosfor dalam bentuk ion ortofosfat primer (H 2 PO 4 ) dan ion ortofosfat sekunder (HPO 2 4 ). Kemungkinan P masih dapat diserap dalam bentuk lain, yaitu pirofosfat dan metafosfat, selain itu dapat pula diserap dalam bentuk senyawa fosfat organik yang larut dalam air misalnya asam nukleat dan phitin (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Fosfor merupakan unsur hara essensial. Tidak ada unsur lain yang dapat mengganti fungsinya di dalam tanaman, sehingga tanaman harus mendapatkan atau mengandung P secara cukup untuk pertumbuhannya secara normal. Oleh karena P dibutuhkan tanaman cukup. Fungsi penting fosfor dalam tanaman yaitu dalam proses fotosintesis, respirasi, transfer dan penyimpanan energi, pembelahan

dan pembesaran sel serta proses-proses di dalam tanaman lainnya dan membantu mempercepat perkembangan akar dan perkecembahan. P dapat merangsang pertumbuhan akar, yang selanjutnya berpengaruh pada pertumbuhan bagian di atas tanah (Winarso, 2005). Pada umumnya, kadar P di dalam tanah kebanyakan terdapat dalam bentuk yang tersedia bagi tanaman. Fosfat organik terlebih dahulu mengalami mineralisasi agar bisa dimamfaatkan tanaman. Tanaman menyerap P dalam bentuk ion orthofosfat yakni H 2 PO 4 -, HPO 4 2-, dan PO 4 3- dimana jumlah dari masing-masing bentuk sangat tergantung terhadap ph tanah. Pada tanah yang bereaksi masam termasuk tanah ultisol lebih banyak dijumpai bentuk H 2 PO - 4 dan pada tanah alkalis adalah bentuk PO 3-4. Kalau ph menurun menjadi sedikit atau cukup masam, bentuk ion ialah HPO - 4 dan H 2 PO - 4 (Damanik dkk, 2010). Serapan P sangat tergantung pada kontak akar dengan P dalam larutan tanah. Berarti besaran volume akar yang berkontak dengan besaran kepekatan P dalam larutan adalah dua faktor yang sangat menentukan besaran P tanaman. pengambilan P oleh tanaman jagung dipengaruhi oleh sifat akar dan sifat tanah dalam menyediakan P. Sebaran akar di dalam tanah sangat penting dalam meningkatkan serapan P dan bobot kering tanaman terutama bila kepekatan P rendah dalam media tumbuh (Hakim, 2005). Secara umum fungsi dari fosfor dalam tanaman dapat dinyatakan sebagai berikut : - Dapat mempercepat pertumbuhan akar semai - Dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi dewasa pada umurnya

- Dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah (Sutedjo, 2002). Fiksasi Fosfat Pada Ultisol Pada tanah masam umumnya ketersediaan unsur Al, Fe dan Mn larut lebih besar sehingga ion ini cenderung mengikat ion fosfat. Reaksi kimia antara ion fosfat dengan Fe dan Al larut akan menghasilkan hidroksida fosfat. Dalam hal ini ion fosfat menggantikan kedudukan ion OH - dari koloid tanah atau mineral dengan reaksi sebagai berikut : Al 3+ + H 2 PO 4 - + 2H 2 O 2H + + Al(OH) 2 H 2 PO 4 Larut Tidak Larut Pada kebanyakan tanah masam konsentrasi ion-ion Fe dan Al jauh melampaui konsentrasi ion H 2 PO 4. Karena itu, reaksi diatas bergerak ke kanan membentuk fosfat tidak dapat larut. Dengan demikian hanya tertinggal sejumlah kecil ion H 2 PO 4 - yang segera tersedia bagi tanaman dalam keadaan tersebut (Buckman dan Brady, 1982). Fiksasi fosfat merupakan suatu permasalahan yang sangat serius terutama bila Al yang dapat dipertukarkan (Al-dd) berada pada konsentrasi yang tinggi. Hasil penelitian sanchez (1976), bahwa 1 me Al-dd mampu mengikat P sebanyak 70 ppm dan semakin tinggi kadar oksida-oksida Al maka kapasitas tanah untukmemfiksasi P semakin besar pula. Pupuk Kandang Ayam Pupuk kandang yang termasuk pupuk organik fungsinya dalam tanah adalah untuk memperbaiki struktur tanah sekaligus merupakan sumber hara bagi tanaman. Berarti dengan diberikan pupuk organik kedalam tanah, sistem

perakaran tanah dapat berkembang lebih sempurna penyerapan unsur hara semakin besar, akibatnya pertumbuhan tanaman semakin baik (Sunarjono, 1972). Beberapa mamfaat pupuk organik adalah dapat menyediakan unsur hara makro dan mikro, mengandung asam humat (humus) yang mampu meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, meningkatkan aktivitas bahan mikroorganisme tanah, pada tanah masam penambahan bahan organik dapat membantu meningkatkan ph tanah, dan penggunaan pupuk organik tidak menyebabkan polusi tanah dan polusi air (Novizan, 2005). Dalam dunia pupuk kandang, dikenal istilah pupuk panas dan pupuk dingin. Pupuk panas adalah pupuk kandang yang proses penguraiannya berlangsung cepat sehingga terbentuk panas. Pupuk dingin terjadi sebaliknya, C/N yang tinggi menyebabkan pupuk kandang terurai lebih lama dan tidak menimbulkan panas. Ciri-ciri pupuk kandang yang baik dapat dilihat secara fisik atau kimiawi. Ciri fisiknya yaitu berwarna cokelat kehitaman, cukup kering, tidak menggumpal, dan tidak berbau menyengat. Ciri kimiawinya adalah C/N rasio kecil (bahan pembentuknya sudah tidak terlihat) dan temperaturnya relatif stabil (Prihmantoro, 1996). Pupuk kandang dari ayam atau unggas memiliki unsur hara yang lebih besar daripada jenis ternak lain. Penyebabnya adalah kotoran padat pada unggas tercampur dengan kotoran cairnya. Umumnya, kandungan unsur hara pada urine selalu lebih tinggi daripada kotoran padat.seperti kompos, sebelum digunakan, pupuk kandang perlu mengalami proses penguraian. Dengan demikian kualitas pupuk kandang juga turut ditentukan oleh C/N rasio (Hakim dkk, 1986).

Sutejo (2002) mengemukakan bahwa pupuk kandang ayam mengandung nitrogen tiga kali lebih besar dari pada pupuk kandang lainnya. Lebih lanjut dikemukakan kandungan unsur hara dari pupuk kandang ayam lebih tinggi karena bagian cair (urine) bercampur dengan bagian padat. Berikut kandungannya lebih rincidisajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan unsur hara beberapa jenis pupuk kandang Jenis Ternak N (%) P 2 O 5 (%) K 2 O(%) Ayam 2,6 2,9 3,4 Sapi 1,3 1,2 1,3 Kuda 1,4 1,2 1,3 Domba 1,6 1,3 1,2 Menurut Hakim (2006), dari pelapukan bahan bahan organik akan dihasilkan asam humat, asam vulvat, serta asam-asam organik lainnya. Asamasam itu dapat mengikat logam seperti Al dan Fe, sehingga mengurangi kemasaman serta pengikatan P dikurangi dan P akan lebih tersedia. Anion-anion organik seperti sitrat, asetat, tartrat dan oksalat yang dibentuk selama pelapukan bahan organik dapat membantu pelepasan P yang diikat oleh hikroksidahikroksida Al, Fe, dan Ca dengan jalan reaksi dengannya, membentuk senyawa kompleks. Pada tanah masam proses dekomposisi bahan organik akan terganggu, sehingga pembebasan karbon dari bahan organik juga akan terhambat. Dengan penambahan bahan organik maka aktivitas mikroorganisme akan meningkat dan proses perombakan bahan organik yang menghasilkan karbon juga akan meningkat (Hakim dkk, 1986)

Pupuk SP-36 SP 36 merupakan pupuk fosfat yang berasal dari batuan fosfat yang ditambang. Kandungan unsur haranya dalam bentuk P2O5 SP 36 adalah 46 % yang lebih rendah dari TSP yaitu 36 %. Dalam air jika ditambahkan dengan ammonium sulfat akan menaikkan serapan fosfat oleh tanaman. Namun kekurangannya dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, lamban pemasakan dan produksi tanaman rendah. (Hakim, dkk, 1986). SP-36 mengandung 36 % fosfor dalam bentuk P 2 O 5. Pupuk ini terbuat dari fosfat alam dan sulfat. berbentuk butiran dan berwarna abu-abu. Sifatnya agak sulit larut di dalam air dan bereaksi lambat sehingga selalu digunakan sebagai pupuk dasar. reaksi kimianya tergolong netral, tidak hidroskopis dan tidak sifat membakar (Novizan, 2005). Menurut Syafruddin, dkk (2008) pemberian hara P pada tanah Ultisol dalam bentuk SP-36 sama baiknya dengan TSP, walaupun kadar P 2 O 5 pada SP-36 (36 %) lebih rendah dibanding TSP. Jagung (Zea mays L.) Jagung merupakan tanaman asli Benua Amerika. Jagung telah di tanamoleh suku indian jauh sebelum Benua Amerika ditemukan. Tanaman pangan ini adalah makanan utama orang Indian. Daerah yang dianggap asal tanaman jagung adalahmeksiko karena tempat tersebut ditemukan janggel dan biji jagung dalam gua-gua suku indian (Purwono dan Purnamawati, 2005). Di Indonesia, jagung merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat kedua setelah beras. Di samping itu, jagung pun digunakan sebagai bahan makanan sereal dan sebagai bahan baku industri serta sebagai alternatif biogas (Adisarwanto dan Widyastuti, 1999)

Di Amerika latin dan di Afrika Sub-sahara, jagung merupakan tanaman padi-padian yang paling penting. Di Asia Barat dan Afrika Utara, dimana gandum dominan, dan di Asia Timur dimana padi merupakan tanaman utama. Jagung hanya menyumbang kira-kira 10 persen produksi padi-padian total. Walaupun demikian, jagung merupakan suatu tanaman kedua yang penting setelah padi atau gandum (Tohari, 1992). Syarat Tumbuh Iklim Tanaman jagung dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh. Secara umum, tanaman jagung dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi ± 1300 m dpl, kisaran suhu udara antara 13 0-38 0 C dan mendapat sinar matahari penuh. Selama pertumbuhan, tanaman jagung membutuhkan suhu optimum antara 23 0 C-27 0 C. Meskipun keadaan suhu di Indonesia tidak merupakan masalah bagi pengembangan usaha tani jagung (Rukmana, 1997). Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40 derajat LS. Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya jagung ditanam diawal musim hujan, dan menjelang musim kemarau. Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat/ merana, dan

memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah (Prihatman, 2000). Curah hujan yang ideal untuk tanaman jagung adalah antara 100 mm- 200 mm per bulan. Curah hujan paling optimumadalah sekitar 100 mm 125 mm per bulan dengan distribusi yang merata. Oleh karena itu, tanaman jagung cenderung amat cocok ditanam di daerah yang beriklim kering (Rukmana, 1997) Tanah Tanah dengan kemiringan kurang dari 8% dapat ditanami jagung, karena disana kemungkinan terjadinya erosi tanah sangat kecil. Sedangkan daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8%, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar supaya dapat tumbuh optimal tanah harus gembur, subur dan kaya humus (Prihatman, 2000). Tanah berdebu yang kaya hara dan humus amat cocok untuk tanaman jagung. Di sampingitu, tanaman jagung toleran terhadap berbagai jenis tanah, misalnya tanah andisol dan latosol, asalkan memiliki kemasaman tanah (ph) yang memadai untuk tanaman tersebut. Tanah-tanha berpasir dapat ditanami jagung dengan pengelolaan air yang baik dan pemanbahan pupuk organik (pupuk kandang atau kompos). Demikian juga dengan tanah berat, misalnya tanha grumosol dapat ditanami dengan normal bila aerasi dan drainase diatur dengan baik (Rukmana, 1997).