122 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Faktor yang mempengaruhi perolehan suara PKS Klaten pada Pemilu 1999, 2004 dan 2009 pada umumnya ada dua faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang dimaksud adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh PKS itu sendiri. Misalnya: Penataan kader, peningkatan kapasitas kader, pengokohan jati diri PKS dengan slogan bersih, peduli, profesional, prestasi kerja anggota legislatif PKS. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar PKS. Yakni: pelayanan yang dilakukan kader kepada masyarakat, dan peranan kader di tengah-tengah masyarakat, serta pemahaman masyarakat tentang Islam dan dakwah. Itulah beberapa faktor yang mempengaruhi perolehan suara PKS Klaten dalam pemilu 1999, 2004 dan 2009. Perolehan suara PKS Klaten pada tiga kali pemilu tersebut menunjukkan tren yang positif bagi PKS. Perolehan suaranya semakin bertambah. Dan ini pula yang diyakini oleh PKS Klaten, bahwa pada pemilu 2014 yang akan datang, suara PKS Klaten akan bertambah lagi. 2. PKS Klaten memandang masyarakat abangan secara wajar bahwa itu bentuk pluralisme akibat dari sejarah yang telah terjadi di Indonesia. Namun PKS sebagai partai dakwah merasa memiliki tanggung jawab untuk memberikan pendidikan politik sesuai dasar ideologi PKS yakni Islam. Dengan harapan dan tujuan agar masyarakat bisa memahami ajaran Islam dan mampu
123 melaksanakan ajaran Islam secara kaffah atau menyeluruh. Sehingga tercipta kondisi yang Islamis dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Indonesia. Lebih dari itu terwujudnya kemakmuran bagi bangsa Indonesia dengan ridha Allah SWT. 3. Setidaknya ada dua strategi PKS Klaten dalam memberikan pendidikan politik terhadap masyarakat abangan, yaitu: strategi pendidikan politik secara kultural dan struktural. Pertama, pendidikan politik secara kultural yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai Islam terhadap setiap aktifitas kehidupan masyarakat, yaitu penyebaran kader PKS Klaten ke berbagai kalangan dan lapisan masyarakat untuk menyiapkan masyarakat agar mereka menerima manhaj atau sistem Islam serta produk kebijakan yang Islami. Kedua, pendidikan politik secara struktural yaitu penyebaran kader PKS Klaten ke berbagai lembaga yang menjadi pusat-pusat kebijakan, agar mereka dapat menterjemahkan konsep dan nilai-nilai Islam ke dalam kebijakankebijakan publik. Dengan demikian dalam tataran kultural, pendidikan politik yang hendak dibangun adalah bentuk pendidikan politik yang dapat mengantarkan mesyarakat sejalan dengan nilai-nilai Islam. Sementara dalam tataran struktural, pada dasarnya diorientasikan pada regulasi kebijakan pemerintahan maupun sektor swasta agar sesuai dengan nilai-nilai Islam. 4. Strategi politik PKS Klaten dalam Pemilu 1999, 2004, 2009 dan prediksi suara PKS Klaten pada Pemilu 2014 adalah, untuk memaksimalkan perolehan suara PKS Klaten melakukan strategi kedalam dan strategi keluar. Maksud
124 dari dua strategi politik PKS Klaten strategi ke dalam adalah penguatan internal PKS, memaksimalkan kerja struktur PKS untuk bekerja sesuai bidangnya masing-masing dengan semangat perbaikan. Atau bisa dikatakan strategi kedalam yakni meningkatkan kapasitas internal. Sedangkan strategi keluar adalah PKS memberikan kemanfaatan kepada masyarakat secara umum. Para kader dihimbau untuk senantiasa terlibat dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Kader juga diharapkan menjadi sumber inspirasi atau penggerak di tengah-tengah masyarakat. Apabila dua strategi tersebut dapat berjalan dengan maksimal, maka perolehan suara PKS Klaten akan meningkat. Dan ini telah terbukti terus meningkatnya suara PKS Klaten dari pemilu 1999, 2004, dan 2009. Mengenai Pemilu 2014, PKS Klaten optimis akan memperoleh suara yang lebih besar lagi. Targetnya adalah PKS mampu menempatkan 10 kadernya di parlemen. Ini artinya PKS Klaten menargetkan peningkatan jumlah kursi sebesar 100%. PKS Klaten sangat yakin dengan target tersebut sebab telah digulirkan 16 Program Unggulan untuk memenangi Pemilu 2014. B. Saran 1. Sebagai partai dakwah harapannya PKS senantiasa menjadi icon teladan positif di setiap waktu bagi entitas politik lainnya, sehingga dibutuhkan konsistensi dalam menjaga gerakan agar tetap pada porosnya yakni tetap konsisten mengembalikan nilai-nilai Islam sebagaimana mestinya. Konsisten memperjuangkan Islam sebagai agama rahmatan lil alamin.
125 2. Pengokohan kaderisasi integral dimana kader PKS tidak hanya memiliki kemampuan spesifik di bidangnya saja, namun juga memiliki kemampuan dibidang kehidupan lainnya bertindak local berfikir global. Lahirnya kader PKS yang integral akan menunjukkan eksistensi pandangan tokoh PKS yang tidak parsial dalam memandang segala sesuatu. Berarti pula bahwa partai tersebut memiliki kebesaran dan kesolidan internal, dan ekspektasi yang jauh ke depan serta pengaruh yang kuat terhadap proses perbaikan dan perubahan di tengah-tengah masyarakat. 3. Optimalisasi pengembangan riset di dalam proses implementasi kebijakan pembangunan politik secara berkesinambungan. Bertujuan untuk mengetahui sejauh mana partai bergerak, dan ketercapaian pelaksanaan program yang sudah dilakukan. 4. Sebagai Partai Islam harapannya PKS tidak cenderung memposisikan diri sebagai partai yang meninggalkan sisi religiusitas dalam mengambil setiap kebijakan baik secara internal maupun eksternal. Sehingga dimata konstituen maupun masyarakat memiliki pandangan yang jelas akan eksistensi PKS sebagai partai Islam.
126 DAFTAR PUSTAKA Burhan Bugin. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada Cahyadi Takariawan. 2009. Menyongsong Mihwah Daulah. Surakarta: Era Adicitra Intermedia Cholisin. 2007. Dasar Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta : UNY Press., Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin, Terj. Anis Matta, Solo : Intermedia, 2001 Djoni Edward. 2006. Efek Bola Salju Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Jakarta: Harakatuna Publishing Hadari Nawawi. 2002. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Ichlasul Amal. (ed). 1996. Teori-teori Mutakhir Partai Politik. Yogyakarta: Tiara Wacana Imdadun Rahmat. 2008. Ideologi Politik PKS dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen. Yogyakarta: LKIS Lexy J Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitiatif. Bandung: PT Rosda Karya M. Anis Matta. 2007. Menikmati Demokrasi. Jakarta : Insan Media. M. Anis Matta. 2010. Dari Gerakan ke Negara. Bandung : Fitrah Rabbani. Meriam Budiharjo. 1992. Dasar-dasar ilmu Politik. Jakarta : Gramedia. MPP PKS. 2008. Memperjuangkan Masyarakat Madani. Jakarta :
127 Nasiwan. 2003. Diskursus Antara Islam dan Negara Suatu Kajian Tentang Islam Politik Di Indonesia. Pontianak Kalimantan Barat. Yayasan Insan Cinta Kalimantan Barat. Nashir Fahmi. 2006. Menegakkan Syariat Islam Ala PKS. Solo: Era Intermedia. Noeng Muhajir. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta. Gajah Mada University Press Ramlan Surbakti. 1992. Memahami Ilmu politik. Jakarta: Gramedia Rusadi Kantaprawira. 2004. Sistem Politik indonesia. Bandung: Sinar Baru Algensindo Saeful Mujani. 2007. Muslim Demokrat, Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisipasi politik di Indonesia Pasca Orde Baru. Jakarta: Gramedia Taufiq Yusuf Al-Wa iy. 2003. Pemikiran Politik Kontemporer Al Ikhwan Al Muslimun. Solo: Intermedia Zainal Abidin Ahmad, 1977. Ilmu Politik Islam (jilid II). Jakarta : Bulan Bintang. Sumber Internet: http://selaputs.blogspot.com/2010/06/arti-definisi-pengertian-abangan.html. Diakses pada: Selasa, 7 juni 2011. jam 09.40 wib http://ahmadpks.multiply.com/journal/item/2. Diakses pada: Selasa, 7 juni 2011. jam 09.45 wib http://tomtomtomo.blogspot.com/2011/01/politik-lokal.html. Diakses pada: Senin, 18 Juli 2011. Jam 08.22 wib
128 http://www.al-ikhwan.net/fiqh-dakwah-imam-syahid-hasan-al-banna-4193/. Diakses pada: Selasa, 12 Juli 2011. Jam 07.55 wib http://www.klaten.go.id/geografi.shtml. Diakses pada: Selasa, 12 Juli 2011. Jam 08.23 http://media-klaten.blogspot.com/2009/04/kekalahan-partai-islam-pada-pemilu- 2009.html. Diakses pada: Rabu, 13 Juli 2011. Jam 08.30 wib http://massofa.wordpress.com/2008/03/26/sosiologi-politik-bag-1/. Diakses pada: Rabu, 13 Juli 2011. Jam 08.02 wib