BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan 1. Unsur Intrinsik Novel Bulan Nararya a. Tema Tema dari novel Bulan Nararya adalah kepedulian sosial. Kepedulian sosial tersebut dikerucutkan pada orang-orang dengan gangguan skizofrenia. Nararya yang seorang terapis di klinik Mental Health Center menunjukkan kepeduliannya dengan ingin mengembangkan metode penyembuhan baru yang tidak menyakitkan bagi klien-klien skizofrenia. Selain itu, Nararya merawat klien-kliennya dengan lembut dan penuh kasih sayang, sehingga ketika ia akan dipindah kerja Sania, Pak Bulan dan Yudhistira merasa kehilangan dan sedih. b. Plot Plot dari novel Bulan Nararya adalah plot maju. Dimulai dengan perkenalan atau exposition yang mengenalkan Nararya sebagai seorang terapis di Mental Health Center. Tahap kedua yaitu inciting moment yaitu tahap awal munculnya konflik. Konflik-konflik dalam inciting moment dimulai dengan penolakan metode transpersonal yang kemudian berdampak pada pemindahan Nararya ke divisi lain, ketidaknyamanan melihat Angga dan Moza, serta jatuh cinta pada Yudhistira. Tahap selanjutnya menuju pada adanya konflik (rising action), ditandai dengan peristiwa penolakan atau ketidaksiapan anggota keluarga Yudhistira untuk menerima Yudhistira kembali. Konflik yang semakin ruwet (complication) terjadi ketika Angga memberikan tanda-tanda ingin kembali kepada Nararya. Moza mendatangi Nararya dan memojokkannya. Moza membeberkan semua percakapan lewat SMS antara Angga dan Nararya. Ditambah lagi kedatangan Pak Robin yang ingin mengambil Sania secara paksa. Puncak konflik/ kegawatan (climax) adalah ketika Nararya mulai tak bisa membedakan antara halusinasi dan dunia nyata. Ia selalu histeris ketika melihat 168
169 cabikan mawar dan genangan darah di depan ruang kerjanya. Kejadian itu berulang kali terjadi. Penurunan ketegangan (falling action) ditandai dengan munculnya harapan untuk metode transpersonal, keberadaan Farida sebagai teman berbagi dan titik terang tragedy genangan darah dan cabikan mawar. Penyelesaian (denoucment) dari cerita ini adalah terungkapnya misteri genangan darah dan cabikan mawar yang ternyata dilakukan Sania. Angga yang sudah mulai berubah dan alasan dipindahkannya Nararya ke divisi lain menutup rangkaian cerita ini. c. Latar Latar dibagi menjadi tiga bagian yaitu latar tempat, waktu dan latar sosial. Latar tempat terdiri dari kota Surabaya, paviliun klien, ruang kerja, rumah Diana, rumah Bu Weni, teras rumah Nararya, Rumah Papa dan Mama, Butik, Pesantren, kota Makassar, Panti Wreda, dan Rumah Sakit. Latar waktu terdiri dari pagi hari, sore hari, malam hari, dan minggu pagi. Terakhir, latar sosialnya adalah kehidupan terapis dan klien-klien skizofrenianya. d. Penokohan Tokoh utama dalam novel Bulan Nararya adalah Aku. Tokoh aku tersebut bernama Nararya Tunggadewi. Tokoh Protagonis terdiri dari Nararya, Sania, Pak Bulan, Yudhistira, Farida. Tokoh Antagonis adalah Bu Sausan, Angga, Bu Weni, Diana, Moza. Tokoh pelengkap: Mama, Papa, Pak Taufik, Rendi, Luna, Pak Gatot. e. Sudut Pandang Sudut pandang yang digunakan pengarang adalah sudut pandang orang pertama yaitu aku. Artinya tokoh aku adalah tokoh yang terlibat secara langsung dalam cerita. f. Gaya Bahasa Novel Bulan Nararya menggunakan bahasa penceritaan yang sederhana. Bahasa yang sederhana tersebut dicerminkan dengan penggunaan bahasa sehari-hari, sehingga mudah dipahami oleh peserta didik. Novel tersebut juga menampilkan beberapa istilah psikologi yang menambah kekuatan setting cerita.
170 g. Amanat Amanat yang dapat diambil dari novel Bulan Nararya adalah kewajiban kita sebagai sesama manusia harus saling menyayangi satu sama lain; sebagai manusia yang memiliki mental dan jiwa yang sehat, tentunya harus senantiasa bersyukur kepada Tuhan YME; tidak memandang sebelah mata orang-orang dengan gangguan skizofrenia karena mereka juga mahkluk Tuhan yang pantas untuk dimanusiakan dan butuh kasih sayang; setiap permasalahan yang melanda pasti memiliki jalan keluarnya; dan terakhir, pentingnya memiliki teman untuk berbagai kisah dan masalah. 2. Kejiwaan Tokoh dalam Novel Bulan Nararya Kondisi kejiwaan tokoh Nararya mengarah pada gangguan kejiwaan yang disebut depresi. Gejala kejiwaan yang ditunjukkan Nararya memiliki kemiripan dengan penyebab gangguan depresi. Depresi dalam diri Nararya disebabkan oleh sakit hati yang dalam, kekecewaan-kekecewaan, kemurkaan yang dipendam, dan kecemasan-kecemasan. Gangguan kejiwaan yang dialami Nararya masih pada tahap ringan, sehingga kesempatan untuk kembali normal lebih terbuka lebar. 3. Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Bulan Nararya Nilai pendidikan karakter yang ada dalam novel Bulan Nararya sangat beragam. Terdapat tiga belas nilai pendidikan karakter yang tercermin dalam novel tersebut. Nilai-nilai tersebut terdiri dari nilai religius, nilai toleransi, nilai disiplin, nilai kerja keras, nilai kreatif, nilai rasa ingin tahu, nilai cinta tanah air, nilai menghargai prestasi, nilai bersahabat/ komunikatif, nilai gemar membaca, nilai peduli lingkungan, nilai peduli sosial, dan nilai tanggung jawab. 4. Relevansi Novel Bulan Nararya dengan Materi Ajar Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMA Novel Bulan Nararya relevan dengan pembelajaran apresiasi sastra di SMA. Baik dalam kurikulum KTSP maupun kurikulum 2013, Kedua-duanya menyertakan pembelajaran apresiasi sastra di dalamnya. Selain mengangkat genre karya sastra humanistis, novel Bulan Nararya tersebut juga mengandung banyak amanat. Amanat-
171 amanat yang ada di dalamnya mudah ditangkap oleh peserta didik karena novel tersebut menggunakan bahasa yang mudah dicerna. Novel Bulan Nararya dapat menjadi tameng di tengah maraknya hiburan-hiburan yang kurang mendidik. B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat dijabarkan implikasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Implikasi Teoretis Secara teoritis, pendekatan psikologi sastra mampu memberikan warna dan cahaya dalam dunia kajian sastra. Mengingat kajian ini belum setenar kajian-kajian sastra lain, sehingga perlu senantiasa dikembangkan agar dapat terus maju. Psikologi sastra menekankan pada salah satu unsur instrinsik novel yaitu penokohan. Melalui penokohan tersebut dapat diungkap peristiwa-peristiwa kejiwaan yang terjadi, baik kejiwaan normal maupun abnormal. Melalui kajian ini pembaca akan memahami bagaimana jiwa yang sehat dan yang kurang sehat, serta penyebab-penyebabnya. Pembaca akan dapat memahami cara menjaga agar jiwanya tetap sehat. Dalam penelitian ini diungkapkan beberapa alasan yang membuat tokoh utama tersebut mengalami gangguan kejiwaan, sehingga nantinya apa yang dialami Nararya dapat dihindari oleh pembaca. Tokoh-tokoh lain yang merupakan orang dengan skizofrenia akan memberikan informasi dan ilmu pengetahuan tentang kondisi kejiwaan tersebut. Masyarakat umum yang masih sangat awam dengan ilmu skizofrenia (sakit jiwa) akan dapat belajar dengan cara menyenangkan melalui novel Bulan Nararya ini. Tidak harus belajar melalui buku-buku atau jurnal berbahasa inggris layaknya kuliah psikologi. Dengan memahami kondisi orang-orang di sekitarnya, terutama orang-orang yang mengalami gangguan jiwa, maka cara berpikir masyarakat akan terbuka dan tercipta lingkungan yang saling menerima satu sama lain. Terutama bagi peserta didik, membina lingkungan yang baik adalah salah satu hal yang perlu diajarkan sejak dini.
172 2. Implikasi Praktis Implikasi praktis dari penelitian ini adalah novel Bulan Nararya dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan pemilihan materi ajar pembelajaran apresiasi sastra. Di tengah maraknya karya sastra, belum semua karya tersebut jatuh ke tangan peneliti sastra. Adanya penelitian ini guru akan lebih leluasa untuk menerapkan materi ajar dalam pembelajaran karena sudah melalui tahap penelitian. Dalam pembelajaran tentunya tidak hanya aspek kognitif saja yang perlu dicapai. Aspek afektif dan psikomotor adalah dua aspek yang sama-sama penting untuk dikembangkan dalam pembelajaran. Selain menunjang materi ajar, novel Bulan Nararya juga dapat menjadi jalan menanamkan pendidikan karakter. Tiga belas nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Bulan Nararya akan terinternalisasikan selama proses pembelajaran berlangsung. Tema yang berbeda dan judul baru akan membuat peserta didik lebih memiliki minat untuk mempelajarinya, sehingga pembelajaran akan berlangsung lebih baik. C. Saran Beberapa masukan yang dapat disampaikan penulis adalah sebagai berikut: 1. Bagi Siswa Siswa hendaknya semakin giat belajar terutama dengan membaca. Kegiatan membaca yang tidak kalah penting adalah membaca karya sastra. Melalui karya sastra tersebut, selain mengasah kemampuan kognitif, peserta didik juga akan belajar mengenai nilai-nilai kehidupan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Penting sekali bagi peserta didik untuk meluangkan waktu membaca karya sastra, tidak hanya ketika pembelajaran apresiasi sastra saja. 2. Bagi Guru Guru hendaknya menjadi fasilitator yang andal. Tidak semata-mata mengawasi peserta didik ketika melaksanakan tugas namun juga sebagai sumber ilmu pengetahuan. Novel Bulan Nararya sarat dengan istilah-istilah psikologi, alangkah baiknya guru sudah menyiapkan rujukan tambahan dari istilah-istilah tersebut untuk
173 membantu sisiwa dalam belajar. Guru juga harus memiliki kepandaian yang memadai mengenai materi ajar yang di gunakan. 3. Bagi Peneliti Lain Sebagai seorang peneliti, hendaknya semakin memperdalam kajian yang diangkat, baik psikologi sastra maupun yang lainnya. Terbatasnya penelitian mengenai sastra dalam dunia pendidikan, semoga senantiasa menjadi motivasi peneliti-peneliti selanjutnya untuk terus mengembangkan diri demi kemajuan sastra masa depan.