BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai Representasi Budaya Pop Korea dalam Masyarakat Subkultur (Studi Fenomenologi Pada Universe Cover Ease Entry (U-CEE) Komunitas Kpopers Kota Surakarta), dapat disimpulkan bahwa : 1. Representai Budaya Pop Korea dalam Masyarakat Subkultur Di Kota Surakarta Representai Budaya Pop Korea dalam Masyarakat Subkultur Di Kota Surakarta adalah bahasa Korea, dance Korea, musik Korea dan fandom Korea. Bahasa Korea mereka pelajari dari drama yang sering mereka tonton. Komunitas U-CEE yang anggotanya paling banyak memiliki kemampuan sebagai dancer menirukan tarian Korea dengan melihat dance practice yang diunggah oleh boyband maupun girlband Korea. Musik Korea ditirukan juga dari yang artis Korea nyanyikan dengan populernya boyband dan girlband Korea. Banyak dari Kpopers yang menyukai K-Pop karena musik yang dibawakan oleh boyband dan girlband Korea. Sedangkan fandom Korea berasal dari masa yang berkumpul menjadi satu nama berdasarkan artis yang mereka sukai. Fandom terbanyak berasal dari kalangan boyband dan girlband Korea yang notabene memiliki anggota yang lebih dari 3 orang. 141
142 2. Perwujudan Gagasan Budaya Pop Korea melalui Cover Dance dalam Komunitas U-CEE Perwujudan Gagasan Budaya Pop Korea melalui Cover Dance dalam Komunitas U-CEE tidak bisa sama dengan yang aslinya. Objek yang mereka lihat tidak sepenuhnya sama dengan mereka dari segi karakter, badan, mimik wajah dan lain sebagainya. Mereka menirukan artis idola sesuai dengan karakter mereka lalu mereka sesuaikan dengan lingkungan mereka. Kostum yang dikenakan oleh anggota cover dance U-CEE ada beberapa yang mirip namun tidak sama dengan yang aslinya. 3. Simbol Budaya Pop Korea yang Ditampilkan Masyarakat Subkultur di Kota Surakarta Simbol Budaya Pop Korea yang Ditampilkan Masyarakat Subkultur di Kota Surakarta dengan kata, foto dan pemberitaan kepada khalayak. Anggota komunitas U-CEE memiliki kemampuan berbahasa dasar seperti penggemar budaya pop Korea yang lainnya. Mereka juga sering menyimpan foto artis Korea di dalam handphone pribadi mereka dan bahkan mereka jadikan wallpaper. Poster para artis Korea juga beberapa mereka pasang di salah satu sudut kamar mereka. Simbol yang paling diperlihatkan oleh Kpopers adalah pakaian yang mereka kenakan. Banyak Kpopers yang mengenakan kaos ataupun jaket yang memiliki simbol dari boyband dan girlband Korea yang mereka sukai. Sedangkan pemberitaan kepada khalayak sering mereka lakukan melalui acara yang diadakan oleh komunitas U-CEE yang sering mereka adakan di tempat umum seperti di mall. Selain berbagai acara yang diadakan komunitas U-CEE di mall, penggemar budaya pop Korea yang menonton acara tersebut juga sering mengenakan simbol-simbol seperti logo di pakaian yang menjadi identitas artis idola mereka. Namun tidak semua simbol tersebut dikeluarkan kembali
143 ketika mereka keluar dari perkumpulan penggemar budaya pop Korea tersebut. Seperti halnya cover dance yang memakai baju terbuka dan rok yang pendek ketika di atas panggung, bertolak belakang dengan apa yang dia kenakan di lingkungan tempat dia menuntut ilmu yang memiliki peraturan dalam berpakaian. 4. Dimensi internal dan dimensi eksternal yang menyebabkan representasi budaya pop Korea dalam komunitas Universe Cover Ease Entry (U-Cee) di Kota Surakarta Dimensi internal dan dimensi eksternal yang menyebabkan representasi budaya pop Korea dalam komunitas Universe Cover Ease Entry (U-Cee) di Kota Surakarta adalah mereka memiliki hobi dalam bidang menari. Di samping itu pula mereka juga memiliki ketertarikan dengan budaya Korea. Dimensi eksternal mereka bergabung di komunitas U-CEE adalah informasi dari teman yang sebelumnya sudah dahulu bergabung di dalam komunitas dan dari sosial media yang disharing oleh komunitas U-CEE mengenai keberadaan komunitas ini. Dampak positif yang didapatkan penggemar budaya pop Korea dari menyukai budaya Korea diantaranya mereka menjadi punya banyak teman yang menyukai hal yang sama, sosialisasi mereka terhadap orang lain juga semakin terlatih dengan seringnya mereka bertemu dengan orang-orang yang berbeda tiap harinya, semakin perhatian dengan teman yang sering mereka ajak bicara tiap harinya, kemampuan berbahasa mereka akan bahasa asing juga bertambah diiringi dengan pengetahuan akan kebudayaan negara asing pula. Sedangkan dampak negatif yang didapatkan oleh penggemar budaya pop Korea adalah mereka sering melupakan aktifitas dunia nyata ketika sedang asik mendengarkan lagu atau melihat tayangan Korea seperti lupa shalat dan lupa belajar, pemborosan untuk membeli kuota internet, dan melupakan budaya asli mereka sendiri yaitu budaya Indonesia.
144 Dapat disimpulkan pula bahwa boyband dan girlband Korea membawa pengaruh paling besar dalam representasi masyarakat subkultur di Kota Surakarta dalam hal musik, dance dan fandom. Sedangkan drama Korea membawa pengaruh dalam hal bahasa. B. IMPLIKASI 1. Implikasi Teoritis Penelitian ini, menggunakan teori postmodern hiperealitas yang dikemukakan oleh Jean Baudrillard untuk melihat representasi yang dilakukan oleh masyarakat subkultur budaya pop Korea, Baudrillard mengemukakan bahwa simulasi adalah proses atau strategi intelektual, sedangkan hiperealitas adalah efek, keadaan, atau pengalaman kebendaan dan atau ruang yang dihasilkan dari proses tersebut. Awal dari era hiperealitas, menurut Baudrillard, ditandai dengan lenyapnya petanda, dan metafisika representasi; runtuhnya ideologi, dan bangkrutnya realitas itu sendiri, yang diambil alih oleh duplikasi dari dunia nostalgia dan fantasi, atau, (realitas) menjadi realitas pengganti realitas, pemujaan (fetish) objek yang hilang bukan lagi objek representasi, akan tetapi ektase penyangkalan dan pemusnahan ritualnya sendiri. Tayangan televisi dan akun penyedia layanan video memunculkan ilusi, fantasi, khayalan yang menjadi tampak nyata yang dikendalikan oleh kode. Simulasi menghasilkan objek-objek hipereal dan pengalaman ruang yang baru yaitu ruang simulacrum. Komunitas U-CEE merepresentasikan apa yang mereka lihat di tayangan video dengan menirukan ulang tarian yang ada di dalam video tersebut. Tayangan video itulah yang disebut simulasi. Ketika mereka menirukan ulang itulah representasi dalam hiperealitas. Pengalaman ruang mulai dari simulasi hingga hiperealitas tersebut adalah ruang simulacrum.
145 2. Implikasi Metodologis Penelitian yang dilakukan ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi untuk mengetahui makna dari pengalaman individu yang mengalami kejadian yang sama. Sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling dimana pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu yakni dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan, sehingga memudahkan peneliti. Sumber data yang peneliti peroleh dari data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari wawancara langsung dengan narasumber dan data sekunder berasal dari media online serta data-data dari pihak lain yang berhubungan dengan penelitian peneliti. Dalam tekni pengumpulan data, peneliti melakukan wawancara mendalam, observasi, dokumentasi dan studi pustaka sehingga dapat menghasilkan suatu data yang diharapkan. Pedoman wawancara sebelumnya dibuat untuk mempermudah penulis untuk mencari data dari informan di lapangan. Peneliti menggunakan triangulasi sumber sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data yang menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan model interaktif, yairu reduksi data, menganalisis menggunakan teori sosiologis dan penarikan kesimpulan. 3. Implikasi Empiris Komunitas U-CEE merupakan salah satu komunitas K-Pop terbesar di Kota Surakarta. Berbagai acara yang diadakan oleh U-CEE yang cukup besar dan dilakukan secara teratur akan terus menarik minat para penggemar budaya pop Korea di Kota Surakarta yang ingin bergabung di dalam komunitas ini. Mereka bisa bertemu dengan orang-orang yang menyukai hal yang sama yaitu K-Pop dan mereka bisa melakukan apa yang mereka sukai secara bersama-sama.
146 Representasi yang mereka lakukan dalam bidang dance merupakan hal yang tidak asing lagi ditambah dengan genre yang mereka bawakan yakni Korea yang berbeda dengan tarian Indonesia akan semakin menarik minat remaja Indonesia yang sekarang ini haus akan tontonan yang menarik. Dengan promosi yang terus dilakukan di berbagai media sosial maupun dari orang per-orangan, komunitas ini bisa bertambah besar dan semakin dikenal oleh masyarakat penggemar budaya pop Korea bahkan masyarakat non-kpopers di Kota Surakarta. Dengan bertambahnya anggota dan dengan semakin banyaknya acara yang diadakan, komunitas U-CEE bisa menjadi komunitas yang lebih baik lagi. C. SARAN Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka saran yang dapat penulis berikan diantaranya sebagai berikut : 1. Bagi penelitian selanjutnya Penelitian selanjutnya diharapkan mengkaji tema lain mengenai isu maupun kasus yang tengah hangat diperbincangkan di dalam masyarakat terkait budaya pop Korea. Diharapkan dengan meneliti isu dan kasus yang sedang berkembang saat ini mampu membantu masyarakat dan orang banyak untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang terjadi. 2. Bagi pemerintah Banyaknya budaya luar yang masuk ke Indonesia tidak bisa dengan mudah menggempur budaya asli Indonesia sendiri. Dengan Pancasila, berbagai suku budaya, ras, agama dan etnis dapat saling mentoleransi dan hidup bersama di dalam satu negara. Namun masuknya budaya luar seperti budaya pop Korea mampu membuat beberapa orang menjadi kurang akan kepeduliaanya dengan budaya
147 Indonesia sendiri. Untuk itu bagi pemerintah diharapkan mampu lebih gencar memupuk nilai-nilai ideologi yang terkandung dalam Pancasila demi meminimalisir efek dari modernisasi dan globalisasi yang tengah melanda Indonesia. 3. Bagi komunitas Komunitas U-CEE yang fokus dalam budaya pop Korea diharapkan tidak melupakan akan budaya kita sendiri yaitu budaya Indonesia. Jangan sampai kita paham mengenai budaya luar namun tidak tahu tentang budaya Indonesia. Menyisipkan gerakan tarian Indonesia di dalam dance Korea dan menyisipkan budaya Indonesia dari setiap acara yang diadakan dirasa perlu untuk tetap tidak melupakan budaya Indonesia. 4. Bagi masyarakat budaya pop Korea Penggemar budaya pop Korea seakan menjadi masyarakat yang konsumtif melalui internet. Peneliti menyarankan agar jangan terlalu konsumtif akan internet dikarenakan selain membutuhkan biaya untuk membeli kuota internet, internet juga dapat mengalienasi kita dengan masyarakat di sekitar kita. Masyarakat justru akrab dengan dunia maya dan justru asing dengan dunia nyata. Selain itu jangan lupakan waktu akan kewajibannya akan ibadah dan belajar yang jauh lebih penting. Meski penggemar budaya pop Korea suka meniru apa yang dilakukan oleh idola mereka, jangan sampai penggemar budaya pop Korea ini salah menempatkan diri dalam lingkungan sosial dimana mereka berada. Terakhir adalah jangan sampai rasa nasionalis kita terhadap bangsa sendiri luntur oleh budaya asing.