FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI DI PUSKESMAS PLERET BANTUL TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, USIA DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI DESA TANGGAN GESI SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN USIA PARITAS DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI DUSUN GETASAN KAB. SEMARANG TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING PADA AKSEPTOR KB TERHADAP KETEPATAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD)

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD pada Wanita PUS di Desa Pasekan Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PROFIL KB IUD PADA IBU PRIMIGRAVIDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONOROJO PACITAN

Nuke Devi Indrawati. Tlp : ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

Disusun. oleh: FAKULTAS ILMU

HUBUNGAN ANTARA KETERATURAN MENGKONSUMSI TABLET ZAT BESI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS JETIS II BANTUL YOGYAKARTA

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG

Kustriyanti 1),Priharyanti Wulandari 2)

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PRIA. Darwel, Popi Triningsih (Poltekkes Kemenkes Padang )

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KOTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGENTAN 2 TAHUN 2014

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di Puskesmas Tatelu Kabupaten Minahasa Utara

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA BERENCANA PADA KELOMPOK IBU DI WILAYAH PUSKESMAS I SUKOHARJO SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR PREDISPOSISI TERJADINYA ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS JETIS I BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2013

HUBUNGAN JAMINAN PERSALINAN DENGAN MOTIVASI MENGGUNAKAN KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGAGLIK I YOGYAKARTA TAHUN 2013

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

HUBUNGAN PARITAS TERHADAP MINAT PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI PUSKESMAS BANGUNTAPAN II BANTUL YOGYAKARTA

Oleh : Noviyanti, Indria Astuti, dan Siska Erniawati Stikes Jendr.A. Yani Cimahi

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI MKJP PADA PUS DI PUSKESMAS TEMBILAHAN HULU

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

Associated Factors With Contraceptive Type Selection In Bidan Praktek Swasta Midwife Norma Gunung Sugih Village

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN JUMLAH ANAK DENGAN PEMILIHAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB (Di RW 03 Kelurahan Kedung Cowek Surabaya)

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEIKUTSERTAAN SUAMI PADA PROGRAM KB VASEKTOMI DI WILAYAH KECAMATAN BANJARMASIN TIMUR

III TAHUN Disusun Oleh WIWEN INDITA PROGRAM

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: ASFARIZA YUDHI PRABOWO

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

HUBUNGAN FAKTOR AGAMA DAN KEPERCAYAAN DENGAN KEIKUTSERTAAN KB IUD DI PUSKESMAS MERGANGSAN KOTA YOGYAKARTA. Sri Wulandari

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA PENGGUNAAN KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

32 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR USE OF CONTRACEPTION BY COUPLES OF CHILDBEARING AGE

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI DENGAN JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN WANITA PUS. (Jurnal) Oleh AYU FITRI

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Di Kelurahan Pangolombian Kota Tomohon

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP KEIKUTSERTAAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI KECAMATAN GENENG KABUPATEN NGAWI

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKIKUTSERTAAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI DETERMINAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI DI PUSKESMAS PACARKELING KOTA SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

Correlation Between Mother s Knowledge and Education On Use Of Contraceptive In Yukum Jaya Village Central Lampung In 2013

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN KEJADIAN PENINGKATAN BERAT BADAN DAN UPAYA PENANGANANNYA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM KELUARGA BERENCANA DI LINGKUNGAN IV KELURAHAN TELING ATAS KOTA MANADO

: LULUK ERDIKA GRESTASARI J

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KONTRASEPSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN MAKARTI JAYA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

ABSTRACT PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN USIA KAWIN PERTAMA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM PROGRAM KB DAN KESEHATAN REPRODUKSI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah

FAKTOR IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAN IMPLANT (Studi pada akseptor KB Desa Arjasari, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya 2014)

BAB I PENDAHULUAN. Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan Program Making

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

KARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN

HUBUNGAN BEBERAPA FAKTOR PADA WANITA PUS DENGAN KEIKUTSERTAAN KB SUNTIK DI DESA DUREN KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada

UNIVERSITAS SILIWANGI FAKULTAS ILMU KESEHATAN PEMINATAN KESEHATAN REPRODUKSI SKRIPSI, NOVEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

Selvina Ismalia Assegaf 2, Fitria Siswi Utami 3 INTISARI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI DI PUSKESMAS PLERET BANTUL TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sains Terapan pada Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta Disusun Oleh: ERNA ARIANI 201110104191 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG D IV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA

HALAMAN PERSETUJUAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI DI PUSKESMAS PLERET BANTUL TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: ERNA ARIANI 201110104191 Oleh: Pembimbing : Indriani, SKM., M.Sc. Tanggal : Selasa, 7 Agustus 2012 Tanda Tangan :...

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI DI PUSKESMAS PLERET BANTUL TAHUN 2012 1 Erna Ariani 2, Indriani 3 ABSTRACT In order to reach the fertility target of 2.2 set forth in 2004-2009 National Medium Term Development Plan (RPJMN), an increase of 67% on family planning participation is necessary. One of the ways to implement The National Family Planning Program is by having long-term contraception method (National Agency for Population and Family Planning (BKKBN) Yogyakarta, 2011). Objective to found out the factors influencing the selection of contraception method at Community Health Center at PleretBantul batch 2012. Conclusion on the one hand, there is a significant relation between age, parity, knowledge, husband support, and education with the selection of contraception method by family planning acceptors at Community Health Center at PleretBantul. On the other hand, cultural and belief factors do not have a significant relation with the selection of contraception by family planning acceptors at Community Health Center at Pleret, Bantul Regency. Keyword : Family Planning acceptors, IUD, Long-term Contraception Method (MKJP) 1 The title of the thesis 2 A D IV Midwifery student of School of Health Sciences (STIKES) Aisyiyah Yogyakarta 1 Thesis Supervisor INTISARI Target untuk mencapai sasaran fertilitas sebesar 2,2 yang tertuang dalam RPJMN 2004-2009,diperlukan peningkatan kesertaan ber-kb sekitar 67 %.Selanjutnya kesertaan ber-kb perlu ditingkatkan menjadi sekitar 71% pada tahun 2015. Program KB Nasional dilakukan salah satu diantaranya dengan menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (BKKBN Yogyakarta, 2011). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi di Puskesmas Pleret Bantul tahun 2012. Kesimpulan terdapat hubungan yang signifikan antara usia, paritas, pengetahuan,dukungan suami, pendidikan dengan pemilihan jenis alat kontrasepsi pada akseptor KB di Puskesmas Pleret Bantul. Faktor budaya dan keyakinan tidak memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan pemilihan jenis alat kontrasepsi pada akseptor KB di Puskesmas Pleret Kabupaten Bantul. Kata Kunci : Akseptor KB,IUD,MKJP 1 Judul Skripsi 2 Mahasiswa DIV Bidan Pendidik STIKES Aisyiyah Yogyakarta 3 Dosen Pembimbing Skripsi

A. PENDAHULUAN Masalah kependudukan di dunia ditandai dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Pertumbuhan penduduk yang pesat disebabkan karena tingkat kesuburan yang tinggi sehingga dapat menyebabkan ledakan penduduk serta akan menghambat tujuan Internasional untuk mengurangi kemiskinan dan kelaparan yang termuat dalam MDG s (Millenium Development Goal s) (Rapat Kerja Nasional, 2010). Untuk mengangkat derajat hidup bangsa dalam menghadapi masalah kependudukan pemerintah mengeluarkan Undang-Undang tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga berdasarkan Kep.MenKes Nomor 52 Tahun 2009, yang berbunyi Untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas, pemerintah menetapkan kebijakan keluarga berencana melalui penyelenggaraaan program keluarga berencana. Target untuk mencapai sasaran fertilitas sebesar 2,2 pada tahun 2009 seperti tertuang dalam RPJMN 2004-2009, diperlukan peningkatan kesertaan ber-kb sekitar 67 persen pada tahun 2009. Selanjutnya kesertaan ber- KB perlu ditingkatkan menjadi sekitar 71% pada tahun 2015 untuk mencapai tingkat kelahiran sebesar 2,1 dengan demikian, salah satu sasaran MDG s yaitu untuk memberantas kemiskinan melalui Program Kependudukan dan KB Nasional dapat tercapai (BKKBN Jakarta, 2010). Gambarannya, jika saat ini sampai tahun 2015 terjadi peningkatan kesertaan ber-kb rata-rata 1% per tahun maka pada tahun 2015 penduduk Indonesia akan berjumlah sekitar 237 juta jiwa. Sebaliknya jika kesertaan ber-kb menurun sebesar 0,5% per tahun maka pada tahun 2015 penduduk akan berjumlah sekitar 267 juta jiwa (kependudukan, KB dan demografi, 2010). Program KB Nasional dilakukan salah satu diantaranya dengan menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (BKKBN Jakarta, 2010). Banyak alternatif alat kontrasepsi yang bisa digunakan sesuai dengan kebutuhan, namun pengguna harus selektif karena tidak semua alat kontrasepsi cocok bagi semua orang (Prawirohardjo, 2007). Hasil studi pendahuluan kepada 6 orang akseptor KB non IUD yang berada di BPS Bantul diantaranya menyatakan belum mengerti tentang keefektivitasan dan pemulihan kesuburan tentang KB IUD, dan kurangnya pengetahuan akseptor tentang kelebihan metode kontrasepsi IUD. Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi di Puskesmas Pleret Bantul tahun 2012.Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi di Puskesmas Pleret Bantul Tahun 2012. B. METODOLOGI PENELITIAN Metode yang di gunakan adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional (Notoatmodjo.2010). Variabel bebas yaitu Usia, Paritas, Pendidikan, pengetahuan, dukungan suami, keyakinan, Budaya. Variabel terikat yaitu pemelihan alat kontrasepsi (MKJP IUD, Non MKJP pil, suntiik). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Sampel pada penelitian adalah 56 responden dengan kriteria sebagai berikut: ibu bisa baca tulis, akseptor KB aktif, tinggal diwilayah puskesmas pleret, bersedia menjadi responden. Analisis data yang digunakan adalah Chi square. Interpretasi data dengan melihat nilai hasil correlation coeficien, jika nilai Sig (2-tiled) atau ρ value jika ρ < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dan Analisis Multivariat menggunakan analisis regresi logistic

kareana terdapat dua atau lebih variabel independen yang berhubungan dengan variabel dependen, dimana data dari dependen veriabelnya berupa katagori dikotomis. C. HASIL DAN PEMBAHSAN 1. Gambaran Umum tempat Penelitian Pelayanan bidan di dalam KB meliputi pemberian konseling / KIE terhadaap akseptor KB baru dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat di Kecamatan Pleret Bantul. Mayoritas akseptor KB aktif yang ada di Puskesmas Pleret Kabupaten Bantul menggunakan Jamkesmas 2. Hasil Pengamatan Tabel 1 Distribusi Umur Akseptor KB di Puskesmas Pleret, Bantul Tahun 2012 Umur Frekuensi Prosentase(%) < 20 tahun 20-30 tahun > 35 tahun 3 37 16 5,3 66,1 28,6 Sumber: Data primer tahun 2012 Tabel 1 menunjukkan sebagian besar responden berumur 20-35 tahun yaitu 37 orang (66,1%). 1 2 3 4 > 4 Tabel 2 Distribusi Paritas Akseptor KB di Puskesmas Pleret, Bantul Tahun 2012 Paritas Frekuensi Prosentase (%) 39 69,6 17 30,4 0 0 Sumber: Data primer tahun 2012 Tabel 2 menunjukkan paritas sebagian besar responden adalah 1-2 yaitu 39 orang (69,6%). Tabel 3 Distribusi Pendidikan Akseptor KB di Puskesmas Pleret Bantul Tahun 2012 Pendidikan Frekuensi Prosentase (%) Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA PT 20 13 22 1 35,7 23,2 39,3 1,8 Sumber: Data primer tahun 2012 Tabel 3 menunjukkan sebagian besar responden berpendidikan SMA yaitu 22 orang (39,3%). Tabel 4 Distribusi Tingkat Pengetahuan Akseptor KB di Puskesmas Pleret, Bantul. Tingkat pengetahuan Frekuensi Prosentase (%) Baik Cukup Kurang 33 12 11 58,9 21,4 19,7 Sumber : Data primer tahun2012

Tabel 4 menunjukan tingkat pengetahuan sebagian besar responden baik yaitu 33 orang (58,9%). Tabel 5 Distribusi Dukungan Suami Untuk Mengikuti Program KB di Puskesmas Pleret. Dukungan suami Frekuensi Prosentase (%) Tidak mendukung Mendukung 33 23 58,9 41,1 Sumber: Data primer tahun 2012 Tabel 5 menunjukkan sebagian besar responden tidak mendapat dukungan dari suami untuk mengikuti program KB sebanyak 33 orang (58,9%) Tabel 6 Distribusi Budaya Pada Akseptor KB di Puskesmas Pleret, Bantul Tahun 2012 Budaya Frekuensi Prosentase (%) Tidak mendukung Mendukung 35 21 62,5 37,5 Tabel 6 menunjukkan sebagian besar responden memiliki budaya yang tidak mendukung terhadap program KB sebanyak 35 orang (62,5%). Tabel 7 Distribusi Keyakinan Pada Akseptor KB di Puskesmas Pleret, Bantul. Keyakinan Frekuensi Prosentase (%) Rendah Sedang Tinggi 0 53 3 0 94,6 5,4 Tabel 7 menunjukkan sebagian besar responden berkeyakinan yang sedang 53 orang (94,6%). Tabel 8 Pemilihan Metode Kontrasepsi di Puskesmas Pleret, Bantul Tahun 2012 Jenis kontrasepsi Frekuensi Prosentase (%) Non 29 51,8 27 48,2 Sumber: Data Primer Tahun 2012 Tabel 8 menunjukkan sebagian besar akseptor KB di Puskesmas Pleret, Bantul memilih jenis kontrasepsi Non sebanyak 29 orang (51,8%). 3. Analisi Bivariat Tabel 9 Tabulasi Silang dan Uji Statistik Hubungan Usia dengan Pemilihan Kontrasepsi Usia Non Hitung value Coeff F % F % F % 19,771 0,000 0,511 < 20 tahun 3 5,4 0 0 3 5,4 20-30 tahun 25 44,6 12 21,4 37 66,1 > 30 tahun 1 1,8 15 26,8 16 28,6 Tabel 9 menunjukkan responden berusia < 20 tahun dan antara 20-30 tahun 25 orang (44,6%). Sedangkan responden berumur > 30 tahun sebagian besar memilih kontrasepsi 15 orang (26,8%). Hasil p-value sebesar 0,000 < (0,05) sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara usia dengan pemilihan kontrasepsi di Puskesmas Pleret, Bantul.

Tabel 10 Tabulasi Silang dan Uji Statistik Hubungan Paritas dengan Pemilihan Kontrasepsi. Paritas Non Hitung value Coeff F % F % F % 15,659 0,000 0,467 1-2 27 48,2 12 21,4 39 69,6 3-4 2 3,6 15 26,8 17 30,4 Sumber: Data Primer Tahun 2012 Tabel 10 menunjukkan responden dengan paritas 1-2 memilih kontrasepsi Non, yaitu 27 orang (48,2%). Sedangkan paritas 3-4 sebagian besar memilih kontrasepsi yaitu15 orang (26,8%). Hasil perhitungan statistik diperoleh p-value sebesar 0,000 < (0,05) sehingga disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan pemilihan kontrasepsi di Puskesmas Pleret Kabupaten Bantul. Tabel 11 Tabulasi Silang dan Uji Statistik Hubungan Pendidikan dengan Pemilihan Kontrasepsi Pendidika n Non Hitun g value Coeff F % F % F % 12,52 1 0,006 0,427 SD 12 21,4 8 14,3 20 35,7 SMP 11 19,6 2 3,6 13 23,2 SMA 6 10,7 16 28,6 22 39,3 PT 0 0 1 1,8 1 1,8 Sumber: Data Primer Tahun 2012 Tabel 11 menunjukkan responden pendidikan SMA mayoritas memilih kontrasepsi 16 orang (28,6%). Hasil perhitungan statistik diperoleh p-value sebesar 0,006 < (0,05) sehingga disimpulkan ada hubungan signifikan antara pendidikan dengan pemilihan kontrasepsi. Tabel 12 Tabulasi Silang dan Uji Statistik Hubungan Pengetahuan dengan Pemilihan Kontrasepsi Pengetahua n Non Hitun g value Coeff F % F % F % 15,43 3 0,000 0,465 Kurang 10 17,9 1 1,8 11 19,6 Cukup 9 16,1 3 5,4 12 21,4 Baik 10 17,9 23 41,1 33 58,9 Sumber: Data Primer Tahun 2012 Tabel 12 menunjukkan responden dengan pengetahuan baik memilih kontrasepsi yaitu 23 orang (41,1%). Hasil perhitungan statistik diperoleh p-value

sebesar 0,000 < (0,05) sehingga disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemilihan kontrasepsi di Puskesmas Pleret Kabupaten Bantul. Tabel 13 Tabulasi Silang dan Uji Statistik Hubungan Dukungan Suami dengan Pemilihan Kontrasepsi. Dukungan Suami Non Hitung value Coeff F % F % F % 14,113 0,000 0,449 Tidak 24 42,9 9 16,1 33 58,9 mendukung Mendukung 5 8,9 18 32,1 23 41,1 Sumber: Data Primer Tahun 2012 Tabel 13 menunjukkan responden yang tidak mendapat dukungan dari suami sebagian besar memilih kontrasepsi non, yaitu 24 orang (42,9%). Hasil perhitungan statistik diperoleh p-value sebesar 0,000 < (0,05) sehingga disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan pemilihan kontrasepsi di Puskesmas Pleret Kabupaten Bantul. Tabel 14 Tabulasi Silang dan Uji Statistik Hubungan Budaya dengan Pemilihan Kontrasepsi. Budaya Non Hitung value Coeff F % F % F % 1,073 0,300 0,137 Tidak 20 35,7 15 26,8 35 62,5 mendukung Mendukung 9 16,1 12 21,4 21 37,5 Sumber: Data Primer Tahun 2012 Tabel 14 menunjukkan responden yang memiliki budaya tidak mendukung sebagian besar memilih kontrasepsi non yaitu 20 orang (35,7%). Hasil perhitungan statistik diperoleh p- value sebesar 0,300 > (0,05) sehingga disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara budaya dengan pemilihan kontrasepsi di Puskesmas Pleret Kabupaten Bantul. Tabel 15 Tabulasi Silang dan Uji Statistik Hubungan Pengetahuan dengan Pemilihan Kontrasepsi di Puskesmas Pleret Kabupaten Bantul Keyakinan Non Hitung value Coeff F % F % F % 0,432 0,511 0,088 Sedang 28 50,0 25 44,6 53 94,6 Tinggi 1 1,8 2 3,6 3 5,4 Tabel 15 menunjukkan responden dengan keyakinan sedang sebagian besar memilih kontrasepsi non, yaitu sebanyak 28 orang (50%). Hasil perhitungan statistik diperoleh p-value sebesar 0,511 > (0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara keyakinan dengan pemilihan kontrasepsi di Puskesmas Pleret Kabupaten Bantul.

Tabel 16. Uji Multivariate Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Kontrasepsi. Variabel p-value Beta Usia 0,034 6,171 Paritas 0,028 3,657 Pendidikan 0,044 2,446 Pengetahuan 0,044 3,736 Dukungan 0,029 4,412 Budaya 0,102 2,984 Keyakinan 0,902-0,325 Hasil perhitungan regresi di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut: a. Variabel usia memiliki koefisien beta 6,171 dengan p-value 0,034 < 0,05, berarti usia memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan pemilihan kontrasepsi. b. Variabel paritas memiliki koefisien beta 3,657 dengan p-value 0,028 < 0,05, berarti paritas memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan pemilihan kontrasepsi. c. Variabel pendidikan memiliki koefisien beta 2,446 dengan p-value 0,044 < 0,05, berarti pendidikan memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan pemilihan kontrasepsi. d. Variabel pengetahuan memiliki koefisien beta 3,736 dengan p-value 0,044 < 0,05, berarti pengetahuan memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan pemilihan kontrasepsi. e. Variabel dukungan suami memiliki koefisien beta 4,412 dengan p-value 0,029 < 0,05, berarti dukungan suami memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan pemilihan kontrasepsi. f. Variabel budaya memiliki koefisien beta 2,984 dengan p-value 0,102 > 0,05, berarti budaya tidak memiliki hubungan signifikan dengan pemilihan kontrasepsi. g. Variabel keyakinan memiliki koefisien beta -0,325 dengan p-value 0,902 > 0,05, berarti keyakinan tidak memiliki hubungan signifikan dengan pemilihan kontrasepsi. Melihat nilai koefisien beta diketahui bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap pemilihan kontrasepsi pada akseptor KB di Puskesmas Pleret, Bantul adalah usia. 4. Pembahasan a. Hubungan Usia dengan Pemilihan Kontrasepsi Hasil uji bivariate maupun multivariate menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara usia dengan pemilihan kontrasepsi di Puskesmas Pleret Kabupaten Bantul dengan keeratan hubungan sedang. Perencanaan keluarga menuju keluarga yang berkualitas dibagi atas tiga masa dari usia reproduksi perempuan. Pembagian ini didasarkan pada data epidemiologi bahwa risiko kehamilan dan persalinan baik ibu maupun bagi anak angka tertinggi pada usia kurang dari 20 tahun, terendah pada usia 20-35 tahun dan meningkat lagi secara tajam setelah usia lebih dari 35 tahun. Jenis kontrasepsi yang dipakai sebaiknya juga disesuaikan dengan tahapan masa reproduksi. b. Hubungan Paritas dengan Pemilihan Kontrasepsi Hasil perhitungan statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan pemilihan kontrasepsi di Puskesmas Pleret Kabupaten Bantul, dengan keeratan hubungan sedang. Akseptor yang mempunyai anak lebih dari empat cenderung mengalami resiko tinggi persalinan. Salah satu misi dari program KB adalah terciptanya keluarga dengan jumlah anak yang ideal yakni dua anak dalam satu keluarga, laki-laki maupun perempuan sama saja. Para wanita umumnya lebih menyadari bahwa jenis kelamin anak tidak penting sehingga bila jumlah anak sudah dianggap ideal maka para wanita cenderung untuk mengikuti program KB. Dengan demikian, jenis kontrasepsi yang banyak digunakan adalah jenis kontrasepsi jangka panjang.

c. Hubungan Pendidikan dengan Pemilihan Kontrasepsi Hasil perhitungan statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan pemilihan kontrasepsi di Puskesmas Pleret Kabupaten Bantul, dengan keeratan hubungan sedang. Makin tinggi pendidikan seseorang, makin banyak menerima informasi sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap pentingnya sesuatu hal, termasuk pentingnya keikutsertaan dalam KB. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dari pada mereka yang berpendidikan rendah, lebih kreatif dan lebih terbuka terhadap usahausaha pembaharuan. Secara langsung maupun tidak langsung dalam hal keluarga berencana (KB), termasuk dalam pemilihan jenis kontrasepsi. d. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pemilihan Kontrasepsi Hasil perhitungan statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan pemilihan kontrasepsi di Puskesmas Pleret Kabupaten Bantul dengan keeratan hubungan sedang. Tingkat pengetahuan masyarakat akan mempengaruhi penerimaan program KB di masyarakat. Wanita yang mengetahui tempat pelayanan kontrasepsi lebih sedikit menggunakan metode kontrasepsi tradisional. Pengetahuan yang benar tentang program KB termasuk tentang berbagai jenis kontrasepsi akan mempertinggi keikutsertaan masyarakat dalam program KB. e. Hubungan Dukungan Suami dengan Pemilihan Kontrasepsi Hasil perhitungan statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan pasangan dengan pemilihan kontrasepsi di Puskesmas Pleret Kabupaten Bantul. Dengan keeratan hubungan kuat. Kesenjangan gender merupakan suatu kondisi ketidak seimbangan hubungan antara pria dan wanita dalam pelaksanaan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi, sehingga salah satu pihak merasa dirugikan karena tidak dapat berpartisipasi dan memperoleh manfaat dari pelayanan tersebut. Wanita yang tidak mendapat dukungan dari pasangan akan cenderung menggunakan kontrasepsi jangka pendek. f. Hubungan Budaya dengan Pemilihan Kontrasepsi Hasil perhitungan statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara budaya dengan pemilihan kontrasepsi di Puskesmas Pleret Kabupaten Bantul. Peran aktif petugas sangat mempengaruhi kesehatan dalam memberikan penyuluhan dan KIE tentang pentingnya keikutsertaan dalam program keluarga berencana serta tingkat pengetahuan akseptor KB tentang metode kontrasepsi. Data menunjukkan budayaan akseptor KB yang ada di Puskesmas Pleret tidak ada kategori keluarga besar 62,5% yang mempercayai bahwa banyak anak banyak rejeki serta budaya patriatrikal yang menganggap bahwa sebuah keluarga tidak akan menggunakan alat kontrasepsi bila belum mempunyai anak laki-laki sebagai penerus keturunan. Budaya-budaya seperti itu sudah mulai dihilangkan oleh akseptor KB karena tingkat pengetahuan yang semakin bertambah, gaya hidup semakin modern dan informasi yang mudah didapatkan, misalnya di televisi dan penyuluhan yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan. g. Hubungan Keyakinan dengan Pemilihan Kontrasepsi Hasil analisis data menunjukan bahwa semua akseptor beragama Islam 100% dan hasil perhitungan statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara

agama dengan pemilihan jenis kontrasepsi di Puskesmas Pleret Kabupaten Bantul. Faktor fatwa ulama yang tidak melarang menggunakan kontrasepsi kemungkinan besar berpengaruh terhadap pemilihan alat kontrasepsi. Ditegaskan juga olah penjelasan Majelis Tarjih yang tidak melarang mengenai penggunaan alat kontrasepsi yaitu jika mengkhawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu karena mengandung atau melahirkan, bila hal itu diketahui dengan pengalaman atau keterangan dokter yang dapat dipercaya. Keadaan yang dapat mengancam keselamatan ibu seperti: Seorang ibu jika hamil dikhwatirkan akan binasa atau meninggal dunia, maka dalam keadaan seperti inilah yang disebut darurat, dan tidak mengapa jika si wanita melakukan usaha untuk mencegah keturunan. Inilah dia udzur yang membolehkan mencegah keturunan. Wanita yang tertimpa penyakit di rahimnya, dan ditakutkan penyakitnya akan menjalar sehingga menyebabkan kematian. D. KESIMPULAN E. SARAN Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bawa Sebagian besar akseptor KB di Puskesmas Pleret Kabupaten Bantul memilih jenis alat kontrasepsi Non MKJP sebanyak 29 orang (51,8%). Responden berusia < 20 tahun dan antara 20-30 tahun sebagian besar memilih jenis kontrasepsi Non MKJP masing-masing sebanyak 3 orang (5,4%) dan 25 orang (44,6%). Sedangkan responden > 30 tahun sebagian besar memilih kontrasepsi MKJP 15 orang (26,8%). Seluruh responden beragama Islam 56 (100%) dan sebagian besar responden berumur 20-35 tahun yaitu sebanyak 35 orang (66,1%). Responden yang paling banyak berasal dari suku jawa 55 orang (98,2%). Tingkat pengetahuan sebagian besar responden adalah baik sebanyak 33 orang (58,9%). Sebanyak 33 orang (58,9%) tidak mendapat dukungan dari suami untuk mengikuti program KB dan 23 orang (41,1%) mendapat dukungan. Diketahuinya ada hubungan yang signifikan antara usia (p-value 0,000), paritas (p-value 0,000), pengetahuan (p-value 0,000), dukungan suami (p-value 0,000), pendidikan (p-value 0.006) dengan pemilihan jenis alat kontrasepsi pada akseptor KB di Puskesmas Pleret Kabupaten Bantul. Diketahuinya tidak ada hubungan yang tidak signifikan antara budaya (p-value 0,300) dan keyakinan (p-value 0,511) dengan pemilihan jenis alat kontrasepsi pada akseptor KB di Puskesmas Pleret Kabupaten Bantul. Berdasarkan pelaksanaan dan kesimpulan yang telah diperoleh, peneliti dapat mengemukakan saran, antara lain: 1. Bagi Kepala Puskesmas Pleret Kabupaten Bantul Agar dalam peningkatan jumlah akseptor KB MKJP yang bisa dilakukan dengan pemberian penyuluhan dengan tema kontrasepsi jangka panjang, pemberian informasi lengkap tentang KB saat kunjungan pertama klien untuk menentukan pilihan berkontrasepsi dan memotivasi setiap calon akseptor KB baru untuk menggunakan kontrasepsi jangka panjang. 2. Bagi Bidan Puskesmas Pleret Kabupaten Bantul Perlunya peningkatan kesadaran dan komitmen dari petugas pemberi pelayanan

kesehatan dalam melaksanakan tugas KIE dalam pelayanan kontrasepsi, sehingga diharapkan setiap tenaga kesehatan akan bersedia memberikan informasi yang lengkap tentang jenis MKJP 3. Bagi Pasangan Usia Subur (PUS) Membangun kesadaran dengan megikuti penyuluhan kepada Pasangan Usia Subur bahwa pemanfaatan alat kontrasepsi jangka panjang merupakan kebutuhan dan alternatif berkontrasepsi yang aman. 4. Bagi Mahasiswa STIKES Aisyiyah Yogyakarta Sebagai bahan referensi dan bacaan di Perpustakaan khususnya bagi mahasiswa yang berminat melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis alat kontrasepsi. 5. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini untuk meningkatkan pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi agar dapat menjadi bekal untuk memberikan informasi kepada lingkungannya dan disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut di Puskesmas-Puskesmas yang ada di Kabupaten Bantul menggunakan metode yang berbeda dengan sampel yang lebih banyak tentang pelayanan KIE petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan KB untuk calon akseptor KB baru F. DAFTAR PUSTAKA BKKBN. 2009. Pemerintah Gagal Tangani Masalah Kependudukan. www. Provinsi. Bkkbn. Go. id. Yogyakarta. BKKBN. 2005. Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi, Gender & Pembangunan Kependudukan. Jakarta: BKKBN. BKKBN. 2010. Demogravi dan Kependudukan Nasional. Jakarta. DepDikNas. 2003. UUD RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. Dinkes Bantul. 2011. Laporan Tahunan KB Dinas Kabupaten Bantul. Dolto, C, Schiffman, A & Bello, P. 1997. Mencegah & Merencanakan Kehamilan. Jakarta: Arcan. Ghozali, Imam 2001. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi Kedua. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Muhammadiyah. 2010. Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah. Pimpinan Pusat Muhammadiyah : Yogyakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Samar, Ghazal. Dkk. 2004. Effect Of IUD (Intra Uterine Device) on Reproductive Track Infection (RTI) In The Northern West Bank. Middle East Journal of Family Medicine, 2004; Vol. 5 (5).