28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Amilum Biji Nangka Pada penelitian ini didahulu dengan membuat pati dari biji nangka. Nangka dikupas dan dicuci dengan air yang mengalir kemudian direndam larutan natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic. Setelah itu dilakukan pencucian untuk menghilangkan lendir. Proses selanjutnya adalah pengeringan untuk mengurangi kadar air. Hasil proses penggilingan diperas dan disaring sehingga diperoleh filtrat, filtrat diendapkan dan dikeringkan pada suhu 40 0 C,kemudian diperoleh amilum biji nangka kering lalu diuji kualitatifnya. (Chrisdani dkk., 2010). Pada pembuatan ini yang sangat diperhatikan adalah kebersihan dan kelembaban dalam pembuatan, untuk menjaga kualitas amilum agar tetap murni tidak tercampur dengan kotoran, menjaga terpaparnya atau ditumbuhi mikroorganisme dan tidak mempengaruhi saat pembuatan tablet. B. Pembuatan Granul Pada penelitian ini pembuatan tablet didahului dengan pembuatan granul menggunakan metode granulasi basah, proses granulasi basah yaitu dengan cara seluruh zat berkhasiat dicampur, lalu dibasahi dengan bahan pengikat, setelah itu dikeringkan dalam oven dan diayak, setelah kering ditambah bahan pelicin dan ditablet (Anief, 2006). Bahan pengikat yang digunakan yaitu amilum biji nangka dengan variasi konsentrasi 10%, 12,5% dan 15% yang berfungsi untuk meningkatkan kohesifitas antar partikel serbuk, dimana mekanisme yang terjadi
29 adalah pembentukan jembatan cair sehingga partikel serbuk menjadi semakin berdekatan. Jumlah mucilago amilum biji nangka yang digunakan untuk membentuk masa elastis pada setiap formula dikendalikan sama sesuai konsentrasi masing-masing yaitu berjumlah 33 g. Setelah ditambah bahan pengikat bahan yang membentuk masa granul diayak dengan ayakan 16 mesh dan dikeringkan dalam oven pada suhu 50 0 C selama 3 jam. Pengeringan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air yang terdapat pada granul. Granul yang sudah kering kemudian diayak dengan ayakan ukuran 18 mesh untuk menyeragamkan bentuk ukuran dari granul tersebut. Granul yang terbentuk sedapat mungkin mempunyai ukuran yang seragam, karena besarnya perbedaan ukuran granul akan berpengaruh pada fluiditas granul sehingga berpengaruh pada keseragaman bobot dan sifat fisik tablet. C. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Granul Pemeriksaan sifat fisik granul dilakukan untuk mengetahui granul yang akan diproses menjadi tablet memenuhi persyaratan sehingga diharapkan dapat memperoleh tablet dengan mutu yang baik. Pemeriksaan sifat fisik granul dilakukan sebelum dan sesudah penambahan bahan pelicin kecuali pada uji pengetapan dilakukan setelah penambahan bahan pelicin. Hal ini bertujuan untuk mengetahui adanya bahan pelicin mampu memperbaiki sifat alir granul. Pemeriksaan sifat fisik granul ini terdiri dari waktu alir, sudut diam, dan pengetapan. Hasil pemeriksaan sifat fisik granul dapat dilihat pada Tabel III dan lampiran 5.
30 Tabel III. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Granul Pemeriksaan F I F II F III Waktu Alir (detik) tanpa pelicin 9,9 ± 0,40 11,97 ± 0,36 12,50 ± 0,18 Waktu Alir (detik) dengan pelicin 9,31 ± 0,28 11,08 ± 0,46 11,61 ± 0,50 Sudut Diam tanpa pelican ( o ) 30,09 ± 0,16 31,24 ± 1,02 30,28 ± 0,81 Sudut Diam dengan pelican ( o ) 30,30 ± 0,43 28,60 ± 0,44 32,43 ± 0,80 Indeks Pengetapan(%) 6,00 ± 1,00 8,00 ± 1,00 8,00 ± 1,00 Keterangan: F I : Formula tablet dengan penambahan mucilago biji nangka 10% F II : Formula Formula tablet dengan penambahan mucilago biji nangka 12,5% F III : Formula tablet dengan penambahan mucilago biji nangka 15% Masing-masing percobaan dilakukan dengan 3x replikasi percobaan. Indeks pengetapan dilakukan sampai volume konstan. 1. Uji Waktu Alir Waktu alir adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah granul untuk mengalir dalam suatu alat. Kecepatan alir granul berpengaruh pada proses pencetakan tablet. Kecepatan alir granul menunjukkan jumlah granul yang mengalir tiap detik. Pemeriksaan waktu alir granul berpengaruh terhadap keseragaman bobot, hal ini dikarenakan granul mempunyai sifat alir yang baik akan mengisi ruang kompresi dengan konstan, tidak ada rongga dalam tablet, sehingga tablet yang dihasilkan memiliki bobot yang seragam dan kandungan aktif juga akan seragam (Parrot, 1971). Waktu alir yang baik adalah kurang dari 10 detik untuk 100 gram granul dengan demikian kecepatan alirnya lebih dari 10 gram/detik. Kecepatan aliran dari granul dipengaruhi oleh bentuk partikel, ukuran partikel, kondisi permukaan, kelembaban granul, dan penambahan bahan
31 pelicin. Diagram perbandingan waktu alir tablet tanpa pelicin dan dengan pelicin dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Diagram Perbandingan Waktu Alir Tanpa Pelicin dengan Pelicin Granul Antalgin Hasil pemeriksaan waktu alir granul seperti pada Gambar 5, menunjukkan bahwa granul dengan penambahan bahan pelicin memiliki waktu alir yang lebih cepat dibandingkan dengan tanpa bahan pelicin. Hal tersebut menunjukkan bahwa penambahan bahan pelicin dapat mempercepat waktu alir dari granul ketika melewati corong, sehingga dapat memperbaiki sifat alir granul dengan mekanisme mengurangi gesekan antar partikel granul sehingga granul akan lebih mudah dalam mengalir. Namun pada percobaan ini pada formula II dan formula III lebih dari 10 detik pada 100 gramnya, hal tersebut diduga karena corong yang dipakai tidak sesuai standar dengan diameter lubang 10 mm, namun lubang corong hanya 8 mm, karenanya granul tetap kami lanjutkan untuk dikempa. Diduga juga granul
32 lembab sehingga mempengaruhi gesekan partikel dengan partikel dan partikel dengan corongnya. Granul pada formula I yang mengandung bahan pengikat pati biji nangka 10% menunjukkan respon waktu alir yang paling cepat diantara formula lainnya. Granul pada formula III yang mengandung bahan pengikat pati biji nangka 15% menunjukkan waktu alir yang lambat namun masih dalam persyaratan. Berdasarkan hasil pemeriksaan uji statistik dari data ketiga formula menunjukkan distribusi normal (sig>0,05), kemudian dilanjutkan dengan uji ANOVA, dari hasil uji ANOVA menunjukkan perbedaan bermakna antara ketiga formula (sig < 0,05) sehingga penggunaan variasi konsentrasi amilum biji nangka sebagai bahan pengikat berpengaruh terhadap waktu alir massa tablet. Hasil uji statistik dapat dilihat pada lampiran 6. 2. Uji Sudut Diam Sudut diam adalah sudut yang dapat dibentuk oleh sejumlah granul setelah granul diberi perlakuan. Sudut diam merupakan salah satu uji granul yang menunjukkan bagaimana sifat alir dari suatu granul dikatakan baik, granul yang baik bila sudut diam yang dibentuk antara tinggi puncak granul dengan dasar granul yang horisontal membentuk sudut antara 25-45 (Siregar dan Wikarsa, 2010). Perbandingan sudut diam antar granul tanpa pelicin dengan granul dengan pelicin dapat dilihat pada Gambar 6.
33 33 32 Uji Sudut Diam Sudut diam ( 0 ) 31 30 29 28 tanpa bahan pelicin dengan bahan pelicin 27 26 formula I formula II formula II Gambar 6. Diagram Perbandingan Sudut Diam Granul Tanpa Pelicin dan dengan Pelicin Berdasarkan hasil pengamatan sudut diam seperti pada Gambar 6, diperoleh hasil bahwa sudut diam dari ketiga formula sebelum ataupun sesudah penambahan bahan pelicin sudah memenuhi standar yaitu antara 25-45. Semakin kecil nilai sudut diam granul memiliki sifat alir yang baik sehingga granul dapat mengalir dengan baik pula. Penambahan bahan pelicin memperbaiki sifat alir granul sehingga granul mudah mengalir. Dengan penambahan bahan pelicin dapat menurunkan besarnya sudut diam yang dibentuk oleh granul. Dilihat dari data pada Gambar 6, formula I yang mengandung pengikat biji nangka 10 % memiliki sudut diam terkecil diantara kedua formula lainnya. Pada formula II memiliki sudut diam yang lebih besar dari formula III disebabkan karena waktu alir dari formula II lebih besar dari pada formula III. Berdasarkan hasil pemeriksaan uji statistik dari data ketiga formula menunjukkan distribusi normal (sig > 0,05), kemudian dilanjutkan dengan uji
34 ANOVA, dari hasil uji ANOVA menunjukkan perbedaan bermakna antara ketiga formula (sig < 0,05) sehingga penggunaan variasi konsentrasi amilum biji nangka sebagai bahan pengikat berpengaruh terhadap sudut diam massa granul. Hasil uji statistik dapat dilihat pada lampiran 6. 3. Uji Pengetapan Pengetapan merupakan penurunan volume sejumlah granul akibat hentakan dan sentakan. Semakin kecil indeks tap pengetapan suatu granul maka semakin baik sifat fisik massa granul begitu juga dengan kompresibilitas pada saat pencetakan menjadi tablet. Granul dengan indeks tap kurang dari 20% adalah granul yang mempunyai sifat fisik granul yang baik (Lachman, dkk, 1994). Perbandingan indeks tap untuk ketiga formula dapat dilihat pada Gambar 7 (lihat lampiran 6c). Gambar 7. Diagram Indeks Tap Granul Antalgin Berdasarkan hasil pemeriksaan indeks pengetapan pada Gambar 7, menunjukkan bahwa ketiga formula tersebut memenuhi ketentuan yang ada
35 yaitu untuk granul yang baik adalah kurang dari 20%. Pada formula I yang mengandung bahan pengikat pati biji nangka 10% mempunyai indeks tap yang paling kecil diantara formula lainnya. Hal tersebut karena granul yang mengandung pengikat pati biji nangka 10% mempunyai sifat alir yang baik sehingga akan mempermudah pengisian rongga antara granul. Formula II dan Formula III yang mengandung pengikat pati biji nangka 12,5% dan 15% memiliki indeks tap yang sama lebih tinggi dari formula I dan masih dalam persyaratan. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi maka indeks tap semakin besar pula. D. Penabletan Proses pencetakan tablet dilakukan dengan mengontrol tekanan kompresi dan keseragaman bobot yang sama untuk formula kekerasannya antara 4-6 kg dan berat tablet 500 mg. Kekerasan tablet yang dikendalikan antara 4-6 kg diharapkan mampu mempercepat waktu hancur tablet, dikarenakan antalgin merupakan obat analgetik yang memerlukan efek yang cepat, sehingga memerlukan kekerasan yang tidak terlalu tinggi. Kompresibilitas adalah kemampuan bahan untuk membentuk massa yang kompak (padat) setelah diberi tekanan dan dapat digambarkan oleh kekerasan tablet yang dihasilkan. Granul yang memiliki kompresibilitas yang baik akan mudah dikempa untuk memadat menjadi tablet, artinya dengan pemberian tekanan yang relatif kecil maka massa granul tersebut akan memadat membentuk massa kompak. Sifat kompresibilitas granul dapat berpengaruh terhadap sifat fisik tablet yang terbentuk yaitu kekerasan dan kerapuhan tablet. Jika granul yang memiliki sifat kompresibilitas yang tinggi
36 maka tablet yang dihasilkan akan memiliki kekerasan yang tinggi dengan kerapuhan yang kecil. Dalam percobaan ini diawali dengan mengatur kedalaman punch bawah yang tetap (pada posisi kedalaman 7,5 mm) pada setiap ukuran kedalaman punch atas yang diubah-ubah, hal ini bertujuan untuk mendapatkan kedalaman punch atas yang tepat untuk mendapatkan kekerasan tablet yang dikendalikan 4-6 kg. Setelah dilakukan percobaan berkali-kali maka dapat ditemukan kedalaman punch atas yang dapat menghasilkan kekerasan yang sesuai. Dari ketiga formula diperoleh kekerasan 4-6 kg berada pada kedalaman punch atas sekitar 6,00 mm 6,65 mm. Percobaan tersebut menunjukkan formula III yang mengandung bahan pengikat pati biji nangka 15% mempunyai nilai kompresibilitas yang paling bagus. Hal ini dikarenakan dengan kenaikan sedikit kedalaman punch dapat memperoleh kekerasan yang tinggi E. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet Pemeriksaan sifat fisik tablet dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas tablet yang dapat memenuhi kriteria tablet yang baik sesuai dengan persyaratan yang dikehendaki. Pemeriksaan sifat fisik tablet meliputi pemeriksaan keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur tablet. Hasil pemeriksaan sifat fisik tablet seperti terlihat pada Tabel IV. Tabel IV. Pemeriksaan sifat fisik tablet antalgin Pemeriksaan FI F II F III Keseragaman Bobot (mg) 500 ± 9,18 497 ± 7,33 497 ± 8,01 (CV = 1,83%) (CV = 1,47%) (CV = 1,61%) Kekerasan (kg) 6.08 ± 0,56 5,41 ± 0,78 6,24 ± 0,76 Kerapuhan (%) 0,191 ± 0,01 0,220 ± 0,06 0,343 ± 0,19 Waktu Hancur (menit) 9,84 ± 1,96 10,65 ± 0,77 11,65 ± 1,70
37 Keterangan : F I : Formula tablet dengan penambahan mucilago biji nangka 10% F II : Formula Formula tablet dengan penambahan mucilago biji nangka 12,5% F III : Formula tablet dengan penambahan mucilago biji nangka 15% Pemeriksaan Keseragaman Bobot perlakuan pada 20 tablet Pemeriksaan Kekerasan dilakukan 5 kali dan Kerapuhan dilakukan sebanyak 3 kali replikasi Pemeriksaan Waktu Hancur perlakuan pada 6 tablet. 1. Keseragaman Bobot Tablet Suatu tablet dikatakan baik bila di dalam suatu pembuatan tablet yang bersamaan diperoleh bobot tablet yang sama dan seragam antara satu tablet dengan tablet lainnya. Keseragaman bobot ini sangat dipengaruhi oleh sifat alir granul. Sifat alir yang baik akan mempengaruhi granul dalam mengisi ruang kompresi sehingga diperoleh tablet dengan bobot yang seragam. Semakin baik sifar alir dari suatu granul maka akan semakin baik pula keseragaman bobotnya. Menurut Farmakope Indonesia edisi III, standar dari keseragaman bobot untuk tablet yang tidak bersalut dengan berat rata-rata tablet lebih dari 300 mg mengikuti ketentuan kolom A 5% dan kolom B 10%. Dalam artian bila tablet ditimbang satu persatu tidak boleh ada 2 tablet yang berat masing-masing bobotnya menyimpang lebih dari 5% dan tidak satupun tablet menyimpang lebih dari 10% dari bobot rata-rata tablet (Anonim, 1979). Hasil Perhitungan keseragaman bobot sesuai dengan Farmakope Indonesia dapat dilihat pada Tabel V. Tabel V. Hasil perhitungan rentang keseragaman bobot Formula Rentang Kolom A (mg) Kolom B (mg) I 475 525 450 550 II 472,15 521,85 447.3 546,7 III 472,15 521,85 447.3 546,7
38 Keterangan : Kolom A : Penyimpangan 5% dari bobot rata-ratanya Kolom B : Penyimpangan 10 % dari bobot rata-ratanya F I : Formula tablet dengan penambahan mucilago biji nangka 10% F II : Formula Formula tablet dengan penambahan mucilago biji nangka 12,5% F III : Formula tablet dengan penambahan mucilago biji nangka 15% Berdasarkan hasil perhitungan keseragaman bobot tablet pada semua formula dibandingkan dengan penyimpangan bobot tablet maka tidak ada satu tablet yang menyimpang lebih besar dari 5% dan tidak ada satu tablet yang menyimpang lebih dari 10% dari bobot rata-ratanya, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua formula mempunyai keseragaman bobot yang memenuhi persyaratan dalam Farmakope Indonesia edisi III. Selain itu keseragaman bobot dapat dilihat juga dari nilai CV. Diagram hasil CV keseragaman bobot dapat dilihat pada Gambar 8. Parameter Coefficient of Variation (CV), digunakan untuk mengevaluasi keseragaman bobot. Keseragaman bobot dikatakan baik apabila nilai dari CV kurang dari sama dengan 5%. Berdasarkan hasil pemeriksaan keseragaman bobot pada Gambar 8, menunjukkan bahwa untuk ketiga formula telah memenuhi persyaratan kesergaman bobot yaitu kurang dari 5%, dan semakin kecil nilai dari CV maka tablet dikatakan semakin seragam. Berdasarkan hasil pemeriksaan uji statistik dari data ketiga formula menunjukkan distribusi normal (sig>0,05), kemudian dilanjutkan dengan uji ANOVA, dari hasil uji ANOVA menunjukkan perbedaan bermakna antara ketiga formula (sig > 0,05) sehingga penggunaan variasi konsentrasi amilum biji nangka sebagai bahan pengikat tidak berpengaruh pada keseragaman massa tablet. Hasil uji statistik dapat dilihat pada lampiran 7.
39 Gambar 8. Diagram CV Keseragaman Bobot Tablet Antalgin 2. Kerapuhan Tablet Kerapuhan tablet adalah ketahanan tablet dalam menahan tekanan terutama goncangan atau pengikisan. Kerapuhan merupakan parameter yang baik untuk mengetahui ketahanan tablet selama proses pengemasan dan distribusi. Tablet yang tahan dan tidak rapuh yang bertahan sampai kepada konsumen, karena tablet yang rapuh akan terkikis atau menyerpih bahkan bisa pecah ketika mengalami pengikisan di pengemasan dan guncangan saat distribusi. Kerapuhan dinyatakan dalam persentase bobot yang hilang selama pengujian, pada ketentuan yang ada tablet yang baik mempunyai nilai kerapuhan kurang dari 1% (Lachman dkk, 1994). Data hasil kerapuhan dapat dilihat pada Gambar 9.
40 Gambar 9. Diagram Kerapuhan Tablet Antalgin Dari Gambar 9 tersebut dapat dilihat hasil kerapuhan untuk 3 formula, semua formula yang memenuhi persyaratan, yaitu di bawah 1%. Kerapuhan pada ketiga formula ini memenuhi persyaratan hal ini dipengaruhi karena bahan pengikat yang baik dan tekanan kompresi yang baik pula yaitu 4-6 kg, sehingga dengan kekerasan yang besar maka kerapuhan tablet relatif kecil. Kerapuhan tablet dipengaruhi oleh tekanan kompresi saat pembuatan tablet yang terlalu kurang sehingga mempengaruhi kekompakan tablet, yang menyebabkan kerapuhan dari tablet akan bertambah. Pencampuran bahan pengikat dengan granul yang kurang begitu homogen juga berpengaruh terhadap kerapuhan tablet. Namun pada percobaan ini formula III dan formula II justru memiliki angka kerapuhan yang tinggi karena disebabkan tablet tersebut mengalami caping, hal tersebut diduga disebabkan karena
41 pencampuran yang kurang baik pada saat formulasi atau pada saat mengempa terjadi perubahan pada kedalaman punch. Berdasarkan hasil pemeriksaan uji statistik dari data ketiga formula menunjukkan distribusi normal (sig > 0,05), kemudian dilanjutkan dengan uji ANOVA, dari hasil uji ANOVA menunjukkan perbedaan bermakna antara ketiga formula (sig > 0,05) sehingga penggunaan variasi konsentrasi amilum biji nangka sebagai bahan pengikat tidak berpengaruh pada kerapuhan massa tablet. Hasil uji statistik dapat dilihat pada lampiran 7. 3. Kekerasan Tablet Suatu tablet yang baik harus mempunyai kekerasan yang baik, kekerasan yang baik adalah tablet yang tidak begitu keras dan tablet yang tidak begitu rapuh. Apabila terlalu keras air tidak dapat berpenetrasi ke dalam tablet dan tablet sulit untuk hancur di dalam tubuh, dan bila kekerasan kurang maka tablet tidak tahan terhadap kekuatan mekanik seperti guncangan saat pengemasan maupun ketika distribusi. Kekerasan suatu tablet diperoleh dari pengaturan kompresibilitas untuk mendapatkan kekerasan yang sama yaitu sekitar 4-6 kg. Hasil diagram kekerasan tablet Antalgin dapat dilihat pada Gambar 10.
42 Gambar 10. Diagram Kekerasan Tablet Antalgin Dilihat dari diagram kekerasan di atas ketiga formula sudah masuk kedalam rentang 4-6 kg sesuai dengan ketentuan yang ada. Kekerasan tersebut didapat dari kedalaman punch atas 6,00 mm 6,65 mm. Dari ketiga formula tersebut dikempa dengan kompresibilitas yang tinggi yakni 4-6 kg, maka dihasilkan bahwa semakin tinggi konsentrasi penambahan bahan pengikat amilum biji nangka menunjukkan kekerasan yang paling tinggi dari formula lainnya karena granul yang dikempa memiliki kriteria dan kompaktibilitas yang tinggi sehingga dengan sedikit tekanan akan menghasilkan kekerasan yang relatif besar, pada percobaan ini formula III memiliki kompaktibilitas tinggi dibandingkan formula I dan formula II. Berdasarkan hasil pemeriksaan uji statistik dari data ketiga formula menunjukkan distribusi normal (sig > 0,05), kemudian dilanjutkan dengan uji ANOVA, dari hasil uji ANOVA menunjukkan perbedaan bermakna antara ketiga formula (sig > 0,05) sehingga penggunaan variasi konsentrasi amilum biji
43 nangka sebagai bahan pengikat tidak berpengaruh pada kekerasan massa tablet. Hasil uji statistik dapat dilihat pada lampiran 7 Waktu Hancur Tablet Waktu hancur tablet adalah waktu yang dibutuhkan tablet untuk hancur secara fisik sebelum diabsorbsi sepenuhnya di dalam tubuh. Uji waktu hancur ini dilakukan secara in vitro. Waktu hancur tablet dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain; bahan penghancur, bahan pengikat, bahan pelicin, dan kekuatan kompres tablet saat pembuatan. Waktu hancur tablet mempunyai hubungan dengan uji sifat fisik tablet lainnya yaitu kekerasan dan kerapuhan, semakin tinggi kekerasan tablet maka waktu hancurnya semakin lama dan semakin rendah kekerasan suatu tablet maka waktu hancurnya semakin cepat. Hasil pemeriksaan uji waktu hancur tablet dapat dilihat pada Tabel VI. Tabel VI. Pemeriksaan waktu hancur tablet antalgin Pemeriksaan FI F II F III Waktu Hancur 9,84 ± 1,96 menit 10,65 ± 0,77 menit 11,65 ± 1,70 menit Keterangan : F I : Formula tablet dengan penambahan mucilago biji nangka 10% F II : Formula Formula tablet dengan penambahan mucilago biji nangka 12,5% F III : Formula tablet dengan penambahan mucilago biji nangka 15% Dari hasil pemeriksaan uji waktu hancur diperoleh hasil untuk ketiga formula mempunyai waktu hancur kurang dari 15 menit, hal ini dikarenakan zat aktif antalgin merupakan analgetik yang membutuhkan efek cepat sehingga tablet dibutuhkan waktu hancur yang cepat pula dan hal tersebut sudah memenuhi syarat pada farmakope. Dalam hal ini formula I mempunyai waktu hancur yang lebih cepat, diduga dikarenakan dalam penambahan bahan pengikat amilum biji nangka paling sedikit sendiri yaitu 10%, terbukti pada
44 formula II yang penambahan bahan pengikat amilum biji nangka yaitu 12,5% lebih tinggi dari formula I dan formula III lebih besar dari formula lainnya. Jadi kesimpulannya menunjukkan bahwa semakin besar konsetrasi penambahan bahan pengikat amilum biji nangka maka semakin lambat pula waktu hancur dalam lambung manusia. Berdasarkan hasil pemeriksaan uji statistik dari data ketiga formula menunjukkan distribusi normal (sig>0,05), kemudian dilanjutkan dengan uji ANOVA, dari hasil uji ANOVA menunjukkan perbedaan bermakna antara ketiga formula (sig > 0,05) sehingga penggunaan variasi konsentrasi amilum biji nangka sebagai bahan pengikat tidak berpengaruh pada waktu hancur massa tablet. Hasil uji statistik dapat dilihat pada lampiran 7