PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) OLEH KEPALA DESA DI KANTOR DESA SAGULING KECAMATAN BAREGBEG KABUPATEN CIAMIS LISNA WULANDARI ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
PELAKSANAAN PELAYANAN PENDAFTARAN CALON JEMAAH HAJI BERDASARKAN SISTEM KOMPUTERISASI HAJI TERPADU (SISKOHAT) DI KEMENTRIAN AGAMA KABUPATEN CIAMIS

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2012

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL DESA

Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor Keliling Oleh Dinas Perhubungan Komunikasi Dan Informatika di Kabupaten Ciamis. Nurholis.

2012, No BAB I PENDAHULUAN

SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM)

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

2017, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemba

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

KEPALA DESA MENES KECAMATAN MENES KABUPATEN PANDEGLANG PERATURAN DESA MENES KECAMATAN MENES KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DI DESA MANGKUBUMI KECAMATAN SADANANYA KABUPATEN CIAMIS ASTRI SULASTRI ABSTRAK

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM)

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sehinga dapat memberikan kualitas pelayanan prima terutama dalam rangka

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL DESA

Pengertian Desa BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang - Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa pasal 1 ayat 1 menyebutkan desa sebagai berikut :

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PENGADUAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI ACEH JAYA PERATURAN BUPATI ACEH JAYA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dalam penelitian ini adalah orang-orang yang telah dipilih menjadi sampel

I. PENDAHULUAN. susunan pemerintahnya ditetapkan dengan undang-undang. Penyelenggaraan. dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016

2012, No BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari terwujudnya prinsip-prinsip yang terkandung dalam Good Governance

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan sarana atau alat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu

TaH, Jum RancangaN PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat. Untuk itulah

BAB I PENDAHULUAN. dan penyelesaian yang komprehensif. Hipotesis seperti itu secara kualitatif

PROGRAM DAN KEGIATAN PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

RINGKASAN UU 25/2009 tentang PELAYANAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

KEPALA DESA SUMBANG KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS

2012, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran

BUPATI BANDUNG BARAT

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 36 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 861 TAHUN 2011 T E N T A N G

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 97 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG

KEPALA DESA PALASARIHILIR KECAMATAN PARUNGKUDAKABUPATEN SUKABUMI PERATURAN DESA PALASARIHILIR NOMOR : 02 TAHUN 2016 TENTANG

LAPORAN HASIL SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT

KUALITAS PELAYANAN PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN ANAK DI LUAR NIKAH PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KOTA SURABAYA

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

LAPORAN PEMANTAUAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) BBKP BELAWAN SEMESTER I TAHUN 2017

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG

Pelaksanaan Program Pembangunan Fisik di Desa Gunungsari Kecamatan Sadananya Kabupaten Ciamis. Anis Karnita ABSTRAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya harus tetap berusaha melayani kepentingan masyarakat dan mengayomi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

[ IKM UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG ] Tahun 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

Restorica Vol. 1, Nomor 01, April 2015 ISSN:

LURAH DESA BANGUNJIWO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

BATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

LURAH DESA BANGUNJIWO

KINERJA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DALAM PELAYANAN AKTE KELAHIRAN. (Suatu Studi di Kabupaten Halmahera Utara) Oleh : Arki Tabaga

SMK PERTANIAN PEMBANGUNAN NEGERI SEMBAWA

Penyelenggaraan Yanlik [Pasal 39 ayat (4)].

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, T

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 36 Tahun : 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. publik, jasa publik, dan pelayanan administratif. informasi, komunikasi, transportasi, investasi, dan perdagangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dirasakan sangat penting, tidak hanya oleh pemerintah tapi juga oleh

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 78/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN PENGUKURAN INDEK KEPUASAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTANIAN

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 39 TAHUN 2013 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERUMAHAN RAKYAT KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

HENDRI HERDIANTO ABSTRAK

PENINGKATAN KINERJA BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2014 Fajar Hendro Utomo Dosen STKIP PGRI Tulungagung

8. Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 36 Tahun 2016 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa;

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang No 23 Tahun 2006 administrasi kependudukan. untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

LAPORAN HASIL PENYUSUNAN SURVEI INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT ( IKM ) KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012

LAPORAN HASIL SURVEY INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN SOEKARNO-HATTA SEMESTER II TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG

KEPALA DESA SIWALANPANJI KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO PERATURAN DESA SIWALANPANJI KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 29 TAHUN 2016

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2013 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KETENAGAKERJAAN KABUPATEN BELITUNG

Kinerja Organisasi Dalam Pelayanan Publik di Kantor Kepala Desa Bojongmengger Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis. Deby Gandevyanti ABSTRAK

LAPORAN HASIL SURVEY INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN SOEKARNO-HATTA SEMESTER I TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) OLEH KEPALA DESA DI KANTOR DESA SAGULING KECAMATAN BAREGBEG KABUPATEN CIAMIS LISNA WULANDARI ABSTRAK Penelitian ini berjudul Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Oleh Kepala Desa di Kantor Desa Ciamis. Penelitian ini dilakukan di Kantor Desa Ciamis. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana penerapan standar pelayanan minimal oleh Kepala Desa di Kantor Desa Ciamis?, 2) Bagaimana hambatan yang timbul dalam penerapan standar pelayanan minimal oleh Kepala Desa di Kantor Desa Ciamis?, 3) Bagaimana upaya upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam penerapan standar pelayanan minimal oleh Kepala Desa di Kantor Desa Ciamis? Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu studi kepustakaan, studi lapangan yang terdiri dari observasi dan wawancara serta studi dokumentasi. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa serta masyarakat penerima pelayanan di Desa Ciamis sebanyak 13 orang. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 1) Penerapan Standar Pelayanan Minimal oleh Kepala Desa di Kantor Desa Saguling belum berjalan secara maksimal dikarenakan terdapat beberapa hambatan dalam penerapannya dan masih memerlukan beberapa perbaikan dalam beberapa hal. 2) adanya hambatan yang terdiri dari: masih sulitnya ketersediaan blangko kependudukan yang diperlukan dalam proses pelayanan, terdapat masyarakat yang belum mengerti prosedur pelayanan, masih adanya sebagian Perangkat Desa yang belum disiplin dalam memberikan pelayanan, petugas tidak ada di kantor saat masyarakat melakukan pelayanan, dan komputer yang terkadang eror. 3) adanya upaya yang dilakukan yaitu Perangkat Desa menuliskan prosedur pelayanan di papan informasi, berkerjasama dengan RT, RW dan Dusun setempat untuk memberi penjelasan kepada masyarakat terkait pengisian formulir pelayanan, melakukan penataan ruangan, memberikan saran kepada Kepala Desa untuk melengkapi komputer supaya semua Perangkat Desa dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat, memperbaiki komputer dan melengkapi kekurangan printer tersebut. Terkait dengan disiplin Perangkat Desa, Kepala Desa telah berusaha untuk memberikan pembinaan dan arahan secara berkala terhadap disiplin Perangkat Desa tersebut. Kata Kunci Standar Pelayanan Minimal, Pelayanan publik A. PENDAHULUAN Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan upaya negara untuk memenuhi kebutuhan dasar dan hak-hak sipil setiap warga negara atas barang, jasa, dan pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Kondisi obyektif menunjukkan bahwa penyelenggaraan pelayanan publik masih dihadapkan pada sistem pemerintahan yang belum efektif dan efisien serta kualitas sumber daya manusia aparatur yang belum memadai. Hal ini terlihat dari masih banyaknya keluhan dan pengaduan dari masyarakat baik secara langsung maupun melalui media massa, seperti: prosedur yang berbelit-belit, tidak ada kepastian jangka waktu penyelesaian, biaya yang harus dikeluarkan, persyaratan yang tidak transparan, sikap petugas yang kurang responsif, dan lainlain, sehingga menimbulkan citra yang kurang baik terhadap citra pemerintah baik di tingkat pusat, daerah bahkan di tingkat desa sekalipun. Oleh karena itu perlu adanya penerapan standar pelayanan minimal supaya pemerintah dapat menjadikan tolok ukur atau acuan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat. Standar Pelayanan Minimal sebagaimana diatur dalam Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (17) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan pemerintahan wajib yang berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal. Berdasarkan hasil observasi, nampak penerapan standar pelayanan minimal di Desa 468

Ciamis masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa permasalahan yang ditemukan, seperti: 1. Masih lambannya pelayanan yang diberikan Perangkat Desa kepada masyarakat. Contoh: Dalam SOP berdasarkan Keputusan Bupati Ciamis Nomor 65 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Urusan Pemerintahan Dalam Negeri di Kabupaten Ciamis pembuatan KTP sesuai dengan standar pelayanan 5 hari harus selesai diterbitkan, namun pada kenyataannya melebihi batas yang telah ditetapkan. 2. Tidak adanya kepastian waktu pelayanan. Contoh: Waktu penyelesaian pelayanan dalam SOP berdasarkan Keputusan Bupati Ciamis Nomor 65 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Urusan Pemerintahan Dalam Negeri di Kabupaten Ciamis pembuatan KTP selama 5 hari dan KK selama 7 hari, namun sebagian masyarakat tidak mengetahui karena tidak adanya kepastian waktu yang diberikan oleh Perangkat Desa. 3. Sikap petugas pemberi pelayanan yang kurang baik. Contoh: Ketika ada masyarakat yang akan membuat KTP petugas pemberi pelayanan bersikap kurang ramah dalam melayani. B. LANDASAN TEORITIS 1. Pelayanan Publik Menurut Ratminto (dalam Hardiyansyah, 2011: 11) pelayanan publik adalah segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No 96 Tahun 2012 Bab I Ketentuan Umum dalam Pasal 1 ayat (1) tentang Pelaksanaan Undang-Undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, bahwa yang dimaksud dengan: Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundangundangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. 2. Standar Pelayanan Minimal Berdasarkan Peraturan Bupati Ciamis No 6 Tahun 2015 tentang Pedoman Standar Pelayanan disebutkan pada pasal 1 angka 4 Standar pelayanan adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau dan terukur. Menurut Zaenal dan Muhibudin (2015: 120) menjelaskan bahwa: Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Istilah SPM mengacu pada standar pelayanan paling minimal yang mampu diberikan daerah kepada masyarakat dalam pelayanan yang bersangkutan dengan urusan wajib daerah. Jadi, SPM mencakup seluruh urusan wajib pemerintah daerah, bukan hanya dalam unit pelayanan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No 36 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan, Penetapan, Dan Penerapan Standar Pelayanan, prinsip standar pelayanan yaitu sederhana, konsistensi. partisipatif. akuntabel, berkesinambungan, transparansi dan keadilan. 3. Kepala Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 26 ayat (1) Tentang Desa. Kepala Desa adalah pemerintah desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa. Pada pasal 26 ayat (2) Dalam melaksanakan tugas Kepala Desa berwenang: a. Memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa; b. Mengangkat dan memberhentikan Perangkat Desa; c. Memegang kekuasaan pengelolaan keuangan dan aset desa; d. Menetapkan peraturan desa; e. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; f. Membina kehidupan masyarakat desa; g. Membina ketentraman dan ketertiban masyarakat desa; h. Membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat desa; 469

i. mengembangkan sumber pendapatan desa; j. mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagaian kekayaan negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa; k. mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat desa; l. memanfaatkan teknologi tepat guna; m. mengoordinasikan Pembangunan desa secara partisipatif; n. mewakili desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan o. melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4. Keterkaitan Penerapan Standar Pelayanan Minimal dengan tugas Kepala Desa Pemberian pelayanan yang baik kepada masyarakat diharapkan menjdadi lebih responsif terhadap kepentingan masyarakat itu sendiri, dimana paradigma pelayanan masyarakat yang telah berjalan selama ini beralih dari pelayanan yang sifatnya sentralistik ke pelayanan yang lebih memberikan fokus pada kepuasan masyarakat. Zaenal dan Muhibudin (2015: 120) menjelaskan bahwa: Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Istilah SPM mengacu pada standar pelayanan paling minimal yang mampu diberikan daerah kepada masyarakat dalam pelayanan yang bersangkutan dengan urusan wajib daerah. Jadi, SPM mencakup seluruh urusan wajib pemerintah daerah, bukan hanya dalam unit pelayanan. Menurut Peraturan Bupati Ciamis No 6 Tahun 2015 tentang Pedoman Standar Pelayanan disebutkan pada pasal 1 angka 4 bahwa: Standar pelayanan adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau dan terukur. Dari teori-teori yang telah dibahas dapat disimpulkan mengenai keterkaitan Kepala Desa dengan Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Kantor Desa Saguling Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis sebagaimana Peraturan Bupati Ciamis No 6 Tahun 2015 tentang Pedoman Standar Pelayanan disebutkan pada pasal 1 angka 6 disebutkan bahwa Organisasi penyelenggara pelayanan publik yang selanjutnya disebut organisasi penyelenggara adalah satuan kerja penyelenggara pelayanan publik yang berada di lingkungan institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Sedangkan tugas dan kewajiban Kepala Desa yaitu mensejahterakan masyarakat desa, dengan kata lain mensejahterakan disini juga berarti memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pelayanan yang diberikan tentunya harus sesuai dengan penerapan standar pelayanan yang dibuat dan ditentukan berdasarkan peraturan perundang-undangan. C. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui gambaran suatu variabel secara terperinci, tanpa membuat perbandingan atau menghubungkannya dengan variabel lain. Tujuan dari penelitian deskriptif Mely G. Tan (2012: 28) mengatakan bahwa: Penelitian deskriptif menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dan gejala lain dalam masyarakat. Penelitian deskriptif bisa digunakan baik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian (tidak berhipotesis) dan menguji hipotesis (berhipotesis). Subjek penelitian ini adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa di Kantor Desa Saguling Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis serta masyarakat Desa Saguling penerima pelayanan. Sasarannya adalah untuk mendapatkan informasi atau data terkait dengan standar pelayanan minimal tersebut serta hambatan dan upaya dalam penerapan standar pelayanan minimal. Adapun subjek penelitian ditetapkan sebagai berikut: Kepala Desa Saguling, Sekretaris Desa, Kepala Urusan Perencanaan dan Keuangan, Kepala Urusan Tata Usaha dan Umum, Kepala Seksi Pemerintahan dan Kepala Seksi Pelayanan dan masyarakat Desa Saguling selaku penerima pelayanan sebanyak 7 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan studi kepustakaan dan studi 470

lapangan. Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan mempelajari bukubuku dan bahan pustaka lainnya yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang diteliti. Sedangkan studi lapangan penelitian ini terdiri dari observasi, wawancara, dan dokumen. Proses analisis data mengacu kepada pendapat Miles and Huberman (dalam Sugiyono: 247) bahwa aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi. D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Oleh Kepala Desa di Kantor Desa Saguling Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis Berdasarkan hasil penelitian tentang Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Oleh Kepala Desa di Kantor Desa Saguling Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis, dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Prosedur Pelayanan Berdasarkan hasil penelitian mengenai prosedur pelayanan yang terdiri dari adanya tahapan dan jadwal pelayanan yang telah ditetapkan oleh pemberi pelayanan kepada masyarakat cukup baik. Hal ini terlihat dari adanya tahapan yang diberikan oleh Perangkat Desa kepada masyarakat terkait pelayanan yang diberikan, namun terdapat masyarakat yang tidak mengerti dan tidak paham terhadap prosedur dalam pelayanan, dikarenakan belum adanya prosedur pelayanan yang ditempel pada papan informasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Ratiminto (2016: 226) bahwa: Prosedur pelayanan yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan. Berdasarkan hasil analisis penulis dapat dijelaskan bahwa prosedur pelayanan yang terdiri dari indikator adanya tahapan dan jadwal dalam pelayanan yang diberikan kepada masyarakat cukup baik. Perangkat Desa sejauh ini sudah memberikan penjelasan terkait tahapan-tahapan pelayanan, namun disisi lain masyarakat seringkali tidak mengerti terhadap penjelasan yang diberikan oleh Perangkat Desa. Hal ini disebabkan karena Perangkat Desa tidak menempel prosedur pelayanan yang berupa tahapan, persyaratan dan jadwal pelayanan pada papan informasi. Sedangkan sesuai teori bahwa prosedur pelayanan harus memberikan kemudahan kepada masyarakat, maka dalam hal ini belum memungkinkan tercapainya penerapan standar pelayanan minimal. 2. Waktu Penyelesaian Pelayanan Berdasarkan hasil penelitian yang terdiri dari ketepatan waktu penyelesaian pelayanan, ketepatan waktu tunggu pelayanan dan cepat atau lambat pelayanan yang diberikan oleh Perangkat Desa cukup baik, hal ini terlilhat dari ketepatan waktu pelayanan tergantung adanya Kepala Desa di tempat atau tidak sehingga jika Kepala Desa berada di tempat proses pelayanan akan cepat, begitupun sebaliknya. Hal ini sejalan dengan pendapat Ratminto (2016: 212) bahwa: Waktu penyelesaian pelayanan berkaitan dengan jangka waktu dan kecepatan penyelesaian suatu pelayanan publik mulai dari dilengkapinya atau dipenuhinya persyaratan teknis dan/ atau persyaratan administratif sampai dengan selesainya suatu proses pelayanan. dijelaskan bahwa dalam memberikan waktu penyelesaian pelayanan kurang baik. Yaitu dapat dilihat dengan tidak adanya ketepatan waktu penyelesaian pelayanan dikarenakan Perangkat Desa yang bersangkutan tidak ada di tempat saat masyarakat membutuhkan pelayanan dan dokumen kependudukan yang tidak tersedia. Hal itulah yang membuat waktu penyelesaian pelayanan menjadi lebih lamban. Sedangkan sesuai dengan teori bahwa pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan jangka waktu dan kecepatan penyelesaian suatu pelayanan publik. Namun pelayanan publik yang diberikan oleh Perangkat Desa belum sesuai dengan yang seharusnya. Hal inilah yang mempengaruhi tidak tercapainya penerapan standar pelayanan minimal. 3. Biaya Pelayanan Berdasarkan hasil penelitan mengenai biaya pelayanan yang terdiri dari adanya kepastian dan rincian biaya pelayanan yang harus diinformasikan dan biaya pelayanan yang terjangkau sudah baik, karena memang tidak ada peraturan yang mengharuskan masyarkat untuk membayar biaya pelayanan kepada Perangkat Desa, hal ini sejalan dengan pendapat Ratminto (2016 : 217) bahwa: Biaya pelayanan dipungut sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang telah ditetapkan. dijelaskan bahwa dimensi terkait biaya pelayanan cukup baik. Hal ini sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan bahwa tidak ada biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan pelayanan. Terkait hal ini Perangkat Desa sudah mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam dimensi ini memungkinkan tercapainya penerapan standar pelayanan minimal. 471

4. Produk Pelayanan Berdasarkan hasil penelitian bahwa produk pelayanan yang terdiri dari adanya kepuasan masyarakat dari pelayanan yang dibebankan, masyarakat mendapatkan pelayanan sesuai dengan yang diharapkan dan Perangkat Desa memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dapat dikatakan cukup baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Hardiansyah (2011:12) bahwa: Pelayanan publik sebagai pemberian layanan atau melayani keperluan orang atau masyarakat dan/atau organisasi lain yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu, sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang ditentukan dan ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada penerima pelayanan. dijelaskan bahwa dalam dimensi produk pelayanan, indikator yang dianggap cukup baik yaitu kepuasan masyarakat dari pelayanan yang diberikan. Hal ini terlihat dari pelayanan yang diberikan oleh Perangkat Desa belum sepenuhnya memberikan kepuasan kepada masyarakat disebabkan karena adanya keluhan dari masyarakat terkait pelayanan yang diberikan. 5. Sarana dan Prasarana Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa menyangkut kondisi fasilitas yang tersedia dalam menunjang proses penerapan standar pelayanan minimal. Hal ini mencakup keberadaan dan fungsinya dalam menunjang kemudahan, kelancaran proses pelayanan dan memberikan kenyamanan pengguna pelayanan. Hal ini sejalan dengan pendapat Siagian (2010: 211) bahwa: Sarana dan prasarana dalam sebuah pelayanan publik merupakan sebuah media yang harus dipenuhi secara baik, agar tujuan organisasi dapat tercapai. Karena tidak dapat dipungkiri, sarana dan prasarana yang kurang baik dapat mempengaruhi kinerja dari pelayanan publik itu sendiri. dijelaskan bahwa dalam menyediakan sarana dan prasarana cukup baik, namun dalam hal penyediaan kantor belum memadai hal ini terlihat dari ruangan belum didesain, tidak adanya batas penghalang diantara tiap bagian, kurangnya prasarana komputer dan belum adanya marka parkir. Kondisi ini tentu mengakibatkan tidak efektifnya penerapan standar pelayanan minimal kepada masyarakat. Seperti yang kita ketahui bahwa ketersediaan sarana dan prasarana ditujukan agar mempercepat dan memudahkan proses pelayanan kepada masyarakat. 6. Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan Berdasarkan hasil penelitian bahwa kompetensi petugas pemberi pelayanan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat cukup baik, meskipun memerlukan beberapa hal perbaikan dan peningkatan. Hal ini sejalan dengan pendapat Surjadi (2012 : 69) bahwa: Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yang dibutuhkan. dijelaskan bahwa kompetensi petugas pemberi pelayanan dalam hal ini petugas yang memberikan pelayanan bersikap sopan, ramah, sigap, disiplin dan menghargai masyarakat yang membutuhkan pelayanan adalah faktor penting terwujudnya penerapan standar pelayanan minimal dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. kompetensi petugas pemberi pelayanan saat melayani masyarakat cukup baik meskipun masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki Hal inilah yang mempengaruhi tidak tercapainya penerapan standar pelayanan minimal itu sendiri. 2. Hambatan-Hambatan yang Dihadapi Dalam Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Oleh Kepala Desa di Kantor Desa Saguling Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis Menurut Ratminto dan Atik (Jurnal penulisan Keislaman, Vol. 10, No. 2, Juli 2014) menyatakan bahwa: Dalam perspektif pelayanan, terjadi kesenjangan (gap) atau perbedaan persepsi antara aparatur pelayanan dengan masyarakat pengguna jasa layanan memang dapat menjadi hambatan menghadirkan suatu pelayanan yang berkualitas. Berdasarkan observasi di lapangan, ditemukan adanya hambatan-hambatan dalam penerapan standar pelayanan minimal oleh Kepala Desa di Kantor Desa Saguling Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis tersebut diantaranya: 1. Masih sulitnya ketersediaan blangko kependudukan yang diperlukan dalam prosedur pelayanan dan masyarakat yang datang ke rumah Perangkat Desa diluar jam kerja tidak sesuai dengan aturan bahwa pelayanan hanya boleh dilakukan pada jam kerja di Kantor Desa Saguling. 2. Masyarakat yang ingin dilayani tanpa mengikuti prosedur yang benar tanpa membawa surat pengantar dari RT, RW dan Dusun setempat dan Petugas tidak ada di kantor saat masyarakat membutuhkan pelayanan sehingga pelayanan lambat 472

3. Kesulitan anggaran untuk menyediakan sarana dan prasarana. 4. Sebagian Perangkat Desa tidak disiplin dalam memberikan pelayanan hal ini ditunjukkan dengan pelayanan yang dilakukan di luar kantor desa. 3. Upaya-Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Hambatan Hambatan yang Dihadapi Dalam Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Oleh Kepala Desa di Kantor Desa Ciamis Berdasarkan observasi di lapangan, upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam penerapan standar pelayanan minimal oleh Kepala Desa di Kantor Desa Ciamis tersebut diantaranya: 1. Menempel prosedur pada papan informasi supaya masyarakat dapat mengetahui mengenai tahapan dan jadwal pelayanan. Dan memberikan penjelasan terkait belum tersedianya blangko kependudukan. 2. Memberikan sosialisasi kepada masyarakat dan bekerjasama dengan RT, RW dan Dusun setempat untuk memberikan penjelasan bahwa formulir yang berkaitan dengan pelayanan yang dibutuhkan sebelum diberikan ke pihak pemerintah desa diisi terlebih dahulu dan Perangkat Desa yang berada di tempat tetap melayani masyarakat. 3. Kepala Desa mengupayakan anggaran dan memaksimalkan dari anggaran yang tersedia. 4. Kepala Desa mempertegas peraturan yang ditetapkan untuk Perangkat Desa supaya dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan disiplin. E. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian baik melalui observasi dan wawancara mengenai Penerapan Standar Pelayanan Minimal oleh Kepala Desa di Kantor Desa Saguling Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut: 1. Penerapan Standar Pelayanan Minimal oleh Kepala Desa di Kantor Desa Saguling Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis belum berjalan secara maksimal dikarenakan terdapat beberapa hambatan dalam penerapannya dan masih memerlukan beberapa perbaikan dalam beberapa hal. 2. Hambatan yang ditemui dalam penerapan standar pelayanan minimal yang dilakukan oleh Kepala Desa beserta Perangkat Desa di Desa Saguling Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan yang diterima oleh masyarakat di Desa Saguling. Hambatan-hambatan tersebut terdiri dari: masih sulitnya ketersediaan blangko kependudukan yang diperlukan dalam proses pelayanan, masyarakat yang kurang paham terhadap prosedur pelayanan, terdapat masyarakat yang belum mengerti prosedur pelayanan yaitu tanpa membawa surat pengantar dari RT, RW dan Dusun setempat, dan masih adanya sebagian Perangkat Desa yang belum disiplin dalam memberikan pelayanan, hal tersebut mengakibatkan pelayanan yang diterima masyarakat akan lebih lama, petugas tidak ada di kantor saat masyarakat melakukan pelayanan sehingga pelayanan lambat, masih belum memadainya kantor yang digunakan karena bangunan kantor sudah terlalu tua, komputer yang terkadang eror sehingga menghambat dalam proses pelayanan. 3. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, maka diketahui adanya upayaupaya dalam mengatasi hambatanhambatan yang dilakukan dalam Penerapan Standar Pelayanan Minimal oleh Kepala Desa di Kantor Desa Saguling Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis sebagai berikut: Perangkat Desa memberikan penjelasan kepada masyarakat terkait tidak tersedianya dokumen kependudukan, menuliskan prosedur pelayanan di papan informasi, berkerjasama dengan RT, RW dan Dusun setempat untuk memberi penjelasan kepada masyarakat terkait pengisian formulir pelayanan, Perangkat Desa yang berada di tempat tetap memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan sepengetahuan Perangkat Desa yang bersangkutan, memberikan sosialisasi kepada masyarakat terkait prosedur pelayanan, Perangkat Desa melakukan penataan ruangan yang sesuai dengan tata pemerintahan, memperbaiki komputer serta Perangkat Desa secara bergantian memakai printer dan melengkapi kekurangan printer tersebut. Terkait dengan disiplin Perangkat Desa, Kepala Desa telah berusaha untuk memberikan pembinaan dan arahan secara berkala terhadap disiplin Perangkat Desa tersebut. 473

2. Saran Setelah penulis mengamati dan mempelajari Penerapan Standar Pelayanan Minimal oleh Kepala Desa di Kantor Desa Ciamis, maka penulis mencoba memberikan saran untuk bahan pertimbangan sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan pelayanan di Desa Ciamis sebaiknya Perangkat Desa meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan semua pihak yaitu RT, RW dan Dusun setempat agar masyarakat dapat dengan jelas mengetahui kejelasan dan kepastian pelayanan, selain itu juga harus melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait pelayanan yang diberikan. 2. Supaya hambatan dapat diatasi sebaiknya permasalahan-permasalahan yang dihadapi seperti: a. Terkait dengan kompetensi dan disiplin Perangkat Desa serta pemahaman terhadap Standar Pelayanan Minimal (SPM), agar Kepala Desa bekerjasama dengan Pemerintah Daerah dalam hal ini dinas/instansi terkait untuk memberikan pembinaan teknis kompetensi dan disiplin Perangkat Desa serta pemahaman Standar Pelayanan Minimal (SPM), agar Perangkat Desa memahami tugas pokok dan fungsinya. b. Terkait dengan prasarana seperti tersedianya halaman parkir di Kantor Desa Saguling agar Pemerintah Desa dapat membenahi ruang parkir yang ada bekerjasama dengan pihak swasta sehingga bisa dijadikan pendapatan desa dari sektor parkir kendaraan. 3. Supaya penerapan standar pelayanan minimal dapat dilaksanakan dengan baik maka seyogyanya Perangkat Desa Desa Ciamis melakukan berbagai upaya seperti melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar masyarakat mengetahui prosedur dalam pelayanan dan meningkatkan kinerja perangkat desa supaya pelayanan yang diberikan dapat sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pembenahan sarana dan prasarana seperti mengajukan biaya renovasi ke Pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis supaya minimal dapat sesuai dengan standar pelayanan minimal. 4. Kepala Desa dan Perangkat Desa lebih meningkatkan kinerja dalam rangka pemberian pelayanan publik kepada masyarakat yang sesuai dengan standar pelayanan minimal yang telah ditetapkan. DAFTAR PUSTAKA Abdurahman, Maman. 2011. Dasardasar metode Statistika. Bandung: CV Pustaka Setia. Ibrahim. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Hardiyansyah. 2011. Kualitas Pelayanan Publik. Yogyakarta: Gava Media. Mukarom, Zaenal dan Muhibudin Wijaya Laksana. 2015. Manajemen Pelayanan Publik. Bandung: CV Pustaka Setia. Pasolong, Harbani. 2013. Metode Penelitian Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta. Ratminto. 2016. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sedarmayanti. 2010. Reformasi Administrasi Publik, Reformasi Birokrasi, dan Kepemimpinan Masa Depan (Mewujudkan Pelayanan Prima dan Kepemerintahan yang Baik). Bandung: PT Refika Aditama. Silalahi, Ulber. 2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D. Bandung: Alfabeta. Surjadi. 2012. Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik. Bandung: PT Refika Aditama. Dokumen Keputusan Bupati Ciamis No 65 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Urusan Pemerintahan Dalam Negeri di Kabupaten Ciamis. Peraturan Bupati Ciamis No 6 Tahun 2015 tentang Pedoman Standar Pelayanan. Peraturan Bupati Ciamis No 80 Tahun 2016 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 62 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pemerintahan Dalam Negeri Kabupaten/Kota. Undang-Undang No 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. Undang-Undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa. 474

IDENTITAS PENULIS Lisna Wulandari yang lahir di Ciamis tanggal 1 Januari 1995, tercatat sebagai mahasiswa pada jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Galuh. 475