SUPERVISI INDIVIDUAL DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RPP. Ena Suprapti

dokumen-dokumen yang mirip
Nur Isnaini Taufik Pengawas SMA/SMK Dinas Pendidikan Kab. Ogan Komering Ulu Prov. Sumatera Selatan

BAB III METODE PENELITIAN

12 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Panjang Selatan Kecamatan Panjang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HJ. BAIQ SUMIATI. Pengawas SD Dinas Pendidikan Kota Mataram

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Pesawahan kecamatan Teluk

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR MELALUI SUPERVISI AKADEMIK. Elly Indriati

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

10 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kegiatan bersiklus yang terdiri dari perencanaan, tindakan &

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

12 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dan kuantitatif. Hal ini dikarenakan dalam penelitian, peneliti membuat deskripsi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian pada upaya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tahap-tahap

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJAGA KEUTUHAN NKRI MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW. Parjimin

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kelas(classroom Action Research) yaitu suatu bentuk penelitian yang dilakukan

III. METODE PENELITIAN. empat komponen, yaitu perencanaan (plan), tindakan (action), observasi, terkait. Siklus PTK dapat digambarkan sebagai berikut;

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. evaluasi dan refleksi (Aqip, 2006) seperti gambar berikut.

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. tindakan kelas (classroom action research), yang dilakukan dengan tujuan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penerapan Pendekatan Supervisi Kolaboratif..Hj. Baiq Harwini 74

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research),

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. terkendali untuk menemukan dan memecahkan masalah pembelajaran di kelas.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). PTK dilakukan berdasar

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

64 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang memfokuskan pada proses belajar di kelas. Peserta didik menjadi subjek

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (classroom action

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Gunungkuning Kecamatan Sindang Kabupaten Majalengka. Adapun alasan

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan pada kegiatan pembelajaran matematika untuk meningkatkan mutu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

B. Disain Penelitian Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmadja: 2008)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK..

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas atau yang lebih dikenal dengan classroom action

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (classroom action research). Menurut Kemmis. pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain.

BAB III METODE PENELITIAN. ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas atau PTK.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tindakan kelas (PTK), artinya penelitian ini berbasis pada masalah di kelas

Transkripsi:

Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas ISSN 2087-3557 SUPERVISI INDIVIDUAL DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RPP SD Negeri Kaliwadas 01 Adiwerna Tegal Abstrak Banyak guru yang tidak mengembangkan silabus yang berasal dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), banyak guru yang hanya meng-copy/menyalin RPP dari guru lain atau mengunduh dari internet, banyak guru yang tidak melaksanakan pembuatan RPP dengan baik, dan guru kurang kreatif dan kurang inovatif dalam pembuatan RPP. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP melalui supervisi individual dengan pendekatan kolaboratif di SD Negeri Kaliwadas 01 dan mendeskripsikan pelaksanaan supervisi individual dengan pendekatan kolaboratif. Metode pengumpulan data menggunakan observasi dan dokumentasi yang dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Pada kondisi awal guru yang mampu menyusun dokumen RPP dengan kriteria baik hanya 1 orang (11%), pada siklus I guru yang mampu menyusun dokumen RPP dengan kriteria baik menjadi 2 orang atau 22%, pada siklus II guru yang mampu menyusun dokumen RPP dengan kriteria layak menjadi 9 orang atau 10. Disimpulkan bahwa melalui supervisi individual dengan pendekatan kolaboratif dapat meningkatkan kemampuan guru. 2017 Didaktikum Kata Kunci: Pendekatan Kolaboratif.; Rencana Pelaksanaan Pembelajaran; Supervisi Individual. PENDAHULUAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar. Dengan demikian setelah silabus dibuat, maka guru harus menjabarkannya secara lebih teknis ke dalam RPP. Pada Permendiknas nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dimuat komponen dan prinsip penyusunan RPP. Oleh karena itu pembuatan RPP harus sesuai dengan Standar Proses (Depdiknas, 2007b). Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dan RPP dapat dilakukan oleh guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Dinas Pendidikan. Kenyataan yang terjadi di SDN Kaliwadas 01 ternyata banyak guru yang tidak mengembangkan silabus yang berasal dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), banyak guru yang hanya meng-copy/menyalin RPP dari guru lain atau mengunduh dari internet, banyak guru yang tidak melaksanakan pembuatan RPP dengan baik, dan guru kurang kreatif dan kurang inovatif dalam pembuatan RPP. Dari pengamatan peneliti, hal tersebut tidak lain disebabkan karena:1) guru kurang mendapat pelatihan kurikulum atau pelatihan membuat RPP, 2) guru kurang mengembangkan pengetahuannya melalui seminar atau workshop, 3) rendahnya kemampuan guru 1

dalam menerima pelatihan yang sudah dilaksanakan di tingkat KKG dan 4) komitmen guru terhadap tugasnya masih rendah. Pada kondisi awal, peneliti telah melakukan wawancara dan pengamatan terhadap 9 orang guru. Ternyata, rata-rata indikator pencapaian hasil guru membuat semua komponen RPP hanya sebesar 44%. Adapun hasil pengamatan pada kondisi awal terhadap 9 guru tersebut dalam penyusunan RPP adalah sebagai berikut: 1) Pada aspek mencantumkan identitas mata pelajaran ada 9 guru (10); 2) Pada aspek mencantumkan Standar Kompetensi ada 9 guru (10); 3) Pada aspek mencantumkan Kompetensi Dasar ada 5 guru (56%); 4) Pada aspek mengembangkan indikator pencapaian ada 0 guru (); 5) Pada aspek mencantumkan tujuan pembelajaran ada 6 guru (67%); 6) Pada aspek mencantumkan materi ajar ada 3 guru (33%); 7) Pada aspek mencantumkan alokasi waktu ada 0 guru (); 8) Pada aspek mencantumkan metode pembelajaran ada 3 guru (33%); 9) Pada aspek mencantumkan langkah-langkah pembelajaran ada 4 guru (44%); 10) Pada aspek menuliskan sumber belajar secara terinci ada 2 guru (22%); dan 11) Pada aspek mencantumkan penilaian hasil belajar ada 0 guru (). Dalam lingkungan pendidikan, peran guru sangat dibutuhkan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa (Riani, Nina, Eko Supraptono, dan Mulyadi, 2016). Dari masalah tersebut, karena guru tidak mempersiapkan perencanaan pembelajaran dengan baik, maka berakibat pembelajaran di kelas kurang berhasil, salah satunya menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Oleh karena itu, dirasa perlu adanya tindakan di SDN Kaliwadas 01 untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP sehingga kualitas pendidikan meningkat. Upaya peneliti selaku Kepala Sekolah untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP telah dilakukan melalui berbagai kegiatan dan pelatihan, antara lain melalui pelatihan pada kegiatan KKG tingkat Kecamatan, melalui pendampingan dan menyediakan berbagai panduan. Namun hal tersebut belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan mereka yang memadai khususnya dalam menyusun RPP. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti melakukan upaya alternatif melalui supervisi individual dengan pendekatan kolaboratif bagi guru dalam menyusun RPP. Kegiatan tersebut dilakukan agar kemampuan guru dalam menyusun RPP meningkat. Bentuk kegiatan supervisi individual dengan pendekatan kolaboratif layak untuk dilakukan mengingat keterbatasan waktu dan biaya yang dikeluarkan. Supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada guru tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan (Depdiknas, 2008:22-23). Pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non-direktif menjadi pendekatan baru. Pada pendekatan ini baik supervisor maupun guru bersama-sama, bersepakat untuk menetapkan struktur, proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru. (Sahertian dalam Kemdikbud, 2012:13-14) Secara garis besar, langkah-langkah pelaksanaan supervisi individual dengan pendekatan kolaboratif yaitu: mengadakan pengamatan terhadap RPP yang telah dibuat guru; menjelaskan kepada guru tentang menyusun RPP yang lengkap; memberi kesempatan kepada guru untuk mengemukakan kesulitan dalam menyusun RPP dan memberikan jalan keluarnya; melakukan revisi atau perbaikan terhadap RPP yang yang dibuat guru; memberikan bimbingan dengan cara menyajikan, menjelaskan, mendengarkan, memecahkan masalah, dan negosiasi dalam pengembangan RPP yang lengkap; mengisi instrumen penilaian RPP buatan guru; dan membuat rekapitulasi hasil penyusunan RPP buatan guru. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP melalui supervisi individual dengan pendekatan kolaboratif; 2) Mendeskripsikan pelaksanaan supervisi individual dengan pendekatan kolaboratif untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP. 2 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas

METODE PENELITIAN 1. Subyek Penelitian Lokasi Penelitian Tindakan Sekolah adalah di SDN Kaliwadas 01 Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal. Penelitian Tindakan Sekolah dilaksanakan pada semester II Tahun Pelajaran 2013/2014, dimulai sejak Januari 2014 s.d. Mei 2014. Subjek penelitian ini adalah 9 guru di SDN Kaliwadas 01 dengan 6 guru kelas dan 3 guru mapel. Terdapat dua sumber data dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini, yaitu: 1) Sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya atau dari 9 sebagai subjek penelitian. Dari sumber data ini diperoleh data primer antara lain: dokumen RPP yang disusun, data hasil pengamatan kemampuan guru menyusun RPP; 2) Sumber data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada. Dari sumber data ini diperoleh data sekunder antara lain surat izin penelitian, dokumen kepegawaian guru sebagai subjek penelitian dan dokumen pengumpulan perangkat pembelajaran pada awal semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Untuk memperoleh data-data Penelitian Tindakan Sekolah ini disusun metode pengumpulan data yaitu observasi dan dokumentasi. Observasi dilakukan peneliti dan dibantu oleh teman sejawat atau kolaborator dengan menggunakan alat pengumpulan data berupa instrumen lembar pengamatan untuk mengukur kriteria RPP yang telah dibuat guru sebagai subjek penelitian. Kisi-kisi lembar pengamatan berisi komponen-komponen yang tertera pada format RPP dan harus dibuat guru secara benar dan lengkap. Dalam penelitian ini, dokumentasi digunakan untuk memperoleh data dan dokumen RPP yang telah disusun guru-guru dan foto-foto kegiatan penelitian. Konsep validitas dan reliabilitas instrumen maupun data dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini menggunakan jenis validasi practicalvalidity/reliability, artinya sepanjang anggota kelompok penelitian tindakan ini memutuskan bahwa instrumen dinyatakan valid dan reliabel maka dapat digunakan. Untuk meningkatkan validasi, peneliti menggunakan acuan strategi peningkatan validasi yang dikemukakan oleh Lather (dalam Arikunto, 2008:128) yaitu sebagai berikut : 1) Face Validity (validitas muka) Dilakukan dengan cara setiap anggota kelompok penelitian saling mengecek, menilai dan memutuskan validitas instrumen atau data dalam proses kolaborasi; 2) Triangulation (triangulasi). Triangulasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah triangulasi sumber yaitu dengan cara mengecek instrumen/data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber antara lain dari peneliti dan kolaborator. Data dari kedua sumber selanjutnya dideskripsikan dan dikategorikan secara bersama-sama sehingga menghasilkan suatu simpulan bersama; 3) Critical Reflection (refleksi kritis). Dilakukan dengan cara tetap mempertahankan mutu pada setiap siklus penelitian. Mutu refleksi ini berkaitan dengan analisis terhadap pelaksanaan tindakan yang menyangkut kelebihan dan kekurangan yang ditemukan selama siklus penelitian; 4) Catalitcy Validity (validitas pengetahuan). Dilakukan dengan cara meningkatkan pemahaman pengetahuan peneliti sehingga peneliti mampu mendorong adanya perubahan (improvement). Data kuantitatif berupa hasil skor lembar pengamatan terhadap RPP yang dibuat guru. Lembar hasil pengamatan pada setiap indikator pengamatan dihitung jumlah skor perolehan dan dipersentasekan. Hasil skor perolehan lembar pengamatan setiap guru kemudian ditentukan kriterianya. Hasil data kuantitatif selanjutnya dibandingkan untuk setiap siklus penelitian tindakan disesuaikan dengan indikator keberhasilan tindakan yang telah ditetapkan peneliti. Semua hasil analisis data kuantitatif kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan grafik sehingga lebih menarik dan mudah dibaca. Data kualitatif berupa data informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang langkah-langkah yang dilakukan peneliti selama melaksanakan supervisi individu dengan pendekatan kolaboratif. Informasi juga dilakukan untuk memotret aktivitas guru dalam pelaksanaan supervisi. 3

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan (action research) dengan fokus pada upaya mengubah kondisi kenyataan (riil) sekarang ke arah kondisi yang diharapkan (improvement oriented) yaitu dengan mengacu pada model siklus dari Kemmis and Taggart (1991:32) This research is classroom action research carried out by using Kemmis and Taggart cyclical model in four steps, namely: (1) planning, (2) action, (3) observation, and (4) reflection. 2. Prosedur Penelitian Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini ada empat tahapan pada setiap siklusnya, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi (pengamatan), (4) refleksi. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Sekolah mengacu pada teori dari Badan PSDMP dan PMP Kemendiknas (2011:11). Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus memuat empat tahapan penelitian yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Secara garis besar deskripsi kegiatan Penelitian Tindakan Sekolah ini pada setiap siklus adalah sebagai berikut : a. Siklus I Perencanaan Pada tahap perencanaan, kegiatan yang dilakukan meliputi: 1) Menginformasikan kepada pengawas TK/SDUPTD Dikpora Kec. Adiwerna; 2) Menginventarisir kebutuhan atau masalah yang dihadapi guru sebagai subjek penelitian dalam menyusun RPP; 3) Menentukan materi tentang konsep dasar RPP; 4) Membuat kesepakatan bersama guru-guru mengenai tempat, waktu dan jadwal pelaksanaan kegiatan; 5) Menyusun format lembar pengamatan beserta kisi-kisinya untuk mengukur kriteria RPP yang telah dibuat setiap guru; 6) Mempersiapkan RPP yang dibuat para guru pada kondisi awal. Pelaksanaan Tindakan Tindakan penelitian melalui supervisi individu dengan pendekatan kolaboratif pelaksanaannya dilakukan dalam dua kali pertemuan dengan kegiatan antara lain: 1) Mengumpulkan 9 orang guru selaku subjek penelitian di SDN Kaliwadas 01; 2) Memberikan penjelasan pada para guru mengenai penyusunan RPP yang baik dan lengkap; 3) Memberi contoh menganalisis Standar Isi, SKL, dan SK- KD salah satu mata pelajaran; 4) Menelaah hasil RPP yang dibuat guru pada kondisi awal; 5) Menentukan jadwal pelaksanaan bimbingan intensif secara individu kepada para guru sebagai subjek penelitian; 6) Memberikan tugas kepada guru untuk menyusun RPP untuk dikumpulkan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan; 7) Melakukan diskusi kepada guru atas RPP yang telah dibuat; 8) Melakukan observasi terhadap RPP yang telah dibuat; 9) Menjelaskan kekurangan RPP yang telah dibuat oleh para guru; 10) Memberi kesempatan kepada guru untuk mengemukakan kesulitan dalam menyusun RPP; 11) Memberikan beberapa jalan keluar/ memecahkan masalah yang dihadapi oleh setiap guru; 12) Mengisi instrumen penilaian RPP buatan guru; 13) Membuat rekapitulasi hasil penyusunan RPP buatan guru. Observasi Dibantu teman sejawat, peneliti melakukan observasi terhadap dokumen RPP yang telah dibuat guru dengan menggunakan instrumen lembar observasi serta melakukan terhadap dokumen RPP yang telah dibuat guru. Refleksi Peneliti melakukan analisis hasil tindakan siklus I. Analisis digunakan untuk memperoleh gambaran dan evaluasi yang berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan pada tindakan yang telah dilakukan pada siklus I. Melakukan analisis terhadap kelebihan pada siklus I akan tetap dipertahankan sedangkan kekurangan yang dijumpai pada siklus I akan diperbaiki dengan cara merencanakan ulang tindakan pada siklus berikutnya. 4 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas

b. Siklus II Perencanaan Pada tahap perencanaan, kegiatan yang dilakukan meliputi: 1) Menentukan materi berdasarkan pertimbangan hasil analisis dan refleksi dokumen RPP yang telah selesai disusun guru pada Siklus I; 2) Membuat jadwal pelaksanaan supervisi individual dengan pendekatan kolaboratif; 3) Menyusun format lembar pengamatan beserta kisi-kisinya untuk mengukur kriteria RPP yang telah dibuat setiap guru; 4) Menyiapkan contoh RPP yang baik dan benar. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II juga dilaksanakan dalam dua kali pertemuan sebagaimana pada siklus I, kegiatan yang dilakukan antara lain: 1) Mengumpulkan 9 orang guru selaku subjek penelitian; 2) Peneliti memberikan apersepsi pemahaman materi tentang penyusunan RPP dan menyampaikan hasil analisis serta refleksi siklus I berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan yang telah dicapai dalam menyusun RPP pada siklus I; 3) Memberikan contoh RPP yang baik dan lengkap; 4) Menentukan jadwal pelaksanaan bimbingan intensif secara individu kepada para guru sebagai subjek penelitian; 5) Memberikan tugas kepada guru untuk memperbaiki RPP yang dihasilkan pada siklus I untuk dikumpulkan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan; 6) Menunjukkan data yang telah dianalisis pada guru yang diobservasi; 7) Melakukan diskusi kepada guru atas RPP yang telah diperbaiki; 8) Melakukan observasi terhadap RPP yang telah dibuat; 9) Menjelaskan kekurangan RPP yang telah dibuat oleh para guru; 10) Memberi kesempatan kepada guru untuk mengemukakan kesulitan dalam menyusun RPP; 11) Memberikan beberapa jalan keluar/ memecahkan masalah yang dihadapi oleh setiap guru; 12) Mengisi instrumen penilaian RPP buatan guru; 13) Membuat rekapitulasi hasil penyusunan RPP buatan guru. Observasi Dibantu teman sejawat, peneliti melakukan observasi terhadap dokumen RPP yang telah dibuat guru dengan menggunakan instrumen lembar observasi serta melakukan terhadap dokumen RPP yang telah dibuat guru. Refleksi Peneliti melakukan analisis hasil tindakan siklus II. Analisis digunakan untuk memperoleh gambaran dan evaluasi yang berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan pada tindakan yang telah dilakukan pada siklus I. Hasil analisis siklus II berupa hasil analisis dokumen RPP ternyata telah dapat mencapai semua indikator kinerja penelitian yang telah ditetapkan peneliti. Oleh karena itu, Penelitian Tindakan Sekolah tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Hasil observasi kemampuan guru dalam menyusun RPP pada setiap siklus penelitian diperoleh data seperti tabel di bawah ini: Tabel 1. Hasil Pengamatan Kemampuan Guru Menyusun RPP Antar Siklus No Indikator Pengamatan Keg. Awal Siklus I Siklus II 1 Mencantumkan identitas mata pelajaran 10 10 10 2 Mencantumkan Standar Kompetensi 10 10 10 3 Mencantumkan Kompetensi Dasar 56% 67% 89% 4 Mengembangkan indikator pencapaian 67% 78% 5 Mencantumkan tujuan pembelajaran 67% 78% 89% 6 Mencantumkan materi ajar 33% 56% 89% 7 Mencantumkan alokasi waktu 56% 89% 8 Mencantumkan metode pembelajaran 33% 44% 78% 5

9 Mencantumkan langkah-langkah pembelajaran 44% 78% 89% 10 Menuliskan sumber belajar secara terinci 22% 44% 78% 11 Mencantumkan penilaian hasil belajar 67% 89% Menurut tabel di atas, indikator pengamatan mencantumkan identitas mata pelajaran pada kondisi awal diperoleh skor 9 atau 10 dan pada siklus I dan siklus II memperoleh skor 9 atau 10; indikator pengamatan mencantumkan standar kompetensi pada kondisi awal diperoleh skor 9 atau 10 dan pada siklus I dan siklus II memperoleh skor 9 atau 10; indikator pengamatan mencantumkan Kompetensi Dasar pada kondisi awal diperoleh skor 5 atau 56% dan pada siklus I memperoleh skor 6 atau 67% dan pada siklus II memperoleh skor 8 atau 89%; indikator pengamatan mengembangkan indikator pencapaian pada kondisi awal diperoleh skor 0 atau dan pada siklus I memperoleh skor 6 atau 67% dan pada siklus II memperoleh skor 7 atau 78%; indikator pengamatan mencantumkan tujuan pembelajaran pada kondisi awal diperoleh skor 6 atau 67% dan pada siklus I memperoleh skor 7 atau 78% dan pada siklus II memperoleh skor 8 atau 89%; indikator pengamatan mencantumkan materi ajar pada kondisi awal diperoleh skor 3 atau 33% dan pada siklus I memperoleh skor 5 atau 56% dan pada siklus II memperoleh skor 8 atau 89%; indikator pengamatan mencantumkan alokasi waktu pada kondisi awal diperoleh skor 0 atau dan pada siklus I memperoleh skor 5 atau 56% dan pada siklus II memperoleh skor 8 atau 89%; indikator pengamatan mencantumkan metode pembelajaran pada kondisi awal diperoleh skor 3 atau 33% dan pada siklus I memperoleh skor 4 atau 44% dan pada siklus II memperoleh skor 7 atau 78%; indikator pengamatan mencantumkan langkah-langkah pembelajaran pada kondisi awal diperoleh skor 4 atau 44% dan pada siklus I memperoleh skor 7 atau 78% dan pada siklus II memperoleh skor 8 atau 89%; indikator pengamatan menuliskan sumber belajar secara terinci pada kondisi awal diperoleh skor 2 atau 22% dan pada siklus I memperoleh skor 4 atau 44% dan pada siklus II memperoleh skor 7 atau 78%; indikator pengamatan mencantumkan penilaian hasil belajar pada kondisi awal diperoleh skor 0 atau dan pada siklus I memperoleh skor 6 atau 67% dan pada siklus II memperoleh skor 8 atau 89%. Selanjutnya berdasarkan tabel dan uraian di atas semakin jelas besarnya peningkatan keberhasilan tindakan pada setiap siklusnya seperti gambar pada grafik berikut. 12 H a s i l P e n g a ma t a n K e ma m p u a n G u r u M e n y u s u n R P P A n t a r S i k l u s 10 8 6 4 2 10 10 10 10 10 10 89% 89% 89% 89% 78% 78% 78% 67% 67% 67% 56% 56% 56% 33% 89% 78% 78% 44% 44% 44% 33% 22% 67% 89% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Keg. Awal Siklus I Siklus II Grafik 1 Hasil Pengamatan Kemampuan Guru Menyusun RPP Setiap Indikator Tiap Siklus 6 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas

Hasil kelayakan RPP setiap siklus penelitian diperoleh perbandingan seperti tabel di bawah ini: Tabel 2 Hasil Pengamatan Kemampuan Guru Menyusun RPP Antar Siklus No Indikator Nilai Kondisi Awal Siklus I Siklus II 1 Baik 2 Cukup 3 Kurang 1 Orang (11%) 3 Orang (33%) 5 Orang (56%) 2 Orang (22%) 7 Orang (78%) 0 Orang () 9 Orang (10) 0 Orang () 0 Orang () Hasil penelitian berupa pengamatan untuk mengukur kelayakan RPP yang disusun guru dalam kegiatan supervisi individual dengan pendekatan kolaboratif sebagaimana dipaparkan pada tabel di atas, dapat disampaikan bahwa terdapat peningkatan kriteria dokumen RPP yang cukup signifikan. Jika pada kondisi awal, guru yang mampu menyusun RPP masuk kriteria baik hanya 1 orang (11%), pada siklus I guru yang mampu menyusun RPP masuk kriteria baik meningkat menjadi 2 orang (22%). Hal ini berarti kriteria baik dalam menyusun RPP meningkat sebanyak 1 orang (11%) dari kondisi awal ke siklus I. Pada siklus II kriteria baik menjadi 9 orang (10) berarti ada peningkatan sebanyak 7 orang (78%) dari siklus I ke siklus II, dan terdapat peningkatan 8 orang (89%) dari kondisi awal ke siklus II. RPP yang masuk kriteria cukup pada kondisi awal sebanyak 3 orang (33%), pada siklus I menjadi7 orang (78%) dan pada siklus II 0 orang () yang RPP nya cukup. RPP pada kondisi awal yang kriterianya kurang ada 5 orang (56%), pada siklus I, guru yang kriterianya kurang layak ada 0 guru yang RPP nya kurang () dan pada siklus II tidak terdapat orang yang RPP nya kurang. Besarnya peningkatan kualitas dokumen RPP setiap siklusnya sebagaimana diuraikan di atas, dapat digambarkan grafik perbandingan hasil kriteria RPP sebagai berikut: 12 10 8 6 4 2 11% 10 78% 56% 33% 22% Baik Cukup Kurang Kondisi Awal Siklus I Siklus II Grafik 2 Hasil Kriteria RPP Tiap Siklus 2. Pembahasan Hasil penelitian berupa pengamatan untuk mengukur kualitas RPP yang disusun guru dalam pelaksanaan supervisi individual dengan pendekatan kolaboratif mengalami peningkatan cukup signifikan sejalan dengan meningkatnya kemampuan guru terhadap pemahaman RPP. Jika pada kondisi awal guru yang mampu menyusun dokumen RPP dengan kriteria baik hanya 1 orang (11%), pada siklus I guru yang mampu menyusun dokumen RPP dengan kriteria baik menjadi 2 orang atau 22%, pada siklus II guru yang mampu menyusun dokumen RPP dengan kriteria layak menjadi 9 orang atau 10 sehingga terjadi peningkatan sebanyak 1 orang guru atau 11% guru yang mampu menyusun RPP dengan kriteria baik pada kondisi awal ke siklus I, pada siklus I ke siklus II terjadi peningkatan 7 orang atau 78%guru yang mampu menyusun dokumen RPP dengan kriteria baik, dan 7

pada kondisi awal ke siklus II terjadi peningkatan 8 orang atau 89% guru yang mampu menyusun RPP dengan kriteria baik. Sebaliknya, dokumen RPP pada kondisi awal diperoleh data sebanyak 3 orang guru (33%) pada kriteria cukup, pada siklus I diperoleh data sebanyak 7 orang guru (78%) pada kriteria cukup, pada siklus II ada 0 guru atau yang berada pada kriteria cukup dalam penyusunan RPP. Penurunan juga terdapat jumlah dokumen RPP yang berada pada kriteria kurang. Pada kondisi awal terdapat 5 orang guru (56%) yang berada pada kriteria kurang, pada siklus I terdapat 0 orang guru () yang berada pada kriteria kurang, pada siklus II tidak ada guru yang berada pada kriteria kurang. Dengan melihat hasil pengamatan di atas, maka dapat disampaikan bahwa kondisi akhir dari pelaksanaan supervisi individual dengan pendekatan kolaboratif untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP semester II tahun pelajaran 2013/2014 menunjukkan hasil yang melampaui indikator kinerja penelitian yang telah ditetapkan. Peningkatan kemampuan guru dalam menyusun RPP tersebut dipengaruhi dengan meningkatnya pemahaman guru dalam menyusun RPP. Dengan merujuk hasil penelitian di atas, maka hipotesis tindakan yang diajukan pada penelitian ini telah terbukti. Hasil penelitian terkait tindakan peneliti dalam menerapkan supervisi individual dengan pendekatan kolaboratif dalam upaya meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP bagi guru di SDN Kaliwadas 01 ini dapat disampaikan bahwa langkah-langkah pelaksanaan supervisi individual dengan pendekatan kolaboratif yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain: memberikan penjelasan pada para guru mengenai penyusunan RPP yang baik dan lengkap, memberi contoh menganalisis Standar Isi, SKL, dan SK-KD salah satu mata pelajaran, menelaah hasil RPP yang dibuat guru pada kondisi awal, memberikan tugas kepada guru untuk menyusun RPP, melakukan diskusi, menjelaskan kekurangan RPP yang telah dibuat oleh para guru, memberi kesempatan kepada guru untuk mengemukakan kesulitan dalam menyusun RPP, memberikan beberapa jalan keluar/ memecahkan masalah yang dihadapi oleh setiap guru, dan memberikan contoh-contoh RPP yang sudah baik dan benar kepada guru. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Berdasarkan hasil pengamatan yang digunakan untuk mengukur kualitas RPP yang telah disusun guru dalam kegiatan supervisi individual dengan pendekatan kolaboratif penyusunan RPP mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada setiap siklus. Pada kondisi awal guru yang mampu menyusun dokumen RPP dengan kriteria baik hanya 1 orang (11%), pada siklus I guru yang mampu menyusun dokumen RPP dengan kriteria baik menjadi 2 orang atau 22%, pada siklus II guru yang mampu menyusun dokumen RPP dengan kriteria layak menjadi 9 orang atau 10 sehingga terjadi peningkatan sebanyak 1 orang guru atau 11% guru yang mampu menyusun RPP dengan kriteria baik pada kondisi awal ke siklus I, pada siklus I ke siklus II terjadi peningkatan 7 orang atau 78%guru yang mampu menyusun dokumen RPP dengan kriteria baik, dan pada kondisi awal ke siklus II terjadi peningkatan 8 orang atau 89% guru yang mampu menyusun RPP dengan kriteria baik. Sebaliknya, dokumen RPP pada kondisi awal diperoleh data sebanyak 3 orang guru (33%) pada kriteria cukup, pada siklus I diperoleh data sebanyak 7 orang guru (78%) pada kriteria cukup, pada siklus II ada 0 guru atau yang berada pada kriteria cukup dalam penyusunan RPP. Sehingga disimpulkan bahwa melalui supervisi individual dengan pendekatan kolaboratif dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP di SDN Kaliwadas 01. Langkah-langkah pelaksanaan supervisi individual dengan pendekatan kolaboratif pada setiap siklusnya secara garis besar yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain: memberikan penjelasan pada para guru mengenai penyusunan RPP yang baik dan lengkap, memberi contoh menganalisis 8 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas

Standar Isi, SKL, dan SK-KD salah satu mata pelajaran, menelaah hasil RPP yang dibuat guru pada kondisi awal, memberikan tugas kepada guru untuk menyusun RPP, melakukan diskusi, menjelaskan kekurangan RPP yang telah dibuat oleh para guru, memberi kesempatan kepada guru untuk mengemukakan kesulitan dalam menyusun RPP, memberikan beberapa jalan keluar/ memecahkan masalah yang dihadapi oleh setiap guru, dan memberikan contoh-contoh RPP yang sudah baik dan benar kepada guru. DAFTAR PUSTAKA Badan PSDMP dan PMP, Kementerian Pendidikan Nasional, 2011, Penelitian Tindakan Sekolah, Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah, Jakarta, Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan http://gurupembaharu.com/home/?p=187, diakses 4 Maret 2014 Kemdikbud. 2012. Supervisi Akademik. Jakarta: Pusbangtendik Badan PSDMP dan PMP. Kemmis S & Mc. Taggart R, 1991, The Action Rearch Reader, Deakin University Press, Australia Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2008 tentang Guru, Jakarta, Depdiknas Permendiknas RI No.41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, Jakarta, Depdiknas Riani, Nina, Eko Supraptono, dan Mulyadi. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TAKE AND GIVE DALAM MATERI AJAR MEDIA KOMUNIKASI DATA JARINGAN. Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Volume 6(1):8-15. 2016. 9