VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

dokumen-dokumen yang mirip
VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

IV METODE PENELITIAN

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Terdahulu Kedelai Edamame

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

IV. METODE PENELITIAN

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Varietas Bawang Merah

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI SAWI (Brassica juncea L) DI KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jagung di kecamatan Tigabinanga, penulis menggunakan teori yang sederhana sebagai

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS FAKTOR PRODUKSI PADI (Oryza sativa) ORGANIK DI DESA SUMBER PASIR, KECAMATAN PAKIS, KABUPATEN MALANG

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KAKAO DI KABUPATEN MUARO JAMBI. Kata kunci: Tanaman kakao, Produktifitas dan fungsi produksi

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR...

Agriekonomika, ISSN Volume 3, Nomor 1 EFISIENSI PRODUKSI PETANI JAGUNG MADURA DALAM MEMPERTAHANKAN KEBERADAAN JAGUNG LOKAL

Jl. Veteran Malang Telp ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. kepemilikan lahan. Karakteristik tersebut secara tidak langsung dapat. yang disusun berdasarkan status kepemilikan lahan.

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI TEKNIS USAHATANI HORENSO KELOMPOK TANI AGRO SEGAR KECAMATAN PACET KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI

PENDAPATAN DAN EFISIENSI TEKNIS USAHATANI UBI JALAR DI JAWA BARAT : PENDEKATAN STOCHASTIC FRONTIER

BAB IV METODE PENELITIAN

2. TINJAUAN PUSTAKA. Keterangan : KV = risiko produksi padi σ y. = standar deviasi = rata rata produksi

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Permintaan Beras di Kabupaten Kudus. Faktor-Faktor Permintaan Beras. Analisis Permintaan Beras

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Definisi dan Pengukuran Variabel Definisi dan pengukuran variabel penelitian ini disajikan pada Tabel 3.1.

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan

IV METODE PENELITIAN

ESTIMASI EFISIENSI TEKNIS DAN EKONOMIS USAHATANI KEDELAI (Glycine max L.) PADA LAHAN SAWAH

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI TEKNIS USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI. ANALISIS PRODUKSI DAN EFISIENSI TEKNIS USAHATANI JERUK KEPROK SOE DAERAH LAHAN KERING

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Padi 2.2. Kajian Empiris Usahatani Padi Sehat

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH PADA PROGRAM PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU DI KABUPATEN BURU

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI BESAR (Capsicum annum L.) DI DESA PETUNGSEWU, KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang

ANALISIS FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI SEMANGKA (Citrullus Vulgaris, Scard) DI KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU. By :

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Mengenai Usahatani

PERTANIAN. Pradnya Paramitha, Rudi Wibowo *, Aryo Fajar

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea

ANALISIS EFISIENSI BIAYA DAN KEUNTUNGAN PADA USAHATANI JAGUNG (Zea mays) DI DESA KRAMAT, KECAMATAN BANGKALAN, KABUPATEN BANGKALAN, MADURA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

KUISONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN USAHATANI JAGUNG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DENGAN PENDEKATAN FRONTIER PADA USAHA PEMBUATAN CHIPS MOCAF (MODIFIED CASSAVA FLOUR)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

FAKTOR PENENTU PRODUKSI USAHATANI CABAI MERAH DI KECAMATAN BULU DAN TLOGOMULYO, KABUPATEN TEMANGGUNG ABSTRAK

III KERANGKA PEMIKIRAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

Transkripsi:

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 8.1. Analisis Produksi Stochastic Frontier Usahatani Kedelai Edamame Analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis fungsi produksi Cobb-Douglas stochastic frontier. Analisis ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan juga faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi usahatani kedelai edamame. Variabel awal yang diduga berpengaruh terhadap produksi kedelai edamame adalah luas lahan (X 1 ), benih (X 2 ), tenaga kerja (X 3 ), pupuk kimia (X 4 ), pupuk kandang (X 5 ), dan insektisida (X 6 ). Pendugaan parameter fungsi produksi Cobb-Douglas stochastic frontier dilakukan dengan dua tahap yaitu tahap pertama dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Squares) dan tahap kedua dengan metode MLE (Maximum Likelihood Estimated). Pendugaan parameter fungsi produksi Cobb-Douglas dengan metode OLS menunjukkan gambaran kinerja rata-rata (best fit) dari proses produksi petani pada tingkat teknologi yang ada, sementara itu metode MLE menggambarkan kinerja terbaik (best practice) dari petani dalam melakukan proses produksi. Fungsi produksi awal yang dibentuk dengan metode OLS yang menggunakan enam variabel dugaan awal ternyata terdapat multikolinearitas. Multikolinearitas adalah sebuah hubungan fungsional yang bersifat linear antara dua variabel atau lebih variabel independen yang saling mempengaruhi. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya multikolinearitas adalah dengan melihat nilai Variance Inflation Factors (VIF). Suatu model dikategorikan terdapat multikolinearitas, jika nilai VIF lebih besar dari 10. Masalah multikolinearitas pada model dapat diatasi dengan beberapa cara diantaranya menghapus salah satu variabel, Transformasi variabel multikolinieritas dan menambah sampel (Sarwoko, 2005). Berikut adalah Tabel 21 yang menunjukkan hasil pendugaan fungsi produksi usahatani kedelai edamame di petani mitra. 81

Tabel 21. Pendugaan Model Pertama Fungsi Produksi Usahatani Kedelai Edamame pada Petani Mitra dengan Metode MLE tahun 2010 MLE Variabel Koefisien t-hitung Konstanta 4,909 3,803 Lahan 0,018 0,101 Benih 1,206 6,189* Tenaga kerja -0,374-2,477* Pupuk kimia 0,211 1,739* Pupuk kandang -0,109-0,802 Insektisida -0,003-0,070 R 2 88,8 P 0,000 ζ 2 0,091 Gamma 0,962 LR test of one side error 27,75 Keterangan : * nyata pada taraf α = 10 % Masalah multikolinearitas pada penelitian ini berusaha dihilangkan dengan cara menghapus salah satu variabel yang memiliki hubungan korelasi pearson yang tinggi. Cara ini dipilih dengan alasan mengacu pada penelitian sebelumnya mengenai fungsi produksi Cobb-Douglas stochastic frontier yang terdapat multikolinearitas pada model fungsinya. Oleh karena itu diputuskan untuk mengeluarkan luas lahan dari model. Luas lahan dipilih dikarenakan memiliki nilai korelai pearson yang tinggi. Melihat luas lahan merupakan variabel utama dalam usahatani maka secara implisit tetap dipertahankan yaitu dengan membagi seluruh variabel independen dan dependen dengan luas lahan. Implikasi dari penerapan cara ini adalah terbentuknya model fungsi baru yaitu fungsi produktivitas, dimana variabel dependennya adalah produksi/luas lahan (Y) dan variabel independennya adalah benih/luas lahan (X 1 ), tenaga kerja/luas lahan (X 2 ), pupuk kimia/luas lahan (X 3 ), pupuk kandang/luas lahan (X 4 ), insektisida/luas lahan (X 5 ). Berikut adalah Tabel 22 yang menyajikan hasil pendugaan fungsi produktivitas usahatani kedelai edamame pada petani mitra PT Saung Mirwan. 82

Tabel 22. Pendugaan Model Kedua Fungsi Produksi Cobb-Douglas Stochastic Frontier Kedelai Edamame Petani Mitra dengan Metode MLE tahun 2010 MLE Variabel Koefisien t-hitung Konstanta 5,219 4,671 Benih/lahan (X 1 ) 1,351 6,177* Tenaga kerja/lahan (X 2 ) -0,364-1,979* Pupuk kimia/lahan (X 3 ) 0,194 1,130 Pupuk kandang/lahan (X 4 ) -0,193 1,090 Insektisida/lahan (X 5 ) 0,002 0,029 R 2 39,1 P 0.027 ζ 2 0,092 Gamma 0,951 LR test of one side error 31,09 Keterangan : * nyata pada taraf α = 10 % Model kedua yang terbentuk memiliki nilai LR galat satu sisi sebesar 31,09 yang lebih besar dari χ 2 6 pada Tabel Chi Square Kodde dan Palm pada α = 0,1 persen yaitu 21,666 yang artinya terdapat inefisiensi teknis pada model ini. Berikut adalah persamaan yang terbentuk dari model kedua. ln Y/L = 5,219 + 1,351 ln X 1 0,364 ln X 2 + 0,194 ln X 3 0,193 ln X 4 + 0,002 ln X 5 + v i -u i Berdasarkan model fungsi produksi Cobb-Douglas stochastic frontier yang terbentuk, terlihat bahwa variabel benih per satuan lahan berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai edamame. Nilai elastisitas benih per lahan sebesar 1,351 artinya bahwa penambahan jumlah benih per lahan sebesar satu persen akan meningkatkan produktivitas kedelai edamame sebesar 1,351 persen, cateris paribus. Berdasarkan data di lapangan bahwa rata-rata penggunaan benih per hektar petani mitra yang menjadi responden adalah sebesar 67,8 kg, sedangkan anjuran benih untuk luas lahan satu hektar sekitar 60-75 kg tergantung jarak tanam yang diterapkan petani. Penggunaan benih yang masih kurang optimal dari 83

petani mitra diduga karena keterbatasan modal dan lahan yang dimiliki oleh petani mitra. Semakin banyak benih yang dipergunakan tentunya biaya penggunaan pupuk dan pestisida akan semakin meningkat. Variabel tenaga kerja per lahan berpengaruh nyata, namun memiliki nilai elastisitas yang negatif. Nilai tersebut sebesar -0,364, artinya bahwa setiap penambahan tenaga kerja per satuan lahan sebesar satu persen akan mengurangi produktivitas kedelai edamame sebesar 0,364 persen. Nilai tenaga kerja yang bertanda negatif menunjukkan penggunaan tenaga kerja pada petani mitra yang berlebihan. Hal ini diduga karena banyak responden petani mitra yang masih baru dalam hal melakukan usahatani kedelai edamame, sehingga dalam melakukan setiap tahapan dalam usahatani kedelai edamame membutuhkan waktu yang relatif lebih lama daripada petani yang sudah lama melakukan usahatani kedelai edamame. Penggunaan pupuk kimia per lahan pada petani mitra bernilai positif, namun tidak berpengaruh nyata. Penggunaan pupuk kimia per hektar pada petani mitra sebenarnya telah melebihi anjuran yang ada yaitu sebesar 779,0 kg. Penggunaan pupuk kimia yang dianjurkan oleh penyuluh PT Saung Mirwan yaitu sebesar 750 kg per hektarnya. Hal inilah yang menyebabkan nilai t-hitung pupuk kimia per lahan tidak berpengaruh nyata. Penggunaan pupuk kandang per satuan lahan tidak berpengaruh nyata dan memiliki nilai elastisitas yang negatif. Penggunaan pupuk kandang di petani mitra yang menjadi responden, sebenarnya masih jauh dari anjuran penyuluh. Dosis penggunaan pupuk kandang per hektar yang dianjurkan adalah sebesar 15 ton, sementara rata-rata penggunaan pupuk kandang pada petani mitra sebesar 4.285,2 kg. Walaupun penggunaan pupuk kandang masih jauh dari yang dianjurkan, tetapi aplikasi penerapan pupuk kandang yang salah oleh petani diduga dapat menyebabkan terjadinya penurunan produktivitas. Petani melakukan pemupukan dengan pupuk kandang saat tanaman sudah berumur satu minggu, bukan ketika melakukan pengolahan lahan. Penggunaan seperti ini memiliki risiko yaitu tanaman dapat mati karena sifat pupuk kandang yang panas. Selain itu banyaknya petani mitra yang masih baru dalam hal melakukan usahatani kedelai edamame diduga juga belum berpengalaman dalam menabur pupuk kandang, sehingga jarak 84

penaburan dengan tanaman terlalu dekat yang dapat menyebabkan tanaman menjadi mati. Penggunaan insektisida per satuan lahan menunjukkan nilai elastisitas yang positif, tetapi tidak berpengaruh nyata. Penggunaan insektisida pada petani mitra masih kurang dari yang dianjurkan oleh penyuluh. Rata-rata petani hanya melakukan kurang lebih 8 kali penyemprotan selama satu musim tanam, sementara yang dianjurkan adalah sekitar 10-12 penyemprotan. 8.2. Analisis Efisiensi Teknis 8.2.1. Sebaran Efisiensi Teknis Nilai efisiensi teknis usatani kedelai edamame didapat dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas stochastic frontier. Seorang petani dikategorikan efisien jika memiliki nilai indeks efisiensi lebih dari 0,7 (Sumaryanto, 2001 diacu dalam Khotimah, 2010). Berikut adalah Tabel 23 yang menyajikan sebaran nilai efisiensi teknis petani mitra. Tabel 23. Sebaran Efisiensi Teknis Usahatani Kedelai Edamame Petani Mitra PT Saung Mirwan Tahun 2010 Mitra Indeks Efisiensi Jumlah Persentase (%) 0 0,2 0 0 > 0,2 0,3 0 0 > 0,3 0,4 3 10,0 > 0,4 0,5 3 10,0 > 0,5 0,6 2 6,7 > 0,6 0,7 5 16,7 > 0,7 0,8 3 10,0 > 0,8 0,9 7 23,3 > 0,9 1,0 7 23,3 Total 30 100 Rata-rata 0,72 Minimum 0,35 Maksimum 0,97 85

Berdasarkan Tabel 23 terlihat bahwa rata-rata efisiensi teknis fungsi produksi Cobb-Douglas stochastic frontier usahatani kedelai edamame pada petani mitra adalah sebesar 0,72 atau 72 persen dengan nilai minimal sebesar 0,35 dan nilai maksimal sebesar 0,97. Nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat efisiensi usahatani kedelai edamame pada petani mitra sudah efisien secara teknis. Walaupun sudah dapat dikatakan efisien, namun usahatani kedelai edamame pada petani mitra masih dapat ditingkatkan lagi. Hal ini dikarenakan nilai efisiensi yang ada masih bisa dioptimalkan. Petani mitra berpeluang untuk meningkatkan produksi sebesar 28 persen. Berdasarkan Tabel 23 dapat terlihat juga bahwa 43,3 persen petani mitra kedelai edamame masih belum efisien secara teknis, sehingga diperlukan adanya perbaikan teknis budidaya agar tingkat efisiensi teknis petani mitra dapat meningkat. 8.2.2. Sumber-Sumber Inefisiensi Teknis Hasil analisis fungsi produksi Cobb-Douglas stochastic frontier menunjukkan adanya inefisiensi teknis pada petani mitra. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi inefisiensi teknis pada usahatani kedelai edamame adalah umur petani (Z 1 ), pengalaman menanam kedelai edamame (Z 2 ), pendidikan (Z 3 ), dummy status kepemilikan lahan (Z 4 ), dummy penyuluhan (Z 5 ), dan pekerjaan istri (Z 6 ). Faktor dummy penyuluhan dan pekerjaan istri ternyata memiliki nilai seragam dari semua petani, sehingga tidak dimasukkan. Petani mitra kedelai edamame PT Saung Mirwan seluruhnya memperoleh penyuluhan dari penyuluh PT Saung Mirwan, sedangkan pekerjaan istri semua petani sebagai ibu rumah tangga. Nilai yang seragam tentunya tidak akan memberikan pengaruh terhadap nilai inefisiensi teknis usahatani kedelai edamame. Berikut adalah pendugaan efek inefisiensi teknis usahatani kedelai edamame pada petani mitra. 86

Tabel 24. Pendugaan Inefisiensi Teknis Usahatani Kedelai Edamame Petani Mitra PT Saung Mirwan Tahun 2010 Mitra Variabel Nilai dugaan t-rasio Konstanta 0,019 0,031 Umur 0,018 1,573 Pengalaman -0,220-4,660* Pendidikan 0,049 1,107 Dummy status kepemilikan -0,273-1,200 Keterangan : * nyata pada taraf α = 10 % Variabel Umur pada petani mitra menunjukkan nilai yang positif, namun tidak berpengaruh nyata. Variabel umur pada hipotesis awal diduga akan meningkatkan tingkat inefisiensi teknis pada usahatani kedelai edamame, karena semakin tua umur petani diduga akan menyebabkan petani bekerja kurang optimal. Variabel umur pada petani mitra yang tidak berpengaruh nyata diduga karena sebaran umur petani responden yang hampir merata. Selain itu berdasarkan hasil pengamatan di lapangan faktor umur memang tidak berpengaruh terhadap produksi kedelai edamame, karena ada beberapa petani responden yang berumur lebih tua dapat mencapai produksi yang tinggi. Variabel pengalaman pada petani mitra menunjukkan nilai yang negatif dan berpengaruh nyata. Kondisi ini sesuai dengan hipotesis awal, bahwa variabel pengalaman akan menurunkan tingkat inefisiensi teknis usahatani kedelai edamame. Semakin lama pengalaman petani dalam melakukan usahatani kedelai edamame dapat menurunkan inefisiensi teknis usahatani kedelai edamame dan akan meningkatkan efisiensi usahatani kedelai edamame. Faktor pengalaman memiliki peranan penting misalnya saja dalam hal melakukan pemupukan. Proses pemupukan dengan pupuk kandang maupun pupuk kimia dilakukan setelah tanaman tumbuh, sehingga proses pemupukan dengan pupuk kandang maupun kimia harus dilakukan dengan hati-hati, tidak boleh terlalu dekat dengan tanaman. Selain itu faktor pengalaman berperan juga dalam hal pemilihan pestisida yang tepat untuk mengatasi hama yang menyerang tanaman. 87

Variabel pendidikan pada petani mitra menunjukkan nilai yang positif, namun tidak berpengaruh nyata. Hipotesis awal terhadap variabel pendidikan diduga akan menurunkan tingkat inefisiensi teknis usahatani kedelai edamame. Kondisi yang terjadi pada petani mitra tidak sesuai dengan hipotesis awal. Hal ini diduga karena tingkat pendidikan para petani responden hampir seragam yaitu rata-rata hanya mengenyam bangku SD. Selain itu kegiatan usahatani kedelai edamame tidak menggunakan peralatan atau teknologi yang sulit ataupun modern, sehingga diduga variabel pendidikan tidak berpengaruh terhadap kegiatan usahatani kedelai edamame. Variabel dummy status kepemilikan lahan dibagi menjadi dua kelompok, dimana petani yang menggunakan lahan sendiri dan garapan diberi nilai 1, sedangkan petani yang meyewa lahan dan gadai diberi nilai 0. Variabel dummy status kepemilikan lahan pada petani mitra menunjukkan nilai yang negatif dan tidak berpengaruh nyata. Hipotesis awal terhadap variabel dummy status kepemilikan lahan adalah petani yang menyewa lahan dan gadai akan lebih efisien dalam melakukan kegiatan usahataninya. Hal ini dikarenakan petani yang menyewa lahan dan gadai telah mengeluarkan uang untuk menyewa lahan, sehingga mereka akan berupaya mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. Hasil yang didapat pada petani mitra tidak sesuai dengan hipotesis awal. Nilai dummy status kepemilikan lahan yang didapat dari petani mitra tidak berpengaruh nyata. Hal ini diduga karena meratanya sebaran status kepemilikan lahan antara lahan milik sendiri, gadai, garapan dan sewa. 88