BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gangguan ansietas dan depresi biasa terjadi pada semua daerah di seluruh dunia. Penyakit kronis meningkatkan morbiditas dengan gangguan perasaan dan/atau gangguan ansietas, dan penyakit tuberkulosis dengan durasi pengobatan yang lama merupakan salah satu penyakit kronis. Tuberkulosis paru tetap menjadi masalah kesehatan utama di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun ini, banyak usaha dilakukan untuk menilai kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan yang dialami oleh orang-orang yang terinfeksi tuberkulosis paru. Ada kebutuhan untuk menilai kontribusi gangguan mood, khususnya gangguan ansietas. 1 Beban dari penyakit tuberkulosis menyatakan keadaan neuropsikiatri yang dihitung sampai seperempat dari semua kecacatan yang terjadi selama menderita penyakit bertahun-tahun. Di negara yang berpenghasilan menengah ke bawah, gangguan neuropsikiatri seperti depresi, ansietas dan gangguan somatoform terhitung 9,8% dari penderita tuberkulosis. 1 Tuberkulosis paru merupakan penyakit pada individu dengan pengobatan yang lama yang berdampak pada pasien baik kondisi fisik
secara umum, fungsi, dan kualitas hidupnya. Pasien yang menderita tuberkulosis menunjukkan morbiditas psikiatri yang lebih tinggi. Pasien menunjukkan reaksi psikiatri seperti penyangkalan, tidak ada harapan hidup, ansietas dan dikucilkan oleh keluarga dan masyarakat. 2 Faktor risiko untuk masalah kesehatan jiwa bersifat kompleks. Kemiskinan, pendidikan yang rendah, pengucilan sosial, jenis kelamin, masalah hidup dan bencana merupakan penentu sosial utama dari gangguan kejiwaan. Adanya tanda sakit medis dan perbedaan juga memegang peranan dalam perkembangan depresi. Penelitian Lancet terbaru pada masalah kesehatan jiwa secara umum mencatat kurangnya penelitian pada interaksi antara gangguan jiwa dan penyakit seperti tuberkulosis dan HIV/AIDS pada pasien yang berpenghasilan rendah. 1 Tuberkulosis paru seperti infeksi kronis lainnya, membutuhkan pengobatan untuk waktu yang lama. Tuberkulosis paru juga dapat menyebabkan reaksi psikologis yang berlawanan. Persepsi yang salah dapat menciptakan pandangan sosial dan kepanikan pada masyarakat. Kurangnya kesadaran atau pengetahuan yang salah tentang penyakit ini dapat menyebabkan persepsi yang salah mengenai berbagai aspek penyakit, yang akan menyebabkan laporan berkala dan tingkat kepatuhan yang rendah. 3
Angka kejadian tuberkulosis paru bervariasi pada negara yang berbeda, dan angka kejadian tuberkulosis paru sangat tinggi di Rumania. Pada tahun 2005 dijumpai 8,8 juta kasus tuberkulosis paru. Tingkat perkapita tinggi dijumpai di Afrika (28% disemua kasus tuberkulosis paru) dan setengahnya kasus baru dijumpai di enam negara Asean yaitu Bangladesh, Cina, India, Indonesia, Pakistan dan Filipina. Ada prevalensi kelainan jiwa pada pasien-pasien tuberkulosis paru, tetapi dokter umum dan ahli pulmonologi tidak melihat hubungan ini. Evaluasi gangguan jiwa dari pasien tuberkulosis paru dapat meningkatkan kepatuhan pengobatan dan mengurangi kekambuhan penyakit. Hal ini dapat memperbaiki prognosis kualitas hidup pasien dengan penyakit kronis ini. Dokter spesialis paru perlu mengembangkan strategi sistemik untuk mendata simtom gangguan jiwa pada pasien-pasien tuberkulosis paru dan harus meminta bantuan dari psikolog atau psikiater untuk mengobati morbiditas ini. 1,4 Pada tahun 2009 diperkirakan kasus TB multidrug-resistant (MDR) sebanyak 250.000 kasus (230.000 270.000 kasus), tetapi hanya 12% atau 30.000 kasus yang sudah terkonfirmasi. Dari hasil data WHO tahun 2009, lima negara dengan jumlah kasus terbanyak yaitu India (1,6 2,4 juta), China (1,1 1,5 juta), Afrika Selatan (0,4-0,59 juta), Nigeria (0,37 0,55 juta) dan Indonesia (0,35-0,52 juta).
India menyumbangkan kira-kira seperlima dari seluruh jumlah kasus didunia (21%). 5 Mengingat prevalensi yang tinggi dari permasalahan ini, sangat penting bagi klinisi untuk mampu secara cepat mengidentifikasi pasien-pasien yang membutuhkan perhatian lebih terhadap simtom ansietas maupun depresi pada pasien TB. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini untuk melihat tingkat keparahan ansietas pada pasien tuberkulosis paru yang berobat ke Instalasi Rawat Jalan SMF Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi RSUP H. Adam Malik Medan. 1. 2. Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Berapa proporsi tingkat keparahan ansietas pada pasien Tuberkulosis paru berdasarkan karakteristik demografik (usia, jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan dan tingkat pendidikan)? 2. Berapa proporsi tingkat keparahan ansietas pada pasien Tuberkulosis paru?
1. 3. TUJUAN PENELITIAN 1. 3. 1. TUJUAN UMUM Mengetahui proporsi tingkat keparahan ansietas pada pasien Tuberkulosis Paru (TB Paru) dengan menggunakan kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A). 1. 3. 2. TUJUAN KHUSUS 1. Mengetahui proporsi tingkat keparahan ansietas pada pasien Tuberkulosis Paru (TB Paru) berdasarkan karakteristik demografik (usia, jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan dan tingkat pendidikan). 2. Mengetahui proporsi tingkat keparahan ansietas pada pasien 3. Tuberkulosis Paru (TB Paru). 1. 4. MANFAAT PENELITIAN 1. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai proporsi tingkat keparahan ansietas pada pasien TB paru. 2. Dengan diketahuinya informasi mengenai proporsi tingkat keparahan ansietas pada pasien TB paru ini dapat memberikan masukan kepada tenaga kesehatan untuk mendeteksi dini dan
mengantisipasi apabila diperlukan penanganan lebih lanjut pada pasien ini. 3. Hasil penelitian ini juga dapat dilanjutkan untuk bahan penelitian lanjutan yang sejenis ataupun penelitian lainnya yang memakai penelitian ini sebagai bahan acuannya.