Integrated Analysis of Magnetotelluric and Gravity Data for Delineating Reservoir Zone at Patuha Geothermal Field, West Java

dokumen-dokumen yang mirip
Modeling of Geothermal Reservoir in Lawu field Using 2-D Inversion of Magnetotelluric Data

SURVEI MAGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI GUNUNG ARJUNO- WELIRANG JAWA TIMUR

SURVEI GEOFISIKA TERPADU (AUDIO MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT) DAERAH PANAS BUMI MALINGPING KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

UNIVERSITAS INDONESIA SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains MAULANA SOFYAN

Survei Magnetotellurik (MT) dan Time Domain Electro Magnetic (TDEM) Daerah Panas Bumi Dua Saudara, Provinsi Sulawesi Utara

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN SIMALUNGUN PROVINSI SUMATERA UTARA

Modeling of Geothermal System at Sibayak Field Using TOUGH2 and itough2 Simulator

Pemodelan Sistem Geotermal Daerah Telomoyo dengan Menggunakan Data Magnetotellurik

BAB I PENDAHULUAN. pembentuk tanah yang intensif adalah proses alterasi pada daerah panasbumi.

3-D Inversion of Magnetotelluric Data in Kepahiang Geothermal System, Bengkulu

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

EKSPLORASI ENERGI PANAS BUMI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOFISIKA DI LAPANGAN PANAS BUMI TAMBU, KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH.

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Geofisika merupakan cabang ilmu kebumian yang menerapkan konsep

BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS

BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Metode Geologi

Identifikasi Zona Patahan di Sebelah Barat Gunung Api Seulawah Agam Berdasarkan Nilai Anomali Gravitasi

BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR

BAB 3 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA

SURVEI MAGNETOTELLURIK (MT) DAN TIME DOMAIN ELEKTROMAGNETIK (TDEM) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan energi saat ini semakin meningkat khususnya di wilayah

PENGGUNAAN CITRA SATELIT LANDSAT 8 UNTUK ANALISA PATAHAN PADA LAPANGAN PANAS BUMI ARJUNO WELIRANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

SURVEI GEOFISIKA TERPADU AUDIO MAGNETOTELIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI KALOY KABUPATEN ACEH TAMIANG, PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga

MODEL SISTEM PANAS BUMI BERDASARKAN DATA GRAVITY PADA DAERAH SONGA - WAYAUA, PULAU BACAN, MALUKU UTARA

BAB II METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia memiliki daerah vulkanik yang berlimpah. Sebagian besar

Pemodelan Sistem Geotermal Arjuno Welirang, Jawa Timur Dengan Menggunakan Inversi Data Magnetotellurik 3-Dimensi

Identifikasi Sistem Geothermal Menggunakan Metode Magnetotellurik 2-Dimensi di Daerah Suwawa, Gorontalo

INTERPRETASI ANOMALI GAYA BERAT DAERAH LUWUK, SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. METODOLOGI PENELITIAN

UNIVERSITAS INDONESIA

Survei Magnetotellurik dan Gaya Berat Daerah Panas Bumi Bittuang, Provinsi Sulawesi Selatan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD ON DI DAERAH PANAS BUMI SAMPURAGA, MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA

PEMODELAN 2D SEBARAN TAHANAN JENIS TERHADAP KEDALAMAN DAERAH PANASBUMI GARUT BAGIAN SELATAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETOTELLURIK

Quantitative Interpretation of Gravity Anomaly Data in Geothermal Field Seulawah Agam, Aceh Besar

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI MARANA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH. Oleh: Asep Sugianto 1) dan Suwahyadi 2)

EKSPLORASI PANAS BUMI DENGAN METODE GEOFISIKA DAN GEOKIMIA PADA DAERAH BONJOL, KABUPATEN PASAMAN SUMATERA BARAT

Survei Terpadu AMT dan Gaya Berat daerah panas bumi Kalawat Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

BAB 6 PEMBAHASAN POTENSI PANAS BUMI DAERAH PENELITIAN

BAB 4 PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI

Karakterisasi Temperatur Bawah Permukaan Daerah NZU : Integrasi Data Geotermometer, Mineral Alterasi dan Data Pengukuran Temperatur Bawah Permukaan

BAB II TINJAUAN GEOLOGI. yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng Indo - Australia, dan. dilihat pada Gambar 1.

, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10

SURVEI MAGNETOTELURIK (MT) DAERAH PANAS BUMI SUMANI, PROVINSI SUMATERA BARAT

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI MARITAING, KABUPATEN ALOR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Puji Suharmanto 1,Fikri Fahmi 2, Yunus Daud 1, Ahmad Zarkasyi 3, Asep Sugiyanto 3, and Edi Suhanto 3

INVERSI 2-D MAGNETOTELLURIK DENGAN MENGGUNAKAN INITIAL MODEL 1-D UNTUK PEMODELAN SISTEM PANAS BUMI CUBADAK

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OKU SELATAN, SUMATERA SELATAN. Oleh: Asep Sugianto dan Yudi Aziz Muttaqin

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI LILI-SEPPORAKI, KABU- PATEN POLEWALI MANDAR, PROVINSI SULAWESI BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Inversi 3-Dimensi Data Magnetotellurik Dengan Memperhitungkan Initial Model Untuk Mendelineasi Sistem Panasbumi

INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI AREA MANIFESTASI PANAS BUMI KALIULO, GUNUNG UNGARAN

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DI DAERAH PANAS BUMI SONGA WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, PROVINSI MALUKU UTARA

Analisis dan Pemodelan Inversi 3D Struktur Bawah Permukaan Daerah Panas Bumi Sipoholon Berdasarkan Data Gaya Berat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasrkan peta geologi daerah Leles-Papandayan yang dibuat oleh N.

Exploration Geophysics Laboratory, Departement of Physics, The University of Indonesia. PT. NewQuest Geotechnology, Indonesia

PENERAPAN KOREKSI STATIK TIME DOMAIN ELEKTROMAGNETIK (TDEM) PADA DATA MAGNETOTELLURIK (MT) UNTUK PEMODELAN RESISTIVITAS LAPANGAN PANAS BUMI SS.

PENDUGAAN ZONA MINERALISASI GALENA (PbS) DI DAERAH MEKAR JAYA, SUKABUMI MENGGUNAKAN METODE INDUKSI POLARISASI (IP)

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PANTAR, KABUPATEN ALOR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

ANALISIS KARAKTERISTIK PANASBUMI DAERAH OUTFLOW GUNUNG ARJUNO-WELIRANG BERDASARKAN DATA GEOLOGI, GEOKIMIA, DAN GEOFISIKA (3G)

SURVEI MAGNETOTELURIK (MT) DAN TIME DOMAIN ELEKTRO MAGNETIC (TDEM) DAERAH PANAS BUMI MAPOS KABUPATEN MANGGARAI TIMUR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. dan perekonomian. Data Kementerian ESDM (2014) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. uap yang terbentuk di dalam reservoir bumi melalui pemanasan air bawah

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIC

STUDI POTENSI ENERGI GEOTHERMAL BLAWAN- IJEN, JAWA TIMUR BERDASARKAN METODE GRAVITY

SURVEI MAGNETOTELURIK DAN TDEM DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OKU SELATAN, PROVINSI SUMATERA SELATAN

Gambar 4.1. Peta penyebaran pengukuran gaya berat daerah panas bumi tambu

BAB I PENDAHULUAN I.1.

PEMETAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANAS BUMI MG DENGAN METODE GRAVITASI. Magfirah Ismayanti, Muhammad Hamzah, Lantu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu kawasan yang terbentuk akibat pertemuan tiga

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT

2014 INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT

Selamat Datang di Lapangan Panas Bumi Muara Laboh, Solok Selatan-Sumatera Barat. Muara Laboh, November 14 th, 2013

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD-ON DAERAH PANAS BUMI SEMBALUN, KABUPATEN LOMBOK TIMUR - NTB

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. pegunungan dengan lintasan 1 (Line 1) terdiri dari 8 titik MT yang pengukurannya

BAB IV GEOKIMIA AIR PANAS

Survei Magnetotellurik (MT) dan Time Domain Electro Magnetic (TDEM) Daerah Panas Bumi Lainea, Provinsi Sulawesi Tenggara

INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK PADA DAERAH MATA AIR PANAS JATIKURUNG KABUPATEN SEMARANG

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 6, No. 3, Juli 2017, Hal

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI BUKIT KILI GUNUNG TALANG, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

Manifestasi Panas Bumi Gradien Geothermal Eksplorasi Panas Bumi Analisis Geologi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Komplek vulkanik Dieng di Jawa Tengah memiliki sistem panas bumi

Metode Geofisika untuk Eksplorasi Panasbumi

BAB I PENDAHULUAN. fosil, seperti minyak dan gas bumi, merupakan masalah bagi kita saat ini. Hal ini

PENERAPAN METODE MAGNETOTELLURIK DALAM PENYELIDIKAN SISTEM PANAS BUMI

Identifikasi prospek panas bumi berdasarkan Fault and Fracture Density (FFD): Studi kasus Gunung Patuha, Jawa Barat

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Metode Gayaberat

Transkripsi:

Integrated Analysis of Magnetotelluric and Gravity Data for Delineating Reservoir Zone at Patuha Geothermal Field, West Java Surya Aji Pratama 1,2, Yunus Daud 2,3, Fikri Fahmi 1, Catra Adiwardhana Darusman 4 1 PT NewQuest Geotechnology, Indonesia 2 Master Program in Geothermal Exploration, Graduate Program of Physical Science, The University of Indonesia 3 Geothermal Laboratory, Department of Physics, The University of Indonesia 4 PT Geo Dipa Energi, Indonesia surya.aji@newquest-geotechnology.com Keywords: Patuha, geothermal exploration, magnetotelluric, gravity, reservoir zone, conceptual model ABSTRACT The objective of geothermal exploration conducted at geothermal prospects area is to find the reservoir zone. Good reservoir zones can be seen from two factors, reservoir rocks with permeability and reservoir fluid with high temperature. Under the first factor, high permeability of reservoir rocks allows the reservoir to contain much geothermal fluids. In general, high permeability of rock is caused by secondary permeability derived from geological structures such as faults. Geophysical methods consist of magnetotelluric (MT) and gravity were applied in this study to delineate the reservoir zone. MT method was used to detect subsurface resistivity structure. Analysis of gravity data in form of bouguer anomaly map (CBA) and residual anomaly can figure subsurface density structures. Under the second factor, high temperature can be obtained from well data. The subsurface resistivity structure revealed by 2-D inversion showed a low resistivity (<15 ohm-m) altered rock at the upper part overlying a reservoir zone with slightly higher resistivity (20-100 ohm-m). The lower part of the resistivity structure showed the highest resistivity value (>500 ohm-m), which indicated a hot rock region and basement. The geometry of the resistivity structure showed three updome structure of the base of the conductive layer centered below the Kawah Cibuni, Kawah Putih, and Kawah Ciwidey. The updome structure indicated an upflow zone that was supported by the occurrence of solfataric-fumaroles on the summit of Kawah Cibuni, Kawah Putih, and Kawah Ciwidey. The outflow zone oriented to northern part of up flow zone, indicated by the occurrence of Alun-Alun Hot Spring, Cimanggu Hot Spring and Barutunggal Hot Spring. The MT & Gravity result was then incorporated with geological, geochemical, and well data to construct a conceptual model of Patuha geothermal system. diintegrasikan dengan data geosains lainnya untuk memetakan persebaran zona reservoir pada lapangan panasbumi Patuha. Metode MT menggunakan konsep gelombang elektromagnetik yang dapat memberikan informasi distribusi resistivitas bawah permukaan (Vozoff, 1991). Metode magnetotellurik (MT) dapat diaplikasikan untuk mengetahui struktur resistivitas bawah permukaan. Penelitian sejenis telah dilakukan pada daerah prospek panasbumi Arjuno- Welirang, Indonesia (Daud et al, 2015). Pada metode gravitasi, konsep yang digunakan adalah dengan mengukur percepatan gravitasi yang bervariasi dikarenakan massa batuan bawah permukaan (Telford, 1990). Analisis struktur dengan menggunakan data gravitasi pada lapangan panasbumi pernah dilakukan pada daerah Hohi, Jepang (Salem et al, 2005). Dengan menganalisis lebih lanjut pada data gravitasi pada peta complete bouguer anomaly (CBA), anomali residual, dan second vertical derivative (SVD) maka dapat dipetakan adanya struktur bawah permukaan. Proses interpretasi terintegrasi dengan melibatkan data pendukung berupa geologi, geokimia, dan data sumur akan semakin memperkuat keyakinan terhadap model konseptual dan keberadaan struktur bawah permukaan. Informasi yang dihasilkan dari model konseptual dan keberadaan struktur bawah permukaan akan digunakan dalam pengembangan lapangan panasbumi Patuha. TINJAUAN DAERAH PENELITIAN Lapangan panasbumi Patuha berada di area Gunung Patuha, Jawa Barat.Lokasi Gunung Patuha adalah di bagian selatan dari ibu kota Provinsi Jawa Barat, Bandung. PENDAHULUAN Eksplorasi panasbumi yang dilakukan pada daerah prospek panasbumi bertujuan untuk mencari zona reservoir. Zona reservoir yang baik adalah batuan yang memiliki permeabilitas tinggi sehingga memiliki kandungan fluida panasbumi yang banyak. Batuan reservoar yang memiliki permeabilitas tinggi pada umumnya dikarenakan adanya permeabilitas sekunder berupa struktur patahan (Dezayes et al, 2010). Penelitian dengan metode geofisika yang terdiri dari metode magnetotellurik (MT) dan Gravitasi dilakukan pada lapangan panasbumi Patuha untuk mengetahui kondisi geologi bawah-permukaan. Selanjutnya data tersebut Gambar 1. Lokasi lapangan panasbumi Patuha 1

Area Patuha memiliki dimensi 11x7.5 km sehingga luas wilayahnya adalah sebesar 82.5 km 2. Di dalam area kerja panasbumi Patuha terdapat Wilayah Kerja Panasbumi Cibuni yang dimensinya lebih kecil.lokasi penelitian secara jelas dapat dilihat pada Gambar 1. Sumber daya panasbumi Patuha dikaitkan dengan aktivitas vulkanik akibat subduksi lempeng Indo-Australia di bawah lempeng Eurasia pada Palung Jawa (Gambar 2). Lapangan Patuha terletak dalam dataran tinggi vulkanik yang terdiri dari lava andesit dan piroklastik pada akhir Pliosen usia Kuarter. (Layman & Soemarinda, 2003) melaporkan usia radiometrik mulai 0,12-1,25 juta tahun untuk batu-batu ini. Tidak ada letusan bersejarah telah terjadi di daerah. Analisis foto udara menunjukkan bahwa terdapat beberapa pusat vulkanik yang muncul di daerah lapangan panasbumi Patuha. Gambar 2. Lokasi dan tektonik regional daerah panasbumi Patuha Sumbu vulkanik di Patuha dicirikan oleh distribusi tahap akhir aktivitas vulkanik, yang terkonsentrasi pada arah tren memanjang dari barat ke barat laut dengan dimensi sekitar 5 x 10 kilometer. Tahap akhir aktivitas vulkanik terjadi pada ketinggian di atas 1800 meter dpl mencakup kubah lava, kerucut, kawah dan sumber aliran lava muda. Kubah di Gunung Urug dan di Selatan Patuha, serta kawah dalam kerucut di Utara Patuha merupakan bagian dari tren ini. Sumbu vulkanik menunjukkan hubungan yang erat dengan sumber panas bumi Patuha. Fitur ini membungkus tiga daerah fumarol utama di lapangan Patuha, dan beririsan dengan area reservoir produktif. Sumbu vulkanik kemungkinan mencerminkan zona struktur dengan penetrasi yang sangat dalam, dengan arah tren barat ke barat laut. Rekahan dalam sumbu vulkanik kemungkinan mengendalikan intrusi pada kedalaman sumber panas magmatik di sistem panas bumi Patuha, serta letusan magma ke permukaan. Struktur dalam zona ini juga tampak mengontrol perkembangan rekahan pada reservoir panas bumi, dan kemunculan fumarol di permukaan. Tren struktural yang teridentifikasi di Patuha mencakup, zona utara-selatan sepanjang 4 kilometer dicirikan oleh kelurusan puncak Utara dan Patuha Selatan serta 3 puncak lainnya. Struktur berarah timur laut, tegak lurus dengan tren sumbu vulkanik, mungkin memainkan peran dalam pengembangan perluasan reservoir produktif ke arah barat daya antara puncak dari Urug dan Patuha Selatan, dan batas timur dari daerah prospek dekat Kawah Ciwidey. Manifestasi permukaan pada lapangan panasbumi Patuha terdiri dari fumarole (berupa kawah), mata air panas, dan kemunculan gas. Manifestasi ini mencakup 3 daerah fumarole di Kawah Cibuni, Kawah Putih, dan Kawah Ciwidey, yang berada pada ketinggian 1.800-2.250 meter dpl (Gambar 3). Mata air panas berada pada ketinggian yang lebih rendah, yaitu pada elevasi di antara 1.600-1.850 meter dpl pada lembah vulkanik di arah selatan, barat, dan barat laut. Gas dingin muncul di antara Kawah Ciwidey dan Kawah Putih pada ketinggian 1.950 meter dpl, dan di lembah bagian selatan pada ketinggian 1.800 meter dpl. Gambar 3. Peta lokasi manifestasi permukaan pada lapangan panasbumi Patuha (Layman & Soemarinda, 2003) 2

Gambar 4. Peta lokasi mata air panas dan tipe fluidanya Analisis mata air panas telah dilakukan pada penelitian sebelumnya oleh (Layman & Soemarinda, 2003). Peta lokasi mata air panas dan tipe fluidanya diperlihatkan pada Gambar 4. Steam-heated thermal water pada daerah fumarol Kawah Cibuni dan Kawah Ciwidey merupakan campuran antara asam sulfat dengan klorida yang kadarnya dapat diabaikan dengan ph 2-3. Satu dari mata air panas di dekat Kawah Cibuni adalah campuran antara asam sulfat dengan klorida dengan kadar klorida kurang dari 400 ppm. Sebaliknya, Kawah Putih memiliki tingkat salinitas yang tinggi, bertipe hyper-acid klorida-sulfat, dengan ph 0.5 dan kadar klorida hingga 13.000 ppm (Sriwana et al, 2000). Butiran sulfur yang mengambang dengan inklusi fluida sangat umum ditemukan di kawah tersebut. Umumnya fluida tersebut terbentuk dari kondensasi steam magmatic yang memiliki tingkat keasaman yang tinggi dan campuran gas HCl dan SO2. Evaporasi yang terjadi pada permukaan kawah menambah konsentrasi dari fluida tersebut. WinGLink. Hasil pemodelan inversi 2-D diperlihatkan pada Gambar 6. Gambar 5. Distribusi titik MT pada lapangan panasbumi Patuha Mata air panas pada lembah bagian utara dari tubuh vulkanik merupakan campuran antara Na-Ca-SO4-HCO3-Cl dengan ph netral, TDS di bawah 2.000 ppm. Kadar klorida pada mata air panas ini berkisar antara 150-700 ppm, dengan beberapa campuran sulfat dan bikarbonat. METODOLOGI Data MT sebanyak 131 titik terdapat pada lapangan panasbumi Patuha dengan distribusi titik seperti yang diperlihatkan pada Gambar 5. Data MT berupa data hardcopy memuat informasi resistivitas semu dan beda fase pada mode TE dan TM. Data tersebut kemudian didigitasi sehingga dapat dilakukan koreksi dan pemodelan menggunakan komputer. Koreksi statik dilakukan dengan menggunakan data TDEM. Pemodelan data MT dilakukan dengan teknik pemodelan inversi menggunakan algoritma NLCG pada software Gambar 6. Hasil pemodelan inversi 2-D data MT Data gravitasi yang terdapat pada lapangan panasbumi Patuha berjumlah 519 titik. Distribusi titik amat gravitasi 3

diperlihatkan pada Gambar 7. Data gravitasi yang tersedia berupa nilai gravitasi observasi, yaitu nilai gravitasi yang sudah dikoreksi dengan menghilangkan efek pasang surut dan drift selama pengukuran. Reduksi data dilakukan dengan menggunakan software GravPro-X yang dikembangkan oleh PT NewQuest Geotechnology. Software GravPro-X memudahkan dalam melakukan reduksi data gravitasi dengan melakukan koreksi lintang, koreksi udara bebas, perhitungan densitas Bouguer, koreksi Bouguer, hingga koreksi medan sehingga mendapatkan nilai Complete Bouguer Anomaly (CBA) yang diperlihatkan pada Gambar 8. Gambar 10. Peta anomali residual data gravitasi Gambar 7. Distribusi titik gravitasi pada lapangan panasbumi Patuha Gambar 11. Model 2-D data gravitasi HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur resistivitas bawah permukaan yang didapat dari pemodelan data MT dapat mewakili model konseptual lapangan panasbumi Patuha (Gambar 12). Daerah bernilai resistivitas rendah (<15 ohm.m) tersebar sepanjang lintasan pada elevasi antara 1500 hingga -500 m dpl. Daerah ini diperkirakan berhubungan dengan keberadaan batuan panudung (clay cap) yang memiliki nilai resistivitas rendah dikarenakan proses alterasi oleh fluida panasbumi Gambar 8. Peta anomali Bouguer lengkap (CBA) data gravitasi. Pengolahan data dilanjutkan dengan memisahkan anomali regional dan residual dari data CBA. Anomali regional didapat dari perhitungan Trend Surface Analysis (TSA) orde pertama (Gambar 9). Anomali residual (Gambar 10) didapat dengan menghilangkan nilai anomali regional pada data CBA. Gambar 12. Interpretasi resistivitas bawah-permukaan Gambar 9. Peta anomali regional data gravitasi Pemodelan data gravitasi dilakukan dengan forward modeling 2-D menggunakan software Grav2D. Lintasan yang dimodelkan disesuaikan dengan lintasan MT (Gambar 11). Densitas background diambil dari perhitungan densitas Bouguer dengan metode Parasnis, yaitu sebesar 2,41 g/cc. 4 Daerah bernilai resistivitas tinggi (>500 ohm.m) berada di bawah Kawah Cibuni dan Kawah Ciwidey pada elevasi di bawah 0 m dpl Daerah ini kemungkinan berasosiasi dengan basement dan batuan sumber panas (hot rock) berupa batuan beku yang sedang mengalami proses pelepasan panas (cooling).daerah bernilai resistivitas sedang (20-100 ohm.m) terletak di antara daerah resistivitas rendah dan tinggi. Daerah ini diduga berhubungan dengan zona reservoir panasbumi. Adapun daerah bernilai resistivitas

sedang yang berada di antara dua batuan sumber panas, diduga merupakan daerah aliran fluida magmatis yang masih aktif. Hasil pemodelan forward data gravitasi (Gambar 11) memperlihatkan bahwa batuan yang terdapat di daerah penelitian memiliki nilai densitas berkisar antara 1,9 2,7 g/cc. Model dengan nilai densitas tinggi (2,7 g/cc) terdapat pada elevasi < 0 m dpl, model ini diperkirakan berhubungan dengan keberadaan batuan sumber panas. Model dengan nilai densitas menengah (2,4 g/cc) terdapat di sepanjang lintasan berada pada kedalaman < 1000 m dpl. Model ini kemungkinan berhubungan dengan batuan reservoir. Model dengan nilai densitas rendah (1,9-2,0 g/cc) terdapat pula di sepanjang lintasan dan berada pada elevasi > 0 m dpl. Model ini diduga berhubungan dengan keberadaan batuan penudung (clay cap). Model Konseptual Model konseptual pada lapangan panasbumi Patuha terdiri atas batuan sumber panas (hot rock), batuan reservoir (reservoir rock), dan batuan penudung (clay cap) seperti yang diperlihatkan pada Gambar 13. Batuan penudung tersebar di wilayah prospek dari Barat hingga Timur, pada elevasi 0 2000 meter terutama pada Kawah cibuni, Kawah Putih, dan Kawah Ciwidey. Batuan reservoir terbagi menjadi 2 zona, yaitu zona Kawah Putih Kawah Ciwidey dan zona Kawah Cibuni. Pembagian batuan reservoir ini dikarenakan kedua zona dipisahkan oleh adanya batuan penudung hingga elevasi 0 meter yang berfungsi sebagai barrier. Batuan panas pada lapangan panasbumi Patuha juga terbagi menjadi 2, yaitu batuan panas Cibuni dan batuan panas Ciwidey. Batuan panas ini kemungkinan berasal dari lava yang sedang mengalami pelepasan panas (cooling). Pada lapangan panasbumi Patuha, selain ketiga batuan tersebut, terdapat pula dugaan adanya daerah yang dialiri zat magmatis yang berada tepat di bawah Kawah Putih. Adanya aliran zat magmatis ini mengakibatkan fluida yang berada di sekitar daerah tersebut bersifat asam. Walaupun memiliki suhu yang cukup tinggi, namun sifat asam yang dimilikinya menjadikan fluida tersebut kurang layak digunakan pada PLTP karena akan mengakibatkan korosi. Daerah Prospek Daerah prospek (suhu tinggi dan ph mendekati netral) terdapat di antara Kawah Putih dan Kawah Ciwidey yang telah dibuktikan oleh beberapa sumur. Selain itu terdapat pula daerah prospek di antara Kawah Putih dan Kawah Cibuni. Sebagai tambahan, perlu dilakukan studi lebih lanjut untuk mengetahui kualitas fluida panasbumi pada daerah tersebut. Aliran outflow sistem panasbumi Patuha mengarah ke bagian utara, hal ini dibuktikan dengan semakin menutupnya geometri batuan penudung menuju arah utara. Selain itu, ditemukan manifestasi berupa mata air panas yang menjadi tambahan bukti adanya aliran panas yang diduga berasal dari sistem panasbumi Patuha (Gambar 14). Gambar 13. Model konseptual lapangan panasbumi Patuha 5

Gambar 14. Daerah prospek lapangan panasbumi Patuha KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain: a. Sistem panasbumi pada lapangan panasbumi Patuha terdiri dari batuan penudung (clay cap), batuan reservoir (reservoir rock), dan batuan panas (hot rock). Batuan penudung tersebar di daerah penelitian dari Barat hingga Timur, pada elevasi 0 2000 meter terutama pada Kawah Cibuni, Kawah Putih, dan Kawah Ciwidey. Batuan reservoir terbagi menjadi 2 zona, yaitu zona Kawah Putih Kawah ciwidey dan zona Kawah cibuni. Pembagian batuan reservoir ini dikarenakan kedua zona dipisahkan oleh adanya batuan penudung hingga elevasi 0 meter yang berfungsi sebagai barrier. Batuan panas pada lapangan panasbumi Patuha juga terbagi menjadi 2, yaitu batuan panas Cibuni dan batuan panas Ciwidey. Batuan panas ini kemungkinan berasal dari lava yang sedang mengalami pelepasan panas (cooling). Pada Kawah Putih, terdapat indikasi aliran zat magmatis dengan ph asam yang bersifat korosif. b. Keberadaan zona permeabel dapat dipetakan dengan menganalisis data geosains pada daerah penelitian yang dicirikan dengan nilai resistivitas sedang, anomaly gravitasi rendah, nilai temperature tinggi, keberadaan manifestasi dan struktur geologi. Zona permeabel pada lapangan panasbumi Patuha tersebar di 3 kawah utama yaitu Kawah Cibuni, Kawah Putih, dan Kawah Ciwidey. Penyebarannya relatif berarah Barat-Timur dengan sedikit menerus ke arah Utara sebagai zona (outflow). c. Model konseptual lapangan panasbumi Patuha dapat dikonstruksi dengan mengintegrasikan data geologi, geokimia, dan geofisika. Zona upflow mayoritas berada di sekitar Kawah Putih yang menerus ke arah Kawah Ciwidey. Kawah Cibuni juga memiliki zona up flow yang terpisah dengan Kawah Putih dikarenakan keberadaan barrier berupa clay cap. Zona outflow menuju arah Kawah 6 Barutunggul dan kawah Rancawalini yang berada di barat-laut dan timur-laut dari Kawah Putih. d. Pengembangan lapangan panasbumi Patuha direkomendasikan berada pada daerah upflow yang mayoritas berada di daerah sekitar Kawah Putih dan Kawah Ciwidey. Sebagai catatan, pengembangan di sekitar daerah Kawah Putih memiliki resiko yang lebih tinggi dikarenakan keberadaan aliran zat magmatis dengan ph asam yang bersifat korosif. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT Geo Dipa Energi yang telah menyediakan data geosains pada lapangan panasbumi Patuha dan juga atas ijin untuk mempublikasikan hasil penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada PT. NewQuest Geotechnology yang telah mendukung penelitian dengan software GravPro-X. DAFTAR ACUAN Daud, Y., Fahmi, F., Nuqramadha, W.A.., Heditama, D.M., Pratama, S.A. & Suhanto, E. (2015). 3-Dimensional Inversion of MT Data over the Arjuno-Welirang Volcanic Geothermal System, East Java (Indonesia). World Geothermal Congress. Dezayes, C., Genter, A., & Valley, B. (2010). Structure of The Low Permeable Naturally Fractured Geothermal Reservoir At Soultz. In Comptes Rendus Geosciences 343 (pp. 517-530). Layman, E. B., & Soemarinda, S. (2003). The Patuha Vapor-Dominated Resource West Java, Indonesia. Twenty-Eighth Workshop on Geothermal Reservoir Engineering. California: Stanford University.

Salem, A., Furuya, S., Aboud, E., Elawadi, E., Jotaki, H., & Ushijima, K. (2005). Subsurface Structural Mapping Using Gravity Data of Hohi Geothermal Area, Central Kyushu, Japan. World Geothermal Congress. Sriwana, T., Bergen, M. v., Varekamp, J., Sumarti, S., Takono, B., Os, B. v., et al. (2000). Geochemistry of the acid Kawah Putih lake, Patuha Volcano, West Java, Indonesia. Journal of Volcanology and Geothermal Research 97, 77-104. Telford, W. M. (1990). Applied Geophysics. New York: Cambridge University Press. Vozoff, K. (1991). The Magnetotelluric Method. In Electromagnetic methods in applied geophysics applications part A and part B (pp. 641-711). 7