BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

POTENSI EKSTRAK DAUN KEPEL (Stelechocarpus burahol) DALAM MENURUNKAN KADAR AMONIA,TRIMETILAMIN, DAN FENOL PADA FESES MENCIT (Mus musculus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEKTIVITAS SERBUK BUAH KEPEL (Stelechocarpus urahol) DALAM MENURUNKAN KADAR AMONIA, TRIMETILAMIN DAN FENOL PADA FESES MENCIT (Mus musculus)

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsentrasi NH3. protein dan non protein nitrogen (NPN). Amonia merupakan bentuk senyawa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

PENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan unggas lainnnya. Ayam broiler

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes melitus, dan jantung

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia ke arah peningkatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.3

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

HASIL DAN PEMBAHASAN M0 9,10 MJ 6,92 MIL 7,31 MILT 12,95 SEM 1.37

PENDAHULUAN. Latar Belakang. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan protein hewani dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2003). Pemberian total mixed ration lebih menjamin meratanya distribusi asupan

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang

Semua perlakuan tidak menyebabkan keadaan ekstrim menghasilkan NH 3 diluar

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Kadar Kolesterol Daging pada Ayam Broiler Ulangan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah dan Bobot Folikel Puyuh Rataan jumlah dan bobot folikel kuning telur puyuh umur 15 minggu disajikan pada Tabel 5.

HASIL DAN PEMBAHSAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Peggunaan Probiotik terhadap ph

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. glukosa. Unit-unit fruktosa dalam inulin dihubungkan oleh ikatan β-(2 1)-Dfruktosil-fruktosa

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tingkat Kelangsungan Hidup

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh logam berat sudah sangat

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. karena dapat diolah menjadi berbagai macam menu dan masakan 1.Selain itu,

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian pengaruh nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian R. Mia Ersa Puspa Endah, 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

Pokok Bahasan: Metabolisme protein ; Bentuk2 nitrogen di dalam rumen, usus halus dan feses

PENDAHULUAN. absorpsi produk pencernaan. Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR LAMPIRAN. xvii

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dibicarakan karena mengancam masa depan dari kehidupan di bumi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rataan volume urin (ml) kumulatif tikus percobaan pada setiap jam


PEMANFAATAN FILTRAT TAOGE UNTUK MEREDUKSI KADAR UREA IKAN CUCUT (Carcharinus sp)

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Bertambahnya populasi penduduk usia lanjut, perubahan gaya hidup terutama

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan. Secara alami pati ditemukan dalam bentuk butiran-butiran yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Basah. Tabel 7. Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Basah Usus Besar

I. PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang gizi yang meningkat. Penduduk Indonesia

I. PENDAHULUAN. Yogurt adalah bahan makanan yang terbuat dari susu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Unsur-unsur Nutrien dalam Singkong (dalam As Fed)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendek, yaitu pada umur 4-5 minggu berat badannya dapat mencapai 1,2-1,9 kg

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing PE merupakan hasil persilangan antara kambing Ettawa dari

I. PENDAHULUAN. hidup manusia. Dewasa ini telah banyak dikembangkan produk pangan yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan fungsi digesti, absorbsi dan defekasi. Tubuh mempunyai serangkaian

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung dan tanpa kitosan iradiasi disajikan pada Tabel 4.

I. PENDAHULUAN. Ikan lele sangkuriang merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah umum

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Ekstrak Daun Kepel terhadap Kadar Amonia Kadar amonia dalam feses mencit yang diberi ekstrak daun kepel cenderung mengalami penurunan pada hari ke 4 (Gambar 2). Persentase penurunan kadar amonia dari hari ke 0 (sebelum pencekokan) sampai hari ke 4 (setelah pencekokan hari ke 3) adalah sebesar 7,3%. Kadar amonia semakin menurun pada hari ke 8. Persentase penurunan kadar amonia dari hari ke 4 sampai hari ke 8 (setelah pencekokan pada hari ke 7) adalah sebesar 48,5%. Secara keseluruhan penurunan kadar amonia dalam feses mencit adalah sebesar 52,2%. Namun kadar amonia tersebut tidak berbeda nyata dengan kadar amonia dalam feses mencit yang diberi akuades. Gambar 2 Kadar amonia dalam feses mencit akibat pemberian ekstrak daun kepel Daun kepel mengandung senyawa flavonoid yang terdiri atas sepuluh golongan. Dalam tumbuhan senyawa flavonoid biasanya berbentuk campuran dengan senyawa lain atau berikatan dengan gula seperti glikosida atau aglikon. Salah satu golongan flavonoid yang terkandung dalam daun kepel adalah

antosianin (Darusman 2010). Antosianin merupakan senyawa yang berperan dalam memberikan pigmentasi pada tumbuhan Antosianin yang berikatan dengan aglikon jika dihidrolisis dengan asam akan membentuk senyawa antosianidin (Leboeuf et al. 1982). Senyawa antosianidin terdiri atas delfinidin, sianidin, dan pelargonidin. Ketiga senyawa tersebut merupakan polimer tidak berwarna yang dikenal juga sebagai senyawa proantosianidin (Yamakoshi et al. 2002). Penelitian yang dilakukan Darusman (2010) menunjukkan bahwa daun kepel mengandung ketiga senyawa tersebut. Amonia yang terdapat didalam tubuh merupakan hasil metabolisme glutamin. Amonia tersebut diproduksi di usus halus dan ginjal, lalu melalui vena porta amonia akan masuk kedalam hati. Hati akan merubah amonia yang bersifat toksik menjadi urea yang tidak bersifat toksik. Proses pembentukan amonia didalam usus halus dilakukan oleh beberapa jenis bakteri yaitu bakteri gram negatif anaerob, Clostridia, dan Enterobacteria (Vince & Burridge 1979). Menurut Yamakoshi et al. (2002) senyawa proantosianidin menyebabkan jumlah Enterobacteria didalam usus menjadi berkurang. Proantosianidin memiliki kemampuan untuk mengikat senyawa yang menjadi substrat pertumbuhan bagi Enterobacteria yaitu senyawa-senyawa hasil dekomposisi usus seperti fenol, indol, skatol, dan kresol. Pengikatan senyawa-senyawa tersebut akan menyebabkan jumlahnya dalam usus menurun sehingga jumlah Enterobacteria juga menjadi menurun. Hal ini diduga menjadi penyebab penurunan jumlah amonia yang diproduksi didalam usus halus. Penurunan produksi amonia tersebut berefek pada penurunan kadar amonia yang diekskresikan melalui feses. Penurunan kadar amonia pada feses mencit yang diberi ekstrak daun kepel juga diduga akibat dari adanya aktivitas absorban. Penelitian yang dilakukan Darusman (2010) menunjukkan bahwa daun kepel dapat mengabsorpsi amonia sebanyak 40,55%. Namun persentase absorpsi amonia yang lebih besar ditunjukkan oleh daging buah yaitu sebesar 62,96%. Hal ini menunjukkan bahwa daging buah kepel memiliki aktivitas deodoran yang lebih tinggi dalam menyerap amonia dibandingkan dengan daun kepel.

Amonia merupakan senyawa yang bersifat iritan terutama terhadap saluran pernafasan. Menurut Leduc et al. (1992) amonia dapat mempengaruhi mekanisme pertahanan diri pada saluran pernafasan. Permukaan epitel trakhea dan bronkhus akan mengalami deskuamasi sehingga partikel-partikel udara lebih mudah masuk kedalam saluran pernafasan. Hal ini tentu akan mempengaruhi kesehatan mencit sebagai hewan coba. Oleh karena itu penurunan jumlah amonia dalam feses mencit akan memberikan dampak yang baik terhadap kesehatan hewan tersebut. 4.2 Pengaruh Ekstrak Daun Kepel terhadap Kadar Trimetilamin Trimetilamin (TMA) adalah senyawa lain yang diekskresikan melalui feses. Umumnya senyawa tersebut berasal dari makanan yang mengandung TMA seperti ikan. Sumber lain dari pembentukan senyawa trimetilamin adalah makanan yang mengandung kolin, TMNO, dan L-carnitine (Zhang et al. 1999). Proses perubahan ketiga senyawa tersebut menjadi trimetilamin dilakukan oleh bakteri yang terdapat didalam usus. Pengaruh ekstrak daun kepel terhadap kadar trimetilamin dalam feses mencit ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 3 Kadar TMA dalam feses mencit akibat pemberian ekstrak daun kepel Pada gambar terlihat kecenderungan kadar trimetilamin dalam feses sudah menurun pada hari ke 4 dan penurunannya semakin terlihat pada hari ke 8.

Persentase penurunan kadar trimetilamin dari hari ke 0 sampai hari ke 4 adalah sebesar 55% sedangkan dari hari ke 4 sampai hari ke 8 persentase penurunannya sebesar 34,2%. Persentase penurunan kadar trimetilamin secara keseluruhan adalah sebesar 70,4%. Kadar trimetilamin setelah pencekokan pada hari ke 3 memiliki nilai yang berbeda nyata dengan kadar trimetilamin sebelum pencekokan. Namun kadar trimetilamin setelah pencekokan pada hari ke 3 dan ke 7 tidak berbeda nyata dengan kadar trimetilamin yang terdapat dalam feses mencit yang dicekok akuades. Hasil ini menunjukkan bahwa dalam kondisi normal kadar trimetilamin dalam feses dapat mengalami penurunan. Kolin merupakan sumber utama pembentukan senyawa trimetilamin. Proses pembentukan trimetilamin dari senyawa kolin terjadi di usus halus bagian distal. Proses tersebut dilakukan oleh beberapa jenis bakteri seperti Proteus sp, Enterococci sp, dan Clostridium sp (Siagian 2002). Efek proantosianidin dalam menurunkan jumlah Enterobacteria diduga merupakan penyebab turunnya kadar trimetilamin dalam usus halus sehingga kadarnya di dalam feses juga menjadi menurun. Pada Gambar 3 terlihat bahwa kadar trimetilamin dalam feses mencit yang dicekok akuades cenderung menurun. Secara fisiologis tubuh hewan akan mengubah senyawa trimetilamin menjadi trimetilamin N-oksida dan diekskresikan melalui urin dan feses. Namun jika jumlah senyawa trimetilamin yang terdapat di dalam tubuh melebihi kapasitas maka senyawa tersebut akan diekskresikan tanpa mengalami perubahan bentuk. Adanya kerusakan pada hati juga dapat menyebabkan tubuh tidak dapat memetabolisme senyawa trimetilamin dengan baik. Penurunan jumlah trimetilamin pada mencit yang dicekok akuades menunjukkan bahwa hewan dalam keadaan sehat dan masih mampu untuk memetabolisme senyawa trimetilamin dengan baik. Trimetilamin merupakan prekursor dari senyawa dimetilnitrosamin yang bersifat karsinogenik. Senyawa ini terbentuk pada keadaan asam. Dimetilnitrosamin yang terbentuk akan diaktivasi oleh isoenzim 2E1 sitokrom P450 didalam hati. Dimetilnitrosamin yang sudah aktif akan merusak DNA target (Hecht 1997). Dengan menurunnya jumlah trimetilamin dalam tubuh maka

diharapkan resiko terbentuknya senyawa dimetilnitrosamin yang bersifat karsinogenik juga semakin berkurang. 4. 3 Pengaruh Ekstrak Daun Kepel terhadap Kadar Fenol Protein yang masuk kedalam tubuh hewan melalui pakan akan mengalami fermentasi oleh bakteri didalam kolon. Proses fermentasi tersebut menghasilkan beberapa senyawa seperti fenol, indol dan kresol (Curtis et al. 2004). Fenol merupakan senyawa yang dihasilkan dalam proses fermentasi asam amino fenilalanin dan tirosin (Birkett et al. 1996). Pengaruh ekstrak daun kepel terhadap kadar fenol didalam feses mencit dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 Kadar fenol dalam feses mencit akibat pemberian ekstrak daun kepel Pada Gambar 4 terlihat bahwa pada hari ke 4 penurunan kadar fenol belum terjadi. Hal ini menunjukkan belum adanya aktivitas deodoran dari ekstrak daun kepel. Penurunan kadar fenol sangat terlihat pada hari ke 8. Persentase penurunan kadar fenol dari hari ke 4 sampai hari ke 8 adalah sebesar 39,2%. Kadar fenol pada feses mencit pada hari ke 8 ini berbeda nyata dengan kadar fenol pada feses mencit yang dicekok akuades. Menurunnya kadar fenol pada feses mencit yang diberi ekstrak daun kepel ini diduga sebagai akibat dari aktivitas proantosianidin yang menurunkan jumlah senyawa hasil pembusukan di usus seperti fenol, indol, skatol, dan kresol.

Senyawa tersebut merupakan substrat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan Enterobacteria. Dengan menurunnya senyawa tersebut maka jumlah Enterobacteria juga menjadi menurun. Hal ini akan meningkatkan jumlah Bifidobacteria (Yamakoshi et al. 2002). Peningkatan jumlah Bifidobacteria dalam usus juga menjadi indikator aktivitas dari sediaan deodoran oral. Birkett et al. (1996) menyebutkan bahwa resistant starch (RS) dapat menurunkan jumlah amonia dan fenol yang terdapat dalam feses manusia dengan aktivitas sebagai prebiotik. Resistant starch merupakan sebagian kecil (±10%) karbohidrat yang tidak tercerna didalam usus halus. Karbohidrat tersebut lalu mengalami fermentasi didalam kolon. Resistant starch akan menstimulasi pertumbuhan bakteri yang menguntungkan didalam kolon. Bakteri tersebut akan menggunakan protein dan hasil fermentasi dari protein seperti fenol, indol, kresol, amin dan amonia yang terdapat didalam kolon untuk melakukan metabolisme. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah kelima senyawa tersebut didalam kolon dan peningkatan konsentrasi nitrogen didalam feses (Cummings et al. 1979). Fenol diketahui sebagai pemicu dari kanker usus besar (Bone et al. 1976). Menurut Ramakrishna et al. (1991) fenol juga dapat menjadi penyebab terjadinya peradangan pada kolon. Peradangan pada kolon ini akan menurunkan kemampuan kolon dalam mengeliminasi fenol. Dengan menurunnya fenol pada feses mencit yang diberi ekstrak daun kepel maka diharapkan resiko terjadinya kanker dan peradangan pada kolon menjadi berkurang