BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF ANION

LOGO Analisis Kation

BAB III TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

Reaksi dan Stoikiometri Larutan

Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Anion

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB II RUMUS KIMIA DAN TATANAMA

Reaksi Dan Stoikiometri Larutan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

LOGO. Analisis Kation. By Djadjat Tisnadjaja. Golongan V Gol. Sisa

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya

Regina Tutik Padmaningrum, Jurdik Kimia, UNY

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KIMIA KUALITATIF

ANION TIOSULFAT (S 2 O 3

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

Penarikan sampel (cuplikan) Mengubah konstituen yang diinginkan ke bentuk yang dapat diukur Pengukuran konstituen yang diinginkan Penghitungan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mutu air adalah kadar air yang diperbolehkan dalam zat yang akan

TITRASI IODOMETRI DENGAN NATRIUM TIOSULFAT SEBAGAI TITRAN Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya. Terbaginya titrasi ini

PENENTUAN KUALITAS AIR

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

Pengendapan. Sophi Damayanti

Titrasi IODOMETRI & IOdimetri

Pemisahan dengan Pengendapan

HASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS

PENGAMBILAN LOGAM Ni DALAM LIMBAH ELEKTROPLATING DENGAN PROSES KOAGULASI FLOKULASI

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

TITRASI REDUKSI OKSIDASI OXIDATION- REDUCTION TITRATION

TES PRESTASI BELAJAR. Hari/tanggal : Senin/7 Mei 2012 Mata Pelajaran: Kimia Waktu : 90 menit

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin tinggi dan peningkatan jumlah industri di Indonesia.

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan

Analisis Anion Disampaikan pada Pertemuan Ke 5 Analisis Senyawa Kimia.

Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK

SOAL KIMIA 1 KELAS : XI IPA

Reaksi dalam larutan berair

PENDAHULUAN 1. Tujuan Percobaan 1.1 Menguji daya hantar listrik berbagai macam larutan. 1.2 Mengetahui dan mengidentifikasi larutan elektrolit kuat,

Analisa Klorida Analisa Kesadahan

MODUL PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF

KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography

BAB I PENDAHULUAN. industri tapioka, yaitu : BOD : 150 mg/l; COD : 300 mg/l; TSS : 100 mg/l; CN - :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

Kimia Analitik I (M. Situmorang) Halaman i

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

REDOKS dan ELEKTROKIMIA

PENGARUH WAKTU TINGGAL CAIRAN TERHADAP PENURUNAN KEKERUHAN DALAM AIR PADA REAKTOR ELEKTROKOAGULASI. Satriananda 1 ABSTRAK

Soal-Soal. Bab 7. Latihan Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Larutan Penyangga

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

Titrasi Pengendapan. Titrasi yang hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Air Secara Umum Air adalah suatu senyawa hidrogen dan oksigen dengan rumusan kimia H 2 O.

Laporan Analisis Anion. Disusun Oleh : CHO MEITA BAB I PENDAHULUAN

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT.

ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK

RECOVERY ALUMINA (Al 2 O 3 ) DARI COAL FLY ASH (CFA) MENJADI POLYALUMINUM CHLORIDE (PAC)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

Soal-soal Redoks dan elektrokimia

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Oleh: Rizqi Amalia ( ) Dosen Pembimbing: Welly Herumurti ST. M.Sc

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL

RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab17. Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

PEMISAHAN DENGAN CARA PENGENDAPAN. Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat mendeskripsikan cara-cara pemisahan dengan proses pengendapan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Coagulation. Nur Istianah, ST,MT,M.Eng

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK

Chapter 7 Larutan tirtawi (aqueous solution)

TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112)

TATA NAMA SENYAWA DAN PER- SAMAAN REAKSI

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

BAB IV. HASIL PENGAMATAN dan PERHITUNGAN

Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini

LEMBARAN SOAL 11. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : X ( SEPULUH )

PAKET UJIAN NASIONAL 8 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit

Pengolahan Air Limbah Laboratorium dengan Menggunakan Koagulan Alum Sulfat dan Poli Aluminium Klorida (PAC)

Gambar 3. Penampakan Limbah Sisa Analis is COD

PROSES PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK SECARA KOAGULASI DAN FLOKULASI

Review I. 1. Berikut ini adalah data titik didih beberapa larutan:

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Kimia

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS ANALISA KUALITATIF SENYAWA ORGANIK

OAL TES SEMESTER II. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat!

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2. Titrasi Permanganometri. Selasa, 6 Mei Disusun Oleh: Yeni Setiartini. Kelompok 3: Fahmi Herdiansyah

Transkripsi:

5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Limbah Praktikum Kimia Analisis Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Limbah cair adalah limbah berupa cairan yang berasal dari hasil buangan dari bahan-bahan yang telah terpakai dari suatu proses produksi industri, domestik (rumah tangga), pertanian serta laboratorium yang tercampur (tersuspensi) dan terlarut didalam air. Limbah laboratorium berasal dari buangan hasil reaksi-reaksi berbagai larutan kimia berbahaya dalam suatu eksperimen. Larutan kimia tersebut diantaranya mengandung bahan-bahan kimia toksik dan logam-logam berat seperti Pb, Cd, Ni, Mg, Cu dan lainnya, yang berbahaya bagi makhluk hidup dan lingkungan (Azamia 2012). Limbah laboratorium hasil Praktikum Kimia Analisis merupakan limbah yang memilliki jenis dan jumlah bahan kimia yang beragam, terutama jenis bahan anorganik yang mendominasi limbah ini. Pada praktikum ini terjadi berbagai reaksi kimia dari zat yang berbahaya seperti zat dari golongan kation dan golongan anion. Limbah yang dihasilkan dari hasil Praktikum Kimia Analisis memiliki ph yang relatif rendah atau dapat dikatakan bersifat asam. Jenis praktikum kimia analisis yang dilakukan meliputi :

6 a. Analisis Kualitatif Analisis kualitatif dilakukan untuk mengidentifikasi unsur yang terdapat dalam suatu sampel, yang terdiri dari golongan kation, dan anion. Analisis golongan kation meliputi : 1. Golongan I, disebut golongan asam klorida (Pb 2+, Ag +, Hg 2+ ) 2. Golongan II, disebut golongan hidrogen sulfida (As, Sn, Sb, Cu, Pb 2+, Bi 2+, Cd 2+, Hg 2+ ) 3. Golongan III, disebut golongan amonium sulfida (Al, Cr, Fe, Zn, MN, Co, dan Ni) 4. Golongan IV, disebut golongan amonium karbonat (Ba, Sr, dan Ca) 5. Golongan V, disebut golongan sisa (Mg, K, NH 4+ ) Analisis golongan anion Perubahan spesifik dari sampel yang diuji, meliputi perubahan warna/terjadinya gas/bau dari sampel atas penambahan asam sulfat encer atau pekat. Analisis anion dilakukan dengan menambah larutan Na 2 CO 3 jenuh, untuk menghilangkan logam berat. Hal ini menyebabkan logamlogam akan terlarutkan sebagai garam karbonat, sedangkan anion terlarut sebagai garam natrium. Analisis anion meliputi : o Uji sulfat dengan HCl encer dan BaCl 2 : jika terjadi endapan maka mengandung Sulfat (SO 2-4 ). o Uji untuk reduktor dengan H 2 SO 4 encer dan KmnO 4 : jika warna ungu hilang maka ada sulfit (SO 2-3 ), tiosianat (SCN - ), sulfida (S 2- ),

7 nitrit (NO - 2 ), bromida (Br - ), iodida (I - ), dan arsenit (AsO 2-3 ). Jika 2- warna ungu hilang pada pemanasan maka ada oksalat (COO) 2 o Uji untuk oksidator dengan HCl pekat dan MnCl 2 jenuh : jika larutan coklat atau hitam maka ada nitrat (NO - 3 ), klorat (ClO 3 ), nitrit (NO - 2 ), kromat (CrO 2-4 ), ferisianida, bromat (BrO - 3 ), iodat, dan permanganat (MnO - 4 ). Jika hasil uji negatif maka hanya sedikit nitrat dan nitrit. o Uji dengan larutan perak nitrat : untuk menguji adanya tiosulfat (S 2 O 2-3 ), iodida (I - ), klorida (Cl - ), dan bromida (Br - ). b. Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif dilakukan untuk penetapan banyaknya suatu zat tertentu (analit) yang ada dalam sampel. Analisis kuantitatif digolongkan dalam dua jenis yaitu : 1. Analisis Titrimetri (Volumetri) Analisis ini berkaitan dengan pengukuran volume suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui, yang diperlukan untuk bereaksi dengan analit. Berdasarkan reaksi kimianya, titrimetri dikelompokkan dalam empat jenis yaitu : a. Titrasi Asidi Alkalimetri (Reaksi Asam Basa) Reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral, analisis asam sitrat, analisis asam salisilat, analisis natrium tetraborat (boraks), analisis natrium bikarbonat (NaHCO 3 ).

8 b. Titrasi Oksidasi-Reduksi (Reaksi Redoks) Reaksi kimia yang melibatkan oksidasi-reduksi, seperti analisis iod bebas, analisis ion iodida (I - ), analisis ion ferro (Fe 2+ ) c. Titrasi Argentometri (Reaksi Pengendapan) Pengendapan kation perak dengan anion halogen pada suasana tertentu, seperti analisis ion kalium (K + ) dalam KCl, analisis ion bromida (Br - ), analisis ion iodida (I - ) d. Titrasi Kompleksometri (Reaksi Pembentukan Kompleks) Suatu titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks, seperti analisis MgSo 4, analisis ion kalsium (Ca 2+ ), analisis ion alumunium (Al 3+ ), analisis ion timbal (Pb 2+ ) 2. Analisis Gravimetri Analisis ini merupakan salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat atau komponen yang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses pemisahan. Analisis gravimetri dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a) Penguapan, misalnya untuk menentukan kadar air, yaitu air kristal atau air yang ada dalam suatu spesies. b) Elektrolisis, zat yang dianalisa ditempatkan didalam sel elektrolisa, sehingga logam yang mengendap pada katoda dapat ditimbang.

9 c) Pengendapan, menggunakan pereaksi yang akan menghasilkan endapan dengan zat yang dianalisa sehingga mudah dipisahkan dengan cara penyaringan. Contohnya, Ag+ diendapkan sebagai AgCl, atau ion besi (Fe3+) diendapkan sebagai Fe(OH) 3, yang setelah dipisahkan, dipijarkan dan ditimbang sebagai Fe 2 O 3. Contoh lain yaitu: BaCl 2 (aq) + K 2 CrO 4 (aq) BaCrO 4 (s) + 2 KCl (aq) Contoh senyawa yang dapat diendapkan dan ditimbang dapat dilihat pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Senyawa yang dapat di endapkan dan di timbang pada Analisis Gravimetri 1.2. Koagulasi Koagulasi adalah proses pencampuran koagulan dan air baku serta pengadukan secara cepat didalam suatu wadah, agar diperoleh suatu campuran koagulan dan air baku yang homogen, sehingga proses pembentukan gumpalan atau flok dapat terjadi secara merata. (Hardina,dkk.,2012). Partikel-partikel dalam sistem koloid mempunyai

10 ukuran yang sangat kecil, yaitu berkisar antara 10-7 cm sampai dengan 10-5 cm. Sifat partikel selalu dalam keadaan stabil, hal ini disebabkan karena muatan antar partikel sama sehingga terjadi gaya tolak menolak. Karena sifatnya tersebut, maka partikel koloid akan selalu menyebabkan kekeruhan dan sulit untuk dipisahkan dengan cara penyaringan maupun pengendapan. Salah satu cara untuk dapat memperbesar ukuran partikel tersebut adalah dengan menetralkan muatan partikel dengan jalan menambahkan larutan kimia tertentu, sehingga partikel-partikel koloid akan membentuk suatu gumpalan. Cara tersebut dinamakan koagulasi (Buchari,1981). Senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai bahan kogulan biasanya adalah senyawa yang mempunyai molekul berukuran besar dan mempunyai gugus reaktif disepanjang rantainya, misalnya selulosa, protein dan senyawa polimer lainnya (Prayudi & Susanto 2000). Bahan koagulan yang digunakan dalam proses pengendapan limbah cair adalah bahan koagulan utama dan bahan koagulan pendukung. Bahan koagulan utama termasuk tawas, ferosulfat, ferisulfat, feriklorida, dan bahan koagulan pendukung termasuk air kapur, soda abu, dan polyalumunium chlorida (Droste,R.L1975;Kiely,G.,1997). Faktor-faktor yang mempengaruhi koagulasi Proses koagulasi untuk pengolahan air dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: a. ph

11 Nilai ph untuk proses koagulasi beragam, bergantung pada koagulan dan karakteristik air yang dipilih. Sebagai contoh, ph optimum untuk aluminium sulfat 5,5-7,5, untuk garam besi 5,0-8,5, sedangkan ph optimum untuk kitosan adalah ph 5 (Roussy et al., 2005). b. Suhu Dengan turunnya suhu, maka viskositas air semakin tinggi sehingga kecepatan flok untuk mengendap semakin turun. Penurunan suhu menyebabkan kecepatan reaksi berkurang, sehingga flok lebih sukar mengendap. c. Konsentrasi koagulan Konsentrasi koagulan akan berpengaruh pada banyaknya jumlah bahan kimia (koagulan) yang ditambahkan, sehingga proses pengendapan dari tiap konsentrasi akan bervariasi. Selain itu, hal ini akan berpengaruh terhadap tumbukan antar partikel yang akan membentuk flok-flok (Azamia 2012). d. Kecepatan dan waktu pengadukan Pengadukan ini diperlukan agar tumbukan antar partikel untuk netralisasi menjadi sempurna. Dalam proses koagulasi ini, pengadukan dilakukan dengan cepat. Air yang memiliki turbiditas yang rendah memerlukan pengadukan yang lebih banyak dibandingkan dengan air yang memiliki turbiditas yang tinggi. Mekanisme Koagulasi

12 Mekanisme koagulasi ada dua jenis, yaitu sweep coagulation dan adsorption coagulation. Sweep coagulation ialah koagulasi yang dimana partikel koloid yang tidak terlarut membentuk flok-flok yang ternetralkan oleh koagulan, sedangkan adsorption coagulation ialah koagulasi yang dimana muatan elektris partikel koloid diubah oleh molekul koagulan yang menempel pada permukaan koloid (Lilis.,2006). Mekanisme koagulasi dapat di lihat pada Gambar 2.1 Gambar 2.1. Mekanisme Koagulasi 1.3. Koagulan Koagulan adalah bahan kimia yang ditambahkan ke dalam air untuk mengendapkan partikel-partikel koloid yang sulit terhilangkan di dalam air. Penggunaan koagulan pada proses koagulasi dimaksudkan untuk destabilisasi muatan dengan menekan atau menghilangkan lapisan diffused layer, sehingga yang tersisa adalah gaya tarik menarik antar partikel. Koagulan memegang peranan cukup penting dalam pengolahan air bersih, yaitu dalam hal menurunkan kekeruhan, total dissolved solid (TDS) dan total suspended solid (TSS).

13 Menurut Kawamura (1991), koagulan yang digunakan dapat dibedakan menjadi polimer anorganik dan polimer alami. Koagulan yang umum digunakan adalah koagulan kimia seperti alum sulfat, polyaluminium chloride, ferro sulfat (FeSO 4 ), dan ferri khlorida (FeCl 3 ). Jenis-jenis Koagulan: Alumunium sulfat (Al 2 (SO 4 ) 3.14H 2 O) Alumunium sulfat biasanya disebut tawas, bahan ini sering dipakai karena efektif untuk menurunkan kadar karbonat. Tawas berbentuk kristal atau bubuk putih, larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, tidak mudah terbakar, ekonomis, mudah didapat dan mudah disimpan. Penggunaan tawas memiliki beberapa keuntungan yaitu harga relatif murah dan sudah dikenal luas oleh operator water treatment. Namun tawas juga memiliki kerugian, yaitu umumnya dipasok dalam bentuk padatan, sehingga perlu waktu yang lama untuk proses pelarutan. Mekanisme reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: Al 2 (SO4) 3 2 Al +3 + 3SO 4-2 H 2 O H + + OH - 2Al +3 + 6 OH - 2 Al (OH) 3 3SO 4-2 + 6 H + 3H 2 SO 4

14 PAC (Poly Alumunium Chlorida) Polimer alumunium merupakan jenis baru sebagai hasil riset dan pengembangan teknologi air. Sebagai dasarnya adalah alumunium yang berhubungan dengan unsur lain membentuk unit berulang dalam suatu ikatan rantai molekul yang cukup panjang, pada PAC unit berulangnya adalah Al- OH. Rumus empirisnya adalah Aln(OH)mCl3n-m, dimana : n = 2 2,7 <> 0 Dengan demikian PAC menggabungkan netralisasi dan kemampuan menjembatani partikel-partikel koloid sehingga koagulasi berlangsung efisien. Namun terdapat kendala dalam menggunakan PAC sebagai koagulan, yaitu perlu pengarahan dalam pemakaiannya karena bersifat higroskopis. Karbon aktif Aktivasi karbon bertujuan untuk memperbesar luas permukaan arang dengan membuka pori-pori yang tertutup sehingga memperbesar kapasitas adsorbsi. Pori-pori arang biasanya diisi oleh hidrokarbon dan zat-zat organik lainnya, yang terdiri dari persenyawaan kimia. Aktivasi yang ditambahkan akan meresap dalam arang dan membuka permukaan yang mula-mula tertutup oleh komponen kimia, sehingga luas permukaan yang aktif bertambah besar. Efisiensi adsorbsi karbon aktif tergantung dari perbedaan muatan listrik antara arang dengan zat atau ion yang diserap. Bahan yang bermuatan listrik positif akan diserap lebih efektif oleh arang aktif dalam larutan yang bersifat basa.

15 Jumlah karbon aktif yang digunakan untuk menyerap warna berpengaruh terhadap jumlah warna yang diserap. Activated silica Activated silica merupakan sodium silikat yang telah direaksikan dengan asam sulfat, alumunium sulfat, carbon dioxide, atau klorida. Sebagai koagulan, activated silica memberikan keuntungan antara lain meningkatkan laju reaksi kimia, menurunkan dosis koagulan, memperluas jangkauan ph optimum dan mempercepat serta memperkeras flok yang terbentuk. Umumnya digunakan bersama dengan koagulan alumunium dengan dosis 7 11% dari dosis alum. Bentonic clay Bentonic clay digunakan pada pengolahan air yang mengandung zat warna tinggi, kekeruhan rendah dan mineral yang rendah.(romel.2013) Bahan-Bahan Pembantu Koagulan a. Penambahan alkalinitas, biasanya menggunakan kapur dan soda abu. b. Polielektrolit, untuk memperoleh koagulasi yang optimum seperti anionik, kationik, dan poliamfolit. c. Penambahan kekeruhan, dilakukan dengan meresirkulasikan lumpur endapan, sehingga konsentrasi partikulat yang diperlukan untuk menghasilkan koagulasi tumbuh dengan cepat, contohnya tanah liat.

16 1.4. Kitosan Kitosan (C 6 H 11 NO 4 ) merupakan polimer dengan nama kimia 2-amino- 2-deoksi-D-glukosa, mengandung gugus amino bebas dalam rantai karbonnya dan bermuatan positif. Gugus amina bebas inilah yang banyak memberikan kegunaan bagi kitosan. Kitosan berbentuk padatan amorf, merupakan salah satu dari sedikit polimer alami yang berbentuk polielektrolit kationik dalam larutan asam organik (Hirano.,1986). Struktur kimia kitosan disajikan pada Gambar 2.3 Gambar 2.3 Struktur kimia kitosan Kitosan merupakan turunan dari khitin melalui proses deastilasi. Ekstraksi khitin dari kulit udang dilakukan dalam 2 tahap, yaitu deproteinasi yang bertujuan untuk menghilangkan protein yang terdapat dalam kulit udang, dan demineralisasi yang bertujuan untuk menghilangkan mineral yang terkandung dari kulit udang (Suptijah et al., 1992). Semakin banyak gugus asetil yang hilang dari polimer khitin, semakin kuat interaksi ikatan hidrogen dan ion dari kitosan. Kitosan mempunyai potensi untuk digunakan dalam industri dan bidang kesehatan.

17 Beberapa kegunaan kitosan antara lain sebagai berikut : 1. Membran penukar ion 2. Bahan pemurni air 3. Bahan baku benang untuk operasi plastik/bedah 4. Bahan powder untuk sarung tangan pembedahan 5. Koagulan dan flokulan Penggunaan kitosan tergantung dari kualitasnya. Sebagai contoh kitosan dengan kualitas rendah dapat digunakan pada pemrosesan limbah cair industri, sedang kitosan dengan kemurnian tinggi dibutuhkan dalam bidang kesehatan, seperti bahan obat-obatan (Bastaman,1989). Sebagai bahan pemrosesan limbah cair, kitosan mampu menurunkan kadar COD, BOD, padatan tersuspensi, warna, kekeruhan dan mampu mengikat logam berat seperti Fe, Cu, Cd, Hg, Pb, Cr, Ni, Mn, Co, Zn dan lain lain (Bough,1976). Kitosan mempunyai gugus amino bebas sebagai polikationik, pengkhelat dan pembentuk dispersi dalam larutan asam asetat. Gugus amino bebas inilah yang memberikan banyak kegunaan pada kitosan (Knorr,1982). Menurut Dunn et al.,(1997) Pelarutan kitosan terjadi karena interaksi hidrogen antara gugus karboksil dengan gugus amina dari kitosan. Kitosan dapat larut dalam bermacam macam asam organik, asam klorida, dan asam nitrat pada konsentrasi 0,15% s/d 1,1%. Kitosan tidak larut dalam asam sulfat dan sedikit larut dalam asam ortho pospat pada konsentrasi 0,5%. Kualitas kitosan tergantung pada beberapa parameter, misalnya untuk kitosan kualitas komersil disajikan pada Tabel 2.2.

18 Tabel 2.2 Standar mutu kitosan Parameter Nilai Ukuran partikel Dari bubuk smpai serpihan Kadar air < 10% Kadar abu < 2 % Warna larutan Jernih Derajat deasetilasi > 70 Viskositas: - Rendah < 200 (cps) - Medium 200 s/d 799 (cps) - Tinggi 800 s/d 2000 (cps) - Ekstra tinggi >2000 (cps) (Sumber : Protan Laboratories Inc) Kelarutan kitosan dalam asam asetat dipengaruhi oleh suhu dan lamanya perendaman dalam NaOH. Asam asetat tergolong asam lemah golongan asam karboksilat yang mengandung gugus karboksil (-COOH). Gugus karboksil mengandung sebuah gugus karbonil dan gugus hidroksil. Titik didihnya mencapai 118 C dan baunya sangat tajam (Fessenden & Fessenden, 1986). Adapun dalam larutan asam, gugus amina bebas sangat cocok sebagai polikationik untuk mengkhelat logam atau membentuk dispersi. Oleh karena itu, dalam larutan asam kitosan akan menjadi polimer dengan struktur lurus sehingga sangat berguna untuk flokulasi, pembentuk film atau imobilisasi enzim. Gugus amina bebas dari kitosan dalam suasana asam akan terprotonasi membentuk gugus amino kationik (NH 3+ ). Kation dalam kitosan tersebut jika bereaksi dengan polimer anionik akan membentuk kompleks elektrolit (Sanford, 1989). Reaksi pembentukan kitosan dari khitin

19 dan reaksi kelarutan kitosan dengan asam asetat dapat di lihat pada Gambar 2.4 dan Gambar 2.5 Gambar 2.4 Reaksi pembentukan kitosan dari khitin. Gambar 2.5 Reaksi kelarutan kitosan dengan asam asetat. Spesifikasi kitosan sebagai koagulan : a. Kitosan merupakan senyawa polimer organik. b. Kitosan berbentuk padatan amorf berwarna kuning. c. Kitosan larut dalam larutan asam asetat. d. Kitosan efektif pada ph 5. e. Penambahan kitosan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan PAC untuk menghasilkan pengendapan zat terlarut dalam proses koagulasi.

20 f. Jika penambahan kitosan berlebihan, akan menambah nilai kekeruhan dan menurunkan nilai ph secara drastis namun tidak beracun, dan ramah lingkungan. g. Kitosan mampu mengikat logam berat seperti Fe, Cu, Cd, Hg, Pb, Cr, Ni, Mn, Co, dan Zn. 1.5. Jar Test Jar test atau uji jar merupakan metode standar yang digunakan untuk menguji proses koagulasi. Data yang didapat dengan melakukan jar test antara lain dosis optimum penambahan koagulan, lama pengendapan serta volume endapan yang terbentuk. Jar test yang dilakukan adalah untuk membandingkan kinerja koagulan yang digunakan untuk mendapatkan padatan yang tersuspensi. Metode ini dapat dilakukan untuk menentukan ph optimum, variasi dosis koagulan, alternatif kecepatan pengadukan atau menguji jenis koagulan yang berbeda (Hardina.,2012). Pelaksanaan jar test ini dilakukan agar diketahui titik kekeruhan akhir pada penambahan kedua koagulan yang sesuai dengan baku mutu air bersih yang ditetapkan oleh Kep Menkes RI No.416/Menkes/Per/XI/1990. Konsentrasi koagulan yang optimum dapat ditentukan berdasarkan hasil jar test, yaitu konsentrasi yang memberikan kekeruhan akhir tepat dibawah 5 NTU, bukan kekeruhan terendah (SOP Lab PDAM Tirta Pakuan, 2011). Jar test dapat dilihat pada Gambar 2.6

21 Gambar 2.6 Jar test Faktor-faktor yang mempengaruhi percobaan dengan Jar-Test, adalah : 1. Bahan kimia yang dipakai untuk menurunkan kadar logam berat 2. Penambahan dosis Presipitan 3. ph 4. Kecepatan pengadukan 5. Waktu pengendapan