STUDI PENGEMBANGAN BUS KOTA MALANG RAYA

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

PERENCANAAN WILAYAH KOMERSIAL STUDI KASUS RUAS JALAN MARGONDA DEPOK

Program Pemanfaatan Ruang Prioritas di BWP Malang Tenggara Waktu Pelaksanaan PJM-1 ( ) PJM-2 ( ) PJM-3 ( ) PJM-4 ( )

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah suatu pergerakan barang dan orang dari suatu tempat ke tempat lain. Transportasi digunakan

Studi Kemacetan Lalu Lintas Di Pusat Kota Ratahan ABSTRAK

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Data Hotel Malioboro. yang menampung sebanyak 12 unit kendaraan mobil penumpang. Luas lahan. B. Data Geometri Jalan

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 4 (Empat)

rata-rata 19 km/jam ; Jalan Kolektor dengan kecepatan rata-rata 21 km/jam ; Jalan Lokal dengan kecepatan rata-rata 22 km/jam

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di

RINGKASAN SKRIPSI ANALISIS TINGKAT PELAYANAN JALAN SISINGAMANGARAJA (KOTA PALANGKA RAYA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAMPAK PUSAT PERBELANJAAN SAKURA MART TERHADAP KINERJA RUAS JALAN TRANS SULAWESI DI KOTA AMURANG

III. PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA A. JENIS KENDARAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan lalu lintas regional dan intra regional dalam keadaan aman,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KECEPATAN DAN KAPASITAS JALAN H.E.A MOKODOMPIT KOTA KENDARI

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

PENGARUH PARKIR ON-STREET TERHADAP KINERJA RUAS JALAN ARIEF RAHMAN HAKIM KOTA MALANG

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. Prestasi yang di perlihatkan, (3) kemampuan kerja.

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG) UNTUK PEMODELAN JALUR BUS TRANS MALANG. Kata kunci: SIG, pemodelan, jalur bus, Trans Malang

ANALISIS PENGARUH PELEBARAN RUAS JALAN TERHADAP KINERJA JALAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perlu dirinci dan dicatat ciri khasnya, termasuk tingkat pelayanan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN MANAJEMEN LALU LINTAS SEKITAR KAWASAN PASAR DAN RUKO LAWANG KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan framework penyusunan laporan secara keseluruhan. Bab ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORI

Indikator pengukuran kinerja jalan perkotaan

BAB II STUDI PUSTAKA

Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street Parking Menjadi Offstreet. (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri)

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS : JLN. RAYA KARANGLO JLN. PERUSAHAAN KOTA MALANG)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

STUDI ANALISIS HUBUNGAN, KECEPATAN, VOLUME, DAN KEPADATAN DI JALAN MERDEKA KABUPATEN GARUT DENGAN METODE GREENSHIELDS

NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR DAMPAK LALULINTAS AKIBAT AKTIVITAS MALIOBORO MALL DAN RENCANA PEMBANGUNAN HOTEL MALIOBORO YOGYAKARTA

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.1, Januari 2014 (29-36) ISSN:

Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

BAB III LANDASAN TEORI. Pengolongan jenis kendaraan sebagai berikut : Indeks untuk kendaraan bermotor dengan 4 roda (mobil penumpang)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang besar pengaruhnya

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh kota-kota besar di Indonesia yaitu

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dari hasil survei inventaris jalan didapat data-data ruas Jalan Pintu Satu Senayan. Panjang. ( m )

Efektivitas Penyediaan Celukan Angkutan Kota Di Jalan Margonda Raya (Studi Kasus: Depan Depok Town Square)

I. PENDAHULUAN. kebijakan di kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada

EVALUASI RUTE ANGKUTAN UMUM PUSAT KOTA DALAM MENGURANGI BEBAN LALU LINTAS DI PUSAT KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR

BAB III LANDASAN TEORI. karakteristik arus jalan, dan aktivitas samping jalan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan satu dengan kendaraan lainnya ataupun dengan pejalan kaki.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TNJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) karakteristik geometrik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk bepergian menuju arah kebalikan (Rohani, 2010).

KINERJA LALU LINTAS JALAN DIPONEGORO JALAN PASAR KEMBANG TERHADAP PEMBANGUNAN JEMBATAN FLY OVER PASAR KEMBANG SURABAYA

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi,

KAJIAN LAJUR KHUSUS SEPEDA MOTOR PADA JALAN JEND. AHMAD YANI PONTIANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh penyeberangan sebidang :Zebra cross dan Pelican crossing. b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing)

BAB I PENDAHULUAN LAPORAN TUGAS AKHIR I - 1. D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

4. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas Lalu Lintas, Angkutan Jalan, Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya, maka dengan ini penulis mengambil referensi dari beberapa buku dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan pengguna jalan dalam berlalu lintas. Menurut peranan pelayanan jasa

ANALISA DAMPAK HAMBATAN SAMPING DAN U-TURN TERHADAP KECEPATAN KENDARAAN (STUDI KASUS DEPAN PASAR FLAMBOYAN JALAN GAJAH MADA KOTA PONTIANAK)

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta

TUGAS AKHIR. Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D

ANALISIS KINERJARUAS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN JATI - PADANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

Tugas Akhir Evaluasi Fungsi Halte Sebagai Tempat Henti Angkutan Umum BAB V PENUTUP

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

c. Pada tahun 2014 (5 tahun setelah Paragon City beroperasi), baik saat akhir pekan maupun hari kerja, terutama pada saat jam-jam puncak, simpang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Abubakar, I. dkk, (1995), yang dimaksud pertemuan jalan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN. Adhi Muhtadi ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI PENERAPAN ZONA SELAMAT SEKOLAH DI KOTA PADANG ABSTRAK

PENGANTAR TRANSPORTASI


IDENTIFIKASI KINERJA JARINGAN JALAN ARTERI PRIMER DI KOTA SRAGEN TUGAS AKHIR. Oleh : S u y a d i L2D

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS KINERJA JALAN KOMYOS SUDARSO PONTIANAK

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, didapatkan kesimpulan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. barang atau orang yang dapat mendukung dinamika pembangunan daerah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB I Pendahuluan I-1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

Transkripsi:

STUDI PENGEMBANGAN BUS KOTA MALANG RAYA Agung Witjaksono Bevi Agusti Tulak Hermelinda F. Letto Teknik Planologi FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Sejalan dengan perkembangan kegiatan di Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu (Malang Raya) serta pergerakan penduduk yang semakin meningkat, maka diperlukan transportasi yang semakin cepat dan murah. Salah satu alternatif yang akan dikembangkan dengan pengadaan angkutan bus kota seiring dengan peningkatan kebutuhan akan transportasi. Keberadaan bus kota dirasakan beberapa pihak sudah saatnya untuk dioperasikan, di sisi lain rencana pengembangan bus kota tersebut dikhawatirkan dapat menimbulkan permasalahan baru, baik terhadap keberadaan mikrolet maupun kemacetan. Oleh karena itu, sebelum dilakukannya pengoperasian bus kota, salah satu faktor yang perlu dipersiapkan adalah kondisi sarana dan prasarana jalan yang akan dipakai sebagai jalur bus kota. Berdasarkan kajian kondisi sarana dan prasarana di wilayah Malang Raya, maka dirasa masih perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya, maupun pengaturan fasilitas pendukung untuk meminimalkan konflik yang mungkin akan timbul. Kata Kunci : Pengembangan, Bus Kota, Malang Raya. PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya dengan melakukan berbagai aktifitas. Tuntutan kebutuhan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pada suatu tempat saja menyebabkan perlu adanya pergerakan ke tempat lain. Transportasi dapat diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan, sedangkan fungsi transportasi itu sendiri adalah untuk memudahkan pergerakan dari satu tempat ke tempat yang lain. Angkutan pada dasarnya adalah sarana untuk memindahkan orang dan barang dari suatu tempat ke tempat yang lain. Tujuannya adalah membantu orang atau kelompok orang menjangkau berbagai tempat yang dikehendaki, atau mengirimkan barang dari tempat asalnya ke tempat 33

Spectra Nomor 9 Volume V Januari 2007: 33-49 tujuannya. Angkutan umum penumpang adalah angkutan penumpang yang dilakukan dengan sistem sewa atau bayar. Tujuan utama keberadaan angkutan umum menyelenggarakan pelayanan angkutan yang baik dan layak bagi masyarakat. Ukuran pelayanan yang baik adalah pelayanan yang aman, cepat, murah, dan nyaman. Selain itu, keberadaan angkutan umum penumpang juga membuka lapangan kerja. Keberadaan angkutan umum penumpang mengandung arti pengurangan volume lalulintas kendaraan pribadi. Hal ini dimungkinkan karena angkutan umum penumpang bersifat angkutan massal, sehingga biaya angkut dapat dibebankan kepada lebih banyak orang atau penumpang, sehingga banyaknya penumpang menyebabkan biaya per penumpang dapat ditekan serendah mungkin. Pada umumnya kota yang pesat perkembangannya adalah kota yang berada pada jalur sistem angkutan. Perubahan gaya hidup, pola perkembangan kota, dan pertumbuhan kepemilikan kendaraan pribadi memang mengurangi sumbangan angkutan umum bagi mobilitas suatu kota. Angkutan umum penumpang berfungsi melayani pergerakan orang dan barang, sehingga kebijaksanaan yang menyangkut sistem perangkutan tidak dapat mengabaikan peranan yang penting itu. Usaha meningkatkan mutu pelayanan angkutan umum dilakukan dengan berbagai cara, termasuk kebijakan yang mengistimewakan angkutan umum penumpang, seperti penetapan lajur khusus bus, lajur bus arus balik, serta pembatasan atau larangan kendaraan pribadi dalam kawasan tertentu selama waktu tertentu, yang semuanya bermaksud mendorong orang untuk lebih mengutamakan menggunakan angkutan umum penumpang dengan tujuan membantu meningkatkan kelancaran lalulintas. Sistem transportasi yang selama ini melayani masyarakat Malang Raya didominasi oleh angkutan pribadi dan angkutan umum jenis mikrolet yang dalam kenyataannya jumlah kendaraan yang ada ini sudah memberikan dampak terhadap kemacetan lalulintas yang cukup tinggi. Atas dasar kenyataan ini, salah satu alternatif yang bisa dikembangkan adalah pengembangan angkutan bus kota seiring dengan peningkatan kebutuhan akan transportasi yang cepat dan murah. Isu tersebut memunculkan berbagai respon dari berbagai kalangan, baik masyarakat umum, pengusaha, ataupun kalangan akademisi. Berdasarkan adanya fenomena dari perkembangan isu tersebut, maka memunculkan minat untuk melakukan suatu kajian mengenai pengadaan bus kota di Malang Raya. Keberadaan bus kota dirasakan beberapa pihak sudah saatnya untuk dioperasikan. Pada sisi lain, rencana pengembangan bus kota tersebut dikhawatirkan dapat menimbulkan kontra dengan keberadaan mikrolet maupun kemacetan baru. Oleh karena itu, pengoperasian bus kota harus dapat mengakomodir kebutuhan dan kepentingan semua masyarakat luas sebagai pengguna moda transportasi di Malang Raya maupun pengemudi angkutan umum. Dengan pertimbangan tersebut, maka diharapkan pengoperasian bus kota nantinya tidak memunculkan rasa ketidak-adilan 34

ataupun kerugian terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dan terkait dengan keberadaan bus kota di Malang Raya. Tujuan Tujuan studi ini adalah mengkaji kesiapan kondisi sarana dan prasarana jalan yang perlu dalam mendukung rencana pengembangan bus kota di Malang Raya. Rumusan Permasalahan Bagaimana kondisi sarana dan prasana jalan yang ada dalam mendukung rencana pengembangan jalur bus kota di wilayah Malang Raya? Batasan Studi Rencana pengembangan jalur bus kota Malang Raya dibatasi pada jalur Lawang-Arjosari-Gadang-Kepanjen. Alternatif ruas jalan yang dapat dilewati adalah : Daerah Lawang, yaitu Jl. Raya Singosari, Jl. Raya Song, Jl. Raya Randuagung, Jl. Raya Dr. Cipto, Jl. Raya Dr. Wahidin, Jl. MH. Thamrin, Jl. Dr. Sutomo. Daerah Kota Malang, yaitu Jl. Raden Intan, Jl. Panji Saroso, Jl. Sunandar Priyosudarmo, Jl. Tumenggung Suryo, Jl. Panglima Sudirman, Jl. Gatot Subroto, Jl. Laksamana Martadinata, Jl. Kolonel Sugiono. Daerah Gadang hingga Kepanjen, diantaranya ruas Jl. Panglima Sudirman Kepanjen dan Jl. Ahmad Yani Kepanjen. KAJIAN PENGEMBANGAN BUS KOTA Daya Dukung Sarana/Prasarana Jalan sarana/prasarana jalan dilakukan untuk mengetahui kesiapan prasarana jalan yang ada dengan menggunakan metode pembobotan pada aspek di bawah ini, yaitu: 35

Spectra Nomor 9 Volume V Januari 2007: 33-49 Tabel 1. Persyaratan Prasarana Jalan Yang Mendukung Pelayanan Trayek Trayek Fungsi Jalan Lebar jalan (m) Jenis Angkutan Utama Arteri >8 Cabang Kolektor >7 Ranting Lokal 5 Sumber : Kep Dirjen hub.dat No.274/HK.105/DRJD/96.Hal V-1 Bus besar Bus besar non AC Bus besar lantai ganda Bus besar non AC Bus kecil MPU Bus sedang Bus kecil MPU Berdasarkan tabel tersebut di atas dan melakukan perbandingan dengan jenis bus yang akan dioperasikan, yaitu bus dengan kapasitas 30 orang atau tergolong sebagai bus kategori sedang, maka: Jalan lokal dapat dikategorikan baik Jalan Kolektor dikategorikan sedang Jalan Arteri dikategorikan buruk Untuk lebar jalan dilakukan penyesuain dengan hasil analisa LOS, diasumsikan bahwa semakin lebar jalan maka akan semakin baik untuk penambahan transportasi bus kota. Pembandingan dengan analisis LOS karena kinerja jalan juga sangat ditentukan oleh besarnya arus lalu-lintas. Sedangkan kondisi jalan dapat dibedakan sebagai berikut: Baik : Kendaraan bergerak lebih lancar dengan hambatan minim Sedang : Kendaraan bergerak kurang lancar karena terjadinya beberapa ambatan pada jalur tesebut. Buruk : Kendaraan mengalami hambatan yang sangat besar Perkerasan jalan merupakan kondisi permukaan penutup jalan yang dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu: Aspal : baik, karena perkerasan yang mendukung kelancaran pergerakan kendaraab. Makadam : sedang,karena meskipun masih dapat dilalui kendaraan namun hambatan pergerakan yang dihasilkan cukup besar. Tanah : buruk, karena dapat mengganggu kelancaran pergerakan kendaraan terutama disaat musim hujan. Perabot jalan yang dimaksudkan adalah halte, rambu lalu-lintas, lampu jalan dan pedestrian, yaitu: 36

Lengkap dengan kondisi baik: keempat kategori rambu tersebut ada dengan kondisi baik. Lengkap dengan kondisi buruk: keempat kategori rambu tersebut ada, namun berada dalam kondisi buruk. Tidak lengkap dengan kondisi baik: salah satu atau dua dari perabot tersebut tidak ada, namun perabot yang ada masih dalam kondisi baik. Tidak lengkap dengan kondisi buruk: salah satu atau dua dari perabot tersebut tidak ada dan berada dalam kondisi buruk. Tabel 2. Parameter Sarana Prasarana Jalan VARIABEL PARAMETER BOBOT KET # arteri 3 Baik Klas Jalan # kolektor 2 Sedang # lokal 1 Buruk # 8 m 3 Baik Lebar Jalan # 6 m 7 m 2 Sedang # 6 m 1 Buruk # Baik 3 Baik Kondisi Jalan # Sedang 2 Sedang # Buruk 1 Buruk # Aspal 3 Baik Jenis Perkerasan # Tanah 2 Sedang Jalan # Makadam 1 Buruk Perabot Jalan (rambu lalulintas, lampu jalan, pedestrian) # lengkap dan kondisi baik 3 Baik # lengkap dan kondisi buruk 2 Sedang # tidak lengkap dan kondisi baik 1 Buruk # tidak lengkap dan kondisi buruk 0 Buruk sekali Dimana: Interval = bobottertinggixjumlah variabel jumlahkategori 15 = = 5 3 Kategori : Rendah = 0-5 Sedang = 6-11 Tinggi = > 11 Khusus untuk penentuan parameter lebar jalan yang ada saat ini dengan tingkat kesesuaiannya terhadap pengoperasian bus kota, maka perlu dilakukan penyesuaian dengan kapasitas jalan melalui analisa LOS. Dengan rumus: 37

Spectra Nomor 9 Volume V Januari 2007: 33-49 Level Of Service (LOS) = V/C Dimana : C = Co x FCw x FCsp xfcsf x FCcs C Co FCw FCsp FCsf FCcs = Kapasitas (smp/jam) = Kapasitas dasar (smp/jam) = Faktor penyesuaian lebar jalan = Factor penyesuaian pemisah arah = Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan = Faktor penyesuaian ukuran kota Kajian Sarana/Prasarana Jalan Adapun kajian terhadap sarana/prasarana jalan pada jalur Lawang- Arjosar-Gadang-Kepanjen adalah: Jalan Raden Intan Jalan Raden Intan diklasifikasikan sebagai jalan arteri primer. Lebar jalan adalah 15 m, lebar bahu jalan 1,5 m, dan lebar saluran tepi jalan adalah 2 m. Jalan Raden Intan merupakan jalan dua arah yang terdiri dari 4 lajur. Kondisi perkerasan jalan adalah aspal baik. Lalulintas tergolong arus tinggi, baik yang berasal dari luar kota Malang maupun dari dalam kota Malang yang menuju ke Terminal arjosari. Penggunaan lahan di sekitar kawasan tersebut didominasi oleh perkantoran. Berdasarkan nilai LOS pada ruas Jalan Panji Saroso yaitu 0,3; maka ruas jalan tersebut dikategorikan dalam tingkat pelayanan B. Jalan dengan tingkat pelayanan B memiliki karakteristik yaitu arus stabil tetapi kecepatan operasi mulai dibatasi oleh kondisi lalulintas. Pengemudi memiliki kebebasan yang cukup untuk memilih kecepatan. Tabel 3. Jalan Raden Intan 1 Kelas jalan Arteri primer 3 Baik 2 Lebar jalan 15 m, dengan LOS 0,3 2 Sedang 5 Perabot jalan Tidak lengkap dengan kondisi baik 1 JUMLAH ( ) 11 prasarana tergolong sedang 38

Jalan Panji Suroso Berdasarkan kebijakan transportasi Kota Malang diketahui bahwa ruas Jalan Panji Suroso termasuk dalam kelas jalan arteri sekunder. Jalan Panji Suroso merupakan jalan dua jalur dan dua lajur dengan lebar perkerasan jalan 8,8 m. Masing-masing lajur memiliki lebar 4,4 m serta lebar bahu jalan adalah 2 m dan lebar saluran tepi jalan adalah 0,6 m. Selain itu, diketahui pula lebar daerah pengawasan jalan (dawasja) adalah 2-5 meter. Kondisi perkerasan Jalan Panji Saroso tergolong baik dengan perkerasan dari aspal. Penggunaan lahan di sekitar jalan tersebut sebagian besar adalah untuk usaha perdagangan dan jasa seperti CV, perbengkelan, dan beberapa bangunan ruko. Secara umum kondisi arus lalulintas di sepanjang Jalan Panji Suroso terlihat stabil, namun terdapat titik yang menyebabkan kemacetan, yaitu pada ujung ruas jalan dan perempatan dengan Jl. Laksda Adi Sucipto - Jl. S. Prijosudarmo. Berdasarkan nilai LOS pada ruas Jalan Panji Saroso yaitu 0,29 maka ruas jalan tersebut dikategorikan dalam tingkat pelayanan B. Jalan dengan tingkat pelayanan B memiliki karakteristik yaitu arus stabil, tetapi kecepatan operasi mulai dibatasi oleh kondisi lalulintas. Pengemudi memiliki kebebasan yang cukup untuk memilih kecepatan. Tabel 4. Jalan Panji Suroso 1 Kelas jalan Arteri sekunder 3 Baik 2 Lebar jalan 8,8 m dengan LOS 0,29 2 Sedang 5 Perabot jalan Tidak lengkap dengan kondisi baik JUMLAH ( ) 11 1 Buruk prasarana Jalan Sunandar Priyosudarmo Seperti halnya kelas jalan pada Jalan Panji Suroso, maka Jalan Sunandar Priyosudarmo digolongkan kedalam jalan arteri sekunder. Sebagai terusan dari Jalan Panji Suroso, ruas Jalan Sunandar Priyosudarmo juga terdiri dari dua jalur dan dua lajur. Lebar jalan tersebut adalah 6,5 m dengan tiap lajur memiliki lebar 3,25 m. Sementara itu, lebar bahu jalan jalan adalah 4 m dan lebar saluran tepi jalan adalah 0,9 m. Jarak dari saluran tepi jalan ke bangunan di tepi jalan adalah 5 m. 39

Spectra Nomor 9 Volume V Januari 2007: 33-49 Perkerasan jalan pada Jalan Sunandar Priyosudarmo menggunakan perkerasan aspal dengan kondisi yang masih baik. Adapun karakter kawasan di sekitar jalan tersebut tidak berbeda jauh dengan karakter kawasan di sekitar Jalan Panji Suroso, dimana penggunaan lahannya sebagian besar adalah untuk perdagangan dan jasa seperti perbengkelan, penjualan suku cadang kendaraan bermotor, CV, dan ruko. Perhitungan kapasitas jalan pada Jalan Sunandar Priyo Sudarmo diasumsikan bahwa kapasitas jalan tersebut tidak berbeda jauh dengan Jalan Panji Saroso. Hal tersebut didasarkan pada hasil pengamatan di lapangan, dimana kondisi arus lalulintas di sepanjang jalan tersebut tidak memiliki perbedaan yang mencolok dengan kondisi arus lalulintas di Jalan Panji Saroso. Tabel 5. Jalan Sunandar Priyosudarmo 1 Kelas jalan Arteri sekunder 3 Baik 2 Lebar jalan 6,5 m dengan LOS 0,29 2 Sedang 4 Jenis perkerasan Aspal 3 Sedang 5 Perabot jalan Tidak lengkap dengan kondisi kurang baik JUMLAH ( ) 10 1 Buruk prasarana Jalan Tumenggung Suryo Jalan Tumenggung Suryo merupakan salah satu ruas jalan yang menghubungkan Terminal Arjosari menuju ke Terminal Gadang, dimana dari kedua terminal tersebut dapat menghubungkan penumpang yang berasal dari Kota Malang menuju Kabupaten Malang, Blitar dan kota lainnya. Dikategorikan sebagai jalan arteri sekunder. Ruas jalan tersebut merupakan jalan dengan dua jalur dan dua lajur. Adapun lebar jalan Tumenggung Suryo adalah 8,8 m dengan masingmasing lajur memiliki lebar 4,4 m. Untuk bahu jalan jalan memiliki lebar 1,2 m dan saluran tepi jalan selebar 0,85 m. Dari saluran tepi jalan sampai ke bangunan di tepi jalan (dawasja) lebarnya berkisar antara 5 m ke atas. Perkerasan jalan di Jalan Tumenggung Suryo menggunakan perkerasan aspal dengan kondisi yang masih baik. Penggunaan lahan di sekitar ruas jalan kebanyakan didominasi oleh perumahan penduduk serta terdapat pula beberapa bangunan perdagangan dan jasa, seperti ruko, kios, dan wartel. Selain itu, juga terdapat fasilitas pendidikan, yaitu SD dan SMP. 40

Perhitungan kapasitas jalan (LOS) untuk Jalan Tumenggung Suryo diasumsikan sama dengan ruas Jalan Panji Saroso dan Jalan Sunandar Priyo Sudarmo. Hal tersebut didasarkan atas hasil pengamatan di lapangan dimana kondisi arus lalulintas pada jalan tersebut relatif sama dengan dua ruas jalan sebelumnya. Tabel 6. Jalan Tumenggung Suryo 1 Kelas jalan Arteri sekunder 3 Baik 2 Lebar jalan 8,8 m dengan LOS 0,29 2 Sedang 5 Perabot jalan Tidak lengkap dengan kondisi baik JUMLAH ( ) 11 1 Buruk prasarana Jalan Panglima Sudirman Jalan Panglima Sudirman diklasifikasikan kedalam jalan arteri sekunder, dimana ruas jalan ini merupakan salah satu ruas jalan yang menghubungkan Terminal Arjosari di Kota Malang terus ke arah Selatan sampai dengan Terminal Gadang. Ruas Jalan Panglima Sudirman merupakan ruas jalan yang terdiri dari dua jalur dan tiga lajur dengan lebar jalan adalah 10 m dan masing-masing lajur memiliki lebar 3,3 m. Bahu jalan memiliki lebar 1 m dan saluran tepi jalan selebar 0,8 m. Sementara lebar daerah pengawasan jalan berkisar dari 2 m sampai 10 m. Kondisi jalan di Jalan Panglima Sudirman tergolong baik dengan perkerasan dari aspal. Penggunaan lahan di sekitar jalan tersebut bervariasi yaitu keberadaan fasilitas pendidikan, seperti sekolah, perhotelan, fasilitas olahraga (lapangan sepakbola), dan terdapat pula kawasan militer. Keberadaan perempatan Jalan pada persimpangan Jalan Panglima Sudirman dengan Jalan Pattimura merupakan salah satu lokasi titik kemacetan jalan menurut pengamatan di lapangan. Berdasarkan nilai LOS pada ruas Jalan Panglima Sudirman yaitu 0,29, maka ruas jalan tersebut dikategorikan dalam tingkat pelayanan B. Jalan dengan tingkat pelayanan B memiliki karakteristik arus stabil, tetapi kecepatan operasi mulai dibatasi oleh kondisi lalulintas. Pengemudi memiliki kebebasan yang cukup untuk memilih kecepatan 41

Spectra Nomor 9 Volume V Januari 2007: 33-49 Tabel 7. Jalan Panglima Sudirman 1 Kelas jalan Arteri sekunder 3 Baik 2 Lebar jalan 10 m dengan LOS 0,29 2 Sedang 5 Perabot jalan Tidak lengkap dengan kondisi baik JUMLAH ( ) 11 1 Buruk prasarana Jalan Gatot Subroto Jalan Gatot Subroto juga termasuk kedalam kelas jalan arteri sekunder. Ruas jalan Gatot Subroto memiliki lebar 15 m yang terdiri dari dua jalur dan empat lajur. Untuk lebar bahu jalan beserta saluran tepi jalan adalah 1 m. Sementara jarak dari saluran tepi jalan ke bangunan samping jalan adalah 0 5 m. Kondisi jalan menggunakan perkerasan dari aspal dengan kondisi baik. Penggunaan lahan di sekitar jalan tersebut hampir sebagian besar difungsikan sebagai toko. Keberadaan toko-toko yang berjarak sangat dekat dengan jalan ditambah lagi tingginya arus lalulintas di jalan tersebut menyebabkan terjadinya kemacetan. Selain itu, kemacetan juga diakibatkan oleh pemakaian badan jalan sebagai area parkir, baik oleh pemilik sarana perdagangan jasa di kawasan tersebut ataupun para pengunjung. Berdasarkan nilai LOS pada ruas Jalan Gatot Subroto yaitu 0.38 maka ruas jalan tersebut dikategorikan dalam tingkat pelayanan B. Jalan dengan tingkat pelayanan B memiliki karakteristik arus stabil, tetapi kecepatan operasi mulai dibatasi oleh kondisi lalulintas. Pengemudi memiliki kebebasan yang cukup untuk memilih kecepatan. Tabel 8. Jalan Gatot Subroto 1 Kelas jalan Arteri sekunder 3 Baik 2 Lebar jalan 15 m dengan LOS 0,38 2 Sedang 5 Perabot jalan Tidak lengkap dengan kondisi baik JUMLAH ( ) 11 1 Buruk prasarana 42

Jalan Laksamana Martadinata Jalan Laksamana Martadinata juga tergolong jalan arteri sekunder. Jalan tersebut merupakan terusan dari Jalan Gatot Subroto dengan lebar 15 m yang terdiri dari dua jalur dan empat lajur. Sebagai ruas jalan yang berada di sekitar kawasan perdagangan dan jasa, maka kondisi ruas jalan ini sering mengalami kemacetan. Hal tersebut diakibatkan oleh jarak pertokoan yang sangat dekat ke badan jalan, sehingga pemakaian parkir menyerobot badan jalan. Perhitungan kapasitas jalan (LOS) untuk Jalan Laksamana Martadinata diasumsikan sama dengan LOS pada jalan Gatot Subroto. Hal tersebut didasarkan pada pengamatan di lapangan, dimana Jalan Laksamana Martadinata masih merupakan terusan dari Jalan Gatot Subroto dengan ukuran dan kondisi yang sama pula. Tabel 9. Jalan Laksamana Martadinata 1 Kelas jalan Arteri sekunder 3 Baik 2 Lebar jalan 15 m dengan LOS 0,38 2 Sedang 5 Perabot jalan Tidak lengkap 1 Buruk JUMLAH ( ) 10 prasarana Jalan Kolonel Sugiono Sebagaimana Jalan Laksamana Martadinata, maka jalan Kolonel Sugiono juga masih merupakan terusan dari jalan Gatot Subroto dengan lebar dan kondisi yang sama. Adapun lebar jalan Kolonel Sugiono adalah 15 m yang terdiri dari dua jalur dan empat lajur. Adapun kondisi perkerasan jalan tergolong aspal baik. Untuk penggunaan lahan di sekitar jalan tersebut masih merupakan area perdagangan dan jasa yang didominasi oleh keberadaan toko dan ruko. Kondisi yang sama dengan dua ruas jalan sebelumnya tersebut menyebabkan perhitungan LOS pada ruas jalan ini diasumsikan sama dengan LOS pada ruas Jalan Gatot Subroto dan Jalan Laksamana Martadinata. 43

Spectra Nomor 9 Volume V Januari 2007: 33-49 Tabel 10. Jalan Kolonel Sugiono 1 Kelas jalan Arteri sekunder 3 Baik 2 Lebar jalan 15 m dengan LOS 0,38 2 Sedang 5 Perabot jalan Tidak lengkap 1 Buruk JUMLAH ( ) 8 prasarana Jalan Panglima Sudirman (Kepanjen) Jalan Panglima Sudirman yaitu ruas jalan di Kota Kepanjen yang memiliki lebar jalan 9 meter. Berdasarkan nilai LOS pada ruas Jalan Panglina Sudirman Kepanjen yaitu 0.28 maka ruas jalan tersebut dikategorikan kedalam tingkat pelayanan B. Jalan dengan tingkat pelayanan B memiliki karakteristik arus yang stabil, tetapi kecepatan operasi mulai dibatasi oleh kondisi lalulintas. Pengemudi memiliki kebebasan yang cukup untuk memilih kecepatan. Tabel 11. Jalan Kolonel Sugiono 1 Kelas jalan Arteri sekunder 3 Baik 2 Lebar jalan 9 m dengan LOS 0,28 2 Sedang 5 Perabot jalan Tidak lengkap 1 Buruk JUMLAH ( ) 11 prasarana Jalan Achmad Yani (Kepanjen) Jalan Achmad Yani merupakan ruas jalan di Kota Kepanjen yang memiliki lebar jalan 9 meter, termasuk kolektor primer. Berdasarkan nilai LOS pada ruas Jalan Achmad Yani yaitu 0.23 maka ruas jalan tersebut dikategorikan kedalam tingkat pelayanan B. Jalan dengan tingkat pelayanan B memiliki karakteristik yaitu arus yang stabil, tetapi kecepatan operasi mulai dibatasi oleh kondisi lalulintas. Pengemudi memiliki kebebasan yang cukup untuk memilih kecepatan. 44

Tabel 12. Jalan Kolonel Sugiono 1 Kelas jalan Kolektor primer 2 Sedang 2 Lebar jalan 9 m dengan LOS 0,23 2 Sedang 5 Perabot jalan Tidak lengkap 1 Buruk JUMLAH ( ) 10 prasarana Dari hasil analisa diperoleh daya dukung sarana-prasarana jalan pada jalur Lawang-Arjosari-Gadang-Kepanjen sebagian besar dapat dikategorikan kedalam kelas sedang. Konflik yang Timbul Untuk kondisi jalan, dilakukan identifikasi titik-titik yang mempunyai potensi dalam memunculkan konflik. Faktor yang perlu diketahui yaitu bentuk konflik, faktor penyebab adanya konflik, besaran konflik, dan akibat yang ditimbulkan oleh konflik, untuk selanjutnya memberikan alternatif penyelesaian konflik. Dari kondisi yang ada beberapa potensi konflik yang muncul adalah kemacetan. Kemacetan ini muncul sebagai akibat adanya kondisi pada ruas jalan, seperti adanya persilangan antara kendaraan pada pertigaan dan perempatan jalan, sehingga menyebabkan terjadinya antrian panjang bagi kendaraan yang akan melaju; kapasitas jalan yang tidak lagi mampu menampung tingginya volume kendaraan yang melalui jalan tersebut; tidak tersedianya rambu lalu lintas yang memadai; sistem parkir di tepi jalan yang tidak teratur; serta faktor lainnya. Pada tabel berikut akan ditampilkan analisa potensi konflik lalulintas. 45

Spectra Nomor 9 Volume V Januari 2007: 33-49 Tabel 13. Konflik Lalulintas Konflik Lalu Lintas No Ruas Jalan Dampak Dari Bentuk dan Faktor Penyebab Konflik 1 2 3 4 1 Jl. Raden Intan Adanya persilangan antara kendaraan yang akan berbelok dengan kendaraan yang melaju lurus pada pertigaan jalan. Pemberhentian pada saat lampu merah yang menyebabkan antrian panjang, sehingga kendaraan yang akan membelok tertahan oleh antrian kendaraan. 2 Jl. Panji Suroso Kapasitas jalan yang terlampaui akibat banyaknya kendaraan yang melaju. Lebar jalan yang tidak memadai, sehingga tidak bisa menampung volume kendaraan yang tinggi. Pada ujung ruas jalan, perempatan dengan Jl. Laksda Adi Sucipto - Jl. S. Prijosudarmo terjadi persilangan karena adanya kendaraan yang akan membelok dengan kendaraan yang 3 Jl. Laksda Adi Sucipto 4 Jl. Panglima Sudirman 5 Jl. Gatot Subroto 6 Jl. Laksda Martadinata akan melaju lurus Banyaknya kendaraan yang memarkir tidak teratur di tepi jalan. Angkutan yang berhenti di sebagian badan jalan. Persilangan pada perempatan jalan antara kendaraan yang akan berbelok dengan kendaraan yang melaju lurus. Adanya aktifitas perdagangan (PKL) di tepi jalan menyebabkan terganggunya kelancaran arus kendaraan. Adanya persilangan antar kendaraan pada persimpangan, sehingga mengakibatkan antrian panjang. Adanya kegiatan perdagangan yang meberikan dampak pada aktifitas pejalan kaki, sehingga berpengaruh pada laju kendaraan yang harus pelanpelan. Parkir tepi jalan yang kurang efektif. Adanya kegiatan perdagangan yang meberikan dampak pada aktifitas pejalan kaki, sehingga berpengaruh pada laju kendaraan yang harus pelanpelan. Parkir tepi jalan yang kurang efektif. Kemacetan Rawan Kecelakaan Kemacetan Rawan kecelakaan Kemacetan Rawan kecelakaan Kemacetan Kemacetan Rawan kecelakaan Kemacetan Rawan kecelakaan 46

1 2 3 4 7 Jl. Kolonel Sugiono 8 Jl. Ahmad Yani Kepanjen Kapasitas jalan terlampaui karena tingginya volume kendaraan yang melaju. Adanya perlintasan rel kereta api, sehingga menimbulkan antrian kendaraan. Adanya persilangan antara kendaraan yang akan masuk-keluar dari terminal Gadang dengan kendaraan yang akan melaju lurus. Tidak efektifnya rambu lalulintas oleh para pengemudi. Banyak pengemudi yang memarkir kendaraannya tidak pada tempatnya. Adanya aktifitas PKL di pinggir jalan menyebabkan arus lalu-lintas terganggu. Parkir kendaraan di sisi jalan. Kemacetan Kesembrawutan pada lokasi dan ruas jalan Rawan kecelakaan Kemacetan KESIMPULAN 1. sarana prasarana jalan yang dimaksudkan menyangkut kajian terhadap kondisi ruas jalan yang membahas tentang kelas jalan, lebar jalan dikaitkan dengan kapasitas jalan melalui analisis LOS, kondisi jalan menyangkut ada tidaknya konflik lalulintas pada ruas jalan, perkerasan jalan, dan lengkap tidaknya perabot jalan. 2. Dari hasil analisa diperoleh kesimpulan bahwa sebagian besar ruas jalan yang menghubungkan Lawang-Arjosari-Gadang-Kepanjen memiliki daya dukung sarana prasarana dengan kategori sedang. Adapun rekomendasi yang diberikan untuk perbaikan tiap ruas jalan yang memiliki konflik lalulintas adalah seperti yang tampak pada tabel di bawah ini. 47

Spectra Nomor 9 Volume V Januari 2007: 33-49 Tabel 14. Alternatif Penyelesaian Konflik Lalu-lintas Ruas Jalan Alternatif Penyelesaian Konflik Jl. Raden Intan Perlunya penambahan traffic light pada pertigaan Raden Intan-Panji Suroso. Perbaikan perkerasan jalan. Jl. Panji Suroso Pengaturan kembali sistem traffic light (lampu lalulintas) Perlunya pelebaran jalan. Pengaturan rambu-rambu lalulintas terhadap pengendara. Jl. Panglima Sudirman Peningkatan perkerasan jalan. Jl. Gatot Subroto Pengaturan kembali sistem parkir, terutama model parkir. Jl. Laksda Martadinata Pengaturan kembali sistim parkir, terutama model parkir. Jl. Kolonel Sugiono Perlunya pelebaran jalan. Penertipan PKL. Pengaturan sistiem parkir yang efektif. Jl. Ahmad Yani Kepanjen Penertiban PKL. Pengaturan sistem parkir. 3. Fasilitas bagi penumpang yang menunggu adalah berupa ruang antri, yaitu berupa side walk. Dalam hal ini dimensi side walk yang direncanakan adalah 2 m dengan ukuran 1,2-1,5 m dipergunakan untuk penumpang yang antri dan sisanya untuk pedestrian yang lalulalang. Rencana dimensi side walk sifatnya tidak mengikat, tetapi disesuaikan dengan kondisi eksisting lahan yang ada. 4. Bangunan perhentian bus (halte) adalah prasarana yang disediakan untuk penumpang pada saat diperhentian agar terlindung dari matahari, hujan, dan angin. Halte pada prinsipnya dibangun agar proses interaksi antar bus dan penumpang dapat berlangsung secara aman dan nyaman, terutama bagi penumpang, berdasarkan pertimbangan: (a) tata letak halte dapat dibedakan menjadi halte dengan sidewalk di depannya dan halte dengan sidewalk di belakangnya dengan ukuran minimal 0,8 m agar kapasitas side walk dalam melayani pejalan kaki tidak kurang dari 35 pedestrian tiap menit, (b) tipe halte dapat ditentukan berdasarkan tolok ukur kenyamanan dan ketersediaan anggaran pembangunan halte dengan desain gaya arsitektur khas Malang atau Jawa Timur, serta (c) halte dilengkapi dengan bangku dan papan informasi yang menunjukkan jadwal bus, selain dapat juga untuk perletakan papan informasi pariwisata Malang Raya atau pemberitahuan lainnya yang berguna untuk kepentingan publik. 48

DAFTAR PUSTAKA Marbun, B.N. 1990. Kota Indonesia Masa Depan. Jakarta: Erlangga. Miro, Fidel. 2002. Perencanaan Transportasi. Jakarta: Erlangga. Marlok, E.K. 1995. Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi. Jakarta: Erlangga. Warpani, Suwardjoko. 1990. Pengelolaan Lalulintas dan Angkutan Jalan. Bandung: ITB Bandung.. 1991. Perencanaan Transportasi. Bandung: ITB Bandung. 49