Maaf, Ki. Kamu salah paham selama ini. Kiama benar-benar tidak paham kalimat yang diucapkan Rifan. Bagaimana mungkin dia salah paham, jika perhatian yang diberikan cowok itu selama ini terasa seperti orang yang jatuh cinta. Aku hanya mengganggap hubungan kita selama ini sebatas teman. Kamu adalah teman yang baik yang pantas mendapatkan perlakuan baik dari setiap orang. Masih tidak percaya, Kiama mencoba untuk memaksakan Rifan untuk berkata jujur. Beneren kamu nggak ada perasaan apa-apa denganku? Lalu kenapa kamu ngaterin aku pulang, bantuin aku cari loker penulis, dan... Kiama mengingat bagaimana Rifan pernah dengan sabar menunggunya mencari bahan buat makalah seharian padahal dia bilang, ibunya sedang sakit. Apakah semua itu bohong belaka? Dan ngajarin aku main gitar. Suara Kiama melemah. Halaman belakang kafe ini lumayan sepi, karena sedikit mendung tak banyak orang yang datang ke gazebo belakang untuk nongkrong.
Posisi keduanya yang terhalang sebuah tanaman pot yang lumayan tinggi juga tidak menarik perhatian. Itu karena kamu temanku. temen seperti apa? Ya seperti teman-teman lainnya. Alin,..dan yang lainnya. Tapi kenapa kamu nggak pernah ngelakuin hal yang sama terhadap mereka? Suara Kiama jelas sudah terdengar sembar. Saat ini, dia ingin memperjelas semuanya. Status hubungan dengan Rifan selama 3 tahun terakhir bukanlah hal yang gampang untuk dia terima. Perhatian cowok ini terlalu berlebihan untuk hanya dianggap sekedar perhatian teman. Mungkin dia ge-er tapi mungkin juga tidak. Karena... Rifan menoleh ke sekitar memastikan tidak ada yang mendengar percakapan mereka. Karena aku kasihan sama kamu. Mata Kiama membelalak memandang wajah datar Rifan. Aku kasihan sama kamu karena nggak ada cowok yang deketin kamu. Mereka sering bilang di 2
belakang kalau kamu itu terlalu cuek dan gak feminin. Menurutku, cewek tetaplah cewek. Baik dia tomboy atau tidak, aku pikir kita nggak boleh ngebedain cewek. Dan... Rifan menatap gadis di depannya dengan penuh keraguan. Aku seharusnya memikirkan tentang perasaanmu juga. Kamu memang tidak berbeda dengan cewek lainnya. Kamu jatuh cinta dan bisa ngerasain sakit hati. Ini yang nggak pernah aku pikirin sebelumnya. Dunia Kiama seolah runtuh hari ini. Maafin aku. Kalau apa yang aku lakuin selama ini membuat kamu berharap banyak. Belum sempat ia membalas perkataannya Rifan, sebuah pengakuan muncul lagi dari cowok itu. Aku sudah jadian sama seseorang. Dia dateng ke sini buat ngerayain satu bulan kita jadian. Namanya Anggun. Tenggorokan Kiama tersekat hebat. Teriakan, umpatan atau pun sanggahan seolah mandek di dadanya dan tertumpah seluruhnya 3
menjadi air mata. Rifan membalik badannya meninggalkannya sendiri di sudut halaman belakang ini. Dari kejauhan, Bayu menatap keduanya dari teras belakang dengan sebuah batang rokok yang mengepul. Kiama terlihat mengenaskan, dalam guyuran gerimis yang tambah deras, gadis itu berjongkok menghadap tumbuhan semak sambil menggugu menumpahkan rasa sakit. 3 tahun lamanya dia menanti dan selama itu pula, tidak ada yang pantas untuk dinanti. Kaki Bayu terhenti sebentar sebelum masuk ke dalam kafe. Otaknya berpikir ulang. Dia menoleh ke arah sudut halaman kafe yang sudah semakin deras dengan guyuran hujan sementara Kiama masih berjongkok mengenaskan di sana. Gila tuh cewek, umpatnya sambil masuk ke dalam kafe. Setelah mendapatkan 2 buah payung, dia akhirnya membuat keputusan untuk sedikit mencampuri urusan orang lain. Sepenuhnya Bayu sadar. 4
Hei...berapa lama mau nangis dipojokan kayak gini? Kiama mendongakkan kepalanya begitu dia sadar rintik hujan yang mengenai badannya terhalang oleh sebuah payung. Bayu menyodorkan salah satu payung yang dipegangnya ke arah Kiama. Ragu, Kiama masih jongkok dengan sekujur badannya kebasahan. hmm...mau ujan-ujanan ya? Sakit hati boleh saja tapi karena aku sudah terlanjur berniat membantumu maka..tolong diterima. Kiama merasa Bayu tahu apa yang sedang dia alami. Akhirnya dia menerima payung berwarna hitam itu. Susah payah dia berdiri.tidak ada bagian dari bajunya yang masih kering. tunggu! Bayu tidak jadi meninggalkan Kiama. Gadis itu menggigil dengan wajah cemas. Bayu menaikkan alisnya. Jangan bilang ke Alin kalau aku kayak gini. bukan urusanku. 5
Aku tahu ini bukan urusanmu tapi... Kiama tiba-tiba bersin berulang-ulang. please jangan bilang ke anak-anak fotogra... Belum sempat Kiama selesai bicara, dia kembali bersin. Bayu hanya menatapnya geli. Kalau nggak tahan hujan jangan soksokan mendramatisir keadaan. Pakai nangis diguyur hujan lagi. Sahutan Bayu terdengar seperti ledekan. Kiama merasa sangat malu. Bayu menoleh ke arah kafe yang masih ramai karena hujan di luar semakin deras. Celana bagian bawahnya juga sudah basah sekarang. Sekarang maumu apa? Ada rasa kasihan yang muncul melihat kondisi Kiama basah kuyup. Dia melirik gadis itu sesekali. Aku nggak mungkin masuk ke dalam dengan baju dan badan basah kayak gini. Jadi...bisa nggak cariin pintu keluar tapi nggak lewat depan? Please, tolong. Kiama menangkup kedua tangannya. 6
Tidak ada alasan untuk menolak permintaan Kiama karena gadis itu terlihat sangat mengenaskan. Hanya saja, mengantar Kiama keluar lewat pintu belakang terasa seperti pasangan kekasih yang sedang kabur. Please. Dia memohon sekali lagi. Bayu menarik napas panjang, sambil menoleh ke kanan dan ke kiri berharap hanya hujanlah yang tahu apa yang sedang dia lakukan sekarang. baiklah. Akhirnya Bayu menyanggupi permintaan Kiama yang sudah terdengar mirip dengan permohonan. Dia memimpin langkah gadis itu menerjang hujan mencari pintu belakang rahasia yang dia temukan di samping gudang. Sebuah pintu kayu dengan kenir yang sudah berkarat mengarahkannya ke sebuah jalan komplek perumahan. Kamu bisa cari taksi dari sini, celetuk Bayu begitu keduanya berhasil keluar. Karena rintik hujan yang masih deras, mereka harus bicara sambil sesekali teriak. Bisa minta tolong lagi nggak? 7
Bersin-bersin Kiama terdengar berulangulang, kali ini bahkan disertai dengan bibirnya yang gemetar. Dia menggigil.. Tangan Kiama menarik ujung kemeja Bayu. Dia memiringkan payungnya supaya bisa melihat wajah lelaki itu dengan jelas ketika berbicara. Kini kepalanya terasa berat, dan berdenyut menyebarkan rasa tidak nyaman yang membuatnya ingin muntah. Anterin aku pulang, please. Tanpa memohon ijin dia menarik tangan kiri Bayu yang kebetulan tidak sedang membawa sesuatu kemudian ditempelin di dahinya. Temperatur badan Kiama drop menjadi sebeku es. Dengan cepat Bayu melepaskan tangannya karena risih. Gadis ini benar-benar merepotkan. Rumahmu jauh dari sini apa nggak? Meski terdengar seperti nada tidak mau, Bayu masih berbaik hati bertanya. Biasanya kalau naik mobil sekitar 30 menitan. Wajah Kiama sudah semakin pucat, badannya juga menggigil kacau. Ditambah bersin- 8
bersin yang semakin sering, dia paham virus demam sedang melumpuhkan imunitas Kiama. Tunggu sebentar. Aku ambil mobil. Bayu berlari. Dia menyanggupi permintaan seorang gadis yang baru saja dikenalnya. 9