BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan semakin bertambahnya kebutuhan hidup, terutama kebutuhan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. dipenuhi. Memiliki rumah sendiri adalah idaman semua orang, bahkan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Kendala yang sering dipermasalahkan dan merupakan kendala utama adalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK

BAB I PENDAHULUAN. peranan kredit dalan operasi bank sangat besar dan penting. Sebagian besar bank

BAB I PENDAHULUAN. dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian. 2

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat untuk berkomunikasinya antar anggota keluarga dan juga. sebagai tempat berkumpulnya sebuah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. bertambah pula kebutuhan akan perumahan. Menurut teori Maslow yang

ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS MURABAHAH PADA PT. BANK BRI SYARIAH, TBK.

ANALISIS KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) BERDASARKAN AKAD PEMBIAYAAN MUSYARAKAH MUTANAQISAH (MMQ) PADA BANK BII UNIT USAHA SYARIAH CABANG BINTARO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

APLIKASI PROSEDUR PEMBIAYAAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) BTN INDENT ib PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (Persero) Tbk. KANTOR CABANG SYARIAH SOLO

BAB I PENDAHULUAN. Muamalat Indonesia pada 1 November 1991 (Antonio, 2011:25). Pada mulanya,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perekonomian dalam masyarakat di suatu Negara, bank sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada perekonomian nasional. Hal ini menyebabkan. kebutuhan hidup penduduk Indonesia juga terus mengalami kenaikan.

BAB I PENDAHULUAN. prinsip syariah sebagai dasar hukumnya berupa fatwa yang dikeluarkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. melalui jasa kredit yang sangat dibutuhkan masyarakat dalam menjalankan

BAB 1 PENDAHULUAN. properti dapat pula dijadikan sebagai pentujuk mulai membaiknya atau. ekonomi secara umum yang sedang berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

DOKUMENTASI WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. mempertemukan pihak yang membutuhkan dana (borrower) dan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. modal, reksa dana, dana pensiun dan lain-lain). Pengertian bank menurut UU No.

I. PENDAHULUAN. Rumah merupakan suatu kebutuhan primer dan hak dasar manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sistem ekonomi islam dengan konsep profit dan loss sharing yang. bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Fenomena menarik yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS JUAL BELI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Adapun salah satu ukuran keberhasilan suatu bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan. Oleh karena itu peranan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Al-Qur an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Qur an dan

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

BAB I PENDAHULUAN. aspek keadilan dalam bertransaksi. Bank berdasarkan prinsip syariah atau

MURABAHAH ANUITAS DAN PENERAPANNYA MENURUT STANDAR AKUNTANSI SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan Industri Asuransi Jiwa Di Indonesia

Pembiayaan dan Perusahaan Pembiayaan (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008), h.21.

III.2. ISTISHNA. B. Dasar Pengaturan 01. SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. 02. PSAK 104 tentang Akuntansi Istishna.

BAB 1 PENDAHULUAN. MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI)

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dunia modern, peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan

BAB IV ANALISIS PENETAPAN MARGIN PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BSM LUMAJANG DALAM TINJAUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MUI

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai berpindah dan mempercayai Perbankan Syariah. Sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN RUMAH DENGAN AKAD MURA>BAḤAH DAN ISTIS}NA> PADA BANK TABUNGAN NEGARA SYARIAH CABANG TEGAL JAWA TENGAH SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan keuangan syariah. Namun demikian, hingga saat ini market share

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang universal dan komprehensif. Universal berarti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lembaga keuangan, khususnya lembaga perbankan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara Indonesia ini. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri

BAB I PENDAHULUAN. bank mungkin giat dalam mempromosikan penawaran dan mengumpulkan

BAB I PENDAHULUAN. akan sistem operasionalnya, telah menunjukkan angka kemajuan yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank pada hakikatnya merupakan lembaga perantara (intermediary) yaitu. menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat.

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Akad memfasilitasi setiap orang dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingannya

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas generasi mendatang, termasuk perannya sebagai pemantapan jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB I PENDAHULUAN. rumah yang diidamkan ternyata tidaklah mudah. ( menyebabkan semakin

MUSYARAKAH MUTANAQISAH SEBAGAI ALTERNATIF PADA PEMBIAYAAN KPRS DI BANK SYARIAH. Kajian LiSEnSi, Selasa, 23 Maret 2010

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai prinsip-prinsip syariah dengan berpedoman pada Al Quran

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi perbankan syariah, memicu tumbuhnya bank-bank syariah di

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB I PENDAHULUAN. kauangan, baik perorangan maupun lembaga, baik sosial atau perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia dewasa ini berjalan dengan

ANALISIS PSAK 102 (REVISI 2013) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PRODUK KEPEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR (KKB) BRISYARIAH IB

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BNI SYARIAH CABANG BEKASI. Ita Isnaini EB17

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manusia tanpa terkecuali dalam kegiatan di perbankan. Hal ini dapat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah diuraikan pada bab. sebelumnya maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut :

BAB IV. Seperti di perbankan syari ah Internasional, transaksi mura>bah}ah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN. syariah dianggap sangat penting khususnya dalam pengembangan sistem ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan tingkat modal yang mencukupi, sehingga untuk menambah modal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi dari masyarakat dan korporasi mengakibatkan banyak terdapat jasa

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. dari pendirian lembaga keuangan berlandaskan etika ini adalah tiada lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. periode 5 tahun terakhir ini telah muncul bank-bank yang menjalankan kegiatan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN DENDA PENUNDAAN PEMBAYARAN KPR PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. KANTOR CABANG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. juga berfungsi sebagai suatu lembaga intermediasi (intermediary instution), yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. pada Al Qur an dan Hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank syari ah adalah

dan persyaratan kepada mudharib atas pembiayaan yang diberikan.pembiayaan mudharabah

BAB I PENDAHULUAN. yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Dengan kata lain, Bank

BAB I PENDAHULUAN. keuangan bukanlah sebuah pabrik atau produsen yang menghasilkan uang

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya.

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, kita ketahui bersama bahwa populasi manusia juga semakin bertambah. Bertambahnya jumlah populasi manusia tersebut menyebabkan semakin bertambahnya kebutuhan hidup, terutama kebutuhan perumahan. Kebutuhan akan perumahan untuk keluarga di Indonesia sendiri diperkirakan mencapai angka lebih dari 15 juta unit pada tahun 2014. Bertambahnya kebutuhan hidup terutama dalam hal pembangunan perumahan tersebut juga dapat dilihat dengan maraknya pembangunan apartemen, kondominium, mall dan perumahan. Akan tetapi tidak semua masyarakat di Indonesia bisa menikmatinya, terutama dari golongan masyarakat menengah ke bawah (http://kemenpera. go.id/02/01/14). Oleh karena itu pemerintah melalui perbankan di Indonesia merealisasikan pemberian kredit. Salah satu bentuk kredit yang diberikan adalah berupa kredit pemilikan rumah atau fasilitas pemilikan kavling siap bangun. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang dikucurkan oleh perbankan di Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan seiring dengan peningkatan kebutuhan rumah. Pada tahun 2012 KPR di sejumlah bank tercatat mendominasi pertumbuhan kredit consumer (http://www.rumah.com/berita-properti 08/10/2013). 1

2 Bukan hanya perbankan konvensional yang memberikan jasa kredit kepada nasabahnya, akan tetapi perbankan syariah juga memberikan jasa produknya untuk kredit kepemilikan rumah (KPR) berupa pembiayaan KPR Syariah kepada nasabahnya. KPR Syariah merupakan salah satu alternatif pembiayaan pembelian rumah. Hampir semua bank sekarang mempunyai divisi syariah yang salah satu produknya adalah KPR Syariah (http://www.simulasikredit.com09/10/2013). Produk pembiayaan KPR yang digunakan dalam perbankan syariah memiliki berbagai macam perbedaan dengan KPR (Kredit Kepemilikan Rumah) yang ada di perbankan konvensional. Hal ini merupakan implikasi dari perbedaan prinsipal yang diterapkan perbankan syariah dan perbankan konvensional. Salah satu perbedaan dari pembiayaan KPR yang digunakan dalam perbankan syariah yaitu konsep bagi hasil dan kerugian (profit and loss sharing) sebagai pengganti sistim bunga yang digunakan dalam perbankan konvensional (Haris:2007). PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syariah Malang merupakan salah satu bank yang ditunjuk oleh pemerintah untuk menyalurkan KPR dengan menggunakan prinsip syariah. Dimana dalam menyalurkan pembiayaan KPRnya PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syariah Malang ini menggunakan prinsip istishna dan prinsip murabahah. Berdasarkan fatwa DSN Nomor: 06/DSN-MUI/IV/2000 tentang jual beli istishna yaitu akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni ) dan penjual (pembuat, shani ). Dimana produk KPR BTN Syariah yang dibiayai dengan menggunakan prinsip

3 istishna ini biasa disebut dengan KPR BTN Indent ib. Sedangkan untuk akad murabahah berdasarkan fatwa DSN Nomor: 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah yaitu menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba. Dimana produk KPR BTN Syariah yang dibiayai dengan prinsip murabahah ini biasa disebut dengan KPR BTN Platinum ib. KPR BTN Indent ib ini adalah produk pembiayaan dalam rangka pembelian rumah, ruko, rukan, rusun atau apartemen secara inden (atas dasar pesanan), bagi nasabah perorangan dengan menggunakan prinsip akad Istishna (jual beli atas dasar pesanan), dengan pengembalian secara tangguh (cicilan bulanan) dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan untuk KPR BTN Platinum ib sama-sama produk pembiayaan dalam rangka pembelian rumah, ruko, rukan, rusun atau apartemen akan tetapi tidak dengan cara inden, sehingga dalam produk pembiayaan KPR BTN Platinum ib ini rumah yang diinginkan nasabah sudah jadi, atau sudah ada wujudnya (http://www.btn.co.id09/10/2013). Pada dasarnya, pembiayaan istishna merupakan transaksi jual beli cicilan pula seperti transaksi murabahah muajjal. Namun, berbeda dengan jual beli murabahah dimana barang diserahkan dimuka sedangkan uangnya dibayar cicilan, dalam jual beli istishna barang diserahkan dibelakang, walaupun uangnya juga samasama dibayar secara cicilan. Hal ini terjadi, karena pada pembiayaan istishna barangnya belum dibuat atau belum wujud (Karim, 2006:126).

4 Haris (2007) mengungkapkan bahwa keberagaman serta perbedaan penggunaan skim fiqh dalam pembiayaan pemilikan rumah (KPR) oleh bank-bank syari ah di Indonesia memiliki nilai negatif dan nilai positif. Nilai negatifnya adalah memunculkan kesan bahwa tidak ada suatu otoritas khusus yang menangani operasional perbankan syari ah di Indonesia sehingga muncul berbagai variasi produk pembiayaan kepemilikan rumah. Namun sebenarnya di Indonesia sudah ada sebuah lembaga (di bawah naungan MUI), yaitu Dewan syari ah Nasional yang merumuskan aplikasi skim-skim kontrak dalam bidang Hukum Islam ke dalam praktek lembagalembaga keuangan syari ah, semisal bank. Segi positifnya adalah dengan berbagai macam variasi pembiayaan kepemilikan rumah yang ditawarkan oleh bank-bank syari ah berarti calon nasabah mempunyai berbagai alternatif pilihan untuk memiliki rumah dengan cara yang sesuai dengan keinginannya. Begitu pula dengan PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syari ah Malang yang juga menyediakan dua alternatif pilihan bagi nasabahnya yang ingin mengajukan pembiayaan KPR Syariah agar para nasabah tersebut dapat memilih alternatif akad seperti apa yang diinginkannya. Berikut ini pada tabel 1.1 disajikan data pertumbuhan total asset dan pertumbuhan pembiayaan KPR BTN Syariah dari tahun 2008 sampai tahun 2012:

5 Tabel 1.1 Pertumbuhan Total Asset dan Pembiayaan KPR BTN Syariah Tahun 2008 2012 No. Tahun Total Asset Istishna' Murabahah Kenaikan (%) Kenaikan (%) (dalam jutaan rupiah) (dalam jutaan rupiah) (dalam jutaan rupiah) Kenaikan (%) 1 2008 1,467,262 12,108 642,304 2 2009 2,256,673 54% 47,486 292% 981,836 53% 3 2010 3,402,787 51% 65,486 38% 1,312,613 34% 4 2011 5,056,158 49% 134,332 105% 1,945,167 48% 5 2012 7,664,400 52% 492,163 266% 2,791,724 44% Sumber: Laporan Keuangan PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. yang telah diolah penulis Dari tabel pertumbuhan tersebut menunjukkan bahwa total asset BTN Syariah mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan. Dimana pada tahun 2009 total asset BTN Syariah mengalami kenaikan sebesar 54% dari tahun sebelumnya dan naik lagi sebesar 51% pada tahun 2010 dan naik lagi sebesar 49% pada tahun 2011 dan terus naik lagi pada tahun berikutnya yaitu 2012 sebesar 52%. Dan salah satu pemicu dari pertumbuhan total asset tersebut yaitu karena adanya pertumbuhan yang dialami oleh pembiayaan KPR BTN Syariah baik yang dibiayai dengan menggunakan akad istishna maupun yang dibiayai dengan menggunakan akad murabahah. Dimana dari tabel pertumbuhan tersebut dapat diketahui bahwa piutang istishna mengalami pertumbuhan pada setiap tahunnya yaitu pada tahun 2009 naik sebesar 292% dari tahun sebelumnya dan naik lagi sebesar 38% pada tahun 2010 dan naik lagi sebesar 105% pada tahun 2011 dan terus mengalami kenaikan lagi pada tahun 2012 sebesar 266%.

6 Sedangkan untuk piutang murabahah juga terus mengalami kenaikan yaitu pada tahun 2009 naik sebesar 53% dari tahun sebelumnya dan naik lagi sebesar 34% pada tahun 2010, naik 48% pada tahun 2011 dan juga terus mengalami kenaikan sebesar 44% pada tahun 2012. Dari data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat pembiayaan KPR BTN Syariah baik dengan menggunakan akad istishna (KPR BTN Indent ib) maupun akad murabahah (KPR BTN Platinum ib) pada setiap tahunnya mengalami peningkatan. Dengan melihat semakin banyaknya kebutuhan masyarakat terhadap perumahan dan juga melihat perkembangan PT. Bank Tabungan Negara Syariah dalam hal aset dan pembiayaan KPR baik dengan menggunakan akad istishna maupun akad murabahah dari tahun ke tahun, sehingga peneliti tertarik untuk menganalisa lebih lanjut tentang akad istishna dan akad murabahah yang digunakan sebagai akad pembiayaan KPR Syariah pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syari ah Malang, dan membandingkan kedua akad tersebut. Dan dalam hal ini peneliti menggunakan judul: ANALISIS AKAD JUAL BELI ISTISHNA DAN MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN KPR (Studi Kasus Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syari ah Malang).

7 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka, permasalahan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah pelaksanaan pembiayaan KPR dengan menggunakan akad istishna dan akad murabahah di PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syari ah Malang? 2. Bagaimana komparasi akad istishna dan murabahah yang diterapkan pada produk pembiayaan KPR di PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syari ah Malang? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang igin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembiayaan KPR dengan menggunakan akad istishna dan akad murabahah di PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syari ah Malang 2. Untuk mengetahui komparasi akad istishna dan murabahah yang diterapkan pada produk pembiayaan KPR di PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syari ah Malang.

8 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi peneliti Menambah wawasan pengetahuan penulis mengenai pembiayaan KPR dengan menggunakan akad jual beli istishna dan murabahah pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syari ah Malang dan mengetahui bagaimana perbandingan dari kedua akad tersebut. 2. Bagi Bank: Diharapkan dapat menjadi masukan bagi PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syari ah Malang dalam menentukan kebijakan selanjutnya terutama dalam hal pembiayaan KPR Syariah. 3. Bagi pembaca atau masyarakat luas: Penelitian ini diharapkan berguna bagi para pembaca terutama bagi masyarakat yang ingin menggunakan produk pembiayaan rumah pada Bank Syariah sebagai pandangan atau referensi jika ingin menggunakan produk pembiayaan KPR Syariah. 4. Bagi peneliti selanjutnya: Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan rujukan bagi peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis.

9 1.5 Batasan Masalah Dalam penelitian ini obyek yang diteliti adalah PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syari ah Malang dan untuk masalah yang dibahas dalam penelitian ini hanyalah sebatas hal-hal yang berkenaan dengan akad Jual Beli Istishna dan murabahah yang digunakan untuk pembiayaan produk KPR yang dilakukan oleh PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syari ah Malang. Data yang digunakan merupakan data primer dan data sekunder sebagai pendukung.