BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap

BAB IV ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BMT NU SEJAHTERA CABANG KENDAL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo

BAB V PEMBAHASAN. A. Peran Account Officer dalam Maganalisis permohonan pembiayaan

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

ANALISIS PELAKSANAAN PENGAWASAN PINJAMAN MODAL KERJA GUNA MEMINIMALISIR PINJAMAN MACET (Studi Pada KUD BATU )

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra

BAB II LANDASAN TEORI. Koperasi Jasa Keuangan Syariah, selanjutnya disebut KJKS, adalah

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. mengetahui bagaimanakan sistem pengendalian kredit Gambaran Singkat Koperasi Simpan Pinjam TABITA

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Manajemen Risiko yang diterapkan dalam mengatasi Pembiayaan Murabahah Bermasalah di BTM Lampung

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pengelolaan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPRS. 1. Penerapan Pembiayaan Murabahah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Randublatung-Blora, Jawa Tengah.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Faktor-Faktor Pembiayaan Murabahah Bermasalah. Pembiayaan dalam Pasal 1 butir 12 UU No. 10 Tahun 1998 jo. UU No.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. nasabahnya. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal tentang pembiayaan

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Risiko Pembiayaan dengan Akad Murabahah di BTM Wiradesa

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA

BAB V PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah pada KSPPS Tunas. Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual

kemudian hari bagi bank dalam arti luas;

BAB IV PEMBAHASAN. A. Prosedur pemberian pembiayaan murabahah pada Bank Syariah

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB V PEMBAHASAN. A. Implementasi Minimalisasi Risiko Pembiayaan Murabahah Di Bank. Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Tulungagung.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

KERANGKA PEMIKIRAN III.

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian

WAKA<LAH PADA KJKS MBS

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

2) Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasisosialisasi BAB IV. mengenai perbankan syari ah bahwasanya bunga

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi

BAB V PENUTUP. Analisis terhadap Penyelesaian Pembiayaan Mud{a>rabah bermasalah pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV STRATEGI PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MODAL USAHA DI BMT SM NU CABANG BOJONG PEKALONGAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Character terhadap Tingkat Pengembalian Angsuran. Pembiayaan Murabahah pada BMT As-Salam Kras-Kediri Tahun 2015

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pengertian pembiayaan mikro dan prosedur pembiayaan mikro. menambah modal usaha nasabah dengan harapan agar usahanya lebih

BAB V PENUTUP. 1. Keseluruhan faktor pembiayaan bermasalah KJKS BMT Walisongo. 1) Kelemahan dalam analisis pembiayaan. 2) Kelemahan dalam sisi agunan,

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Strategi BMT Bahtera Pekalongan dalam Mengembangkan Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011

BUPATI PENAJAM PASER UTARA,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU. KOTA SANTRI Cabang Karanganyar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. BMT Walisongo Mijen Semarang dilandasi dengan prinsip kehati-hatian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Akad Mudharabah Pada PembiayaanPertanian Di KSPPS

BAB IV PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PRODUK MODAL USAHA DI KJKS BMT BINAMA SEMARANG

By : Angga Hapsila, SE.MM

BAB V PEMBAHASAN. A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah di LKS ASRI. Tulungagung dan BMT HARUM Tulungagung

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN DEBITUR PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT ANKASA KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN. A. Faktor Yang Menyebabkan timbulnya Pembiayaan Bermasalah. diperlukan adanya pertimbangan serta kehati-hatian agar kepercayaan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV MEKANISME PENILAIAN BARANG JAMINAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA KSPPS BINAMA SEMARANG

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. bank secara keseluruhan. Kredit berperan sebagai faktor pendorong dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Prosedur Pengikatan Jaminan Pada Pembiayaan Murabahah di BPRS

BAB IV PEMBAHASAN. A. Prosedural deposito sebagai jaminan pembiayaan pada PT. Bank. a. Dana aman dan terjamin dikelola secara syariah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

EVALUASI PENGAWASAN KREDIT MODAL KERJA SEBAGAI UPAYA MENEKAN TUNGGAKAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bank. Kebijaksanaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No.7 Tahun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. A. Proses Penyaluran Dana Bergulir BPLM Di Kabupaten Kulon Progo

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN PADA PELAKSANAAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH

BAB IV EVALUASI NON PERFORMING FINANCING (NPF) PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN TAHUN 2008/2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75).

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN DENDA PADA PEMBIAYAAN BERMASALAH MENURUT FATWA DSN-MUI NO 17/DSN MUI/IX/2000 DI KJKS MADANI KOTA PEKALONGAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB V PEMBAHASAN. A. Peran Account Officer dalam manajemen resiko pembiayaan di BMT. Istiqomah Tulungagung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi simpan pinjam merupakan salah satu lembaga keuangan yang. kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari anggotanya,

Transkripsi:

66 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Penerapan Prinsip Kehati-hatian (Prudential) dalam pemberian pembiayaan di KJKS BINAMA 1. Analisis pembiayaan Sebagai lembaga keuangan yang berusaha meningkatkan kualitas pelayanan tanpa merugikan kedua belah pihak antara KJKS dan mitra, terlebih dahulu dipertimbangkan sebelum memberikan pembiayaan pada calon mitra. Prinsip penilaian pembiayaan yang dilakukan di KJKS BINAMA yaitu dengan analisis 5 C. Prinsip pemberian pembiayaan dengan analisis 5C, dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Character (watak) Pihak KJKS BINAMA menganalisis data tentang sifat atau watak, kejujuran, tanggung jawab seorang calon mitra. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada KJKS BINAMA bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan pembiayaan benar-benar dipercaya. Tanggung jawab terhadap kewajibannya dan kemauan memenuhi kewajibanya (willingness to pay) Kebiasaan pribadinya (apakah suka berjudi, spekulasi, bohong, hal lain yang buruk) Kejujuran, dilihat dari keterangan dan keaslian dokumen yang diberikan.

67 Bersifat terbuka atau tertutup Tingkat religious Menurut keterangan dari Ibu Ira, data yang diperoleh tidak hanya saat mitra mengisi formulir pada saat mengajukan pembiayaan. Tapi setelah itu di lakukan survey lapangan oleh pihak BINAMA untuk mendalami karakter si calon mitra dengan mencari informasi kepada tetangga, ketua RT, ketua RW setempat dan juga menghubungi kantor tempat calon mitra bekerja untuk mencari tahu lebih dalam tentang karakternya. Semakin banyak informasi yang di dapat semakin lebih meyakinkan pihak BINAMA dalam memutuskan apakah pembiayaan calon mitra tersebut dapat diterima atau ditolak. 1 Walaupun karakter ini menjadi salah satu poin penting dalam analisis pembiayaan tapi pada realitanya pihak BINAMA masih kesulitan untuk meniliti karakter/sifat dari mitra. Disebabkan sifat mitra yang tak bisa di tebak dan kadang berubah-ubah, jadi sangat kesulitan bagi BINAMA dalam menerapkannya. b. Capacity (kemampuan) Diterapkan untuk melihat kemampuan calon mitra dalam membayar pembiayaan yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba. Sehingga nantinya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan pembiayaan yang disalurkan. Kemampuan calon mitra juga dapat dilihat dari: 1 Wawancara dengan Ibu Ira bagian pembiayaan pada tanggal 9 april 2013 pukul 08.00

68 1. Kemampuan Manajerial 2. Kemampuan Tehnis, seperti produksi, pemasaran 3. Kemampuan usaha dalam membayar kembali pembiayaannya (aspek Keuangan) Survey tentang kemampuan membayar di KJKS BINAMA ditunjukan dengan keterangan tagihan rekening listrik, Telepon, PAM, fotocopy rekening tabungan 3 bulan terakhir, dan slip gaji 3 bulan terakhir. Tujuannya untuk mengetahui seberapa besar pengeluaran dan pemasukan si calon mitra menghasilkan laba atau tidak. Sehingga dapat dilihat perputaran untuk usaha masih bisa lagi atau tidak. Jadi dapat diketahui seberapa besar kemampuan dan kesanggupan membayar calon mitra per bulanya terhadap jumlah pembiayaan yang diajukan. 2 Seperti yang di jelaskan dalam teori bahwa capacity digunakan untuk mengukur laba sejauh mana calon mitra dapat mengembalikan utang-utangnya secara tepat waktu dari hasil usaha yang dijalankan. Dan di BINAMA pun juga menerapkannya dengan tujuan bahwa usaha calon mitra mempunyai kemampuan (capacity) untuk mengembalikan pembiayaannya. Sehingga BINAMA dapat memprediksi sejauh mana kemampuan membayarnya. c. Capital (modal) Penilaian secara subyektif tentang kemampuan mitra untuk melakukan pembayaran. Kemampuan ini diukur dengan catatan prestasi 2 Wawancara dengan Bapak Muhammad Khodi bagian Marketing pada tanggal 22 april 2013 pukul 09.37

69 mitra masa lalu yang di dukung dengan pengamatan di lapangan terhadap usaha mitra, cara berusaha, ataupun tempat usaha. Kemampuan mitra dapat dilihat dari analisa kelayakan usaha. Perlu dicermati dalam melihat kemampuan mitra jika terjadi titik kritis, misalnya jika mitra tersebut sakit apakah ada yang menggantikan usahanya, bila terjadi musibah dan lain sebagainya apakah ada pendapatan lain yang dapat menggantikan pembayaran. Tentunya kemampuan (capacity) harus didukung oleh adanya modal (capital) yang cukup untuk dapat terwujudya hasil usaha yang baik. Karena adanya keseimbangan antara modal dan hutang sekaligus sebagai bukti bahwa calon mitra memiliki keseriusan dalam mengelola usahanya. Modal (capacity) yang diberikan tidak 100% dari BINAMA, jadi sebelumnya calon mitra harus mempunyai modal awal baik dari pribadi maupun pinjam dari orang lain. Keterangan dari Ibu Ira, Pihak BINAMA memang memberikan pembiayaan (tujuan pengembangan usaha) kepada mitra yang sudah punya usaha (usaha sudah berjalan) supaya kita bisa melihat cash flow usahanya dan tingkat keuntungan per bulanannya. 3 Jadi capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki mitra terhadap usaha yang akan dibiayai oleh KJKS BINAMA. 3 Wawancara dengan Ibu Ira bagian Pembiayaan pada tanggal 9 april 2013 pukul 09.00

70 d. Condition of Economic (Kondisi Perekonomian) Dalam melakukan analisis pembiayaan KJKS BINAMA melihat kondisi perekonomian secara umum khususnya yang terkait dengan: Kondisi sosial ekonomi atau problematika keluarga, karena apabila ada masalah dalam keluarga si calon mitra, pasti akan sangat menganggu kelangsungan usaha apalagi kalau calon mitra tidak bisa mengkodisikan antara masalah yang dihadapi dengan usahanya maka akan mengancam kelangsungan usahanya. Selain itu jenis usaha calon mitra juga harus diperhatikan. Hal tersebut dilakukan karena keadaan eksternal usaha yang dibiayai. Kasus yang dapat lihat misalnya pada usaha wartel. Kondisi wartel saat ini sudah sangat jenuh karena pulsa celuler lebih murah dan penggunaanya sangat praktis sehingga kondisi seperti ini kurang baik untuk dibiayai, atau sebaliknya kebutuhan akan bahan pokok tidak pernah jenuh dan sistem yang berjalan cukup baik sehingga secara conditioning usaha ini cukup baik dibiayai. Jadi KJKS BINAMA. Dalam hal ini KJKS BINAMA memproyeksi faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi jalannya usaha mitra di masa akan datang (condition). e. Collateral (jaminan) Jaminan yang diberikan oleh calon mitra baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Nilai jaminan juga harus melebihi jumlah

71 pembiayaan yang diberikan. Di KJKS BINAMA jaminan yang sering diberikan berupa BPKB dan sertivikat. Jaminan juga diteliti keabsahannya baik berupa kepemilikan barang maupun dari keaslian dokumen yang di jaminkannya. Sehingga jika terjadi suatu masalah maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. Totalitas calon mitra dalam memberikan jaminan terutama supporting collateral menunjukan keseriusan mitra dalam menjalankan usahanya. Fungsi jaminan adalah sebagai pelindung KJKS BINAMA dari risiko kerugian. Proses analisis pembiayaan di KJKS BINAMA menggunakan asas 5C. Dimana untuk menganalisis dari character, capacity, capital, condition, dan collateral kepada mitra untuk meyakinkan pihak BINAMA bahwa mitra tersebut layak untuk diberikan pembiayaan. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan dalam buku Veithzal Rivai berjudul Islamic Financing Management halaman 348. Berdasarkan keterangan dari Bapak Imam yaitu mitra pembiayaan di KJKS BINAMA mengatakan bahwa memang benar survey lapangan itu dilakukan oleh pihak BINAMA, tujuannya sendiri untuk mengetahui bahwa memang benar ada usaha dan untuk melihat jaminan yang diagunkan. 4 Jadi KJKS BINAMA selalu menjalankan sistem pengaman, yaitu menilai calon mitra dari berbagai aspek. Dan aspek dalam pemberian pembiayaan tersebut 4 Wawancara dengan Bapak Imam (mitra pembiayaan di KJKS BINAMA) pada tanggal 23 april 2013 pukul 12.30

72 tertuang dalam 5C. Pada sasarannya konsep 5C ini akan dapat memberikan informasi mengenai itikad baik (willingness to pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) mitra untuk melunasi pinjaman tentunya dengan selalu menerapkan kehati-hatian di setiap transaksi apapun yang BINAMA lakukan kepada mitra dan interen koperasi khususnya. Berikut ini rincian Non-Perfoming (kolektibilitas kurang lancar, diragukan dan macet) di KJKS BINAMA Semarang selama tiga tahun terakhir pada tabel halaman berikut:

73 Tabel 3 Daftar Kolektabilitas di KJKS BINAMA Semarang Periode 2009-2011 Keterangan 2009 % Org 2010 % Org 2011 % Org a. Klasifikasi lancar 16.854.183.519 95% 1.443 20.245.766.197 95% 1.745 29.078.035.044 96% 2.025 b. Klasifikasi krg lancar 503.244.950 3% 115 748.939.029 4% 116 499.534.738 2% 94 c. Klasifikasi diragukan 224.798.126 1% 65 174.176.200 1% 56 413.875.821 1% 69 d. Klasifikasi macet 116.898.968 1% 31 222.649.427 1% 40 377.375.394 1% 45 Total outstanding 17.699.125.563 100% 1.654 21.391.530.853 100% 1.957 30.368.820.997 100% 2.233 Kolektabilitas 537.120.038 3.03% 727.751.092 3.40% 937.549.629 3.09% NPF 844.942.044 4.77% 1.145.764.656 5.36% 1.290.785.953 4.25% Sumber : KJKS BINAMA Semarang

74 1. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan monitoring dan evaluasi sangat penting dilakukan setelah pencairan pembiayaan dilakukan. Tujuan monitoring dan evaluasi yaitu agar pelaksanaan sistem dan prinsip-prinsip yang telah disosialisasikan dapat selalu terjaga dan terkendali dalam pelaksanaan sehari-hari di lapangan. Pendampingan dan monitoring kepada mitra yang dilakukan di KJKS BINAMA dengan cara: a. Mencocokan penggunaan dana dengan daftar kebutuhan b. Menjalin hubungan emosional c. Melihat perkembangan usaha d. Memberikan informasi seputar KJKS dan mitra e. Membantu menyetorkan angsuran (sesuai jadwal angsuran) f. Mencatat angsuran pada kartu yang dipegang oleh mitra g. Memperkecil risiko keterlambatan angsuran. Administrasi membuat laporan prestasi mingguan dan mencocokan dengan pendampingan lapangan untuk segera memperbaiki kekeliruan pada pengelolaan bila terjadi kesalahan dan memperbaiki kelalaian mitra bila terjadi keterlambatan. B. Analisis Prinsip Kehati-Hatian dalam Mengendalikan Risiko Pembiayaan DI KJKS BINAMA Semarang Pembiayaan yang diberikan kepada mitra tidak semua berjalan baik dalam pengembaliannya. Walaupun sudah melakukan analisa kelayakan usaha dan analisa pembiayaan secermat mungkin, keterlambatan angsuran

75 selalu ada yang mengakibatkan munculnya risiko. Hal demikian merupakan suatu yang wajar dalam menjalankan usaha terutama pada lembaga keuangan, karena aktifitas terbesarnya ada pada outstanding. Untuk pengidentifikasian risiko pihak KJKS BINAMA melakukan penilaian kolektibilitas dan menghitung portofolio berisiko. Kolektibilitas untuk melihat tingkat bermasalah pada saat terjadi tunggakan, sedangkan portofolio berisiko menganalisa, memprediksi dan memperkirakan kejadian yang akan datang sehingga KJKS BINAMA dapat melakukan pengobatan sejak dini. Identifikasi dilakukan dari awal oleh KJKS BINAMA, diantaranya dalam persyaratan kelengkapan pengajuan pembiayaan. Jika mitra dari awal tidak mau melengkapi persyaratan pembiayaan dengan lengkap, maka dari sini sudah mulai bisa dilihat tanda-tanda akan terjadinya risiko. Jika cicilan yang dilakukan oleh mitra sudah mulai tidak teratur maka disini juga sudah mulai terlihat tanda-tanda akan terjadi risiko pada pembiayaan. Identifikasi mulai dilakukan jika sudah terlihat adanya tanda-tanda akan terjadi risiko yaitu mitra sudah mulai tidak teratur membayar cicilan, baik itu jumlah cicilan tidak sesuai atau tidak tepat waktu dalam pembayarannya. Hal ini terjadi karena berbagai hal yang terjadi pada mitra, misalnya terjadi bencana, gagal panen, usahanya bangkrut, mitra sakit atau barang jaminan hilang dan lain sebagainya. Musibah yang terjadi pada mitra juga mengakibatkan pembiayaan yang dilakukan oleh mitra, dari hal ini sudah bisa diidentifikasi penyebab

76 terjadinya risiko, sehingga pihak KJKS BINAMA bisa melakukan tindakan lebih lanjut, yaitu dengan cara: 1. Preventive Control of Financing (pencegahan sebelum terjadinya pembiayaan macet). a. Penetapan plafon pembiayaan Plafon pembiayaan atau Batas Maksimum Pemberian Pembiayaan (BMPP) mutlak diterapkan di KJKS BINAMA kemudian ditetapkan dan disetujui oleh kedua belah pihak yaitu antara mitra dan pihak BINAMA sebelum penyaluran pembiayaan dilakukan. BMPP di KJKS BINAMA sebesar 500 juta rupiah. 5 Penerapannya dilakukan secara objektif dari hasil analisis 5C oleh Account Officer. b. Pemantauan kepada mitra Pemantauan terhadap mitra dilakukan pihak BINAMA untuk memonitoring perkembangan usaha mitra setelah pembiayaan diberikan. Jadi idealnya jika usahanya maju maka pembiayaan akan lancar. Sebaliknya jika menurun, pihak KJKS BINAMA melakukan peningkatan penagihan sebelum pembiayaan tersebut benar-benar macet. c. Pembinaan kepada mitra Pembinaan terhadap mitra dimaksudkan KJKS BINAMA untuk memberikan penyuluhan kepada mitra tentang manajemen dan administrasi dengan tujuan si mitra mampu mengelola usahanya 5 Wawancara dengan Bapak Muhammad Khodi bagian Marketing pada tanggal 23 april 2013 pukul 08.10

77 dengan baik. Karena jika usahaya maju maka pembayaran pun akan lancar. Pemantauan sangat penting dilakukan untuk mengendalikan risiko sedini mungkin terhadap mitra. Jadi dapat segera di carikan solusi secepatnya agar pembiayaan tersebut tidak macet. Dan pembinaan untuk mitra juga harus dilakukan guna mengembangkan potensi atau kemampuan mitra baik dalam mengelola usahanya maupun dalam memanajemen usahanya agar berkembang semakin baik dan dapat bersaing di pasaran. 2. Repressive Control of Financing (tindakan penagihan/penyelesaian setelah pembiayaan tersebut macet). Kegiatan atau aktifitas KJKS BINAMA Semarang adalah menghimpun dan menyalurkan dana. Dalam penyaluran dana khususnya pasti tidak terlepas dari risiko-risiko yang timbul akibat anggota/calon mitra tidak dapat melunasi pembiayaan yang dipinjamnya. Sehingga risiko tidak terbayarnya pinjaman oleh anggota/calon mitra menyebabkan pembiayaan macet atau angsuran tersendat. Penyebab pembiayaan bermasalah di KJKS BINAMA dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah: a. Aspek Internal 1. Manajemen tidak baik atau kurang rapi 2. Kurang Monitoring 3. Data survey tidak lengkap

78 4. Penyelesaian yang lambat 5. Pengetahuan Legal jaminan kurang 6. Jaminan bukan milik sendiri 7. Kurang pengecekan di awal proses 8. Kurang tajam analisis 9. Kurang paham terhadap kebutuhan keuangan mitra yang sebenarnya 10. Kurang lengkap pencantuman persyaratan 11. Terlalu agresif 12. Petugas yang kurang pengalaman 13. Kurang mengadakan review b. Aspek eksternal (mitra) 1. Bangkrut 2. Bencana 3. Pengeluaran lebih besar dari pendapatan 4. Karakter 5. Ekspansi Usaha 6. Pembiayaan digunakan orang lain 7. Pembiayaan tidak sesuai dengan keperuntukan 8. Mitra sakit parah 9. Penipuan data 10. Perubahan gaya gidup 11. Sektor usaha berisiko

79 12. Penurunan pendapatan 13. Ketidak harmonisan keluarga Cara penyelesaian pembiayaan bermasalah di KJKS BINAMA dilakukan dengan cara: a. Penjadwalan kembali (Rescheduling) Rescheduling ini merupakan upaya yang sering dilakukan pihak KJKS BINAMA Semarang untuk menyelamatkan pembiayaan bermasalah yang diberikan kepada mitra. Rescheduling merupakan penjadwalan kembali sebagian atau seluruh kewajiban mitra. KJKS BINAMA dalam melakukan rescheduling melihat arus yang bersumber dari kemampuan mitra yang sedang mengalami kesulitan. Penjadwalan tersebut bisa berbentuk: 1) Memperpanjang jangka waktu angsuran, misalnya semula ditetapkan setiap bulan kemudian menjadi 3 bulan. Yakni pihak mitra, yang tidak lain adalah KJKS BINAMA Semarang memberikan kelonggaran waktu pada mitra yakni memperpanjang jangka waktu pengangsuran dengan tujuan agar si mitra yang bermasalah tidak merasa keberatan dalam mengangsur kewajibannya terhadap KJKS BINAMA Semarang. 2) Menurunkan jumlah untuk setiap angsuran yang mengakibatkan perpanjangan jangka pembiayaan, yaitu pihak KJKS BINAMA memberikan kelonggaran pada mitra. Misalnya mitra setiap

80 bulannya harus mengangsur Rp. 5.000.000,00 /bulan menjadi Rp. 2.500.000,00 /bulan. b. Persyaratan kembali (Reconditioning) Reconditioning merupakan usaha pihak KJKS BINAMA Semarang untuk menyelamatkan pembiayaan bermasalah dengan cara mengubah sebagian atau seluruh persyaratan yang semula disepakati bersama pihak KJKS BINAMA Semarang dan mitra kemudian dituangkan dalam perjanjian pembiayaan. Dalam hal ini, perubahan yang dilakukan adalah Penundaan pembayaran pembiayaan, tetapi penagihan atau pembebanannya kepada mitra tidak dilaksanakan sampai mitra mempunyai kesanggupan. Pihak KJKS BINAMA Semarang memberi kesempatan pada mitra yang mengalami pembiayaan bermasalah, yakni memberi kesempatan kepada mitra hanya membayar kewajibannya yang pokok saja, sementara nisbah bagi hasil atau keuntungan diberi kelonggaran waktu sampai ia sanggup membayarnya, tentunya sesuai kewenangan dan kesepakatan dari pihak KJKS BINAMA Semarang. 6 c. Penataan kembali (Restructuring) Restructuring dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan pihak mitra dalam melakukan pembiayaan. Dalam melakukan restructuring hal yang harus diperhatikan adalah prospek usaha dan itikad baik. Tindakan KJKS BINAMA dengan cara menambah modal mitra dengan mempertimbangkan mitra tersebut memang 6 Wawancara dengan Ibu Ira pada tanggal 10 Desember 2012 pukul: 10.00

81 membutuhkan tambahan dana dan usaha yang dibiayai memang masih layak. Tentunya pihak BINAMA melihat kondisi usaha dari mitra yang bermasalah tersebut. Apakah mitra mempunyai etikad baik atau tidak. Restructuring dilakukan KJKS BINAMA dengan tujuan agar mitra bisa bangkit kembali dalam menjalankan usahanya sehingga dapat kembali mengangsur kewajibanya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Ira bagian marketing. Berikut ini contoh kasus pembiayaan bermasalah dan cara penyelesainnya di KJKS BINAMA Semarang, yaitu: Ibu Mira (nama samaran) melakukan pembiayaan di KJKS BINAMA sebesar 125 juta rupiah, ditujukan untuk membangun rumah yang dijadikan kos-kosan. Angsuran berjalan lancar, sampai kemudian pada angsuran berikutnya bermasalah hingga mencapai coll 3 (kolektibilitas diragukan). KJKS BINAMA menawarkan solusi permasalahan : Dengan membantu menjualkan rumahnya melalui OL (online) tokobagus.com dan berniaga.com. Akhirnya ada yang berminat kemudian menghubungi contact person dari BINAMA. Kemudian pihak BINAMA menghubungkan dengan Ibu Mira dan deal. Setelah itu Bu Mira melunasi pembiayaannya di BINAMA. Sebagaimana contoh kasus di atas bisa di artikan bahwa cara penyelesaian yang dilakukan BINAMA dengan cara mencarikan solusi atau jalan keluar kepada mitra pembiyaan yang macet agar pembiayaan tersebut dapat terbayar kembali dengan lancar dan tidak merugikan baik itu pihak

82 BINAMA atau mitra pembiayaan. Cara penyelesaian pembiayaan bermasalah yaitu dengan rescheduling, reconditioning, dan restructuring. Hal itu sebagaimana dijelaskan dalam buku Kasmir yang berjudul Manajemen Perbankan halaman103. Namun di KJKS BINAMA lebih menerapkan rescheduling sebagai solusi terbaik dan aman dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah. Di karenakan dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah dengan cara rescheduling hanya dengan menambah jangka waktu angsuran dan menurunkan jumlah angsuran. Sehingga mitra pembiayaan dapat sedikit terbantu dalam menyelesaikan pembiayaannya dengan adanya kelonggaran waktu. Dan pihak BINAMA pun tidak mengalami kerugian.