FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT RITEL DI SEKTOR AGRIBISNIS ( KASUS PADA BRI CABANG KRAMAT JATI ) MARIA FRANSISCA SARAGIH

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

IV. METODE PENELITIAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN III.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Sektor perbankan memiliki peran sangat vital antara lain sebagai

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyaluran Kredit Perbankan Tahun (Rp Miliar).

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi

BAB I PENDAHULUAN. dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh unit-unit usaha kecil. Kemampuan masyarakat

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negative terhadap tingkat pengembalian kredit TRI. Penelitian Sarianti (1998) berjudul faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian baik untuk negara ataupun daerah. Peran penting UKM tersebut telah

II TINJAUAN PUSTAKA. 5 Berdasarkan kurs per 4 Juni 2003, EUR = 1,17 USD

EKA SRI HANDAYANI GINTING

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan nasional, dan penyediaan lapangan kerja. Usaha mikro, kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TANYA-JAWAB SEPUTAR KUR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

VII. ANALISIS REALISASI KUR DI BRI UNIT TONGKOL

PENGARUH PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA DAN AKTIVA PRODUKTIF TERHADAP NET INTEREST MARGIN PADA BANK PEMERINTAH RANGKUMAN SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR PENDORONG PENGUSAHA UMKM DALAM MENGAMBIL ATAU MENGGUNAKAN KREDIT USAHA RAKYAT (BRI) DI KABUPATEN SRAGEN

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. masalah ekonomi tersebut, dengan membuat usaha kecil-kecilan atau usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. serta menyediakan jasa jasa dalam lalu lintas pembayaran. masyarakat. Fungsi perbankan yang demikian disebut sebagai perantara

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI BANK RAKYAT INDONESIA UNIT LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 189/PMK.05/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. inovatif dalam mengembangkan dan memperoleh sumber-sumber dana. baru. Dengan liberalisasi perbankan tersebut, sektor perbankan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah menyadari peranan usaha kecil terhadap pertumbuhan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) (STUDI KASUS PADA BNI UKC CABANG KARAWANG)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

Statistik KATA PENGANTAR

I.PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah

BAB I PENDAHULUAN. dibanding usaha besar yang hanya mencapai 3,64 %. Kontribusi sektor

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik UMKM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2008.

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS

akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bank tersebut, baik dilihat dari sudut pandang operasional bank dan dampak psikologis yang terjadi.

PENGARUH LABA USAHA DAN NILAI JAMINAN KREDIT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT SKALA MIKRO PADA BANK TABUNGAN NEGARA CABANG SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR

Statistik KATA PENGANTAR

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT DAN REPAYMENT CAPACITY

A. Kesimpulan BAB I PENDAHULUAN

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75).

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KUR PADA USAHA MIKRO (Kasus : BRI Unit Rorotan, Jakarta Utara) EVELYN PATRICIA SIMANJUNTAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu)

PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN EKONOMI SEPTEMBER 2015

PENDAHULUAN. peternak, khususnya bagi yang berminat meningkatkan skala usahanya. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Influence The Amount Of Credit And The Interest Rate On The Income Of Micro Customers In BRI Units Kabila

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha. Kredit tersebut mempunyai suatu kedudukan yang strategis dimana sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran inbal jasa penjaminan oleh Pemerintah. ini dapat tercermin dari eksistens UMKM yang cukup dominan di Indonesia.

METODE PENELITIAN IV.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. penting perbankan di Indonesia adalah menjaga kestabilan moneter agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT RITEL DI SEKTOR AGRIBISNIS ( KASUS PADA BRI CABANG KRAMAT JATI ) MARIA FRANSISCA SARAGIH DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa karya ilmiah berjudul Faktor-Faktor yang memengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat Ritel di Sektor Agribisnis (Kasus pada BRI Cabang Kramat Jati) adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2016 Maria Fransisca Saragih NRP H34144044

ABSTRAK MARIA FRANSISCA SARAGIH. Faktor-Faktor yang memengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat Ritel di Sektor Agribisnis ( Kasus pada BRI Cabang Kramat Jati ). Dibimbing oleh RACHMAT PAMBUDY. Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah program pemerintah untuk membantu pelaku UMKM dalam mengembangkan usahanya. BRI Cabang Kramat Jati merupakan perbankan yang menyalurkan KUR Ritel. Realisasi KUR Ritel di BRI cabang Kramat Jati belum tersalurkan seluruhnya, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai tingkat realisasi KUR Ritel. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis karakter yang dimiliki debitur dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyaluran KUR Ritel pada sektor agribisnis di BRI Cabang Kramat Jati. Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini 33 orang dan melakukan analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menjelaskan bahwa: (1) karakter yang dimiliki oleh setiap debitur berbeda-beda sehingga diperlukan pendekatan untuk menganalisis usahanya. (2) laba bersih per-bulan, lama usaha dan nilai agunan memengaruhi besarnya realisasi KUR yang akan diberikan. (3) Jumlah tanggungan, jumlah karyawan dan usia debitur tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap besarnya realisasi KUR. Kata Kunci : Kredit Usaha Rakyat (KUR), Agribisnis ABSTRACT MARIA FRANSISCA SARAGIH. Factors That Influence The Repayment Kredit Usaha Rakyat Ritel (Cases On Bank Rakyat Indonesia branch Kramat Jati). Supervised by RACHMAT PAMBUDY. Kredit Usaha Rakyat (KUR) is a government program to developing UMKM business. Bank Rakyat Indonesia Branch Kramat Jati is one of the banks that has a KUR Retail. Realization of KUR retail at BRI branch Kramat Jati have not been channeled entirely, so it is necessary to do research on the degree realization of KUR Retail. The purpose of this study are to analyze the character of the debtor and factors influence of KUR Retail distribution in the agribusiness sector at BRI branch Kramat Jati. The number of respondents that used in this study are 33 people and analysis used qualitative and quantitative data. The results of the research are: (1) the character of each debtor is different, so it is necessary to analyze their business approach. (2) net income per-month, long effort, and the value of collateral influences the realization of KUR will be given based on the statistical results. (3) Number of dependents, the number of employees, and the age of the debtor does not have a significant effect on the amount of KUR realization based on statistical results. Key words: Kredit Usaha Rakyat (KUR), Agribusiness

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT RITEL DI SEKTOR AGRIBISNIS ( KASUS PADA BRI CABANG KRAMAT JATI ) MARIA FRANSISCA SARAGIH Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Judul Skripsi Nama NIM : Faktor-Faktor yang Memengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat Ritel di Sektor Agribisnis ( Kasus pada BRI Cabang Kramat Jati) : Maria Fransisca Saragih : H34144044 Disetujui oleh Dr Ir Rachmat Pambudy, MS Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen Tanggal Lulus:

PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam karya ilmiah ini ialah Faktor-Faktor yang memengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat Ritel di Sektor Agribisnis ( Kasus pada BRI Cabang Kramat Jati ). Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Rachmat pambudy, MS selaku pembimbing, Ibu Dr. Ir. Netti Tinaprilla selaku dosen evaluator kolokium, saudari Oktari selaku pembahas seminar, Bapak Dr. Amzul Rifin, Sp, MA selaku dosen penguji utama, serta Bapak Feryanto, SP, Msi selaku dosen penguji akademik yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Imelda Purba beserta karyawan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Kramat Jati yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2016 Maria Fransisca Saragih

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL xv DAFTAR GAMBAR xv DAFTAR LAMPIRAN xv PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan 5 Manfaat Penelitian 6 TINJAUAN PUSTAKA 6 Mekanisme Penyaluran Kredit 6 Faktor-faktor yang memengaruhi Realisasi KUR 7 Pengertian Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) 8 KERANGKA PEMIKIRAN 9 Kerangka Pemikiran Teoritis 9 Pengertian Agribisnis 9 Pengertian Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) 10 Kredit Perbankan 10 Kredit Usaha Rakyat (KUR) 11 Analisis Kredit 11 Realisasi Kredit dengan Prinsip 5C 11 Kerangka Operasional 13 METODE PENELITIAN 14 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 Jenis dan Sumber Data 14 Metode Penentuan Sampel 15 Metode Pengumpulan Data 15 Analisis Deskriptif 15 Regresi Linear Berganda 16 Asumsi Dalam Analisis Regresi Linier 18 Hipotesis 19 GAMBARAN UMUM 20 Gambaran Umum BRI Cabang Kramat Jati 20 HASIL DAN PEMBAHASAN 22 Mekanisme Penyaluran KUR Ritel di BRI Kramat Jati 22 Karakteristik Responden KUR BRI Cabang Kramatjati 26 Laba bersih per Bulan 26 Lama Usaha 26 Nilai Agunan 27 Jumlah Tanggungan 27 Jumlah Karyawan 28 Usia Responden 28 Analisis faktor-faktor yang memengaruhi Realisasi KUR 29 Laba Bersih 32

Lama Usaha 33 Nilai Agunan 33 Jumlah tanggungan 34 Jumlah Karyawan 34 Usia 35 SIMPULAN DAN SARAN 36 Simpulan 36 Saran 36 DAFTAR PUSTAKA 37 LAMPIRAN 39 RIWAYAT HIDUP 55

DAFTAR TABEL 1 Jumlah UMKM dan usaha besar di Indonesia periode 2013-2015 1 2 Perkembangan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) menurut skala usaha tahun 2013 dan tahun 2014 1 3 Jumlah UMKM menurut sektor ekonomi di Indonesia tahun 2011 2 4 Jumlah pengajuan dan realisasi KUR Ritel sektor agribisnis tahun 2015 5 5 Data yang dibutuhkan dan sumber data 15 6 Tingkat Pendapatan per Bulan Responden Nasabah KUR BRI cabang 26 7 Lama usaha nasabah KUR Ritel di BRI cabang Kramat Jati 27 8 Nilai Agunan debitur KUR Ritel pada BRI cabang Kramat Jati 27 9 Jumlah Tanggungan nasabah KUR pada BRI cabang Kramat Jati 28 10 Jumlah karyawan nasabah KUR pada BRI cabang Kramat Jati 28 11 Usia Responden Nasabah KUR BRI Cabang Kramat Jati 29 12 Nilai skewness hasil regresi linier 30 13 Hasil regresi nilai VIF 30 14 Hasil regresi terhadap faktor-faktor yang memengaruhi realisasi KUR 31 DAFTAR GAMBAR 1 Mekanisme penyaluran KUR Ritel 22 2 Kegiatan akad antar BRI cabang Kramat Jati dan calon debitur 25 3 kunjungan AO ke lokasi usaha jeruk debitur 25 DAFTAR LAMPIRAN 1 Ilustrasi bunga efektif untuk KUR 39 2 Kerangka pemikiran operasional 40 3 Struktur Organisasi BRI cabang Kramat Jati 41 4 Laporan Kunjungan Nasabah 42 5 Surat Keterangan Permohonan Pinjaman 48 6 Plot komponen normal probability 51 7 Plot Komponen Standardize Residual 51 8 Daftar responden 52

PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu tumpuan perekonomian Indonesia yang sangat berpotensi untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. UMKM sanggup memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional, khususnya dalam menyediakan lapangan pekerjaan dan salah satu sumber yang cukup besar bagi penerimaan pendapatan negara (BPS 2011). Sejarah pernah membuktikan UMKM merupakan salah satu tumpuan perekonomian Indonesia. Pada tahun 2011, tercatat sekitar 99,9 persen usaha di Indonesia adalah UMKM, sedangkan 0,1 persen lainnya tergolong sebagai usaha besar. Tahun 2013 sampai 2015 jumlah UMKM mengalami peningkatan yang dapat dilihat pada Tabel 1. Sehingga dalam hal ini kontribusi UMKM terhadap perekonomian negara tidak perlu diragukan lagi, karena telah terbukti dibeberapa negara termasuk Indonesia, UMKM dapat menjadi tumpuan perekonomian suatu Negara. Tabel 1 Jumlah UMKM dan usaha besar di Indonesia periode 2013-2015 Tahun Skala Usaha (unit) UMKM Pangsa (%) Usaha Besar Pangsa (%) 2013 57 895 721 99.9 5 066 0.1 2014 59 223 869 99.9 5 082 0.1 2015 61 244 998 99.9 5 180 0.1 Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM (2016) Peran UMKM dalam memajukan perekonomian Indonesia dapat juga dilihat dari nilai persentase Produk Domestik Bruto (PDB) UMKM pada tahun 2013 dan tahun 2014. Nilai PDB UMKM mencapai 60.34 persen yaitu sebesar 6 038 408 milyar dari total PDB sektor ekonomi, sedangkan usaha besar hanya mencapai 39.66 persen. Besarnya proporsi UMKM dalam peningkatan PDB Nasional membuktikan bahwa keberadaan UMKM harus lebih diperhatikan lagi. Nilai PDB UMKM dan usaha besar menurut sektor ekonomi tahun 2013 dan tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Perkembangan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) menurut skala usaha tahun 2013 dan tahun 2014 Jumlah Satuan Skala Usaha 2013 2014 Perkembangan UMKM Rp. Milyar 5 440 007 6 038 408 598 401 % 59.08 60.34 11.71 Usaha Besar Rp. Milyar 3 574 943 3 789 440 214 497 % 40.92 39.66 6.01 Sumber : Kementerian Perdagangan (2015)

2 Salah satu skala usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang bergerak disektor ekonomi yang memiliki presentasi terbesar yaitu sektor agribisnis. Presentase terbesar dari UMKM adalah berasal dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan yaitu sebesar 48.8 persen yang dapat dilihat pada Tabel 3. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan cerminan dari sektor agribisnis. Sektor yang memiliki presentasi terbanyak kedua yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 28.8 persen. Sektor perdagangan dan restoran juga dapat dikatakan dalam sektor agribisnis jika barang yang diperdagangkan merupakan produk hasil pertanian. Sektor ekonomi yang dapat dikatakan bergerak dalam sektor agribisnis juga yaitu sektor industri pengolahan yang memiliki presentasi sebesar 6.4 persen. Sehingga dapat dikatakan pelaku terbesar UMKM yaitu sektor agribisnis. Jika dibandingkan UMKM dengan usaha besar maka UMKM memiliki unit usaha yang lebih banyak. Peran dari sektor agribisnis ini juga tidak akan terlepas dari perekonomian Indonesia sebagai negara agraris. Tabel 3 Jumlah UMKM menurut sektor ekonomi di Indonesia tahun 2011 Skala Usaha No Sektor Ekonomi UMKM Usaha Besar Unit (%) unit (%) 1 PertanianPeternakan kehutanan dan perikanan 26 967 962 48.8 754 15.2 2 Pertambangan dan penggalian 294 448 0.5 78 1.6 3 Industri pengolahan 3 538 070 6.4 928 18.7 4 listrik, gas dan air 13 902 0.0 231 4.7 5 Bangunan 869 080 1.6 417 8.4 6 Perdagangan, hotel dan 15 918 250 28.8 1 195 restorant 24.1 7 Pengangkutan dan komunikasi 3 799 460 6.9 447 9.0 8 Keuangan dan persewaan 1 308 035 2.4 794 16.0 9 Jasa-jasa perusahaan 2 497 235 4.5 109 2.2 Total 55 206 442 3 758 Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM (2012) Keadaan UMKM yang memiliki jumlah unit usaha lebih besar dari usaha besar, penyumbang PDB nasional dan jumlah UMKM sektor agribisnis yang lebih banyak mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 97.24 persen. Namun, perkembangan UMKM umumnya masih mengalami berbagai masalah dan belum sepenuhnya sesuai dengan yang diharapkan. Masalah yang hingga kini masih menjadi kendala dalam pengembangan usaha UMKM adalah keterbatasan modal yang dimiliki dan sulitnya UMKM mengakses sumber permodalan. Kesulitan mengakses sumber permodalan disebabkan pelaku usaha UMKM sulit untuk memenuhi persyaratan dari lembaga keuangan ataupun perbankan dan kurangnya informasi yang tersedia dari lembaga pihak perbankan. Salah satu program pemerintah untuk mengatasi kendala permodalan bagi pelaku usaha UMKM yang banyak bergerak pada sektor agribisnis yaiitu melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). KUR menurut permenko No 8/2015 adalah kredit/pembiayaan modal kerja dan/atau investasi kepada debitur usaha yang

3 produktif dan layak namun belum memiliki agunan tambahan atau tambahan belum cukup. Penerima KUR adalah individu/perseorangan atau badan hukum yang melakukan usaha produktif. Tujuan KUR adalah meningkatkan dan memperluas penyaluran KUR kepada usaha produktif, meningkatkan kapasitas daya saing usaha mikro, kecil dan menengah serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang merupakan program pemerintah melakukan kerja sama dengan beberapa bank pelaksana. Salah satu jenis KUR yang disalurkan oleh bank pelaksana berdasarkan permenko No 8/2015 Bab III pasal 12 yaitu KUR Ritel. Jumlah plafon kredit yang diberikan untuk jenis KUR Ritel yaitu sebesar dua puluh lima juta rupiah sampai dengan lima ratus juta rupiah. Pemerintah memberikan alokasi penyaluran KUR Ritel 2015 sebesar sembilan triliun rupiah kepada empat bank pelaksana yaitu empat triliun rupiah kepada BRI, dua triliun rupiah kepada Bank Mandiri, dua triliun rupiah kepada BNI, dan satu triliun kepada BPD 1. Bank Rakyat Indonesia memiliki kepercayaan lebih dari pemerintah untuk menyalurkan KUR Ritel kepada para UMKM. Alokasi dana yang diberikan pemerintah kepada BRI tahun 2015 tidak tersalurkan seluruhnya. BRI merealisasikan dana KUR tahun 2015 sebesar Rp 1 750 229 000 000 sehingga ada dana KUR Ritel yang tidak tersalurkan sebesar Rp 2 249 771 000 000 kepada UMKM. Jika dilihat dari jumlah unit UMKM pada Tabel 1, masih ada UMKM yang bisa menerima dana KUR Ritel dari pemerintah melalui bank pelaksana. Rendahnya realisasi KUR Ritel yang terjadi pada BRI kepada para UMKM mengidentifikasikan rendahnya prestasi BRI dalam kegiatan penciptaan keuntungan maupun dalam membantu masyarakat khususnya para UMKM. Hal ini disebabkan karena keterbatasan akses dari UMKM dan sulitnya UMKM memenuhi persyaratan yang ditetapkan 2. Bank BRI cabang Kramat Jati merupakan salah satu Bank yang menyalurkan KUR Ritel. Penyaluran KUR Ritel yang diberikan tahun 2015 oleh BRI cabang Kramat Jati tidak tersalurkan seluruhnya kepada UMKM. Berdasarkan uraian tersebut terlihat ada kaitan antara keputusan realisasi kredit dengan beberapa persyaratan dan kelayakan untuk memperoleh KUR Ritel. Oleh karena itu perlu diteliti faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi KUR Ritel pada sektor agribisnis. Rumusan Masalah Usaha mikro, kecil dan menengah merupakan salah satu usaha yang banyak bergerak di sektor agribisnis. UMKM memiliki kontribusi yang besar terhadap nilai Produk Domestik Bruto (PDB) dan menyerap tenaga kerja. Keadaan ini menjadikan UMKM salah satu penyongkong meningkatnya perekonomian. Perkembangan UMKM memiliki berbagai kendala yang berkaitan dengan karakteristiknya UMKM itu sendiri. Salah satu kendala yang sering dihadapi yaitu 1 [Menko Perekonomian]. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia.2016. Program Kredit Usaha Rakyat. Surabaya (ID): Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian. 2 [Kemendag] Kementerian Perdagangan. 2015. Analisis Peran Lembaga Pembiayaan dalam Pengembangan UMKM. Jakarta (ID): Kemendag.

4 masalah permodalan. Kendala yang dimiliki ini menjadikan UMKM sulit untuk berkembang menjadi usaha yang lebih besar. Keadaan UMKM ini mendapat perhatian dari pemerintah. Pemerintah menyalurkan dana kepada UMKM dalam bentuk Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pemerintah berfungsi membantu dan mendukung pelaksanaan pemberian KUR. Pemerintah yang ikut mendukung yaitu Bank Indonesia dan Departemen Teknis. Pemerintah bekerjasama dengan bank pelaksana untuk menyalurkan kredit kepada UMKM. KUR yang merupakan program pemerintah ada tiga yaitu KUR Mikro, KUR Ritel dan KUR TKI. Salah satu jenis KUR yang disalurkan pada BRI cabang Kramat Jati yaitu KUR Ritel. Tahun 2015 pemerintah memberikan kepercayaan kepada BRI untuk menyalurkan KUR Ritel terbesar kepada UMKM. KUR Ritel yang ditargetkan untuk disalurkan oleh BRI tidak tersalurkan seluruhnya. BRI cabang Kramat Jati adalah salah satu bank pelaksana yang dipercaya pemerintah untuk menyalurkan KUR Ritel. Bentuk kerjasama pemerintah dengan BRI cabang Kramat jati sebagai penyalur KUR Ritel bukan menyediakan dana KUR Ritel tetapi dengan memberi subsidi suku bunga kepada BRI Cabang Kramat Jati. Dana yang disalurkan BRI kepada masyarakat merupakan dana dari BRI sendiri, subsidi bunga dibayar oleh pemerintah. Suku bunga yang ditetapkan pemerintah untuk KUR pada tahun 2015 yaitu sebesar 12 persen dan pemerintah melakukan penurunan suku bunga pada tahun 2016 sebesar sembilan persen. Bunga yang ditawarkan kepada para UMKM bersifat bunga efektif. Artinya debitur yang melakukan pinjaman setiap bulannya memiliki angsuran yang berbeda-beda ( Lampiran 1). KUR Ritel pada BRI Kramat Jati memberikan kredit minimal Rp 25 500 juta kepada UMKM yang layak menerima kredit. Jangka waktu peminjaman KUR Ritel kepada calon debitur paling lama empat tahun untuk pembiayaan modal kerja dan paling lama lima tahun untuk pembiayaan investasi. Sasaran utama penerimaan KUR Ritel yaitu sektor pertanian, perikanan, industri pengolahan, perdagangan dan jasa. untuk memperoleh KUR Ritel maka usaha harus sudah berjalan minimal enam bulan. Untuk memperoleh KUR Ritel maka calon debitur harus memiliki agunan pokok dan agunan tambahan. Agunan pokok berupa kegiatan usaha yang dimiliki UMKM dan agunan tambahan yang harus dimiliki calon debitur minimal memiliki harga yang sama dengan jumlah kredit yang akan diterima. BRI cabang Kramat Jati lebih banyak menyalurkan KUR Ritel kepada sektor perdagangan dibidang agribisnis karena letak dari BRI cabang Kramat Jati dekat dengan pasar Kramat Jati yang merupakan pasar induk di Jakarta. Pasar induk Kramat Jati ini merupakan pasar sentra buah-buahan dan sayuran yang menjadi pasar penting bagi masyarakat Jakarta dan sekitarnya. UMKM yang berada di pasar ini harus memiliki modal usaha yang cukup kuat agar dapat bersaing dengan UMKM yang ada. Kendala modal dapat menjadikan pelaku UMKM menjadi kalah saing. KUR Ritel pada BRI cabang Kramat Jati bulan November 2014 sampai bulan Agustus 2015 tidak ada penyaluran. Penyaluran KUR dilaksanakan pada tahun 2015 dimulai bulan September. Tahun 2015 BRI memberi tingkat suku bunga sebesar 12 persen kepada debitur sesuai dengan peraturan pemerintah. Jumlah pengajuan yang diterima BRI dan realisasi yang dilakukan BRI cabang Kramat Jati pada sektor agribisnis tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 4.

5 Tabel 4 Jumlah pengajuan dan realisasi KUR Ritel sektor agribisnis tahun 2015 Debitur Nilai Kredit Bulan Pengajuan (orang) Realisasi (orang) Pengajuan (Rp 000) Realisasi (Rp 000) September 6 3 650 000 550 000 Oktober 5 3 1 000 000 750 000 November 3 1 600 000 230 000 Desember 6 4 1 500 000 900 000 Jumlah 20 11 4 650 000 2 430 000 Sumber : BRI cabang Kramat Jati 2016 (diolah) Jumlah pengajuan KUR Ritel disektor agribisnis pada tahun 2015 berdasarkan Tabel 4 memiliki jumlah yang lebih banyak dari pada jumlah KUR yang direalisasikan. Keadaaan ini adalah hal yang wajar karena tidak semua usaha yang mangajukan adalah usaha yang layak menerima dana KUR. Tahun 2015 BRI Cabang Kramat Jati memiliki target untuk menyalurkan KUR sebesar empat miliar rupiah kepada UMKM. Realisasi jumlah KUR Ritel yang tersalurkan yaitu sebesar tiga miliar setarus delapan puluh juta rupiah. Banyaknya jumlah debitur yang menerima dana KUR Ritel sebanyak 14 debitur dimana proporsi terbesar berasal dari sektor agribisnis. Sebanyak 11 debitur dari sektor agribisnis dengan jumlah KUR Ritel yang tersalurkan sebesar Rp 2 430 000 000 selebihnya sebesar Rp 750 000 000 tersalurkan untuk sektor diluar agribisnis. Jika dipersentasikan jumlah KUR Ritel yang disalurkan sebesar 79 persen mengidentifikasikan belum maksimalnya kinerja dari BRI cabang Kramat Jati untuk menyalurkan KUR Ritel. Rendahnya tingkat realisasi KUR Ritel pada BRI cabang Kramat Jati ini diduga disebabkan oleh kurangnya pengetahuan para UMKM tentang mekanisme penyaluran KUR Ritel, ketentuan pinjaman KUR yang harus memiliki usaha, memiliki minimal berjalannya usaha, riwayat pinjaman nasabah yang kurang baik, laporan keuangan dan jenis-jenis usaha yang harus dihindari dalam pemberian kredit. Untuk itu pentingnya menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi realisasi KUR Ritel sehingga mendorong BRI cabang Kramat Jati untuk membantu para pelaku UMKM dalam memperoleh KUR Ritel sebagai modal pengembangan usaha. Berdasarkan uraian diatas, maka diperoleh rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah prosedur dan mekanisme penyaluran Kredit Usaha Rakyat pada BRI cabang Kramat Jati sesuai dengan prosedur dan mekanisme yang ditetapkan? 2. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap realisasi Kredit Usaha Rakyat di BRI cabang Kramat Jati? Tujuan Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang diuraikan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis prosedur dan mekanisme penyaluran Kredit Usaha Rakyat pada BRI cabang Kramat yang melakukan peminjaman KUR. 2. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap realisasi Kredit Usaha Rakyat di BRI cabang Kramat Jati.

6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan informasi bagi pihak yang berkepentingan, yaitu : 1. Bagi pihak perbankan secara umum dan BRI kantor cabang Kramat Jati khususnya, diharapkan dapat memberikan bahan informasi dan bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan penyaluran realisasi dana Kredit Usaha Rakyat. 2. Bagi penulis, untuk menerapkan disiplin ilmu yang diperoleh pada saat kuliah, serta menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang kredit dan pengalaman singkat dalam kegiatan perbankan. 3. Mahasiswa, diharapkan dapat dijadikan bahan pustaka dan referensi untuk penelitian yang akan dilakukan. TINJAUAN PUSTAKA Mekanisme Penyaluran Kredit Mekanisme penyaluran kredit diharapkan dapat memenuhi persyaratan dan prosedur yang benar, sehingga nantinya dapat lebih mengenal karakteristik nasabah secara menyeluruh. Setiap bank memiliki mekasnisme penyaluran kredit masing-masing. Penelitian mengenai mekanisme penyaluran kredit telah banyak dilakukan sebelumnya, diantaranya Safitri (2007) di BRI Unit Ciampea, Sari (2007) di BRI Unit Citeureup, Saadah (2009) di LKMS, Hutagaol (2009) di BRI Unit Cigombong, Mulyarto (2009) di BRI Unit Leuwiliang, Sembiring (2013) di BRI Unit Harjasari dan Rozaqke (2013) di BRI, dan Simanjuntak (2015) di BRI Hutagaol 2009 ; Mulyarto 2009 ; Rozaqke 2013 ; Safitri 2007 ; Sari 2007; Simanjuntak 2015 menyimpulkan bahwa mekanisme penyaluran kredit di Bank BRI cukup mudah dan sederhana. Kemudahan tersebut didasarkan atas syaratsyarat maupun prosedur telah disesuaikan dengan keadaan masyarakat masingmasing unit. Mekanisme yang terdapat pada bank BRI pada umumnya melalui empat tahap yaitu pemenuhan kelengkapan berkas yang telah ditentukan, pendaftaran, pemeriksaan terhadap calon nasabah dan terakhir yaitu pembinaan dan pengawasan calon nasabah. Berbeda dengan penelitian Saadah. Mekanisme dalam penelitian Saadah memiliki enam langkah dalam penyaluran kredit yaitu melakukan pengajuan, melakukan verifikasi data administrasi, wawancara calon nasabah, analisis usaha, rapat pembiayaan, dan pengawasan calon nasabah. Mekanisme penyaluran kredit dengan tahap-tahap yang dimiliki tidak terlepas dari dari prinsip 5 C (Character, Capacity, Capital, Collateral dan Condition of Economic). Adapun prosedur yang menggunakan prinsip-prinsip 5 C ini dilakukan dengan tujuan untuk memperkecil besarnya tunggakan yang dapat terjadi nantinya setelah adanya pencairan KUR. Mengingat kredit yang diberikan adalah kredit untuk sektor UMKM, prinsip character menjadi faktor terpenting yang sangat dipertimbangakn oleh pihak bank di dalam menyalurkan kreditnya. Hal tersebut bertujuan untuk memperoleh kredit yang berkualitas, yakni kredit yang tepat sasaran dengan meminimalkan terjadinya tunggakan dalam proses

7 pelunasannya (Safitri 2007; Sari 2007; Saadah 2009; Hutagaol 2009; Mulyarto 2009; Rozaqke 2013; Simanjuntak 2015). Proses penyaluran kredit disetiap bank memiliki waktu yang berbedabeda. BRI unit Cigomboh melakukan proses penyaluran kredit sekitar 4-5 hari jam kerja (hutagaol 2009). Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh saadah pada LKMS, waktu yang diperlukan untuk proses mekanisme penyaluran kredit sekitar 10 hari. Berbeda lagi dengan mekanisme penyaluran kredit yang dilakukan pada BRI Unit Ciampea, Safitri (2007). Terdapat kebijakan yang dilakukan oleh pihak BRI Unit Ciampea, dimana nasabah setia dari bank tersebut dapat memperoleh waktu lebih cepat dalam proses penyaluran kredit. Hal tersebut dikarenakan pihak dari BRI Unit Ciampea sudah cukup mengenal nasabahnya. Strategi kedekatan tersebut juga betujuan untuk menjalin hubungan yang baik dengan nasabah, agar nasabah tetap loyal terhadap pihak BRI. Dari hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dapat diketahui bahwa proses ataupun mekanisme penyaluran kredit yang dimiliki disetiap bank memiliki ketetapan dan prosedur yang sesuai dengan kebijakan bank itu sendiri tetapi tidak jauh berbeda dengan prosedur secara umum yang diberikan oleh bank pusat. BRI telah mempunyai ketetapan dan prosedur secara umum yang harus diterapkan oleh setiap masing-masing cabangnya. Hanya saja setiap cabang mempunyai kebijakan-kebijakan dari pemimpinnya yang dapat membantu di dalam mekanisme penyaluran kredit. Faktor-faktor yang memengaruhi Realisasi KUR Terjadinya realisasi kredit yang dilakukan oleh bank dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang memengaruhi realisasi bank dapat diketahui dari hasil penelitian terdahulu. Penelitian tentang faktor-faktor yang memengaruhi realisasi kredit KUR telah banyak dilakukan sebelumnya, yakni perkreditan yang disalurkan oleh lembaga keuangan perbankan. Penelitian tersebut diantaranya adalah yang dilakukan oleh Wangi (2008), Risdwianto (2004), Mulyarto (2009), Hutagaol (2009), Lubis (2009), Lubis dan Dwi (2011), dan Simanjuntak (2015). Banyak faktor yang memengaruhi realisasi KUR kepada UMKM. Risdwianto yang melakukan penelitian tentang penyaluran kredit pada Bank BRI menyimpulkan bahwa tingkat pendidikan, frekuensi peminjaman, nilai agunan berpengaruh nyata dan positif terhadap penyaluran kredit. Akan tetapi variabel rasio modal terhadap aset memberikan pengaruh yang negatif terhadap volume kredit yang disalurkan oleh BRI. Pengaruh variabel tersebut bersifat nyata dan signifikan. Analisis dilakukan dengan menggunakan model OLS (ordinary least square). Mulyarto yang melakukan penelitian pada nasabah BRI Unit Leuwiliang menyimpulkan hasil yang berbeda dengan apa yang diperoleh Risdwianto. Usaha yang dimiliki juga berpengaruh nyata terhadap realisasi kredit. Menurut mulyarto ada enam faktor dari yang tujuh faktor yang diteliti memiliki pengaruh nyata yaitu nilai agunan, frekuensi pengembalian, pendapatan, lama usaha, modal, dan jenis usaha yang dimiliki. Terdapat satu variabel yang tidak berpengaruh nyata yaitu tingkat pendidikan. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dan alat analisis liniear berganda. Hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

8 hutagaol pada BRI Unit Cigombong, hanya saja dalam penelitian hutagaol adanya penambahan variabel jarak lokasi usaha. Variabel ini memiliki pengaruh nyata terhadap realisasi penyaluran kredit. Wangi yang melakukan penelitian Bank X di wilayah Bandung menambahkan variabel aset usaha yang memiliki hubungan nyata terhadap realisasi kredit. Lubis yang melakukan penelitian pada BRI Unit Cibungbulang menyimpulkan bahwa variabel omzet usaha per bulan, tingkat pendapatan bersih per bulan, dan jumlah kredit yang diajukan berpengaruh nyata dan positif terhadap realisasi KUR. Dalam penelitian Lubis dan Dwi yang menambahkan variabel jumlah tanggungan memperoleh hasil yang tidak berpengaruh nyata terhadapat realisasi kredit. Penelitian yang sama dilakukan oleh simanjuntak pada BRI unit Cijeruk. Variabel jenis usaha memberikan pengaruh yang negatif dan nyata terhadap realisasi kredit KUR. Alat analisis yang digunakan yakni regresi linier berganda. Jika dilihat dari penelitian sebelumnya dapat diketahui banwa proses penyaluran kredit dasarnya mengacu pada 5C yakni character, capacity, capital, collateral, dan condition of economy. Prinsip 5C yang dimiliki conditional of economy tidak dimasukkan kedalam variabel penelitian yang dilakukan. Ini disebabkan oleh faktor ini tidak dapat diatur oleh calon nasabah yang ingin menyalurkan kreditnya atau dalam arti diluar jangkauan oleh calon nasabah. Faktor yang diperhatikan oleh BRI secara dominan dalam memberikan kredit adalah capacity atau kapasitas dan kemampuan nasabah dalam melaksanakan usahanya. Hal ini mencirikan KUR yang disalurkan BRI merupakan pinjaman komersial. Selain faktor capacity, karena target KUR adalah UMKM, maka ciri character nasabah juga diperhatikan secara dominan dalam memberikan pinjaman. Analisis faktor-faktor yang memengaruhi realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) di BRI Cabang Kramat Jati ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui mekanisme penyaluran kredit. Bagaimana dan apa saja syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang calon debitur serta ketentuan ataupun prosedur dalam memperoleh KUR di BRI cabang Kramat Jati. Dengan menggunakan analisis tersebut maka akan diketahui pula karakteristik dari nasabah KUR cabang Kramat Jati. Analisis kuantitatif digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap realisasi kredit dengan menggunakan alat bantu regresi linear berganda. Dengan menggunakan alat analisis tersebut maka akan diketahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh signifikan terhadap realisasi KUR yang disalurkan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah jenis KUR yang diteliti hanya berfokus pada satu jenis KUR saja dan lokasi penelitiannya. Jenis KUR yang diteliti yaitu KUR Ritel dan Lokasi BRI untuk penelitian berlokasi di pasar Kramat Jati. Pengertian Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang biasa disingkat dengan UMKM merupakan salah satu sektor ekonomi masyarakat yang cukup penting. Kredit sangat dibutuhkan dalam rangka pelaksanaan pembangunan ekonomi dalam hal ini terutama pada UMKM. Usaha mikro, kecil dan menengah merupakan usaha

9 yang produktif dan memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional khususnya dalam menyediakan kesempatan kerja dan sumber yang cukup besar bagi penerimaan negara. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Bab IV pasal 6 tahun 2008 terdapat beberapa kriteria mengenai usaha mikro, kecil dan menengah yang antara lain adalah sebagai berikut : 1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300 juta. 2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50 juta sampai dengan paling banyak Rp500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 juta sampai dengan paling banyak dua milyar lima ratus juta rupiah. 3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak sepuluh milyar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari dua milyar lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak lima puluh milyar rupiah. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Agribisnis Agribisnis menurut Saragih (2010) merupakan cara baru melihat pertanian sebagai suatu sistem bisnis yang terdiri dari empat subsistem yang terkait satu sama lain. Keempat subsistem tersebut adalah sub sistem agribisnis hulu, subsistem agribisnis usahatani, subsistem agribisnis hilir dan subsistem jasa penunjang. Sistem Agribisnis memiliki rangkaian kegiatan yang berkesinambungan mulai dari hulu sampai hilir, keberhasilan pengembangan agribisnis sangat bergantung pada kemajuan-kemajuan yang dapat dicapai pada setiap kegiatan yang menjadi Sub Sistemnya. Subsistem agribisnis hulu (upstream agribusiness) (off-farm) merupakan kegiatan ekonomi yang menyediakan sarana produksi bagi pertanian, seperti industri dan perdagangan agrokimia, industri agrootomotif, dan industri benih/bibit. Perdagangan agrokimia seperti perdagangan pupuk, perdaganga pestisida dan perdagangan lainnya. Industri agrootomotif dapat berupa industri mesin-mesin dan peralatan pertanian. Subsistem agribisnis usahatani (on-farm agribusiness) merupakan kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi yang dihasilkan oleh subsistem agribisnis hulu untuk menghasilkan produk pertanian primer. Termasuk ke dalam subsistem usahatani ini adalah usaha tanaman pangan, usaha tanaman hortikultura, usaha tanaman obat-obatan, usaha perkebunan, usaha perikanan, usaha peternakan, dan kehutanan. Subsistem

10 agribisnis hilir (down-stream agribusiness) (off-farm) merupakan kegiatan ekonomi yang mengelolah produk pertanian primer menjadi produk olahan, baik produk antara maupun produk akhir, beserta kegiatan perdagangan di pasar domestik maupun di pasar internasional. Kegiatan ekonomi yang termasuk dalam subsistem agibisnis hilir ini antara lain adalah industri pengolahan makanan, industri pengolahan minuman, industri pengolahan serat (kayu, kulit, karet, sutera, jerami), industri jasa boga, industri farmasi dan bahan kecantikan, dan lain-lain beserta kegiatan perdagangannya. Subsistem lembaga penunjang (off-farm) merupakan seluruh kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis, seperti lembaga keuangan, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga transportasi, lembaga pendidikan, dan lembaga pemerintah (kebijakan fiskal dan moneter, perdagangan internasional, kebijakan tata-ruang, serta kebijakan lainnya). Pengertian Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang biasa disingkat dengan UMKM merupakan salah satu sektor ekonomi masyarakat yang cukup penting. Kredit sangat dibutuhkan dalam rangka pelaksanaan pembangunan ekonomi dalam hal ini terutama pada UMKM. Usaha mikro, kecil dan menengah merupakan usaha yang produktif dan memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional khususnya dalam menyediakan kesempatan kerja dan sumber yang cukup besar bagi penerimaan negara. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Bab IV pasal 6 tahun 2008 terdapat beberapa kriteria mengenai usaha mikro, kecil dan menengah yang antara lain adalah sebagai berikut : 1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50 000 000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300 000 000 (tiga ratus juta rupiah). 2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50 000 000 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500 000 000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 000 000 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2 500 000 000 (dua milyar lima ratus juta rupiah). 3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500 000 000(lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10 000 000 000(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2 500 000 000 ( dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50 000 000 000 (lima puluh milyar rupiah Kredit Perbankan Menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan, Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan,

11 kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Dalam melakukan kegiatan perbankan di Indonesia, perbankan wajib mematuhi peraturan dan ketentuan yang telah dibuat oleh Bank Indonesia selaku bank sentral di Indonesia. Menurut pasal 1 Undang-undang No. 10 Tahun 1998, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak, dengan mengetahui definisi tersebut maka dapat kita ketahui bahwa bank adalah perantara (financial intermediary) antara masyarakat yang memiliki dana berlebihan dengan pihak lain yang kekurangan dana. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Kredit berasal dari bahasa Yunani (cedere) yang berarti kepercayaan (truth atau faith). Kepercayaan yang dimaksud adalah kepercayaan kreditur bahwa debitur akan membayar pinjaman pada jangka waktu dan syarat yang ditentukan (Simorangkir 2004). Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah skema kredit/pembiayaan modal kerja dan atau investasi yang khusus diperuntukkan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi (UMKMK) di bidang usaha produktif dan layak (feasible), namun mempunyai keterbatasan dalam pemenuhan persyaratan yang ditetapkan Perbankan (belum bankable). Realisasi kredit dapat saja melebihi dari nilai pengajuan kredit sebelumnya, jika dimungkinkan debitur tersebut mampu untuk dapat melakukan pembayaran/pelunasan kredit. Hal tersebut tentunyadisesuaikan dengan kapasitas dari calon debitur. Analisis Kredit Analisis kredit adalah kajian yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan dari suatu permasalah kredit. Melalui analisis kredit, dapat diketahui apakah usaha nasabah layak (feasible), marketable (hasil usaha dapat dipasarkan), profiteble (menguntungkan), dan bankable (memenuhi berbagai persyaratan bank), serta dapat dilunasi tepat waktu. Pembentukan analis kredit ini didasarkan pada asas perbankan Indonesia untuk melakukan prinsip kehati-hatian yang terutang dalam pasal 2 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 yang menjelaskan bahwa perbankan dalam melakukan usahanya harus berasas demokrasi ekonomi dan tepat menerapkan prinsip kehati-hatian. Pelaksanaan analis kredit berpedoman pada Undang-Undang No.10 Tahun 1998 pada pasal 1 ayat 11, pasal 8, dan pasal 29 ayat 3. Tujuan utama analisis kredit adalah untuk memperoleh keyakinan apakah nasabah mempunyai kemauan dan kemampuan memenuhi kewajibannya kepada bank secara tertib, baik pembayaran pokok pinjaman maupun bunganya, sesuai dengan kesepakatan dengan bank. Tahap analisis sumber kredit formal memiliki penilaian-penilaian sebelum memberikan kredit. Adapun tujuannya adalah untuk menjamin bahwa kredit tersebut nantinya dapat dikembalikan tepat waktu dan tidak ada tunggakan. Realisasi Kredit dengan Prinsip 5C Pengertian realisasi kredit di dalam penelitian ini adalah jumlah/besar kredit yang diberikan pihak bank kepada debiturnya. Realisasi kredit dinyatakan dalam rupiah. Banyak faktor yang dapat menentukan realisasi kredit. Realisasi kredit dapat saja melebihi dari nilai pengajuan kredit yang ada sebelumnya, jika debitur

12 tersebut mampu untuk dapat melakukan pembayaran/pelunasan kredit. Hal tersebut tentunya disesuaikan dengan kapasitas dari calon debitur. Adapun prinsip dasar dalam menganalisis kredit menurut Hasibuan (2009), yaitu: 1. Character Character adalah keadaan watak/sifat dari nasabah, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Kegunaan dari penilaian terhadap karakter ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana iktikad/kemauan nasabah untuk memenuhi kewajiban (willingness to pay) sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan. 2. Capital Capital adalah jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah. Semakin besar modal sendiri dalam perusahaan, tentu semakin tinggi kesungguhan calon nasabah dalam menjalankan usahanya dan bank akan merasa lebih yakin dalam memberikan kredit. Penilaian atas besarnya modal sendiri merupakan hal yang penting mengingat kredit bank sebenarnya hanya merupakan tambahan pembiayaan dan bukan merupakan sumber pembiayaan yang utama. 3. Capacity Capacity adalah kemampuan yang dimiliki calon nasabah dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. Kegunaan dari penilaian ini adalah untuk mengetahui atau mengukur sampai sejauh mana calon nasabah mampu untuk mengembalikan atau melunasi hutang-hutang (ability to pay) secara tepat waktu dari usaha yang diperolehnya. 4. Collateral Collateral adalah barang-barang yang diserahkan oleh nasabah sebagai agunan terhadap kredit yang diterimanya. Collateral tersebut harus dinilai oleh bank untuk mengetahui sejauh mana resiko kewajiban finansial nasabah kepada bank. Penilaian terhadap jaminan ini meliputi jenis, lokasi, bukti kepemilikan, dan status hukumnya. Jaminan yang dapat diajukan oleh debitur adalah sebagai berikut : a. Jaminan benda berwujud, seperti tanah, bangunan, kendaraan bermotor, mesin-mesin atau peralatan, tanaman/kebun/sawah. b. Jaminan benda tidak berwujud, merupakan surat-surat yang bisa dijadikan jaminan seperti sertifikat saham, sertifikat obligasi, sertifikat deposito, rekening tabungan yang dibekukan, promes dan wesel. c. Jaminan orang, jaminan yang diberikan oleh seseorang kepada calon debitur perorangan maupun badan usaha terhadap kredit yang diajukan dan apabila kredit itu macet maka orang yang memberikan jaminan itulah yang menanggung risiko. 5. Condition of Economic Condition of Ekonomi yaitu situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya yang memengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat yang kemungkinannya memengaruhi kelancaran perusahaan calon debitur. Kondisi-kondisi tersebut antara lain meliputi : a. Kondisi perekonomian secara nasional, regional dan global. b. Peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku berhubungan dengan usaha yang dijalankan.

13 c. Kemudahan memperoleh sumberdaya dalam melakukan usaha. Kerangka Operasional BRI Kantor Cabang Kramat Jati merupakan Kantor Cabang dibawah organisasi Kantor Wilayah II, tujuan didirikannya Kantor Cabang BRI Kantor Keramat Jati adalah untuk melayani nasabah dan menyalurkan kredit kepada debitur yang produktif. Salah satu program pinjaman yang disalurkan kepada debitur adalah program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program pinjaman yang bertujuan untuk membantu UMKM yang telah layak namun membutuhkan modal dalam melakukan pengembangan usahanya. Aspek kelayakan usaha dalam pemberian kredit menjadi salah satu faktor terpenting dalam keberlangsungan kesehatan pinjaman, diharapkan nasabah yang layak akan teratur dalam melakukan pembayaran angsuran pinjaman. Dalam pelaksanaannya penyaluran kredit ini tingkat realisasi lebih kecil dibandingkan dengan pengajuan yang dilakukan calon debtor, maka diperlukannya analisis yang tepat untuk meyalurkan KUR kepada debitur yang tepat. Faktor-faktor yang diduga memengaruhi realisasi kredit (KUR) pada BRI Kantor Cabang Kramat Jati diturunkan berdasarkan prinsip yang diterapkan dalam mempertimbangkan pengajuan kredit yaitu Character (kepribadian), Capital (modal), Capacity (kemampuan), Collateral (agunan). Sementara prinsip Condition of economy (kondisi ekonomi) diasumsikan tidak mengalami perubahan (ceteris paribus) karena di dalam penelitian ini prinsip tersebut dianggap sebagai faktor di luar kendali debitur. Hipotesis awal yang memengaruhi realisasi kredit, khususnya Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah karakteristik kepribadian, modal, kemampuan, dan agunan.penjelasan dari karakteristik-karakteristik tersebut adalah sebagai berikut : 1. Karakteristik kepribadian Karakteristik kepribadian yang diduga dapat memengaruhi kelancaran pengembalian kredit adalah usia jumlah karyawan dan jumlah tanggungan keluarga. Variabel-variabel tersebut diturunkan dari character analisis kredit 5C. a. Usia memengaruhi keberanian pengusaha dalam mengambil keputusan secara rasional, karena pada umumnya peningkatan usia akan memengaruhi kemampuan berpikir dalam mengambil keputusan untuk memanfaatkan kredit. Hipotesis terhadap usia adalah positif. b. Jumlah tanggungan keluarga merupakan hal yang diperhatikan untuk memberikan kredit karena biaya kehidupan keluarga berasal dari pendapatan yang diperoleh dari usaha yang dijalankan oleh debitur. Hipotesis terhadap jumlah tanggungan adalah positif. c. Jumlah karyawan merupakan keputusan yang diambil untuk membantu berjalannya usaha. Banyaknya jumlah karyawan dapat memengaruhi pengembalian kredit yang dilakukan. Hipotesis terhadap jumlah karyawan adalah positif.

14 2. Karakteristik modal Karakteristik modal yang diduga dapat memengaruhi kelancaran pengembalian kredit antara lain adalah lama usaha. Semua variabel tersebut diturunkan dari faktor capacity pada prinsip kredit 5C. Lama usaha yang dijalankan memberikan gambaran mengenai kemampuan pengusaha dalam mengelola usahanya. Semakin lama usaha yang dijalankan maka semakin menjamin bahwa usaha tersebut layak untuk dibiayai. Keberhasilan tersebut dapat menjamin dalam besarnya pendapatan atau keuntungan yang diperoleh. Hal ini dapat menjadi peluang yang baik dalam kelancaran pengembalian kredit. Hipotesis terhadap lama usaha adalah positif. 3. Kemampuan Kemampuan yang dimaksud terkait dengan kemampuan debitur untuk melunasi pinjaman (pokok dan bunga). Kemampuan ini diukur antara lain dari laba usaha yang dapat mencerminkan tingkat likuiditas dan profitabilitas usaha. Semakin likuid dan semakin tinggi tingkat profitabilitasnya maka kemampuan membayar kembali pinjaman dan kewajiban lain semakin besar. 4. Agunan Agunan ini untuk mengetahui sampai sejauh mana resiko tidak terpenuhinya kewajiban finansial kepada bank dapat ditutup oleh nilai agunan yang diserahkan calon debitur. Nilai agunan digunakan sebagai jaminan kepada BRI ketika melakukan peminjaman KUR. Semua karakteristik di atas diduga memiliki pengaruh yang nyata terhadap tingkat realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) sehingga pihak bank perlu memperhatikan karakteristik nasabah dalam memberikan suatu permohonan kredit. Pembahasan penelitian ini akan dibatasi berdasarkan pada kerangka pemikiran operasional. Alur kerangka pemikiran dapat dilihat pada Lampiran 2. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di BRI cabang Kramat Jati yang terletak di Jalan Raya Bogor, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa bank yang dipercaya pemerintah lebih banyak menyalurkan KUR adalah BRI. Pemilihan cabang Kramat Jati karena dekat dengan pasar Induk Kramat Jati yang merupakan pasar pusat buah dan sayuran. Pengambilan data dilakukan mulai bulan Maret sampai April 2016. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara ke debitur dan wawancara dengan Account Officer (AO). Wawancara ke debitur bertujuan untuk memastikan fakta yang ada. Data sekunder diperoleh dari laporan pinjaman BRI

15 Kantor Cabang Kramat Jati, paket pinjaman, dokumen-dokumen BRI, skripsi, data dari instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik, dan sumber lain yang terkait. Tabel 5 Data yang dibutuhkan dan sumber data No Data Sumber Data 1 Jumlah UMKM dan usaha besar tahun 2013-2015 Kementrian Koperasi dan UKM 2 PDB menurut skala Usaha Tahun 2013-2014 Kementerian Perdagangan 3 Jumlah UMKM sektor ekonomi tahun 2011 Kementrian Koperasi dan UKM 4 Jumlah Pengajuan dan realisasi KUR 2015 BRI cabang Kramat Jati Metode Penentuan Sampel Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Kualitas atau ciri tersebut dinamakan variabel. Sebuah populasi dengan jumlah individu tertentu dinamakan variabel. Sebuah sampel (contoh) adalah bagian dari populasi (Nazir, 2003). Populasi pada penelitian ini adalah debitur KUR di BRI Kantor Cabang Kramat Jati ditahun 2016 sektor agribisnis, dengan total debitur KUR sebanyak 33 debitur. Sampel dari debitur KUR menggunakan metode sensus, dimana seluruh populasi yang terdiri dari 33 debitur menjadi sampel dalam penelitian ini. Metode Pengumpulan Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif disajikan dalam bentuk analisis deskriptif, sedangkan analisis kuantitatif menggunakan alat analisis regresi liniear berganda. Analisis Deskriptif Menurut Nazir (2003), analisis deskriptif adalah suatu metode untuk meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Analisis deskriptif mempunyai tujuan untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Metode analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan gambaran umum BRI, syarat-syarat penyaluran kredit serta prosedur yang diterapkan untuk memperoleh KUR yang dikeluarkan oleh BRI cabang Kramat Jati, maka dengan demikian akan diketahui mekanisme penyaluran KUR serta karakteristik calon nasabahnya untuk di daerah Kramat Jati dan sekitarnya berdasarkan prinsip 5C.

16 analisis kantitatif dilakukan untuk mengetahun faktor-faktor yang memengaruhi penyauran kredit. Regresi Linear Berganda Alat analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi realisasi KUR adalah regresi linear berganda. Regresi linear berganda adalah regresi dimana ada lebih dari satu variabel penjelas atau variabel bebas yang digunakan untuk menjelaskan perilaku variabel tak bebas. Pada penelitian ini variabel terikat yang ingin diketahui adalah besarnya kredit yang disalurkan, sedangkan faktor-faktor yang diduga memengaruhi diantaranya adalah laba bersih per-bulan, lama usaha, nilai agunan, jumlah tanggungan, jumlah karyawan dan usia debitur. Salah satu bentuk regresi adalah model regresi log-linier. Model log-linier dua variabel dapat dengan mudah digeneralisir menjadi model yang memuat lebih dari satu variabel penjelas. Model sederhana dari persamaan log-linier berganda adalah : ln Y = α + B1 ln X1 +... + Bi ln Xi + e Menurut Gujarati (2006) dalam model ini, koefisien kemiringan parsial B1, B2, dan seterusnya juga disebut sebagai koefisien elastisitas parsial. Jadi, B1 mengukur elastisitas Y terhadap X1, dengan mempertahankan pengaruh variabel lain pada tingkat yang konstan. Dalam hal ini B1 mengukur persentase perubahan Y untuk setiap persen perubahan X1, dengan anggapan variabel yang lain konstan. Besarnya penyaluran kredit dipengaruhi oleh beberapa faktor (Xi) yang dapat dirumuskan ke dalam suatu fungsi kredit yang disalurkan (Y), secara matematis fungsi tersebut dapat ditulis sebagai berikut : ln Yi = α+ B1 ln X1 + B2 ln X2 + B3 ln X3 + B4 ln X4 + B5 ln X5 + B6 ln X6 + e Dimana : Yj = Besar kredit (rupiah) X1 = Laba bersih (rupiah/bulan) X2 = Lama Usaha (tahun) X3 = Nilai Agunan (Rupiah) X4 = Jumlah Tangungan (orang) X5 = Jumlah Karyawan (orang) X6 = Usia (tahun) a = konstanta bi = nilai koefisien variabel bebas ke i ei = error term Dalam membuat suatu keputusan ada tidaknya pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y), maka digunakan Uji F, Uji t, dan koefisien Determinasi. Uji F digunakan untuk melihat pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) secara bersama-sama (simultan), sedangkan uji t digunakan untuk melihat pengaruh setiap variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y)

17 dalam penelitian ini. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program Microsoft Office Excel 2013 dan SPSS 21. a. Uji-F Uji F ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel-variabel secara keseluruhan terhadap variabel dependen (Ghozali 2009). Hipotesis dalam pengujian ini adalah sebagai berikut: 1) Merumuskan Hipotesis a) Ho:β1,β2,β3 = 0 Artinya variabel-variabel independen secara simultan tidak berpengaruh yang signifikan terhadap variabel dependennya. b) H1:β1,β2,β3 0 Artinya variabel-variabel independen secara simultan berpengaruh yang signifikan terhadap variabel dependennya. 2) Menentukan Tingkat Signifikansi a. Menentukan tingkat signifikansi atau taraf keyakinan yang digunakan dengan derajat kebebasan atau degree of freedom (df) bagi pembaginya dan n-k bagi penyebutannya (di mana n = jumlah observasi dan k= variabel penjelas). b. Menghitung Fhitung untuk menentukan apakah hipotesis diterima atau ditolak dilakukan dengan membandingkan F hitung dan F tabel. Dalam penelitian ini Fhitung ditentukan dengan bantuan program SPSS. c. Membandingkan F hitung dengan F tabel Ketentuan dari penerimaan atau penolakan hipotesis adalah sebagai berikut: a) Jika F hitung F tabel maka diterima b) Jika F hitung > F tabel maka ditolak b. Uji-t Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independent (X) terhadap variabel terikat (Y). Dalam melihat pengaruh variabel X terhadap variabel Y, maka digunakan uji T. Rumus perhitungannya adalah: Thitung = bi Bi/S(bi) Dimana: bi = koefisien regresi ke-i yang diduga i = parameter ke-i yang dihipotesiskan S(bi) = standar deviasi atau simpangan baku dari bi i = 1,2,3,4 Bila t-hit > t-tabel, maka tolak Ho artinya variabel-variabel bebas yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas. Jika t-hit <t-tabel, maka terima Ho artinya variabel-variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap bariabel tak bebas. c. Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien Determinasi (R 2 ) digunakan sebagai pengukur tingkat kebaikan model. Semakin tinggi keragaman dapat diterangkan oleh model tersebut, semakin besar koefisien determinasi. Koefisien determinasi dapat dirumuskan sebagai berikut :

18 Dimana : R 2 = koefisien determinasi JKS = Jumlah Kuadrat Sisa JKT = Jumlah Kuadrat Total Y = Nilai rataan respon Y = Nilai dugaan R 2 = 1 JKS JKT = (Yi Y)2 (Yi Y) 2 Asumsi Dalam Analisis Regresi Linier Menurut (Widarjono 2013), dalam membuat suatu persamaan regresi linier berganda diperlukan beberapa asumsi mendasar, yaitu normalitas, homogenitas, dan multikolinearitas. Penjelasan asumsi tersebut adalah : a. Uji Normalitas Asumsi normalitas mengharuskan nilai residual dalam model menyebar atau terdistribusi secara normal. Menurut Gujarati (2006) pengukuran normalitas dapat dilihat dari nilai jarque bera yang dihasilkan ataupun p value yang dihasilkan. Jika nilai jarque bera hitung < chi square tabel atau p value > alfa maka residu sudah menyebar normal. Normalitas data juga dapat dilihat dengan plot garis dari standardized residual cumulative probability. Apabila sebaran data berada pada garis normal, maka dapat dikatakan bahwa data yang diuji memiliki sebaran yang normal dan sebaliknya jika tidak terletak disekitar garis, maka data tidak normal. b. Uji Autokolerasi Istilah autokolerasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (Gujarati 1991). Uji autokorelasi perlu dilakukan apabila data yang dianalisa merupakan data time series. Masalah autokorelasi umumnya terjadi pada data time series. Karena pada model persamaan regresi dalam penelitian ini menggunakan variabel lag dari variabel dependen maka uji durbin watson sudah tidak layak untuk dipakai sehingga deteksi autokorelasi menggunakan uji Breusch-Godfrey atau uji Lagrange Multiplier (LM). H0 : tidak ada autokorelasi H1 : ada autokorelasi Jika p value chi square > taraf nyata 5% maka terima H0 Jika p value chi square < taraf nyata 5% maka tolak H0 c. Uji Homogenitas Satu asumsi penting dari model regresi linier klasik adalah bahwa gangguan (disturbance) μ i yang muncul dalam fungsi regresi populasi adalah homoskedastik, yaitu semua gangguan tadi mempunyai varian yang sama (Gujarati 1991). Pengujian heteroskedastis juga dapat dilakukan dengan uji heteroskedastisitas umum White (Gujarati 2006). H0 : Homoskedastisitas H1 : Heteroskedastisitas

19 Jika p value chi square > taraf nyata 5% maka terima H0 Jika p value chi square < taraf nyata 5% maka tolak H0 d. Multikolinieriatas Model regresi yang baik adalah model yang tidak terdapat multikolinieritas didalamnya. Artinya tidak adanya hubungan linier yang benar-benar pasti diantara variabel-variabel penjelas (Gujarati 2006). Masalah multikolinearitas dalam model dapat diketahui dengan melihat nilai Varians Inflation Facktor (VIF) pada masing-masing variabel bebasnya. Keterangan : VIF = 1 (1 R t 2 ) Rt 2 = Koefisien determinasi dari regresi peubah bebas ke t dengan semua peubah lainnya. Nilai VIF yang lebih besar dari 10 menunjukkan bahwa peubah tersebut berkolinier ganda. Adanya kolinier ganda dalam model akan mengakibatkan : 1. Penduga koefisien regresinya menjadi tidak nyata walaupun nilai R 2 nya tinggi. 2. Nilai-nilai dengan koefisien regresi menjadi sangat sensitif terhadap peubahpeubah data. 3. Dengan metode kuadrat terkecil, penduga koefisien regresi mempunyai simpangan baku yang sangat besar. Hipotesis Tingkat realisasi KUR pada BRI cabang Kramat Jati diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terbagi di dalam tiga karakteristik, yakni karakteristik individu, karakteristik usaha dan karakteristik kredit. Karakteristik individu yaitu usia debitur dan jumlah tanggungan debitur, karakteristik usaha yaitu lama usaha yang dijalankan, laba bersih per-bulan dan jumlah karyawan yang dimiliki, karakteristik kredit yaitu nilai agunan tambahan yang diberikan debitur kepada BRI cabang Kramat Jati. a. Hubungan pengaruh variabel antara karakteristik individu terhadap tingkat realisasi KUD pada BRI cabang Kramat Jati. Usia nasabah diduga berpengaruh positif terhadap realisasi KUR Ritel. Jumlah tanggungan debitur diduga berpengaruh positif terhadap realisasi KUR Ritel. b. Hubungan pengaruh variabel antara karakteristik usaha terhadap tingkat realisasi KUR pada BRI cabang Kramat Jati. Lama usaha diduga berpengaruh positif terhadap realisasi KUR Ritel. Pendapatan usaha dalam satu bulan diduga berpengaruh positif terhadap realisasi KUR Ritel. Jumlah karyawan diduga berpengaruh positif terhadap realisasi KUR Ritel. c. Hubungan pengaruh variabel antara karakteristik kredit terhadap tingkat realisasi KUR pada BRI cabang Kramat Jati. Agunan diduga berpengaruh positif terhadap realisasi KUD

20 GAMBARAN UMUM Gambaran Umum BRI Cabang Kramat Jati BRI cabang Kramat Jati merupakan salah satu cabang yang dimiliki BRI, untuk melayani para nasabah BRI. Berdirinya cabang ini pada tahun 2007. Terbentuknya cabang ini untuk menjangkau lebih dekat masyarakat di daerah Kramat Jati yang diharapkan akan menjadi nasabah simpan dan pinjam di BRI cabang Kramat Jati. BRI cabang Kramat Jati terletak di Jalan Raya Bogor No. 130 Rt. 02, Rw.06, Jakarta Timur. Struktur organisasi BRI Cabang Kramat jati berbentuk fungsional, setiap bawahan mempunyai hubungan dengan fungsi atasan. Semua kegiatan di BRI cabang Kramat jati dipimpin oleh Pemimpin cabang yang membawahi Manajer pemasaran (MP), Asisten Manajer Pemasaran Kredit (AMPK), Asisten Manajer Pemasaran Dana (AMPD), Account Office (AO), dan Funding Officer (FO). Struktur organissi BRI Kantor Cabang Kramat Jati dijelaskan pada Lampiran 3. 1. Pemimpin Cabang (PINCA) Pemimpin Cabang merupakan wakil direktur kantor pusat. Selaku Pemimpin tertinggi dicabang memiliki tugas dan tanggungjawab mengkoordinir seluruh kegiatan di bank agar terarah dan dapat mencapai target yang telah ditetapkan. Pimpinan cabang juga memiliki tanggungjawab untuk melakukan aktivitas bisnis Bank Rakyat Indonesia di wilayah kerjanya dan bertanggung jawab terhadap terlaksananya prinsip-prinsip dan prosedur bisnis kerja. 2. Asisten Manajer Operasional Asisten Manajer Operasional bertanggung jawab terhadap kelancaran seluruh proses kegiatan operasional cabang Kramat Jati. Asisten Menajer Operasional ini memiliki bawahan yang membantu untuk melakukan strategi yang telah disediakan untuk melayani nasabah yaitu Supervisor penunjang bisnis dan Supervisor penunjang Operasional. 3. Asisten Manajer Pemasaran Dana Asisten Manajer Pemasaran Dana memiliki tugas dan tanggungjawab untuk menyusun strategi-strategi untuk menyalurkan dana yang dimiliki oleh BRI cabang Kramat Jati untuk diputar dan menghasilkan keuntungan. Serta bertanggungjawab terhadap tugas Funding Officer. Asisten Manajer Pemasaran Dana memiliki kesamaan tugas dengan Asisten Manajer Pemasaran Kredit yaitu sama-sama memasarkan uang yang ada di BRI hanya aja AMPD lebih memasarkan dana dibidang deposito, simpanan, dan penjualan saham BRI. 4. Asisten Manajer Pemasaran Kredit Asisten Manajer Pemasaran Kredit adalah pegawai yang bertugas memimpin pegawai yang bergerak di bidang bisnis penyaluran uang dalam bidang perkreditan yaitu account officer. Tanggung jawab manajer pemasaran adalah mengelola bisnis dibidang pinjaman. Semua yang merupakan produk BRI mengenai pinjaman diatur dan diawasi oleh Asisten Manajer Pemasaran.

21 5. Funding Officer Funding Officer memiliki tugas untuk menjalankan strategi-strategi yang dirancang oleh Asisten Manajer Pemasaran Dana. Funding Officer mencari nasabah dan menangani semua produk BRI cabang Kramat Jati yang berhubungan pemutaran dana seperti Deposito, Simpanan dan penjualan saham BRI. 6. Account Office Account Officer memiliki tugas untuk menjalankan strategi-strategi yang dirancang oleh Asisten Manajer Pemasaran kredit. Account Officer mencari nasabah dan menangani semua produk BRI cabang Kramat Jati yang berhubungan pemutaran kredit seperti KUR. 7. Supervisor penunjang bisnis (SPB), Sepervisor Penunjang Bisnis sebagai administrasi kredit dan credit investigation. Supervisor penunjang bisnis (SPB) adalah pemimpin lini tengah yang memiliki tugas memimpin petugas administrasi kredit. Tugasnya adalah sebagai pegawai yang mendukung aktivitas kerja dari account officer, manajer pemasaran dan pemimpin cabang. Tanggung jawab dari SPB adalah petugas administrasi kredit. 8. Supervisor Penunjang Operasional Supervisor Penunjang Operasional sebagai kepala yang bertanggungjawab bagian pelayanan kepada nasabah. Supervisor penunjang Operasional (SPO) adalah pemimpin lini tengah yang memiliki tugas memimpin petugas teller dan Custumer Service. 9. Administrasi Credit Administrasi Credit merupakan bawahan dari Supervisor Penunjang Bisnis. Tugas Administrasi Credit adalah menilai jaminan dan agunan pinjaman, monitoring rekening pinjaman dan dokumentasi kredit. 10. Teller Teller bertugas untuk melakukan kegiatan transaksi tunai dan non tunai yang meliputi setoran, penarikan maupun transfer. Adapun beberapa contoh transaksi yang dilakukan oleh teler adalah penerimaan setoran tabungan, penerimaan setoran pinjaman, penarikan tabungan dan overbooking tabungan. 11. Customer Service Customer service bertugas untuk melayani kebutuhan nasabah dalam melakukan transaksi di BRI Unit yang lebih bersifat administratif. Customer service berfungsi untuk menjelaskan kepada nasabah tentang keseluruhan produk-produk BRI khususnya simpanan dan pinjaman.

22 HASIL DAN PEMBAHASAN Mekanisme Penyaluran KUR Ritel di BRI Kramat Jati Penyaluran Kredit Usaha Rakyat yang dilakukan oleh BRI memiliki beberapa tahap atau prosedur yang harus dijalankan. Prosedur yang ada diharapkan dapat lebih mengenal karakteristik nasabah secara menyeluruh dan menghasilkan kredit yang berkualitas. Berkualitas maksudnya kredit yang tepat sasaran dan tidak terjadi keterlambatan/tunggakan dalam proses penyelesaian angsurannya. Tahap untuk memperoleh KUR Ritel di Bank BRI Kramat Jati yaitu melakukan pengajuan, perlengkapan berkas, dan penilaian kredit apakah layak atau tidak untuk mendapatkan kredit serta pembinaan dan pengawasan kredit. Mekanisme penyaluran KUR Ritel di Bank BRI Kramat Jati tidak sulit jika paham prosedurnya. Pengajuan KUR Ritel memiliki tahap-tahap yang berawal dari pengajuan kredit yang dilakukan oleh calon debitur, selanjutnya AO akan melakukan kunjungan nasabah ke lokasi usaha untuk mengetahui kelayakan usaha. Jika hasil kunjungan dikatakan layak maka dilakukan pengecekan Sistem Informasi Debitur Bank Indonesia (SID BI). Hasil pengecekan baik selanjutnya dilakukan pengisian data dan perlengkapan berkas. Hasil kunjungan nasabah yang dituliskan diberikan kepada Pimpinan Cabang (PINCA), PINCA mempelajari laporan dan melakukan survei ulang. Jika semua informasi sudah benar dan tidak ditemukan kebohongan maka dilakukan akat yang merupakan perjanjian antar pihak Bank dan peminjam kredit. Ketika kerjasama ini berlangsung maka ada tahapan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan BRI Kramat Jati kepada debitur. Tahap pengajuan KUR Ritel secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 1. Pengajuan Kredit Survei AO Pelengkapa n Dokumen Survei PINCA Analisis Survei SID BI AKAD Pengawasan dan Pembinaan Gambar 1 Mekanisme penyaluran KUR Ritel a. Pengajuan Kredit Pengajuan kredit merupakan tahap awal yang dilakukan untuk memperoleh kredit. Calon debitur datang langsung ke BRI cabang Kramat Jati untuk

23 mengajukan kredit. Pengajuan ini tidak harus membawa berkas-berkas persyaratan kredit. Calon debitur yang datang dan ingin mengajukan kredit tanpa membawa berkas-berkas persyaratan sudah dikatakan melakukan pengajuan kredit. Pengajuan kredit dapat terjadi ketika calon debitur datang langsung kepada Customer Service BRI cabang Kramat Jati atau langsung ketemu dengan Account Officer BRI cabang Kramat Jati. Kegiatan pengajuan kredit ini merupakan pembicaraan antara calon nasabah dengan Account officer untuk mengetahui kebutuhan calon nasabah dan apa yang ditawarkan oleh BRI cabang Kramat jati itu sendiri. Setelah proses pengajuan maka dilanjutkan dengan tahap berikutnya survei Account Officer ke lokasi usaha calon debitur. Survei ini dapat dilakukan langsung pada hari yang sama pengajuan atau besok harinya. b. Kunjungan nasabah oleh Account Officer Untuk mengetahui kelayakan usaha untuk menerima pinjaman dari BRI cabang Kramat Jati maka setelah pengajuan dilakukan survei lokasi oleh Account Officer. Kegiatan survei yang dilakukan Account Officer langsung ke lokasi usaha untuk mendapatkan informasi yang lebih terperici. Secara tidak langsung dalam survei ini Account Officer melakukan wawancara yang nantinya akan dituliskan ke dalam laporan kunjungan nasabah (Lampiran 4) untuk menilai usaha dengan menggunakan prinsip 5 C. Pertanyaan yang ditanyakan secara tersirat oleh AO seperti awal mula terbentunya usaha, pendidikan formal yang dimiliki, jumlah karyawan, pendapatan perbulan, pengeluaran, jumlah tanggungan dan lain sabagainya. Jika hasil survei mengatakan layak menerima kredit maka calon nasabah diminta untuk melengkapi dokumen-dokumen yang diperlukan dan melengkapi surat keterangan permohonan pinjaman. c. Pelengkapan dokumen nasabah Calon nasabah diminta untuk melengkapi dokumen-dokumen yang menjadi persyaratan untuk mengajukan kredit setelah dilakukannya survei oleh Account Officer. Perlengkapan dokumen ini dilakukan setelah Account Officer menyatakan usaha layak dari hasil survei yang dilakukan. Adapun dokumen yang harus dilengkapi yaitu : 1. Foto diri 4 x 6 (suami dan istri jika sudah menikah). 2. KTP (suami dan istri jika sudah menikah). 3. NPWP. 4. Kartu Keluarga. 5. Surat nikah (jika sudah menikah). 6. Surat Keterangan Usaha. 7. Agunan. Calon debitur dapat menentukan jumlah dan jangka waktu angsuran yang sesuai dengan kemampuan calon debitur. Pengumpulan dokumen-dokumen persyaratan KUR disertakan dengan Surat Keterangan Permohonan Pinjaman yang diisi oleh calon debitur. Kegiatan pengumpulan dokumen-dukumen ini di bantu oleh administrasi kredit. Contoh Surat Keterangan Permohonan Pinjaman pada BRI cabang Kramat Jati dapat dilihat pada Lampiran 5. d. Pengecekan Sistem Informasi Debitur Bank Indonesia (SID BI). Setelah melakukan survei dan proses pelengkapan data maka AO melakukan pengecekan dengan system untuk mengetahui apakah calon nasabah memiliki kewajiban bayar kredit dengan pihak lain dan apakah pernah melakukan

24 peminjaman dengan pihak lain dan proses bayarnya lancar atau tidak. Pengecekan ini dapat membantu untuk mengetahui layak tidaknya calon nasabah menerima pinjaman. e. Analisis hasil kunjungan nasabah. Analisis hasil kunjungan nasabah dilakukan setelah diketahui bahwa calon nasabah tidak memiliki cacatan buruk dengan pihak lain terkait dengan peminjaman. Hasil kunjungan yang telah dilakukan oleh AO dibuat dalam bentuk laporan yang dinamakan laporan kunjungan nasabah untuk diberikan kepada PINCA agar dilakukan survei kembali. Pengecekan kebenaran dokumen yang diberikan juga dilakukan pada kegiatan ini seperti melihat apakah benar keberadaan agunan. Laporan kunjungan berisi tentang keadaan calon nasabah, kegiatan usaha, laporan laba rugi dan jumlah uang yang dipinjam oleh calon nasabah. Laporan kunjungan ini selanjutnya diberikan ke PINCA untuk menganalisis kembali dan melakukan kunjungan kembali. f. Survei oleh PINCA (Pimpinan cabang) Survei yang kedua kalinya dilakukan oleh PINCA, jika PINCA tidak dapat melakukan kunjungan maka dapat dilakukan oleh Assisten Manajer Pemasaran kredit. Kegiatan ini dilakukan untuk memperkuat keputusan layaknya calon nasabah menerima pinjaman KUR Ritel. Hasil survei yang dilakukan oleh PINCA akan disamakan dengan hasil survei yang dilakukan oleh AO. Hasil yang berbeda dapat membatalkan pengajuan kredit yang dilakukan oleh calon nasabah. Hasil survei yang benar dan sesuai dengan hasil survei yang dilakukan AO akan berlanjut ke proses selanjutnya yaitu akad. g. Akad Akad merupakan kegiatan yang melibatkan PINCA, AO dan calon nasabah. Kegiatan akad ini membahas kewajiban dan hak yang dimiliki oleh Bank dan calon nasabah. Pada saat akad akan dibahas keputusan jumlah kredit yang diberikan, keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kredit dan terakhir adanya penandatanganan antara pihak BRI cabang Kramat Jati dengan calon nasabah. Penandatanganan ini merupakan tanda persetujuan antar kedua pihak. Akad di hadiri oleh PINCA, AO dan calon debitur. Setelah akad selesai maka akan diproses penurunan dana pinjaman yang telah disetujuin kepada nasabah.

25 Gambar 2 Kegiatan akad antar BRI cabang Kramat Jati dan calon debitur h. Pengawasan dan pembinaan Pengawasan dan pembinaan ini dilakukan setelah dana KUR Ritel telah disalurkan kepada debitur. Pengawasan dilakukan oleh BRI cabang Kramat Jati dan diawasin juga oleh BI. Pengawasan yang dilakukan untuk melihat apakah dana yang telah disalurkan sudah dipakai untuk keperluan usaha atau tidak. Tiga bulan setelah dana diberikan kepada debitur ternyata 75 persen dari dana belum terpakai maka pihak BRI cabang Kramat Jati akan mendatangi debitur untuk menindaklanjutin kebenaran dana KUR yang akan dipakai untuk usaha. Pembinaan akan dilakukan oleh BRI jika usaha yang menerima KUR mengalami penurunan pendapatan. Penurunan pendapatan ini dapat diketahui ketika debitur mulai tidak membayar angsuran kepada BRI cabang Kramat Jati. keadaan menurunnya pendapatan usaha juga dapat dilihat ketika AO melakukan kunjungan ke lokasi usaha debitur seperti pada Gambar 2. Gambar 3 kunjungan AO ke lokasi usaha jeruk debitur

26 Karakteristik Responden KUR BRI Cabang Kramatjati Responden dalam penelitian ini berjumlah 33 orang dan berdomisili diwilayah Jakarta yang berdekatan dengan BRI cabang Kramat Jati. Karakteristik responden yang dilihat dalam penelitian ini yaitu Laba bersih per Bulan Laba bersih merupakan salah satu kriteria yang benar-benar diperhatikan oleh pihak BRI cabang Kramat Jati karena berpengaruh terhadap tingkat pengembalian kredit. Laba bersih salah satu variabel yang digunakan untuk menghitung Re-payment Capacity (RPC). RPC yaitu besar kapasitas pembayaran kredit oleh nasabah tersebut. Nasabah yang dianggap mampu melunasi kredit yaitu apabila nilai RPC lebih besar dari jumlah angsuran per bulan. Dalam hal ini tingkat RPC yang digunakan BRI dalam memberikan kredit yaitu sebesar 75 persen dari nilai RPC, sehingga apabila 75 persen dari nilai RPC lebih besar dari jumlah angsuran yang ada, maka nasabah tersebut dapat diberikan kredit berapapun jumlah pendapatannya. Dalam pemberian kredit ini tidak ada penghasilan minimum atau maksimum selama nilai RPC lebih besar dari jumlah angsuran, maka akan diberikan kredit. Laba bersih nasabah BRI cabang Kramat Jati sangat bervariasi tergantung dari jenis pekerjaan yang dilakukan. Rata-rata pendapatan nasabah KUR BRI cabang Kramat Jati adalah sebesar Rp 12 652 513. Sebanyak 13 orang memiliki pendapatan diantara rata-rata laba bersih debitur per-bulannya. Tingkat pendapatan nasabah KUR BRI cabang Kramat Jati dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Tingkat Pendapatan per Bulan Responden Nasabah KUR BRI cabang Kramat Jati. Pendapatan per bulan (Rp) Jumlah Responden Persentase (%) 4 000 000-9 000 000 8 24 9 000 001-14 000 000 13 39 14 000 001-19 000 000 10 30 19 000 001-29 000 000 2 6 Total 33 100 Lama Usaha Lama usaha yang sudah dijalankan nasabah berkisar antara 5-36 tahun. BRI cabang Kramat Jati memiliki syarat untuk pengajuan kredit harus memiliki usaha yang telah berjalan minimal enam bulan. Semua nasabah yang ada di BRI cabang Kramat Jati sudah memenuhi ketentuan yang berlaku. Nasabah yang memiliki lama usaha 5-11 tahun ada 36 persen atau ada 12 orang, nasabah yang memiliki usaha 12-18 tahun ada 10 orang atau 30 persen, yang memiliki usaha 19 25 tahun ada tujuh orang atau 21 persen, yang memiliki usaha lebih dari 26 32 tahun ada dua orang atau enam persen dan yang memiliki usaha 33 39 tahun ada 2 nasabah atau enam persen. Presentasi terbesar nasabah yang memiliki usaha lama usaha paling banyak yaitu lama usaha sekitar 5 11 tahun sekitar 12 orang.

27 Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar nasabah pinjaman KUR di BRI cabang Kramat Jati merupakan kategori nasabah cukup berpengalaman dalam menjalankan usaha. Lama usaha nasabah KUR Ritel di BRI cabang Kramat Jati pada Tabel 7. Tabel 7 Lama usaha nasabah KUR Ritel di BRI cabang Kramat Jati lama usaha (tahun) Jumlah Responden (orang) Persentasi (%) 5 11 12 36 12 18 10 30 19 25 7 21 26 32 2 6 33-39 2 6 Total 33 100 Nilai Agunan Agunan merupakan barang-barang jaminan yang diserahkan oleh peminjam/debitur sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya. Manfaat agunan yaitu sebagai alat jaminan apabila usaha yang dibiayai dengan kredit tersebut gagal atau sebab-sebab lain dimana debitur tidak mampu melunasi kreditnya dari hasil usaha secara normal. Agunan juga dapat berfungsi sebagai alat pengamanan dalam menghadapi kemungkinan adanya ketidakpastian pada kurun waktu yang akan datang pada saat kredit tersebut harus dilunasi. Penyaluran KUR Ritel untuk calon debitur diwajibkan untuk memberi agunan tambahan. KUR Ritel pada BRI cabang Kramat Jati diberlakukannya agunan senilai minimal sama dengan jumlah kredit yang diajukan. Debitur kredit pada BRI cabang Kramat Jati memiliki nilai agunan yang berbeda-beda. Presentasi terbesar memiliki nilai agunan sebesar 224 000 000 sampai 447 000 000 yaitu sebesar 45 persen atau sebanyak 15 orang. Besanya nilai agunan pada debitur BRI cabang Kramat Jati dapat dilihat pada Tabel 8. Ada dua jenis agunan yang diterima oleh BRI cabang Kramat Jati yaitu agunan hak pakai dan agunan hak milik. Agunan hak pakai dapat berupa kios tempat usaha debitur atau apartemen yang dimiliki oleh debitur. Agunan hak milik dapat berupa tanah yang dimiliki atau rumah debitur yang dimiliki. Tabel 8 Nilai Agunan debitur KUR Ritel pada BRI cabang Kramat Jati Nilai Agunan Jumlah Responden (orang) Persentas i (%) 175 juta - 223 juta 4 12 224 juta - 447 juta 15 45 > 447 juta 14 42 Total 33 100 Jumlah Tanggungan Jumlah Tanggungan yang dimiliki oleh nasabah merupakan orang yang menjadi tanggungan nasabah tersebut termasuk diri sendiri. Banyaknya jumlah tanggungan setiap nasabah berbeda-beda, ada yang hanya menanggung diri sendiri yang artinya belum menikah dan ada juga yang memiliki tangunggan

28 paling banyak 5 orang. Nasabah yang hanya memiliki tangungan untuk diri nya sendiri ini belum berkeluarga sehingga dia hanya memenuhi kehidupannya saja tanpa ada yang ditanggung. Nasabah ini kebanyakan merupakan perantau yang membuka usaha di wilayah Kramat Jati. Jumlah debitur yang memiliki presentasi terbesar yaitu 13 debitur yang memiliki jumlah tanggungan 2 orang. Jumlah Tanggungan nasabah KUR pada BRI cabang Kramat Jati dapat dilihat pada Tabel 9. Dari 33 nasabah terdapat delapan responden yang belum menikah. Tabel 9 Jumlah Tanggungan nasabah KUR pada BRI cabang Kramat Jati Jumlah Tanggungan (orang) Jumlah Responden (orang) Persentasi (%) 1 8 24 2 13 39 3 10 30 4 1 3 5 1 3 Total 33 100 Jumlah Karyawan Jumlah karyawan merupakan satu variabel yang diduga menjadi faktor yang memengaruhi jumlah kredit. Nasabah BRI cabang Kramat Jati rata-rata memiliki jumlah karyawan lima orang setiap usaha. Satu usaha memiliki minamal satu karyawan dan ada juga usaha yang memiliki maksimal karyawan sepuluh orang. Jumlah karyawan persentasi terbesar ada 70 persen atau 23 usaha yang memiliki satu sampai lima karyawan. Ada usaha yang memilih banyak karyawan karena pekerjaan pada usaha tersebut harus dikerjakan lebih dari satu orang. Ada juga usaha yang cukup memiliki satu karyawan saja untuk melakukan semua aktivitas usahanya. Jumlah karyawan yang dimiliki oleh debitur BRI cabang Kramat Jati dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Jumlah karyawan nasabah KUR pada BRI cabang Kramat Jati Jumlah karyawan (orang) Jumlah Responden (orang) Persentasi (%) 1 5 23 70 6 10 10 30 Total 33 100 Usia Responden Usia responden memiliki pengaruh dalam melihat karakter debitur. Apabila umur terlalu muda, dikhawatirkan debitur tersebut belum dapat bertanggung jawab. Selain itu, debitur yang terlalu muda diduga memiliki pengalaman menjalankan suatu usaha, sedangkan usia yang terlalu tua dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap tingkat produktifitas debitur. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, usia responden nasabah KUR di BRI cabang Kramat Jati dapat dilihat pada Tabel 11.

29 Tabel 11 Usia Responden Nasabah KUR BRI Cabang Kramat Jati Usia Responden Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) <30 Tahun 6 18 30-40 Tahun 9 27 41-50 Tahun 10 30 >50 Tahun 8 24 Total 33 100 Usia nasabah peminjam KUR lebih banyak pada usia 41-50 tahun yaitu sebesar 30 persen atau 10 orang. Debitur yang memiliki usia 30 tahun sampai 40 tahun juga memiliki jumlah persentasi terbanyak kedua yaitu sebesar 27 persen dengan sembilan debitur. Keadaan ini dapat dikatakan bahwa BRI cabang Kramat Jati menggolongkan usia ini dalam usia produktif dimana seseorang masih mampu bekerja untuk mendapatkan penghasilan yang maksimal. Semakin produktif seseorang nasabah maka diharapkan akan semakin besar kemungkinan untuk memajukan usahanya. Analisis faktor-faktor yang memengaruhi Realisasi KUR Besarnya realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI kepada masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hubungan antara faktor-faktor yang memengaruhi realisasi KUR dapat dituliskan sebagai suatu model persamaan realisasi. Dalam penelitian ini terdapat tujuh faktor yang diduga memengaruhi realisasi KUR, yaitu laba bersih (X1), lama usaha (X2), nilai agunan(x3), jumlah tanggungan (X4), jumlah karyawan (X5), dan usia (X6). Model persamaan diperoleh dengan menggunakan regresi linier berganda, model regresi berganda dikatakan linier jika memenuhi syarat-syarat linieritas, seperti normalitas data, bebas dari asumsi klasik statistik multikolineritas, homogenitas, dan multikolinieritas. Proses pengujian asumsi klasik statistik dilakukan bersama-sama dengan proses uji regresi sehingga langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian asumsi klasik statistik menggunakan media kotak kerja yang sama dengan uji regresi SPSS. Untuk menghasilkan model yang baik maka dilakukan pengujian normalitas, multikolineritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas sebagai berikut : 1. Pemeriksaan Normalitas Pemeriksaan normalitas dilakukan dengan melihat nilai skewness, histogram display normal curve dan kurva normal p-plot. Data yang terdistribusi normal akan memiliki nilai skewness yang mendekati angka nol sehingga memiliki kemiringan yang cenderung seimbang. Nilai skewness yang diperoleh dari variabel yang dimiliki memperoleh nilai skewness yang mendekati nol (dapat dilihat pada Tabel 12) yang menggambarkan data terdistribusi normal.

30 Tabel 12 Nilai skewness hasil regresi linier Variabel N Skewness Statistik Statistik Std. Error Jumlah Kredit 33-0.621 0.409 Laba Bersih 33-0.086 0.409 Lama Usaha 33-0.167 0.409 Nilai Agunan 33-0.617 0.409 Jumlah Tanggungan 33-0.318 0.409 Jumlah Karyawan 33-0.798 0.409 Usia 33-0.486 0.409 Output SPSS pada Tabel 12 terlihat bahwa jumlah kredit, laba bersih, lama usaha, nilai agunan, jumlah tanggungan, jumlah karyawan dan usia memiliki nilai skewness yang mendekati nol dan negatif. Nilai skewness bersifat mutlak sehingga nilai negatif tidak berpengaruh. Nilai skewness yang diperoleh menunjukkan bahwa masing-masing variabel memiliki kecenderungan terdistribusi secara normal. Jika dilihat dari kurva normal p-plot (Lampiran 6) distribusi data menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebaran titik data searah dengan garis diagonal sehingga dapat dikatakan data menyebar secara normal. 2. Pemeriksaan multikolineritas Uji multikolineritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model. Untuk mengetahui apakah suatu model mengandung multikolineritas maka dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai Tolerance. Hasil uji melalui Variance Inflation Factor (VIF) dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Hasil regresi nilai VIF Model Kolinieritas Statistik Tolerance VIF Laba Bersih 0.852 1.174 Lama Usaha 0.696 1.437 Nilai Agunan 0.777 1.288 Jumlah Tanggungan 0.848 1.179 Jumlah Karyawan 0.885 1.130 Usia 0.734 1.362 Nilai VIF yang diperoleh tidak lebih besar dari 10 dan nilai Tolerance yang dihasilkan tidak kurang dari 0,1. Sehingga dapat dinyatakan model regresi linier berganda terbebas dari asumsi klasik statistik dan dapat digunakan dalam penelitian. Artinya variabel-variabel independen pada model penduga realisasi KUR yaitu laba bersih, lama usaha, nilai agunan, jumlah tanggungan, jumlah karyawan, dan usia tidak memiliki kemiripan satu variabel dengan variabel lainya. 3. Pemeriksaan autokorelasi Menguji autokorelasi dalam suatu model dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson. Hasil uji autokorelasi dengan Durbin Watson menunjukkan angka 1.811.

31 dengan jumlah variabel bebas (k) sebesar dua dan jumlah responden 33. Berdasarkan pengujian yang dilakukan maka nilai Durbin Watson hitung 1.811 terletak di daerah No Autocorelation sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi linier berganda terbebas dari asumsi klasik statistik autokorelasi. 4. Pemeriksaan heteroskedastisitas Memprediksi ada atau tidaknya heterokedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot. Hasil dari output SPSS pada gambar Scatterplot menunjukkan penyebaran titik-titik data yang menyebar diatas dan dibawah, titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau di bawah saja, dan penyebaran data tidak membentuk pola. Keadaan gambar Scatterplot ini menyatakan bahwa model regresi linier berganda terbebas dari asumsi klasik heteroskedastisitas dan layak digunakan dalam penelitian (Lampiran 7). Setelah dilakukannya pengujian yang menyatakan bahwa data menyebar normal, tidak terdapat autokolerasi, tidak terdapat heterokedastisitas dan tidak adanya multikolonieritas maka dilakukan pengujian data untuk memperoleh model yang baik dan mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi realisasi KUR pada BRI cabang Kramat Jati. Pengolahan data ini diperoleh dengan variabel dependen yaitu jumlah kredit yang terealisasi dan variabel independent yang terdiri dari enam variabel yaitu laba bersih, lama usaha, nilai agunan, jumlah tanggungan, jumlah karyawan, dan usia. Pengujian data mengunakan tingkat kepercayaan 90 persen dan 95 persen atau dengan taraf nyata (α) sebesar lima persen dan sepuluh persen. Hasil analisis terhadap faktor-faktor yang memengaruhi realisasi KUR pada BRI cabang Kramat Jati dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Hasil regresi terhadap faktor-faktor yang memengaruhi realisasi KUR pada BRI Cabang Kramat jati Koefisien Variabel regresi T p-value Konstanta 2.543 1.071 0.294 Laba Bersih 0.412* 4.049 0.000 Lama Usaha 0.155** 1.750 0.092 Nilai Agunan 0.508* 4.584 0.000 Jumlah Tanggungan 0.025 0.285 0.778 Jumlah Karyawan -0.060-0.743 0.464 Usia -0.158-1.041 0.307 R-sq = 0.695 R-sq (adj) = 0.625 ANOVA DF SS MS F P Model Regression 6 2.705 0.451 9.895 0.000 Residual 26 1.185 0.046 Total 32 3.890 Keterangan : *Signifikan pada taraf nyata 5 % **Signifikan pada taraf nyata 10 %

32 Berdasarkan Tabel 14, diketahui bahwa p-value dari statistik F lebih kecil dari taraf nyata sebesar lima persen. Sehingga kepuasannya adalah setidaknya ada satu data variabel independent yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependent. Akurasi model dugaan (goodnes of fit) model dilakukan dengan memperhatikan koefisien determinasi (R 2 ) yaitu sebesar 69.5 persen. Hal ini menandakan bahwa sebesar 69.5 persen variabel dependent (besar realisasi KUR) dapat dijelaskan oleh model dan sisanya sebesar 30.5 persen dijelaskan oleh variabel error (variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam model). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi realisasi KUR dapat berpengaruh positif dan negatif. Secara matematis, hubungan antar variabel independen dengan variabel dependen dapat dirumuskan sebagai berikut : Y = 2.543 + 0.412 ln X1+ 0.155 ln X2 + 0.508 ln X3 + 0.025 ln X4 0.060 ln X5 0.158 ln X6 Persamaan matematis tersebut menunjukkan bahwa variabel laba bersih, lama usaha, nilai agunan, jumlah tanggungan berpengaruh positif terhadap besar realisasi KUR, hal ini dapat diartikan bahwa semakin bertambah laba bersih perbulan calon nasabah, semakin bertambah lama usaha nya, semakin besar nilai agunan, semakin banyak jumlah tanggungannya maka akan menyebabkan besaran realisasi KUR semakin bertambah. Sedangkan, variabel-variabel yang berpengaruh negatif terhadap besar realisasi KUR yaitu jumlah karyawan dan usia. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin banyak jumlah karyawan dan semakin bertambah usia calon debitur maka semakin berkurang jumlah KUR yang direalisasikan. Pengujian terhadap signifikansi pada masing-masing variabel independent secara individu dilakukan dengan uji T, sehingga diketahui bahwa variabelvariabel yang berpengaruh signifikan terhadap realisasi KUR pada BRI cabang Kramat Jati adalah variabel laba bersih perbulan dan besaran nilai agunan pada taraf nyata lima persen. Variabel lama usaha signifikan pada taraf nyata sepuluh persen Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian, dimana semua variabel diduga berpengaruh nyata terhadap besarnya realisasi KUR yang diterima oleh debitur. Sedangkan variabel lainnya seperti jumlah tanggungan, jumlah karyawan, dan usia tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap besarnya realisasi KUR yang dapat diterima oleh debitur. Laba Bersih Laba bersih merupakan salah satu faktor yang diduga memengaruhi besarnya realisasi KUR yang diberikan oleh BRI. laba bersih yang di duga sebagai faktor yang memengaruhi realisasi KUR adalah laba bersih per-bulan yang diperoleh dari usaha debitur. Laba bersih suatu usaha diduga dapat menentukan besarnya nilai kredit yang akan diberikan. Hasil regresi laba bersih per-bulan memiliki nilai p-value sebesar 0.000 yang memiliki nilai lebih kecil dari taraf nyata yang telah ditentukan. Nilai p-value yang lebih kecil menyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara laba bersih dengan besarnya realisasi KUR yang akan diberikan oleh BRI. koefisien regresi yang dihasilkan memiliki nilai positif yang memiliki arti jika laba besih meningkat maka BRI memberikan kepercayaan untuk meningkatkan besarnya

33 realialisasi KUR yang akan diberikan. Semakin besar laba bersih maka semakin besar juga realisasi KUR yang akan diberikan. Nilai koefisien regresi yaitu sebesar 0.412. Nilai ini menyatakan bahwa jika laba bersih meningkat satu persen maka jumlah realisasi KUR yang diberikan oleh pihak BRI akan meningkat sebesar 0.412 persen. Hasil Regresi yang dilakukan memiliki kesamaan dengan dugaan sebelumnya yang menyatakan bahwa laba bersih memiliki hubungan yang signifikan terhadap realisasi KUR. Laba bersih merupakan merupakan hal yang sangat diperhatikan untuk mengetahui kemampuan nasabah membayar pinjaman. Laba bersih per-bulan yang diperoleh debitur memengaruhi realisasi KUR karena dari laba bersih yang diperoleh oleh debitur yang akan membayar kredit yang diperoleh dari BRI. Lama Usaha Lama usaha merupakan salah satu faktor yang diduga memengaruhi perealisasian KUR. Lama usaha dapat menunjukan perkembangan usaha yang dijalankan dan pengalaman dalam menjalankan usaha. Calon debitur KUR di BRI rata-rata sudah menjalankan usaha selama 16 tahun. Minimal lama usaha responden dalam penelitian ini berjalan selama 6 tahun dan maksimal berjalan 36 tahun. Berdasarkan hasil regresi linear berganda, diketahui koefisien variabel lama usaha berpengaruh signifikan terhadap besarnya realisasi KUR yang diterima oleh debitur pada taraf nyata sepuluh persen. Nilai p-value yang dihasilkan sebesar 0.092, dimana p-value lebih kecil dari taraf nyata. Hal ini memiliki arti bahwa lama usaha yang dijalankan oleh calon debitur memengaruhi besarnya jumlah kredit yang diterima. Variabel lama usaha ini berpengaruh signifikan karena memiliki nilai P lebih besar. Koefisien regresi yang dihasilkan bernilai positif yaitu sebesar 0.155. Nilai positif ini memiliki arti bahwa semakin lama usaha yang dijalankan maka jumlah realisasi KUR akan bertambah. Jika lama usaha bertambah satu persen maka akan menambah tingkat realisasi sebesar 0.155 persen. Hasil regresi linier berganda ini sesuai dengan dugaan sebelumnya yang menyatakan bahwa faktor lamanya usaha calon debitur berpengaruh signifikan terhadap besarnya realisasi KUR. Lamanya usaha yang berjalan juga menjadi salah satu yang dilihat oleh pihak BRI untuk menjadi bahan pertimbangan merealisasikan KUR. Keadaan ini dapat dilihat pada analisis capacity dan analisis condition yang dilakukan oleh pihak BRI. Nilai Agunan Nilai agunan merupakan salah satu faktor yang diduga memengaruhi besarnya KUR yang direalisasikan oleh BRI. Agunan merupakan jaminan yang diberikan calon debitur untuk memperoleh KUR di BRI. Besar nilai agunan yang paling kecil yang dimiliki oleh debitur BRI yaitu sebesar Rp 175 000 000 dengan besar pinjaman Rp 100 000 000. Hasil regresi linier yang dilakukan terhadap variabel nilai agunan memiliki hubungan yang signifikan terhadap jumlah kredit karena memiliki nilai p-value yang lebih kecil dari tingkat taraf nyata sebesar lima persen. Variabel nilai agunan ini memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.000 yang menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara nilai agunan dan besarnya realisasi KUR.

34 Koefisien regresi yang dihasilkan memiliki nilai positif terhadap besarnya realisasi KUR yang memiliki arti bahwa semakin besar nilai agunan maka tingkat kepercayaan BRI untuk memberikan pinjaman semakin besar juga. Nilai koefisien regresi yang dihasilkan sebesar 0.508 yang memiliki arti bahwa jika nilai agunan bertambah satu persen maka tingkat kepercayaan BRI untuk memberikan pinjaman lebih besar sebesar 0.508 persen kepada debitur. Hasil regresi linier berganda ini sesuai dengan dugaan sebelumnya yang menyatakan bahwa faktor nilai agunan berpengaruh signifikan terhadap besarnya realisasi KUR. Nilai agunan ini berpengaruh signifikan diduga karena salah satu syarat untuk mendapatkan KUR yaitu menyertakan agunan yang memiliki nilai minimal sama dengan jumlah yang akan di pinjam. Besarnya nilai agunan ini dinilai oleh pihak BRI berdasarkan rata-rata harga pasar selama periode pinjaman. Jika debitur memiliki nilai agunan yang lebih kecil dari jumlah pinjaman maka pihak BRI tidak merealisasikan KUR. Semakin besar nilai agunan maka tingkat kepercayaan BRI semakin besar. Besarnya nilai agunan ini merupakan analisis aspek collateral yang dilakukan oleh pihak BRI yang dapat memperlihatkan besaran kesanggupan agunan untuk menutupi jumlah pinjaman debitur. Jumlah tanggungan Jumlah tanggungan merupakan salah satu faktor yang diduga berpengaruh terhadap besarnya KUR yang akan direalisasikan oleh BRI. Semakin banyak tanggungan dalam keluarga maka semakin besar pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari sehingga menghabiskan sejumlah besar proporsi pendapatan keluarga. Dapat dikatakan bahwa, semakin besar jumlah tanggungan dalam keluarga diduga semakin kecil realisasi kredit yang diperoleh. Hasil regresi linier yang dilakukan terhadap variabel jumlah tanggungan memiliki hubungan yang tidak signifikan terhadap besar kredit yang direalisasikan. Nilai p-value yang dihasilkan lebih besar dari nilai taraf nyata sehingga hubungan antara jumlah tanggungan dan besar realisasi kredit tidak signifikan yaitu 0.778 lebih besar dari 0.1 dan 0.05. Koefisien regresi yang dihasilkan memiliki nilai positif terhadap besarnya realisasi KUR yang memiliki arti bahwa semakin banyak jumlah tanggungan maka semakin besar jumlah realisasi kredit yang diberikan oleh BRI. Nilai positif yang dimiliki keduanya tidak berpengaruh karena dari nilai p-value yang dihasilkan tidak memiliki hubungan signifikan antara jumlah tanggungan dan besar realisasi kredit. Hasil regresi linier berganda ini tidak sesuai dengan dugaan sebelumnya yang menyatakan bahwa jumlah tanggungan berpengaruh signifikan terhadap besarnya realisasi KUR. Keadaan ini dapat diduga karena, jumlah tanggungan tidak menjadi penentu keberhasilan dari suatu bisnis dan kelancaran untuk membayar kredit. Jumlah tanggungan dalam keluarga belum tentu semuanya ditanggung dari hasil pendapatan usaha, melainkan dapat ditanggung dari pendapatan lainnya diluar usaha seperti pendapatan dari pekerjaan pasangan debitur, sehingga jumlah tanggungan keluarga tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap besarnya realisasi KUR di BRI. Jumlah Karyawan Jumlah karyawan yang dimiliki oleh setiap debitur diduga berpengaruh terhadap besarnya realisasi KUR. Suatu usaha yang memiliki karyawan banyak diduga memiliki usaha yang lebih besar dan akan menerima pendapatan yang

35 lebih besar. Sehingga jika melakukan peminjaman tidak sulit untuk mengembalikan pinjaman. Hasil regresi linier yang dilakukan terhadap variabel jumlah tanggungan memperoleh nilai p-value sebesar 0.464, nilai p-value yang dihasilkan lebih besar dari taraf nyata yang ditentukan sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan antara jumlah karyawan dengan besarnya realisasi KUR tidak signifikan. Koefisien regresi yang dihasilkan memiliki nilai negatif terhadap besarnya realisasi KUR yang memiliki arti bahwa semakin banyak jumlah karyawan maka semakin besar jumlah realisasi kredit yang diberikan oleh BRI. Nilai negatif yang dimiliki keduanya tidak berpengaruh karena dari nilai p-value yang dihasilkan tidak memiliki hubungan signifikan antara jumlah karyawan dan besar realisasi kredit. Hasil regresi linier berganda ini tidak sesuai dengan dugaan sebelumnya yang menyatakan bahwa jumlah karyawan berpengaruh signifikan terhadap besarnya realisasi KUR. Keadaan ini dapat diduga karena, banyaknya atau sedikitnya jumlah karyawan memiliki pengaruh yang berbeda-beda untuk setiap usaha tergantung jenis dan bentuk usahanya. Dugaan sebelumnya yang menyatakan banyaknya karyawan menyebabkan usaha memiliki pendapatan juga belum cukup untuk mengatakan bahwa jumlah karyawan memiliki hubungan dengan besarnya realisasi KUR yang diberikan oleh BRI. Usia Usia merupakan salah satu faktor yang diduga memengaruhi tingkat realisasi kredit pada BRI cabang Kramat Jati. Pada formulir aplikasi pengajuan kredit KUR setiap calon nasabah harus memberikan data tanggal lahir. Pengisian data tanggal lahir ini merupakan informasi untuk BRI cabang Kramat Jati dalam menganalisis penyaluran kredit. Diduga usia nasabah yang lebih produktif akan mendapat nilai realisasi kredit yang lebih besar. Usia nasabah yang masih sangat muda diduga masih belum matang dalam mengolah usaha, sedangkan usia yang terlalu tua juga dianggap sudah tidak produktif lagi. Hasil analisisi regresi menunjukkan nilai P-value yang diperoleh sebesar 0.307, besarnya nilai p-value ini menyatakan bahwa hubungan antara usia dengan realisasi kredit tidak memiliki hubungan yang signifikan pada taraf nyata sepuluh persen dan lima persen. Koefisien variabel usia nasabah menunjukkan nilai negatif yang artinya variabel tersebut berpengaruh negatif terhadap besarnya realisasi KUR. Semakin bertambahnya tingkat usia yang dimiliki oleh calon nasabah maka semakin berkurang realisasi KUR yang diterima. Nilai negatif yang diperoleh ini tidak berpengaruh karena hubungan antara usia dangan realisasi KUR tidak memiliki hubungan yang signifikan. Hasil regresi yang menyatakan bahwa tidak adanya hubungan antara usia dan realisasi KUR berbeda dengan dugaan sebelumnya yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara kedua faktor tersebut. Tidak terdapatnya hubungan yang signifikan ini diduga karena usia tidak dapat menentukan pendapatan suatu bisnis. Semakin bertambahnya usia awalnya diduga memiliki pengalaman usaha yang lebih tetapi ini tidak dapat dibenarkan karena sekarang banyaknya anak muda yang sudah memiliki usaha dengan pendapatan yang tinggi walaupun masih memiliki pengalaman yang lebih sedikit. Keadaan ini menjadikan usia tidak menjadi faktor yang memengaruhi jumlah KUR yang akan di realisasikan.

36 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa mekanisme penyaluran kredit usaha rakyat yang terdapat di BRI Cabang Kramat Jati sesuai dengan prosedur yang telah di tetapkan oleh BRI. Tahap pengajuan permohonan kredit dilakukan oleh nasabah dengan cara mengisi form pengajuan KUR dan mengisi data nasabah yang dibutuhkan Kemudian tahap penilaian kredit dilakukan oleh Account Officer BRI Cabang Kramat Jati untuk menentukan apakah nasabah layak untuk menerima KUR atau tidak. Setiap calon debitur yang akan melakukan pinjaman akan diantu oleh Account Officer untuk melewati setiap mekanisme yang ada. Variabel yang menjadi faktor penyaluran kredit yang memiliki hubungan signifikan berdasarkan statistik yaitu laba bersih per-bulan, lama berdirinya usaha dan besarnya nilai agunan yang dimiliki oleh debitur. Ketiga variabel ini sudah diperhatikan oleh pihak BRI cabang Kramat Jati untuk menyalurkan KUR. Jumlah karyawan, jumlah tanggungan dan usia tidak berpengaruh signifikan terhadap besarnya realisasi KUR yang diberikan oleh BRI Cabang Kramat Jati. Walaupun ketiga variabel ini ridak berpengaruh signifikan tetapi pihak BRI tetap menganalisis ketiga variabel tersebut. Saran BRI Cabang Kramat Jati diharapkan kedepannya lebih dapat menilai karakteristik calon nasabah lainnya, tidak hanya sebatas faktor-faktor yang diduga berpengaruh pada realisasi KUR baik yang secara signifikan atau tidak. Sehingga tujuan dari KUR BRI dapat tepat sasaran untuk membantu para pengusaha mikro kecil dan menengah khususnya kepada pengusaha agribisnis. Laba bersih sangat menentukan realisasi kredit, oleh karena itu BRI cabang Kramat Jati perlu memperhatikan faktor ini. Sedangkan Usia responden tidak menjadi faktor utama yang dipertimbangkan dalam realisasi KUR Ritel. Bagi peneliti lanjutan diharapkan dapat menemukan solusi agar UMKM sebagai debitur dapat menerima, memanfaatkan, serta mengembalikan kreditnya dengan baik sehingga nantinya akan terjalin kerjasama yang baik antara bank dan UMKM.

37 DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Usaha Mikro Kecil Menengah Tahun 2011. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik. Bank Rakyat Indonesia. 2016. Laporan Pengajuan Kredit Usaha Rakyat periode 2015-2016. Jakarta (ID): Kramat Jati. Ghozali, Imam. 2000. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang (ID): Badan Penerbit UNDIP. Ed ke-3. Gujarati DN. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika Jilid 1. Julius A dan Mulyadi, S.E, penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari : Basic Econometrics. Ed ke-3. Gujarati DN. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika Jilid 2. Julius A dan Mulyadi, S.E, penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari : Basic Econometrics. Ed ke-3. Hasibuan HM. 2008. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta : Bumi Aksara. Hutagaol Edinho. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang memengaruhi Pencairan Pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Sektor Agribisnis (Kasus Pada BRI Unit Cigombong-Bogor) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [Kemenkop UKM] Kementerian Koperasi dan UMKM. 2014. Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah dan Usaha Besar tahun 2011 2013. Jakarta (ID): Kemenkop UKM.. [Kemendag] Kementerian Perdagangan. 2013. PDB Usaha mikro kecil menengah dan usaha Besar Sektor Ekonomi Tahun 2012 dan 2013. Analisis Peran Lembaga Pembiayaan dalam Pengembangan UMKM. Jakarta (ID): Kemendag. Lubis Anna M. 2009. Faktor-Faktor Yang memengaruhi Realisasi Kredit dan Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kasus : BRI Unit Cibungbulang) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Lubis Anna M dan Dwi R. 2011. Faktor-faktor yang memengaruhi Realisasi dan Pengembalian Kredit Usaha Rakyat [Jurnal]. Bogor: Jurnal Agribisnis Vol 1 No 2. Mulyarto, Eko Putro2009. Analisis Faktor-faktor yang Memperngaruhi Realisasi KUR (Studi Kasus Nasabah PT BRI Tbk (Persero) Unit Leuwiliang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Risdwianto, B. 2004. Analisis Faktor-Faktor Yang memengaruhi Volume Penyaluran Kredit Bank Rakyat Indonesia. Departemen Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rozaqke SA.2013.Analisis Faktor-Faktor yang memengaruhi Penyaluran Kredit Bisnis Ritel (studi Kasus pada BRI KCP Sukun dan Kanca BRI Malang Kawi)[skripsi]. Malang(ID): Universitas Brawijaya. Saadaah Halimatus.2009.Penyaluran dan Pengembalian Kredit pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah Melalui Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Kasus KBMT dan BPRS di Bogor) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

38 Safitri, Ilwah. 2007. Analisis Faktor-faktor Yang memengaruhi Besar Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) pada Nasabah BRI Unit Ciampea [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Saragih Bungaran. 2010. Agribisnis Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. Rachmat Pambudy, editor. Bogor (ID): Ipb Press. Sari GW.2007.Analisis Faktor-Faktor Yang memengaruhi Permintaan Kredit Umum Pedesaan (KUPEDES) Di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan (kasus Pada BRI Unit Ciampea dan BRI Unit Citeureup) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Simanjuntak Retno P.2015.Faktor-Faktor yang memengaruhi Realisasi Kredit Rakyat di Sektor Agribisnis (Kasus pada BRI Unit Cijeruk-Bogor) [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor. Simorangkir O.P. 2004. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Nonbank. Nazwar Akhria dan Sofyan M, editor. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Wangi, Srikandi Puspa. 2008. Analisis Faktor-faktor Yang memengaruhi Realisasi Pengajuan Kredit di Bank X [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Widarjono Agus. 2013. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

39 LAMPIRAN Lampiran 1 Ilustrasi bunga efektif untuk KUR Nama Pemohon Suku Bunga 1,00% 12,00% Jangka Waktu 36 Bulan 3 Tahun Putusan Total Angsuran Kredit Rp 100.000.000 3.321.431 Simulasi Angsuran Pokok dan Bunga KUR Ritel BLN Angsuran Pokok Angsuran bunga Total angsuran Saldo Pinjaman Jan-00 Besarnya kredit 100.000.000 Jul-11 2.800.000 1.000.000 Rp 3.800.000 97.200.000 Agu-11 2.800.000 972.000 Rp 3.772.000 94.400.000 Sep-11 2.800.000 944.000 Rp 3.744.000 91.600.000 Nov-11 2.800.000 916.000 Rp 3.716.000 88.800.000 Des-11 2.800.000 888.000 Rp 3.688.000 86.000.000 Jan-12 2.800.000 860.000 Rp 3.660.000 83.200.000 Mar-12 2.800.000 832.000 Rp 3.632.000 80.400.000 Apr-12 2.800.000 804.000 Rp 3.604.000 77.600.000 Jun-12 2.800.000 776.000 Rp 3.576.000 74.800.000 Jul-12 2.800.000 748.000 Rp 3.548.000 72.000.000 Agu-12 2.800.000 720.000 Rp 3.520.000 69.200.000 Okt-12 2.800.000 692.000 Rp 3.492.000 66.400.000 Nov-12 2.800.000 664.000 Rp 3.464.000 63.600.000 Des-12 2.800.000 636.000 Rp 3.436.000 60.800.000 Feb-13 2.800.000 608.000 Rp 3.408.000 58.000.000 Mar-13 2.800.000 580.000 Rp 3.380.000 55.200.000 Apr-13 2.800.000 552.000 Rp 3.352.000 52.400.000 Jun-13 2.800.000 524.000 Rp 3.324.000 49.600.000 Jul-13 2.800.000 496.000 Rp 3.296.000 46.800.000 Agu-13 2.800.000 468.000 Rp 3.268.000 44.000.000 Okt-13 2.800.000 440.000 Rp 3.240.000 41.200.000 Nov-13 2.800.000 412.000 Rp 3.212.000 38.400.000 Des-13 2.800.000 384.000 Rp 3.184.000 35.600.000 Feb-14 2.800.000 356.000 Rp 3.156.000 32.800.000 Mar-14 2.800.000 328.000 Rp 3.128.000 30.000.000 Apr-14 2.800.000 300.000 Rp 3.100.000 27.200.000 Jun-14 2.800.000 272.000 Rp 3.072.000 24.400.000 Jul-14 2.800.000 244.000 Rp 3.044.000 21.600.000 Agu-14 2.800.000 216.000 Rp 3.016.000 18.800.000 Okt-14 2.800.000 188.000 Rp 2.988.000 16.000.000 Nov-14 2.800.000 160.000 Rp 2.960.000 13.200.000 Jan-15 2.800.000 132.000 Rp 2.932.000 10.400.000 Feb-15 2.800.000 104.000 Rp 2.904.000 7.600.000 Mar-15 2.800.000 76.000 Rp 2.876.000 4.800.000 Mei-15 2.800.000 48.000 Rp 2.848.000 2.000.000 Jun-15 2.000.000 20.000 Rp 2.020.000-100.000.000

40 Lampiran 2 Kerangka pemikiran operasional Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI Cabang Kramat Jati Realisasi KUR < Deposit KUR Mekanisme Penyluran KUR Variabel-variabel yang memengaruhi realisasi KUR Character *Usia nasabah *Jumlah karyawan *Jumlah tanggungan Capacity * lama usaha Capital *Laba bersih Collateral *Agunan Model pencairan kredit Metode regresi linear berganda Faktor-faktor yang memengaruhi realisasi KUD di BRI Cabang Kramat Rekomendasi

41 Lampiran 3 Struktur Organisasi BRI cabang Kramat Jati Pemimpin Cabang Assisten Manajer Operasional Assisten Manajer Pemasaran Dana Assisten Manajer Pemasaran Kredit SPO SPB Funding Officer Account Officer CS Teller Administrasi Kredit Ket : SPO : Supervisor Penunjang Bisnis SPB : Supervisor Penunjang Operasional CS : Custumer Service

42 Lampiran 4 Laporan Kunjungan Nasabah PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) KC KRAMAT JATI Formulir 2a/IV 1/7 LAPORAN KUNJUNGAN NASABAH (Untuk Kredit s/d Rp.500.juta) 1. Pejabat BRI Yang mengunjungi : Darita Meliadi 2. Nasabah/pemohon yang dikunjungi : 1 SARMIN 2 SUKIR 3. Data nasabah/pemohon : (Mencakup jumlah fasilitas kredit yang sedang dan akan dinikmati) * Nomor Rekening : * Pokok Pinjaman permohonan KUR : Rp. 200.000.000 * Tunggakan Pokok : Rp. - * Tunggakan Bunga : Rp. - * Dan lain-lain : Rp. - 4. Tempat dan Tanggal Kunjungan : Jakarta Timur Jl Damai Kramat Jati 5. Tujuan Kunjungan : ( beri tanda x bila perlu jelaskan) Prakarsa kredit X Proses baru Perpanjangan kredit X KUR Suplesi kredit X Penetapan Struktur, Tipe dan Syarat Kredit Negosiasi *) X Pembinaan keberlangsungan dan perkembangan usaha Restrukturisasi Kredit X Penyelesaian Kredit X Pembinaan & Monitoring X Penagihan X Dan lain-lain X *) Khusus dalam rangka negosiasi, semua persyaratan kredit yang diusulkan, agar telah dibicarakan dengan pemohon yang bersangkutan. 6. Hasil Kunjungan / Negosiasi : Kesimpulan atas pembicaraan / negosiasi yang telah dilakukan sesuai tujuan kunjungan dituangkan dalam lembar tambahan yang telah diketahui, difahami dan disepakati oleh debitur dan pemrakarsa. Tanda Tangan, SARMIN

43 Lanjutan Lampiran 4 PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) KC KRAMAT JATI Formulir 2a/IV 2/7 7. Rencana Tindak Lanjut, paling lambat dilaksanakan tanggal : Rencana Tindak Lanjut Tanggal ' Februari 2016 8. Tindasan LKN akan diberikan / dikirimkan kepada : Yth, Pinca KC Kramat Jati Dibuat oleh : Nama : Meliadi Jabatan : Account Officer Unit Kerja : BRI KC Kramat Jati Tanggal : Februari 2016 Tanda Tangan 9. Tanggapan Para Pejabat BRI tersebut yang menerima tindasan LKN tersebut : Pejabat Penerima Tindasan Nama : Darita Jabatan : AMPK Unit Kerja : BRI KC Kramat Jati Tanggal : Februari 2016 Tanda Tangan

44 Lanjutan Lampiran 4 PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) KC KRAMAT JATI Formulir 2a/IV 3/7 HASIL KUNJUNGAN NASABAH. Lampiran LKN ini diisi apabila tujuan LKN berupa Prakarsa Kredit - Pemberian Kredit atau Perpanjangan Kredit. Merupakan hasil kunjungan dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari LKN 1. HASIL PENILAIAN ASPEK NON-FINANSIAL Berikan Tanda (x) pada kolom penilaian, sesuai kondisi nasabah/pemohon yang dikunjungi a. Aspek Karakter i. Tingkat Kepercayaan Standar Penilaian. Informasi yang diberikan debitur sesuai dengan kondisi sebenarnya dan debitur secara aktif menyampaikan.. Informasi yang diberikan debitur sesuai dengan kondisi sebenarnya namun baru diberikan bila diminta.. Informasi yang diberikan kurang sesuai dengan kondisi sebenarnya. Informasi yang diberikan tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya. Penilaian x ii. Pengelolaan rekening Bank Standar Penilaian. Tidak terlambat membayar, memenuhi kelengkapan dokumen atau memenuhi perjanjian kredit. Pernah terlambat membayar, terlambat memenuhi kelengkapan dokumen atau tidak memenuhi perjanjian kredit. Nasabah baru (take over) dengan bukti-bukti/dokumen sesuai dengan yang dipersyaratkan.. Sering terlambat membayar, terlambat memenuhi kelengkapan dokumen, atau tidak memenuhi perjanjian kredit. Nasabah baru atau nasabah baru (take over) dengan bukti-bukti/dokumen yang kurang sesuai dengan yang dipersyaratkan. Masih terdapat kewajiban yang belum diselesaikan, terdapat dokumen yang belum dipenuhi atau melanggar perjanjian kredit Penilaian x iii. Reputasi Bisnis Standar Penilaian. Tidak terdapat informasi negatif dari supplier atau konsumen dalam jangka waktu > 2 tahun.. Tidak terdapat informasi negatif dari supplier atau konsumen dalam jangka waktu < 2 tahun.. Terdapat informasi negatif dari supplier atau konsumen namun dapat dijelaskan oleh nasabah disertai bukti yang memadai. Informasi tentang hubungan bisnis tidak dimiliki karena nasabah merupakan pemain baru. Terdapat informasi negatif dari supplier atau konsumen namun tidak dapat dijelaskan oleh nasabah disertai bukti yang memadai iv. Perilaku Pribadi Debitur Standar Penilaian. Debitur tidak memiliki gaya hidup negatif atau permasalahan pribadi. Debitur tidak memiliki gaya hidup atau permasalahan pribadi yang dapat mengurangi kemampuan membayar kredit.. Tidak memiliki informasi gaya hidup dan riwayat pribadi sebagai nasabah BRI (nasabah baru). Debitur memiliki gaya hidup negatif atau permasalahan pribadi Penilaian x Penilaian x

45 Lanjutan Lampiran 4 PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) KC KRAMAT JATI Formulir 2a/IV 4/7 b. Aspek Posisi Pasar i. Kualitas Produk dan Jasa Standar Penilaian. Jenis produk/barang dagangan/jasa memenuhi kebutuhan pembeli. Harga jual lebih murah dibanding pesaing. Pemenuhan pesanan cepat. Personil trampil dan bersahabat. Jenis produk.barang dagangan/jasa cukup memenuhi kebutuhan pembeli. Harga jual relatif sama dibanding pesaing. Pemenuhan pesanan relatif cepat. Personil trampil namun kurang bersahabat. Jenis produk/barang dagangan/jasa kurang memenuhi kebutuhan pembeli. Harga jual masih dapat bersaing. Pemenuhan pesanan masih dapat diterima. Personil kurang trampil dan kurang bersahabat. Jenis produk/barang dagangan/jasa tidak memenuhi kebutuhan pembeli. Harga jual lebih mahal dibanding pesaing. Pemenuhan pesanan terlambat.. Personil tidak trampil dan tidak bersahabat ii. Sistem Pembayaran Standar Penilaian. Nasabah memiliki strategi pemasaran yang tepat. Tidak terdapat ketergantungan karena suplier / pembeli banyak dan bervariasi. Personil trampil dan bersahabat. Nasabah memiliki stategi pemasaran yang cukup tepat. Tidak terdapat ketergantungan namun suplier / pembeli terbatas.. Nasabah memiliki stategi pemasaran yang kurang tepat. Sebagian besar Pembayaran dihutang. Nasabah tidak memiliki stategi pemasaran. Pembayaran selalu dihutang iii. Lokasi Usaha Standar Penilaian. Lokasi usaha sangat strategis. Tersedia tenaga kerja (baik kualitas maupun kuantitas). Diperkirakan tidak terdapat perubahan peruntukan lokasi oleh pemerintah /. Lokasi usaha strategis. Tersedia tenaga kerja namun untuk kualitas tertentu sulit diperoleh. Tidak terdapat pembatasan peruntukan lokasi yang merugikan oleh pe merintah / pihak yang berwenang.. Lokasi usaha kurang strategis. Terdapat permasalahan dalam penyediaan tenaga kerja.. Diperkirakan akan terdapat perubahan oleh pemerintah / pihak yang berwenang. Lokasi usaha tidak strategis. Sulit untuk mendapatkan tenaga kerja.. Telah terdapat pembatasan peruntukan oleh Pemerintah / pihak yang berwenang atau lokasi usaha tidak sesuai dengan peruntukan Penilaian x Penilaian x Penilaian x

46 Lanjutan Lampiran 4 PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) KC KRAMAT JATI Formulir 2a/IV 5/7 c. Perkembangan Sasaran Persaingan dan Kaderisasi Kepemimpinan i. Situasi Pasar dan persaingan Standar Penilaian. Perkembangan pasar diperkirakan tetap tinggi. Peluang untuk mendapatkan laba tinggi. Jumlah pesaing menurun atau tetap. Perkembangan pasar diperkirakan tetap stabil. Peluang untuk mendapatkan laba cukup baik. Jumlah pesaing meningkat sedikit. Pasar tidak berkembang. Peluang mendapatkan laba menurun. Jumlah pesaing meningkat. Pasar menunjukkan penurunan. Tidak terdapat peluang menghasilkan laba. Jumlah pesaing meningkat dengan tajam Penilaian x ii. Kaderisasi Standar Penilaian. Nasabah telah memiliki kader yang siap menggantikan. Nasabah telah memiliki fungsi-fungsi organisasi dan telah berjalan dengan baik. Nasabah telah mempersiapkan kader, tetapi kader belum siap menggantikan. Nasabah telah memiliki fungsi-fungsi organisasi namun belum berjalan dengan baik. Nasabah belum menyiapkan kader. Nasabah telah memiliki fungsi-fungsi organisasi namun belum berjalan. Nasabah tidak menyiapkan kader. Nasabah belum memiliki fungsi-fungsi organisasi Penilaian x d. Manajemen i. Kualifikasi Komersial Standar Penilaian. Pencatatan transaksi keuangan dilakukan secara tertib dan debitur mampu. menyusun laporan keuangan (neraca,laporan rugi laba dll). Pencatatan transaksi keuangan dilakukan secara tertib dan teratur namun. debitur belum mampu menyusun laporan keuangan yang baik. Pencatatan transaksi keuangan hanya berupa kumpulan nota-nota Pertanyaan-pertaanyaan masalah finansial hanya diapat dijawab sebagian saja. Debitur tidak memiliki catatan-catatan transaksi keuangan. Pertanyaan-pertanyaan masalah finansial tidak dapat dijawab oleh debitur ii. Kualifikasi Tehnis Standar Penilaian. Memiliki keahlian dan pengalaman sebagai pengelola usaha dalam jangka waktu > 4 tahun. Memilik motivasi yang tinggi untuk mengembangkan usaha. Memiliki keahlian dan pengalaman sebagai pengelola usaha dalam jangka waktu > 3 tahun < 4 tahun. Memiliki motivasi untuk mengembangkan usaha. Memiliki keahlian dan pengalaman sebagai pengelola usaha dalam jangka waktu > 2 tahun < 3 tahun. Kurang memiliki motivasi untuk mengembangkan usaha. Memiliki keahlian dan pengalaman sebagai pengelola usaha dalam jangka waktu < 2 tahun. Tidak motivasi untuk mengembangkan usaha Penilaian x Penilaian x

47 Lanjutan Lampiran 4 PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) KC KRAMAT JATI Formulir 2a/IV 7/7 2. HASIL INFORMASI DATA KEUANGAN Posisi 31/12/2014 Posisi 31/06/2015 AKTIVA LANCAR Kas Piutang Persediaan Lainnya AKTIVA TETAP Tanah Bangunan Tanah dan bangunan Mesin-mesin Peralatan Kendaraan Lainnya (Penyusutan) TOTAL AKTIVA HUTANG Hutang Dagang Hutang Bank Hutang jangka pendek lainnya Hutang jangka panjang MODAL SENDIRI TOTAL PASIVA 83.306 6.521 33.255 43.530-566.250 350.000 200.000 550.000-75.000-58.750 649.556 15.850 15.850 - - - 633.706 649.556 113.689 8.109 51.465 54.115 616.000 350.000 250.000 600.000 - - 90.000-74.000 729.689 18.350 18.350 - - - 711.339 729.689 KETERANGAN Penjualan / penghasilan HPP L a b a K o t o r Biaya Penj. Adm.&umum Laba Operasional Biaya Bank Biaya Penyusutan Biaya lainnya Pend. stlh biaya bunga & Penyusutan Penghasilan lainnya Pend.sblm pajak (EBT) P a j a k Laba Bersih Prive 01-01-2013 s/d 01-01-2015 s/d 31-12-2013 30-06-2014 2.134.080 1.123.200 1.860.064 982.800 274.016 140.400 96.034 42.729 177.982 97.671 - - 17.500 10.750 - - 160.482 86.921 - - 160.482 86.921 26.371 9.288 134.112 77.633 Dibuat Oleh Nama : Meliadi Jabatan : Acount Officer Tanggal :

48 Lampiran 5 Surat Keterangan Permohonan Pinjaman PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) KANTOR CABANG KRAMAT JATI Formulir 1a/IV 1/4 SURAT KETERANGAN PERMOHONAN PINJAMAN 1. N a m a : 1 SARMIN 2 SUKIR Pilih salah satu (*) Debitur Baru Debitur Lama 2. A l a m a t a. Usaha : Perdagangan Ayam Potong Alamat : pasar kramat jati b. Tempat Tinggal : Jl. Kamboja gang Mawar Kramat Jati Jakarta Timur No. Telepon 0813xxxxx 3. Tempat & tgl. lahir : Deli Serdang, 30-12-1960 (hanya untuk individual) 4. Status : Kawin a. Nama Istri/Suami : SUKIR b. Jumlah Tanggungan : 2 Hubungan dg. Ybs. : Anak Kandung 5. Kewarganegaraan : Indonesia a. Surat Keterangan : -- Ganti Nama b. No. KTP ybs : 31750429087xxx No. KTP pasangan ybs : 31750461xxxxxx 6. Status badan hukum pemohon; berilah tanda ( V ) bagi yang sesuai : Individual : Koperasi : Firma : Yayasan : Komanditer (CV) : Perum : Perseroan Terbatas (PT) : Persero : - P M A : Perjan : - P M D N : Bank : Lainnya; jelaskan : 7. Surat bukti dokumen yang penting (diisi dan dilampirkan) : No Keterangan Nomor Masa Berlaku a. N P W P : 73.200.xxx b. Akte Pendirian : - c. Akte Perubahan : - d. S I U P / T D U P : e. SKDU : f. T D P : g. Surat Keterangan Usaha : 701/1.824.5xx

49 Lanjutan Lampiran 5 PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) KANTOR CABANG KRAMAT JATI Formulir 1a/IV 2/4 8. Apakah perusahaan Ybs. termasuk Grup dari suatu perusahaan? Ya / Bukan. Kalau ya, harap berikan penjelasan : Nama Perusahaan Pemegang Saham Komposisi - - - 9. Jenis Usaha; beri tanda ( V ) dan harap jelaskan : Pertanian / Agribisnis : : Manufaktur : : Konstruksi / Rekayasa : : Perdagangan : : Perdagangan ayam piotong Pengangkutan : : Pertambangan : : Jasa - jasa : : Lainnya : : 10. Tujuan penggunaan fasilitas kredit; berilah tanda ( V ) : a. Modal Kerja : b. Investasi : c. Jaminan/Garansi Bank : - Bid Bond : - Jaminan Pemeliharaan : d. Kredit Ekspor : e. Kredit Impor : f. Lainnya, jelaskan : 11. Sebutkan : a. Jenis mata uang : R u p i a h b. J u m l a h : Rp.200.000.000 c. Jangka Waktu : 36(tiga puluh enam) bulan atas fasilitas kredit yang diperlukan 12. Apakah tersedia Laporan Keuangan selama 2 tahun terakhir? Ya Tidak Kalau Ya, harap lampirkan, Kalau Tidak, adakah yang bisa diserahkan, jelaskan! 13. Apakah telah diaudit? Ya Tidak. Apabila ya, agar dijelaskan nama dan nama Kantor Akuntan Publik (KAP) yang mengaudit. 14. Jenis agunan yang diserahkan untuk mendukung kredit tersebut. Cantumkan jenis dan nilai taksiran dari agunan. Jenis Agunan Harga Taksiran T/B SHM No.00517/Kebon Pala an Slamet Darsonoi luas 78 M2 Rp. 312.000.000 Jl. Kamboja Gg Mawar No. 24 RT. 010 RW. 01 Kel Kebon Pala Kec. Makasar Jakarta Timur Jumlah Rp. 312.000.000

50 Lanjutan Lampiran 5 PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) KANTOR CABANG KRAMAT JATI Formulir 1a/IV 3/4 15. Kalau ada jaminan yang lain (misalnya garansi, borgtocht, dll) yang dapat disediakan, sebutkan dalam daftar di bawah ini : J e n i s Berasal dari N i l a i Rp. Rp. Rp. J u m l a h Rp. - 16. Apakah Ybs. pernah menunggak kredit yang lalu? Atau pernah dinyatakan bangkrut? Ya Tidak v Kalau ya, Jelaskan! 17. Apakah bank atau lembaga keuangan yang telah memberikan kredit (termasuk Kanca BRI lain) kepada Ybs. baik saat ini maupun masa lalu. Kalau ada, isilah daftar di bawah ini : Bank / Lembaga Tahun Kredit Jenis Fasilitas Jml. Fasilitas Sisa Keuangan Kredit Kredit Pinjaman J u m l a h 18. Isilah daftar referensi berikut untuk mendukung permohonan Ybs. : Referensi dari Alamat dan Nomor Telepon Jakarta, agustus 2015 SARMIN SUKIR Diisi hanya oleh Petugas BRI 1. Nama / Jabatan : 2. T a n g g a l : Februari 2016 Datang Sendiri Direkomendasi 3. Nomor SKPP : /ADK/KC/08/20xx Tgl. Februari 2016 4. Nomor Induk Nasabah : 5. Rekomendasi dari : - 6. Beri tanda ( V ) sesuai dengan keperluannya : Kredit Baru : Pembauran/Penambaha : i. Pengurangan : ii. Tidak ada perubahan : 7. Langlah-langkah yang perlu diambil; isilah ( V ) dan berikan pendapat/komentar singkat : * Disetujui untuk diproses dan diteruskan kepada : untuk diselesaikan. * Ditolak Berikan alasan :

51 Lampiran 6 Plot komponen normal probability Lampiran 7 Plot Komponen Standardize Residual