PENDAHULUAN Latar Belakang Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang dikenal dengan sebutan ayam buras (ayam bukan ras) atau ayam sayur. Ayam kampung memiliki kelebihan pada daya adaptasi tinggi karena mampu menyesuaikan diri dengan berbagai situasi, kondisi lingkungan dan perubahan iklim serta cuaca setempat sehingga dalam pemeliharaannya dilakukan secara tradisional. Cara pemeliharaan ayam kampung tidak memerlukan persyaratan berat, karena telah beradaptasi dengan lingkungan dan memiliki daya tahan terhadap penyakit sehingga dapat dipelihara secara diumbar atau tidak dikandangkan (Sumekar, 1993). Produksi daging ayam kampung sebagai alternatif dalam subsitusi daging sapi setiap tahun nilai perannya semakin besar. Hal ini terdata pada tahun 2008, sebanyak 20,3% produksi daging didominasi dari unggas lokal. Saat ini produksi daging ayam kampung hanya memenuhi sekitar 55% dari kebutuhan pasar dalam negeri. Berdasarkan data statistik tahun 2009, populasi ayam kampung mencapai 290 juta ekor, tahun 2011 mencapai 264,3 juta ekor dan tahun 2012 mencapai 285,2 juta ekor. Populasi ini hanya mengacu pada populasi dari peternakan tradisional (Dirjen Peternakan, 2012). Konsumsi masyarakat Indonesia akan daging ayam semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat mengkonsumsi sumber protein hewani. Konsumsi daging 1
ayam buras pada tahun 2009 yaitu sebesar 4,20 kg/kapita/tahun, kemudian pada tahun 2010 terjadi peningkatan konsumsi sebesar 6,95 kg/kapita/tahun. Berdasarkan data statistik (2010), jumlah konsumsi daging ayam kampung terjadi pengingkatan signifikan yaitu dari konsumsi tahun 2009 ke tahun 2010 sebesar 2,75 kg/kapita/tahun. Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat menyebabkan tuntutan konsumen terhadap atribut bahan pangan juga kian bergeser pada bahan pangan yang mempunyai komposisi gizi yang baik serta penampakan dan cita rasa yang enak. Salah satu bahan pangan yang diminati konsumen adalah karkas ayam kampung karena nilai gizi yang lengkap dan lemak tubuh yang rendah menyebabkan karkas ayam kampung memiliki keunggulan tersendiri. Selain memiliki nilai gizi dan cita rasa yang enak, harga karkas ayam kampung relatif lebih tinggi dibandingkan ayam ras pedaging. Berdasarkan survei data harga komoditi peternakan pada bulan September 2013 di Yogyakarta, harga karkas ayam kampung mencapai Rp 50.000,00 per ekor dengan berat badan sekitar 1 kg sedangkan karkas ayam ras pedaging Rp 16.000,00 per kilogram. Fenomena meningkatnya pertumbuhan permintaan akan karkas ayam kampung mengindikasikan adanya segmen pasar yang penting untuk dipelajari mengingat harga karkas ayam kampung relatif lebih mahal dibandingkan dengan harga ayam ras pedaging. 2
Segmentasi pasar dapat dilakukan berbasis tiga aspek, yaitu demografi, gaya hidup dan manfaat. Konsumen dapat dikelompokkan berdasarkan karakteristik demografi yaitu dari segi umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan dan pendapatan. Haley (1998), berpendapat bahwa demografi dan volume segmentasi didasarkan pada faktor-faktor deskriptif dibandingkan dengan kausal karena tidak efisien dalam memprediksi perilaku konsumen. Kombinasi unik dalam karakteristik demografi dan gaya hidup konsumen akan membentuk kepribadian konsumen tersebut (Engel et al., 2004) Gaya hidup menurut Kotler (2009) adalah pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opini. Gaya hidup dapat mempengaruhi perilaku seseorang dan akhirnya menentukan pilihan konsumsi seseorang. Penilaian gaya hidup dapat dilakukan melalui analisa psikografi. Kotler dan Kasali (2009) menjelaskan bahwa gaya hidup merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku kelompok konsumen tertentu dalam memilih suatu pangan yang akan dikonsumsi. Segmentasi manfaat menurut Jain dan Kaur (2006) dikategorikan sebagai segmentasi perilaku konsumen. Segmentasi manfaat digunakan untuk mengetahui manfaat utama yang dicari konsumen dalam suatu produk. Konsumen yang mencari manfaat dalam mengkonsumsi produk yang diberikan adalah alasan dasar bagi keberadaan segmen pasar dan merupakan elemen penting dari strategi positioning. Atribut-atribut produk yang dinilai penting oleh konsumen menjadikan produk tersebut 3
dipersepsikan dan diposisikan sebagai produk yang unggul dan berpotensi menjadi pilihan konsumsi. Gunter dan Funham (1992), menyatakan bahwa persepsi dari manfaat menentukan pilihan konsumsi jauh lebih akurat dari karakteristik demografi konsumen. Individu yang memiliki homogenitas karakteristik demografi, gaya hidup dan penilaian manfaat produk dimungkinkan untuk berada pada segmen yang sama. Oleh karena itu penelitian segmentasi pasar karkas ayam kampung berdasarkan demografi, gaya hidup dan manfaat produk penting dilakukan untuk mengidentifikasi profil konsumen karkas ayam kampung. Profil tersebut dapat digunakan sebagai target pasar karkas ayam kampung. 4
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisa segmen konsumen produk karkas ayam kampung berdasarkan demografi, gaya hidup dan manfaat produk. 2. Menganalisis atribut yang terdiri dari atribut fisik, kimia dan pemasaran produk yang dianggap penting oleh konsumen dalam mengkonsumsi karkas ayam kampung. Manfaat Penelitian Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara Teoritis Secara teoritis, dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi produsen mengenai segmen konsumen karkas ayam kampung berdasarkan demografi, gaya hidup dan manfaat produk. 2. Secara Praktis a). Secara praktis dapat digunakan bagi produsen sebagai dasar dalam melakukan segmentasi konsumen sebagai target pemasaran. b). Sebagai dasar bagi pemerintah untuk meningkatkan produktivitas ayam kampung sebagai bahan pangan rendah lemak dengan meningkatkan mutu pemeliharaan. 5