BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

PENGADAAN JASA KONSTRUKSI

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu

Makalah Ekonomi Manajerial Tentang Pengambilan Keputusan Dalam Kondisi Beresiko

LAMPIRAN. SURAT EDARAN Nomor : SE - 237/MK.1/2011 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

1.1 Latar Belakang Masalah

PENGENALAN SISTEM OPTIMASI. Oleh : Zuriman Anthony, ST. MT

DECISION THEORY DAN GAMES THEORY

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #13 Ganjil 2016/2017 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

Pengertian Pengambilan Keputusan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2005 TENTANG

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #12 Ganjil 2014/2015 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

Materi #13 TKT101 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI T a u f i q u r R a c h m a n

PROSEDUR PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BERDASARKAN PERPRES NOMOR 54 TAHUN Oleh : Rusdianto S., S.H., M.H. 1

BAB IX PROSES KEPUTUSAN

Keputusan Dalam Ketidakpastian dan Resiko

TUGAS AKHIR. Evaluasi Efektifitas Pengambilan Keputusan Dalam Lelang Pengadaan Peralatan Laboratorium

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.347, 2011 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Pengadaan. Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi. Standar.

OUTLINE. BAGIAN II Probabilitas dan Teori Keputusan. Konsep-konsep Dasar Probabilitas. Distribusi Probabilitas Diskret.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 07/PRT/M/2011 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DAN JASA KONSULTANSI

Pengambilan Keputusan dalam Keadaan Tidak Ada Kepastian IRA PRASETYANIGRUM

7. PELELANGAN TERBATAS SECARA PRAKUALIFIKASI METODE SATU SAMPUL DENGAN EVALUASI SISTEM GUGUR

PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BIDANG KONSTRUKSI

2. Pemilihan langsung dapat dilaksanakan untuk pengadaan yang bernilai sampai dengan Rp ,00 (seratus juta rupiah);

MATERI PELATIHAN PENGADAAN BARANG JASA

LARANGAN PENYAMPAIAN DOKUMEN PENAWARAN DENGAN CARA DUA TAHAP DALAM PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI

TUJUAN PELATIHAN. Setelah Materi Ini Disampaikan, Diharapkan Peserta Mampu Mengetahui dan Memahami :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAGIAN II

Pengambilan Keputusan dalam Ketidakpastian

PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAGIAN - 2

PEKERJAAN TAMBAH/KURANG DALAM KONTRAK PEKERJAAN KONSTRUKSI (Abu Sopian BDK Palembang)

STUDI PELELANGAN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI MENURUT KEPPRES NO 18 TAHUN 2000

MATERI 3 PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAGIAN-2. PERATURAN PRESIDEN RI NOMOR 54 TAHUN 2010 beserta perubahannya

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk melaksanakan pembangunan konstruksi memerlukan kontraktor yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PELELANGAN. MATA KULIAH MANAJEMEN KONSTRUKSI Pertemuan Ke 6

TUJUAN PELATIHAN. Setelah Materi Ini Disampaikan, Diharapkan Peserta Mampu Mengetahui dan Memahami :

BAB I PENDAHULUAN. peluang memperoleh keuntungan dan resiko menderita kerugian, baik secara

Pemain B B 1 B 2 B 3 9 5

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Oleh : Wiendia Suryana NRP : : MaksumTanubrata, Ir., MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pengadaan Barang dan Jasa di Pemerintahan

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Prosedur Lelang Jasa Konstruksi. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

Bagian Kelima. Penyusunan Jadwal Pemilihan Penyedia Barang/Jasa. Paragraf Pertama

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Sistematika Penelitian...

PROSEDUR PENGADAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN CARA PENUNJUKAN LANGSUNG NoDokumen :BRR NIAS/SOP/DRAFT Revisi ke : R-00 Tgl. Berlaku : Maret 2007 Tanggal :

TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK DENGAN CARA E-TENDERING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DIR Instruksi Kerja : Metode Pemilihan Penyedia

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 80 TAHUN 2003 TANGGAL : 3 NOPEMBER 2003 BAB I PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat

2 Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 64); 2. Peraturan Pemerintah Nomor

PERTEMUAN 6 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI BERESIKO IRA PRASETYANINGRUM

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Penjelasan tentang proyek yang akan dikerjakan. Panitia lelang nengumumkan kontraktor yang lolos dalam tahap pra kualifikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelelangan dapat didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan untuk

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI BERESIKO

ANALISIS BIAYA LELANG PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI DI LINGKUNGANGAN PEMDA KABUPATEN MOROWALI

BAB I PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH. 1. Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Yang Dilaksanakan Penyedia Barang/Jasa

BAB I PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH. 1. Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Yang Dilaksanakan Penyedia Barang/Jasa

PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA 2

SPESIFIKASI, HPS DAN KONTRAK

CONTOH SOAL UJIAN SERTIFIKASI AHLI PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TINGKAT DASAR

BAB II: TINJAUAN UMUM PROYEK

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH. I KETENTUAN UMUM Pengertian Istilah

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.11/MEN/2008 TENTANG

LARANGAN NEGOSIASI DALAM PROSES LELANG Oleh Abu Sopian Widyaiswara pada Balai Diklat Keuangan Palembang

BAB II LANDASAN TEORI. dalam proyek konstruksi dapat diaplikasikan oleh manajer proyek secara tepat.

Pertemuan 6 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa lainnya 1. Sistem Gugur 2. Sistem Nilai 3. Biaya Selama Umum Ekonomis

URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA

- 1 - URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA

Teori Pengambilan Keputusan

Pasal 87 Perpres No. 54 Tahun 2010 DASAR PERATURAN

8. SELEKSI GAGAL DAN TINDAK LANJUT SELEKSI GAGAL

1 JDIH Kementerian PUPR

Standar Dokumen Pengadaan Secara Elektronik

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Manajemen Pengadaan Barang /Jasa (PBJ)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Konsultan untuk mendapatkan penawaran bersaing sesuai spesifikasi dan dapat

PENGADAAN LANGSUNG YANG BERTANGGUNG JAWAB. (Abu Sopian/Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang)

SALINAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Prosedur Mutu Pengadaan Barang/Jasa PM-SARPRAS-01

01 Pernyataan ini harus diterapkan pada akuntansi untuk kontrak konstruksi di dalam laporan keuangan kontraktor.

Pertemuan 7 GAME THEORY / TEORI PERMAINAN

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keputusan dan Pengambilan Keputusan Suatu masalah keputusan memiliki suatu lingkup yang berbeda dengan masalah lainnya. Perbedaan ini menonjol terutama karena adanya batas yang tidak terhubungkan antara harapan dan kenyataan. Faktor pertama dinyatakan dalam bentuk keputusan yang dipilih, sedangkan faktor yang kedua dinyatakan dalam bentuk hasil yang diperoleh. Faktor pertama merupakan hal yang sepenuhnya ada dalam lingkup pengendalian kita, sedangkan faktor yang kedua berada diluar kemampuan kita untuk mengaturnya. Pada permasalahan pengambilan keputusan ini, kita mempunyai kecenderungan untuk menilai suatu keputusan berdasarkan hasilnya, bila hasilnya baik maka kita akan mengatakan bahwa keputusan tersebut adalah tepat. Atau sebaliknya, bila hasilnya jelek maka kita mengatakan bahwa pengambilan keputusan tersebut adalah tidak tepat. Tetapi sebenarnya penilaian terhadap kualitas suatu keputusan yang hanya didasarkan pada hasilnya semata adalah tidak benar, tetapi juga bisa digunakan cara penilaian kualitas keputusan dengan melihat apakah keputusan tersebut konsisten dengan pilihan yang ada, informasi yang tersedia dan konsisten atas preferensi yang dimiliki pengambil keputusan. Adapun definisi keputusan itu sendiri menurut James A.F. Stoner adalah sebagai berikut: Keputusan adalah pemilihan diantara alternatif-alternatif. 8

9 Definisi ini mengandung tiga pengertian, yaitu : 1. Ada pilihan dasar logika atau pertimbangan. 2. Ada beberapa alternatif yang harus dan dipilih salah satu yang terbaik. 3. Ada tujuan yang ingin dicapai, dan keputusan itu makin mendekatkan pada tujuan tersebut. Sedangkan menurut S.P.Siagian, definisi pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: Pengambilan Keputusan adalah suatu pendekatan yang sistemis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Dari pengertian keputusan dan pengambilan keputusan diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa : Keputusan merupakan suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum situasi yang dilakukan melalui pemilihan alternatif. Sedangkan ; Pengambilan Keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindak lanjuti atau digunakan sebagai suatu cara pemecahan masalah. 2.2 Latar Belakang Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan haruslah senantiasa memperhatikan organisasi, perorangan dan kelompok perorangan yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan tersebut dinyatakan dalam teori sistem,

10 dimana suatu sistem merupakan suatu satuan elemen-elemen atau komponenkomponen yang tergabung bersama berdasarkan suatu bentuk hubungan tertentu. Komponen-komponen itu satu sama lain saling kait mengait dan membentuk suatu kesatuan yang utuh. Tingkah laku suatu sistem ditentukan oleh hubungan antar komponennya, dan suatu organisasi merupakan suatu contoh sistem yang terdiri dari sejumlah individu atau bagian-bagian (departemen) yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang dicita-citakan bersama. 2.3 Lingkungan Situasi Keputusan Suatu keputusan yang dibuat mungkin terjadi dalam suatu lingkungan tertentu. Lingkungan (environment) bisa dalam pengertian yang sempit (seperti lingkungan keluarga), dalam pengertian yang agak luas (perusahaan, instansi pemerintah, atau negara), bahkan dalam pengertian yang luas (Asean, Asia Pasifik, Internasional/PBB). Dengan demikian suatu keputusan yang dibuat mempunyai tingkatan dampak yang berbeda antara dampak lokal, regional, nasional dan bahkan internasional, sesuai dengan luas atau sempitnya dimana suatu keputusan tersebut diambil. Pada umumnya baik organisasi maupun individual yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan yang modern, akan mengambil keputusan dalam suatu lingkungan yang bereaksi terhadap suatu rangsangan (stimuli) yang menimpanya atau mengenainya dalam lingkungan tersebut. Lingkungan luar (external environment) dari suatu organisasi atau individu lainnya yang bersaing

11 karena berebut keuntungan dalam lingkungan yang sama. Mungkin juga dalam lingkungan dimana keputusan dibuat terdapat elemen-elemen sebagai kendala atau pembatasan (constrains or limitations). Elemen-elemen penghambat yang berupa kendala tersebut mungkin bisa bersifat sosial, ekonomi dan sosial budaya serta politik. Pengambilan keputusan yang dilakukan atas nama suatu organisasi haruslah memperhatikan faktor external saja, faktor internal saja, atau kedua faktor tersebut sekaligus. Sebab persoalan suatu organisasi bisa disebabkan dari luar, dari dalam atau dari luar dan dalam secara bersamaan. Bagian lingkungan luar dan dalam yang berhubungan dengan situasi pengambilan keputusan yang khusus, merupakan lingkungan situasi keputusan dimana setiap pengambil keputusan harus mengetahui dalam lingkungan yang bagaimana keputusan tersebut diambil. 2.4 Kategori Keputusan Pada dasarnya keputusan dapat dibedakan dalam empat kategori sebagi berikut : 1. Keputusan dalam keadaan ada kepastian (certainty). 2. Keputusan dalam keadaan ketidakpastian (uncertainty). 3. Keputusan dalam keadaan ada konflik (conflict). 4. Keputusan dalam keadaan ada resiko (risk).

12 2.4.1 Keputusan Dalam Keadaan Ada Kepastian Apabila semua informasi yang diperlukan untuk mengambil keputusan lengkap, maka keputusan dapat dikatakan dalam keadaan atau situasi ada kepastian. Dengan perkataan lain, dalam keadaan ada kepastian kita dapat meramalkan secara tepat atau eksak hasil dari setiap tindakan. Pemecahan mengenai pengambilan keputusan dalam keadaan atau situasi adanya kepastian semacam ini, sifatnya deterministik. 2.4.2 Keputusan Dalam Keadaan Ketidakpastian Ketidakpastian hampir selalu kita hadapai sebagai pengambil keputusan kalau hasil keputusan sama sekali tidak tahu, karena hal yang akan diputuskan belum pernah terjadi sebelumnya. Sebagai contoh ; apabila kita menghadapi orang yang baru saja kita kenal, dan mendadak akan meminjam uang dari kita sebesar Rp 1 milyar untuk modal usaha. Kita tidak kenal sama sekali terhadap orang tersebut, maka seandainya anda memberikan uang sebanyak yang diminta, kita tidak akan tahu sama sekali berapa probabilitas-nya, bahwa orang tersebut akan mengembalikan uang yang dipinjamnya tepat pada waktunya. 2.4.3 Keputusan Dalam Keadaan Ada Konflik Situasi konflik terjadi kalau kepentingan dua pengambil keputusan atau lebih saling bertentangan (ada konflik) dalam situasi kompetitif. Pengambil keputusan bisa juga berarti pemain (player) dalam suatu permainan (game).

13 Walaupaun kelihatannya sederhana, keputusan dalam situasi ada konflik seringkali dalam prakteknya menjadi sangat ruwet (kompleks). Misalnya kita dihadapkan pada keadaan yang tidak pasti ditambah lagi adanya tindakan dari pihak lawan yang bisa mempengaruhi hasil keputusan. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan menjadi lebih banyak. Dan keputusan dalam situasi ada konflik bisa dipecahkan dengan teori permainan (game theory). 2.4.4 Keputusan Dalam Keadaan Ada Resiko Resiko terjadi kalau hasil pengambilan keputusan walaupun tidak diketahui dengan pasti, akan tetapi dapat diperhitungkan nilai kemungkinannya (probabilitas-nya). Sebagai contoh ; apabila kita ingin memutuskan untuk membeli barang, dan setiap barang dibungkus rapi sehingga tidak dapat diketahui yang mana yang bagus dan yang mana yang rusak. Tetapi seandainya penjual barang tersebut jujur dan kita diberitahu bahwa barangnya ada 100 buah dan yang rusak ada 99 buah. Kemudian kita harus memutuskan jadi membeli atau tidak? Kalau kita termasuk orang yang normal, secara sederhana saja kita bisa memutuskan untuk tidak jadi membeli barang tersebut, sebab resikonya terlalu besar dan kemungkinan memperoleh barang yang rusak adalah sebesar 99%. Akan tetapi sebaliknya apabila kita diberitahu bahwa barang yang rusak hanya sebuah saja, maka kemungkinannya kita akan jadi membeli dikarenakan resikonya kecil dan nilai kemungkinan untuk memperoleh barang yang rusak hanya sebesar 1%.

14 Berkenaan dengan lelang pengadaan peralatan laboratorium yang serba tidak pasti (penuh resiko), baik itu berkenaan dengan prediksi penerimaan peralatan yang dikehendaki atau bahkan prediksi calon pemenang yang sangat sulit diperkirakan sebelumnya. Sehingga sebagai alternatif pengukuran pada pengambilan keputusan dalam lelang pengadaan tersebut, sekiranya tepat apabila kita menggunakan teknik-teknik pengambilan keputusan dalam keadaan ada resiko ini sebagai alat ukurnya. Dimana dalam penerapannya pengambilan keputusan dalam kondisi beresiko ini mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1. Alternatif yang harus dipilih mengandung lebih dari satu kemungkinan hasil. 2. Pengambil keputusan memiliki lebih dari satu alternatif tindakan. 3. Diasumsikan bahwa pengambil keputusan mengetahui peluang yang akan terjadi terhadap berbagai tindakan dan hasil. 4. Resiko terjadi, karena pengambilan keputusan tidak dapat diketahui dengan pasti, walaupun diketahui nilai probabilitasnya. 5. Pada kondisi ini, keadaan alam sama dengan kondisi tidak pasti. Bedanya dalam kondisi ini, ada informasi atau data yang akan mendukung dalam membuat keputusan berupa nilai peluang terjadinya bermacam-macam keadaan. 6. Teknik pemecahannya menggunakan konsep probabilitas.

15 Persoalan keputusan dalam keadaan beresiko dapat disajikan dalam bentuk matriks pay off atau tabel keputusan (decesion table). Teknik penyelesaian pengambilan keputusan yang mengandung resiko, dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa pendekatan, yaitu : 1. Penentuan Nilai Harapan (Expected Value) Yaitu jumlah dari nilai-nilai kemungkinan yang diharapkan terjadi terhadap probabilitas masing-masing kejadian yang tidak pasti. Nilai harapan ini dalam bentuk rumus dituliskan sebagai berikut : EV = Ó a j. P j Dimana ; a j : Nilai kemungkinan yang diharapkan terjadi dari kejadian j. P j : Probabilitas dari kejadian j. Untuk hal-hal yang sifatnya menguntungkan, seperti ; laba, hasil penjualan, penerimaan dan sebagainya, EV dinyatakan sebagai Expected Pay Off (EP). Dan untuk hal-hal yang sifatnya merugikan, seperti ; pengeluaran, kekalahan dan sebagainya dinyatakan sebagai Expected Loss (EL). 2. Nilai Kesempatan yang Hilang (Opportunity Loss) Nilai kesempatan yang hilang untuk suatu hasil adalah sejumlah pay off yang disebabkan tidak dipilihnya suatu alternatif/tindakan dengan pay off terbesar untuk kejadian tidak pasti yang sebenarnya terjadi. Untuk menentukan keputusan berdasarkan nilai kesempatan yang hilang, secara rasional dipilih dari nilai EOL yang minimum, karena secara prinsip EOL

16 adalah membuat minimum kerugian yang disebabkan oleh pemilihan alternatif tertentu. 3. Nilai Harapan Informasi Sempurna Expected value of perfect information, EV of PI (EVPI) adalah selisih antara nilai harapan dengan nilai informasi sempurna dan nilai harapan tanpa informasi sempurna. Persoalan ini dirumuskan sebagai berikut : EV of PI EVPI = EV with PI EV without PI = EVWPI - EV Nilai harapan tanpa informasi sempurna disebut juga nilai harapan dalam keadaan ketidakpastian. Dimana ; EVWPI : Hasil perkalian antara maksimum baris (nilai pay off terbesar) dengan probabilitas. EV EVPI : Nilai harapan terbesar dari setiap alternatif. : Jumlah maksimum yang dapat dibayarkan oleh pengambilan keputusan untuk memperoleh informasi sempurna. Secara keseluruhan teknik-teknik yang dapat dipergunakan untuk pengambilan keputusan, dalam berbagai situasi yang berbeda seperti telah dijabarkan diatas, dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut ini :

17 Tabel 2.1 Situasi Keputusan, Sifat dan Teknik Pemecahan Masalah No. Situasi keputusan Pemecahan Teknik I Ada kepastian Deterministik - Linier programming - Model transportasi - Model Penugasan - Model inventory - Model antrian - Model net work II Tidak ada kepastian Tidak diketahui Analisis keputusan dalam keadaan ketidakpastian III Ada konflik Tergantung tindakan lawan Teori permainan (game theory) IV Ada resiko Probabilistik - Model keputusan probabilitas - Model inventory probabilitas - Model antrian probabilitas 2.5 Proses Pengambilan Keputusan Proses pengambilan keputusan merupakan tahap-tahap yang harus dilalui atau digunakan untuk membuat keputusan. Tahap ini merupakan kerangka dasar sehingga setiap tahap dapat dikembangkan lagi menjadi beberapa langkah yang lebih spesifik. Secara umum proses pengambilan keputusan terdiri atas tiga tahap, yaitu sebagai berikut : 1. Penemuan Masalah Tahap ini merupakan tahap untuk mendefinisikan masalah yang jelas, sehingga perbedaan antara masalah yang sesungguhnya dan sesuatu yang

18 sebenarnya bukan masalah atau merupakan isu belaka, dapat dibedakan dengan jelas. 2. Pemecahan Masalah Tahap ini merupakan tahap penyelesaian terhadap masalah yang sudah ada atau sudah jelas. Adapun langkah-langkah yang diambil adalah sebagai berikut: a. Identifikasi alternatif-alternatif keputusan untuk memecahkan masalah. b. Perhitungan mengenai faktor-faktor yang tidak dapat diketahui sebelumnya atau diluar jangkauan manusia, dan identifikasikan masalah-masalah atau peristiwa-peristiwa dimasa yang akan datang. c. Pembuatan alat (sarana) untuk mengevaluasi atau mengukur hasil, biasanya berbentuk tabel (pay off table). d. Pemilihan dan penggunaan model pengambilan keputusan. 3. Pengambilan Keputusan Keputusan yang diambil adalah berdasarkan pada keadaan lingkungan atau kondisi yang ada, seperti kondisi pasti, kondisi beresiko, kondisi tidak pasti dan kondisi konflik. 2.6 Kegiatan Proyek Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk atau deliverable yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas.

19 Lingkup (scope) tugas tersebut dapat berupa pembangunan pabrik, pembuatan produk baru atau pelaksanaan penelitian dan pengembangan. Dari pengertian diatas, maka ciri pokok proyek adalah sebagai berikut : 1. Bertujuan menghasilkan lingkup (deliverable) tertentu berupa produk akhir atau hasil kerja akhir. 2. dalam proses mewujudkan lingkup diatas, ditentukan jumlah biaya, jadual, serta kriteria mutu. 3. bersifat sementara, dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas, titik awal dan akhir ditentukan dengan jelas. 4. Non rutin, tidak berulang-ulang, macam dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung. Dalam kegiatan proyek, pada proses pelaksanaannya disamping dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan, ada juga batasan-batasan yang harus dipenuhi, yaitu : 1. Besar biaya (anggaran) yang dialokasikan Proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran. 2. Jadual Proyek harus dikerjakan dengan kurun waktu dan tanggal akhir yang telah ditentukan. 3. Mutu yang harus dipenuhi Produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan kriteria yang dipersyaratkan.

20 2.7 Pengelolaan Pengadaan dan Kontrak Pengelolaan dan kontrak meliputi kegiatan yang berkaitan dengan usaha untuk mendapatkan barang dan atau jasa dari pihak luar untuk proyek. Bila kontraktor utama berfungsi sebagai pelaksana, maka pihak luar tersebut dapat terdiri dari subkontraktor, rekanan, konsultan dan lain-lain. Untuk maksud terserbut diadakan ikatan seperti kontrak jasa, pembelian, bantuan teknis dan lainlain. Adapun proses pengadaan dan kontrak terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut : 1. Perencanaan Pengadaan. 2. Penyiapan dokumen kontrak dan lelang. 3. Proses lelang. 4. Administrasi kontrak. 2.7.1 Perencanaan Pengadaan Proses ini diawali dengan mengidentifikasi jasa, material, dan peralatan yang diperlukan proyek dan diteruskan dengan membuat spesifikasi dan kriteria. Output dari perencanaan dan pengadaan ini adalah kebijakan pengadaan dan lembaran yang berisi daftar material, spesifikasi dan jasa yang akan diperlukan berikut perkiraan jadual yang diperlukan. Pada tahap ini juga disusun kebijakan pengadaan yang antara lain merumuskan policy dan prosedur tentang persetujuan, sole source, lelang dan lain-lain.

21 2.7.2 Penyiapan Dokumen Kontrak dan Lelang Dokumen utama untuk proses pengadaan terdiri dari dokumen lelang yang memuat undangan lelang, rancangan kontrak dan kriteria seleksi. Output dari langkah ini adalah paket lelang. Dalam rancangan kontrak dan kriteria seleksi terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain : a. Metoda pemilihan penyedia barang/jasa. b. Metoda penyampaian dokumen penawaran. c. Metoda evaluasi penawaran. d. Jenis kontrak. A. Metoda Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Dalam pemilihan penyedia barang/jasa dan pemborongan/jasa lainnya, pada prinsipnya dilakukan melalui metoda pelelangan umum, yaitu metoda pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media masa dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat luas didunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya. Didalam pelelangan umum terdapat dua prosedur pemilihan penyedia barang/jasa yaitu prosedur prakualifikasi dan prosedur pascakualifikasi. Prakualifikasi merupakan proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia barang/jasa sebelum memasukkan penawaran. Sementara pascakualifikasi merupakan proses penilaian

22 kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia barang/jasa setelah memasukkan penawaran. Namun dalam hal jumlah penyedia barang/jasa yang mampu melaksanakan pekerjaan diyakini terbatas untuk pekerjaan yang kompleks dapat dipergunakan metode pelelangan terbatas. Dalam hal metoda pelelangan umum atau pelelangan terbatas dinilai tidak efisien dari segi biaya pelelangan, maka pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan metoda pemiliha langsung yaitu pemilihan yang dilakukan dengan membandingkan sebanyak-banyaknya penawaran, sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawaran dari penyedia barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi. Namun bila dalam keadaan tertentu dan khusus, pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan cara penunjukkan langsung terhadap 1 (satu) penyedia barang/jasa dengan cara melakukan negosiasi baik teknis maupun biaya, sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggung jawabkan. B. Metoda Penyampaian Dokumen Penawaran Dalam hal pemilihan penyedia barang/jasa dan pemborongan/jasa, dapat dipilih salah (1) satu dari (3) tiga metoda penyampaian dokumen penawaran berdasarkan jenis barang/jasa yang akan diadakan, dan metoda penyampaian dokumen penawaran tersebut harus dicantumkan dalam dokumen lelang. Metoda penyampaian dokumen penawaran tersebut antara lain :

23 1. Metoda satu sampul Penyampaian dokumen penawaran yang terdiri dari persyaratan administrasi, teknis dan harga dimasukkan kedalam 1 (satu) sampul tertutup kepada panitia/pejabat pengadaan. 2. Metoda dua sampul Penyampaian dokumen penawaran yang persyaratan administrasi dan teknisnya dimasukkan kedalam sampul tertutup I, sedangkan harga penawaran dimasukkan kedalam sampul tertutup II dan selanjutnya sampul I dan II dimasukkan dalam satu sampul penutup yang disebut sampul luar dan disampaikan kepada panitia/pejabat pengadaan. 3. Metoda dua tahap Penyampaian dokumen penawaran yang persyaratan administrasi dan teknisnya dimasukkan dalam sampul tertutup I, sedangkan harga penawaran dimasukkan dalam sampul tertutup II, yang penyampaiannya dilakukan dalam 2 (dua) tahap secara terpisah dan dalam waktu yang berbeda. C. Metoda Evaluasi Penawaran Dalam pemilihan penyedia barang/jasa, pemborongan/jasa lainnya dapat dipilih salah 1 (satu) dari 3 (tiga) metoda evaluasi penawaran berdasarkan jenis barang/jasa yang akan diadakan, dan metoda evaluasi penawaran tersebut harus dicantumkan dalam dokumen lelang, yang meliputi :

24 1. Sistem gugur. Evaluasi penilaian penawaran dengan cara memeriksa dan membandingkan dokumen penawaran terhadap pemenuhan persyaratan yang telah ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa, baik dari persyaratan administrasi, teknis maupun kewajaran harga. Terhadap penyedia barang/jasa yang tidak lulus penilaian pada setiap tahapan dinyatakan gugur. 2. Sistem nilai. Evaluasi penilaian penawaran dengan cara memberikan nilai angka tertentu pada setiap unsur yang dinilai berdasarkan kriteria dan nilai yang telah ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa, dan kemudian membandingkan jumlah nilai dari setiap penawaran peserta dengan penawaran peserta lainnya. 3. Sistem penilaian biaya selama umur ekonomis. Evaluasi penilaian penawaran ini dilakukan dengan jalan memberikan nilai pada unsur-unsur teknis dan harga yang dinilai menurut umur ekonomis barang yang ditawarkan berdasarkan kriteria dan nilai yang telah ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa, kemudian nilai unsur-unsur tersebut dikonversikan kedalam satuan mata uang tertentu, dan dibandingkan dengan jumlah nilai dari setiap penawaran peserta dengan penawaran lainnya.

25 D. Jenis Kontrak Kontrak pengadaan barang/jasa dibedakan atas : 1. Berdasarkan bentuk imbalan. a. Lump sum, merupakan kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dengan jumlah harga yang pasti dan tetap, dan semua resiko yang mungkin terjadi sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang. b. Harga satuan, dimana kontrak pengadaan barang/jasa dinilai atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang volume pekerjaannya masih bersifat perkiraan sementara, sedangkan pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan. c. Gabungan lump sum dan harga satuan, merupakan kontrak yang menggabungkan lump sum dan harga satuan dalam satu pekerjaan yang diperjanjikan. d. Terima jadi (turn key), dimana kontrak ini dinilai atas penyelesaian pekerjaan secara keseluruhan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. e. Persentase (berdasarkan persentase dari nilai pekerjaan, diperuntukkan untuk jasa konsultansi dibidang konstruksi).

26 2. Berdasarkan jangka waktu pelaksanaan. a. Tahun tunggal, merupakan kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya mengikat dana anggaran untuk masa satu tahun anggaran. b. Tahun Jamak, merupakan kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya mengikat dana anggaran untuk masa lebih dari satu tahun anggaran. 3. Berdasarkan jumlah pengguna barang/jasa. a. Kontrak pengadaan tunggal, adalah kontrak antara satu unit kerja tertentu dengan penyedia barang/jasa tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu. b. Kontrak pengadaan bersama, adalah kontrak antara beberapa unit kerja atau beberapa proyek dengan penyedia barang/jasa tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu, dengan pendanaan bersama yang dituangkan dalam kesepakatan bersama. 2.7.3 Proses Lelang Selanjutnya, melalui proses lelang dan negosiasi terjadilah akuisisi yang ditandai dengan penandatanganan kontrak. Output dari langkah ini adalah dokumen proposal dan kontrak. 2.7.4 Administrasi Kontrak Administrasi kontrak meliputi kegiatan-kegiatan yang bertujuan agar proses dan kinerja pengadaan memenuhi pasal-pasal yang tercantum dalam

27 kontrak. Output dari langkah ini adalah penyerahan dan penerimaan deliverable, change order dan pembayaran. Berikut ini adalah diagram tahapan proses pelaksanaan lelang : PERENCANAAN PENYIAPAN PROSES ADMINISTRASI DOKUMEN LELANG KONTRAK BERBAGAI TEKNIK, METODE DAN PROSEDUR BERSANGKUTAN OUTPUT OUTPUT OUTPUT OUTPUT Kebijakan pengadaan Daftar pengadaan Rancangan kontrak Dokumen lelang Proposal Kontrak Penyerahan Pembayaran Change order Acceptance Diagram 2.1 Tahapan Proses Pelaksanaan Lelang